Professional Documents
Culture Documents
Panduan Lapangan Pengenalan Jenis Pohon
Panduan Lapangan Pengenalan Jenis Pohon
Oleh:
Adi Susilo
Titi Kalima
Erdy Santoso
Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
Bekerja sama dengan
International Tropical Timber Organization
(ITTO) – CITES Phase II Project
Bogor – Indonesia, 2014
Penyusun:
Adi Susilo
Titi Kalima
Erdy Santoso
Editor:
Maman Turjaman
Tajudin Edy Komar
Marfuah Wardani
Desain Cover:
Agustina Dwi Setyowati
Ilustrator Gaharu:
Priyono
Subari
Wahyudi Santoso
ISBN : 978-602-1681-26-8
Diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
International Tropical Timber Organization (ITTO) – CITES Phase II Project
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Indonesia
Telp. +62-251-8633234, Fax. +62-251-8638111
Dicetak oleh: IPB Press
Bogor, Desember 2014
This work was made possible by a grant from ITTO under its collaborative program with CITES ‘Support to ITTO: CITES
Implementation for Tree Species and Trade/Market Transparency (TMT)’. Donors to this collaborative program include the EU
(primary donor), the USA, Germany, the Netherlands and Norway. The project was implemented by Center for Conservation and
Rehabilitation Research and Development.
Syukur Alhamdullilah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, Buku
Panduan Lapangan Pengenalan Jenis Pohon Penghasil Gaharu Gyrinops spp. di Indonesia ini dapat tersusun.
Buku ini merupakan panduan untuk mengenali jenis Gyrinops spp. di alam yang terdapat di Indonesia.
Pengenalan jenis Gyrinops spp. dipermudah dengan Kunci Pengenalan Jenis yang terdapat dalam salah satu
bab buku ini.
Untuk menggunakan Buku Panduan ini dengan baik, perlu terlebih dahulu dilakukan pelatihan dengan
bimbingan pakar Botani Hutan agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian. Bagi yang sedang berlatih dan
bertugas mengidentifikasi jenis Gyrinops spp., buku ini sangat berharga.
Sketsa Gyrinops spp. digambar dari koleksi spesimen pada Herbarium Bogoriense dan Herbarium Wanariset
Samboja. Kepada para pelukis, Bapak Subari, Bapak Wahyudi Santoso dan Bapak Priono diucapkan terimakasih.
Ucapan yang sama kami tujukan kepada para penyunting Dr Maman Turjaman, Ir Tajudin Edy Komar, MSc dan
Dra. Marfuah Wardani, MP. Terimakasih disampaikan kepada Koordinator ITTO Indonesia, Ir. Didik Purwito,
M.Sc. beserta stafnya yang memprakarsai penerbitan buku ini.
Sebelum terbit buku ini telah dibahas oleh para pakar dalam Technical Workshop yang dilaksanakan pada
bulan Mei 2014 di IPB Convention Center. Kepada para pembahas utama, Dr. Ir. Tonny R. Soehartono, Prof Dr
Harry Wiriadinata dan Prof Dr. Tukirin Partomihardjo, serta para peserta worshop kami ucapkan terimaksih
atas masukannya untuk penyempurnaan buku ini.
Harapan kami buku ini bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi masyarakat petani
gaharu di wilayah Indonesia.
iv
EXECUTIVE SUMMaRY
Identifying the right species of agarwood producing tree is important as different species produce different
agarwood quality (Rimbawanto and Widyatmoko 2011). This book, Field Guide to Identification of agarwood
producing tree Gyrinops spp. in Indonesia, is intended to agarwood farmers so that they are able to identify
the right species to plant. This technical report is one of the many outputs of ITTO CITES Phase II: Promoting
Conservation of Plant Genetic Resources of Aquilaria and Gyrinops Species in Indonesia, which was carried
out and completed in 2014.
This is a literature study enhanced with field visit to collect herbarium and pictures of Gyrinops spp. Gyrinops
is poorly studies. It was very hard to get information on Gyrinops species. Information on ecology, habitat,
fenology, propagation, pest and diseases of Gyrinops was not available.
Gyrinops is in the family of Thymelaeaceae. The most important publication for this study is revision on
Thymelaeaceae conducted by Ding Hou and was published in Flora Malesiana Volume l 6 1960. This is the last
revision of Thymelaeaceae and no any other revision on this family since then.
According to Ding Hou (1960) distinguishing on generic level in Thymelaeaceae are occasionally very hard
because although most species in one genus could be separated from other genera by two or more excellent
characters, there are one or two species or even worse - several specimens of the same species - create exception
of all distinguisher but one character. As a result such genera are then separated by one character only. For
example in Gyrinops the petaloid appendages are free except in part of the specimens Gyrinops moliiccana
and Gyrinops decipiens which are usually united. Ding Hou (1960) separating Gyrinops to other genera only
based on a single morphological character: the number of stamens. Gyrinops is haplostemonous.
vi
viii
a. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil gaharu yang beragam, terdapat lebih dari 26 jenis dalam tujuh
marga tumbuh di hutan alam yaitu Aetoxylon, Aquilaria, Enkleia, Gonystylus, Gyrinops, Phaleria dan
Wikstroemia. Dari tujuh marga tersebut, marga Aquilaria, Gyrinops, dan Gonystylus yang paling banyak
dimanfaatkan. Sejak lama, etnis dari berbagai negara di Asia telah menggunakan berbagai jenis gaharu alam
dalam bentuk produk berupa gumpalan, serpihan serta bubukan sebagai bahan baku untuk mengharumkan
tubuh, ruangan dan kelengkapan upacara ritual keagamaan (Semiadi et al. 2010).
Gyrinops menjadi primadona hasil hutan bukan kayu (HHBK) karena memberikan kontribusi bagi pasar
global (Wiriadinata 1995, Sidiyasa dan Suharti 1987, Mogea et al. 2001, Sitepu et al. 2011, Turjaman 2011).
Gyrinops termasuk famili Thymelaeaceae yang merupakan sumberdaya hayati yang sangat potensial di
wilayah Indonesia (Paoli et al. 2001). Gyrinops di Indonesia umumnya berada di Indonesia bagian timur,
seperti tersebar di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua (Mulyaningsih dan Yamada, 2007). Akibat
praktek kegiatan kehutanan yang tidak berkelanjutan dan tingginya tingkat deforestasi, jenis Gyrinops spp.
saat ini mulai sulit ditemukan. Redlist IUCN 2009 menetapkan status Gyrinops spp. sebagai terancam punah,
langka, dan rentan. PP No.7/1999 dan permenhut No. 447/Kpts-II/2003 juga telah menetapkan Gyrinops
spp. sebagai jenis yang dilindungi dan dilarang untuk ditebang. Beberapa jenis Gyrinops yang rentan dan
dilindungi adalah Gyrinops versteegii.
Pohon penghasil gaharu dari jenis Gyrinops spp. telah dilindungi secara legal, namun kelestarian jenis Gyrinops
spp. tetap terancam. Penebangan hutan secara berlebihan telah mengakibatkan berkurangnya keragaman
genetik Gyrinops spp., baik ditingkat jenis maupun populasi. Sulitnya membedakan karakter morfologi antar
jenis Gyrinops, menyebabkan penebangan dilakukan terhadap semua species. Ding Hou (1960) menyatakan
bahwa memisahkan antar jenis Gyrinops spp. sangat sulit karena karakter bervariasi bukan hanya dalam satu
jenis tetapi juga dalam satu spesimen. Kesalahan atau kekeliruan identifikasi ini akan menimbulkan kerugian
yang cukup fatal.
Pemahaman tentang pengenalan jenis pohon penghasil gaharu khususnya Gyrinops spp. tidak mudah. Oleh
karena itu diperlukan adanya pengetahuan pengenalan jenis Gyrinops yang dapat disebarluaskan kepada
masyarakat termasuk instansi pemerintah, dan praktisi kehutanan. Dalam hal ini, disusun suatu panduan
pengenalan atau identifikasi species Gyrinops yang dapat digunakan dan dipahami oleh semua kalangan.
Dengan adanya panduan pengenalan atau identifikasi tersebut, diharapkan dapat menunjang upaya
pemanfaatan jenis Gyrinops secara berkelanjutan dan lestari.
B. Tujuan
Penyusunan dan penulisan buku panduan ini dilakukan untuk mendukung konservasi jenis pohon penghasil
gaharu (Gyrinops spp.) di Indonesia. Pembaca diharapkan dapat dengan mudah mengidentifikasi beberapa
jenis Gyrinops spp. yang ada di wilayah Indonesia. Gyrinops spp. di wilayah Indonesia sangat beragam
jenisnya dan seringkali dijumpai bahwa pada jenis yang sama, misal jenis Gyrinops verstegii memiliki nama
lokal yang berbeda pada tiap daerah. Hal ini jelas menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengenali
spesies tersebut di lapangan. Dengan mengetahui nama ilmiah suatu jenis gaharu (Gyrinops spp.), setiap
orang dapat menelusuri data yang terkait dengan distribusi, karakteristik, potensi, status konservasi dan cara
budidayanya.
Karakteristik Gyrinops spp. yang berkaitan dengan ukuran fisik, habitat cara tumbuh dan karakter buah dan
bunga sangat penting untuk menemukan teknik budidayanya. Data distribusi Gyrinops spp. dimaksudkan
untuk mengetahui lokasi-lokasi yang secara geografi potensial untuk ditanami Gyrinops spp. Status konservasi
tiap jenis diperlukan untuk mengetahui keberadaan suatu jenis Gyrinops di alam dan berbagai ancaman
terhadap keberadaannya.
Data yang telah dikumpulkan berasal dari kegiatan survei dan eksplorasi lapangan pada kegiatan proyek ITTO
CITES “Promoting Conservation of Plant Genetic Resources of Aquilaria and Gyrinops Species in Indonesia”.
C. Penggunaan
Buku ini disusun untuk dipergunakan sebagai panduan lapangan bagi seluruh masyarakat, terutama para
petani gaharu di wilayah Indonesia. Disamping itu, juga sebagai sarana untuk mengidentifikasi jenis pohon
penghasil gaharu (Gyrinops spp.). Indonesia memiliki jenis Gyrinops yang sangat beragam. Anakan pohon
Gyrinops spp. jelas berbeda dengan pohon dewasanya dalam hal ukuran bagian-bagian tumbuhannya.
Beberapa upaya untuk mempermudah pekerjaan mengenal jenis pohon Gyrinops spp. di antaranya ialah
pengenalan keragaman sifat morfologi pohon itu sendiri. Untuk mempelajari dan mengenal spesies-spesies
pohon Gyrinops spp. tersebut, diperlukan sarana peragaan dan latihan terus menerus, sehingga pengetahuan
tentang keragaman sifat berbagai Gyrinops spp. di hutan dapat dikuasai dengan baik, karena pada dasarnya
setiap jenis Gyrinops memiliki seperangkat sifat morfologi yang berbeda dari spesies Gyrinops lainnya. Hal lain
yang sangat berguna ialah berlatih mengidentifikasi pohon Gyrinops spp. di hutan, baik menurut pengalaman
maupun dengan menggunakan kunci identifikasi dan deskripsi yang telah dibuat. Dalam deskripsi, karakter
vegetatif dan generatif yang sangat berguna dalam membedakan spesies Gyrinops tersebut disajikan dalam
buku ini. Kajian sistematik dan didukung data lapangan yang lengkap dalam penyusunannya menjadikan buku
ini dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi para pengambil kebijakan, pemerhati lingkungan, pengusaha,
akademisi, dan siswa atau mahasiswa yang berminat dalam buku ini mendukung pula untuk menjadi bahan
panduan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Ding Hou (1960) telah mendeskripsikan tujuh jenis Gyrinops spp., enam diantaranya tersebar di Indonesia
bagian timur. Spesies-spesies tersebut berpotensi untuk dikembangkan dan berasal dari hutan alam. Jenis
yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Gyrinops versteegii. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dalam menentukan jenis-jenis pohon penghasil gaharu di hutan alam diperlukan pengetahuan yang memadai
dalam bidang botani dan taksonomi yaitu identifikasi. Tanpa mengetahui identifikasi atau ketepatan nama
ilmiah suatu jenis pohon penghasil gaharu tersebut di atas, rasanya sulit mendapatkan hasil yang akurat dan
memuaskan. Klasifikasi tumbuhan jenis pohon penghasil gaharu adalah sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub-class : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Gyrinops
Spesies : Gyrinops spp.
Marga Gyrinops biasa disebut jenis gaharu atau jenis kemedangan yang termasuk dalam famili Thymelaeaceae.
Famili ini sebagian besar tumbuh dan mendominasi struktur tegakan hutan di hutan hujan tropis, dataran
rendah dari kering hingga rawa dengan ketinggian 0-1.000 m dpl. Marga Gyrinops memiliki keragaman jenis
yang paling tinggi dengan wilayah persebarannya yang cukup luas, yakni terdiri atas tujuh spesies dari 26
spesies gaharu yang tersebar di wilayah Indonesia bagian timur, diantaranya terdapat di Papua: empat spesies,
Sulawesi: dua spesies, Maluku: satu spesies, Nusa Tenggara: satus pesies (Ding Hou, 1960), selengkapnya
dapat diikuti pada Tabel 1. Dilihat dari tingginya keragaman Gyrinops di Papua, dapat dikatakan bahwa Papua
merupakan pusat persebaran jenis Gyrinops.
Roemantyo dan Partomihardjo (2010) menggunakan koleksi herbarium yang terdapat di Herbarium
Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI untuk memetakan populasi Gyrinops, seperti terlihat pada Gambar
1.
Dari studi pustaka, diketahui terdapat tujuh jenis Gyrinops yang telah didentifikasi di wilayah Indonesia.
Untuk mengetahui perbedaan tiap spesies Gyrinops, maka diperlukan kunci pengenalan spesies Gyrinops
tersebut.
Kunci pengenalan jenis atau juga dikenal dengan istilah kunci identifikasi/determinasi ialah cara untuk
mengenali jenis Gyrinops dan mengelompokannya pada jenis tertentu. Kunci pengenalan spesies terdiri atas
sederetan pernyataan yang terdiri dari dua baris dengan ciri-ciri yang berlawanan atau dikenal dengan istilah
kunci dikotomi.
Kunci pengenalan yang telah dibuat dapat digunakan sepanjang jenis-jenis yang diidentifikasi telah termasuk
didalam kunci tersebut. Membaca kunci harus dimulai dengan memperhatikan dasar-dasar pemilahannya,
misalnya didasarkan pada sifat-sifat daun. Berikut akan disajikan kunci pengenalan untuk tiap spesiesnya.
b. Jumlah tulang daun sekunder 25-35 pasang. Perbungaan terdiri atas 2-3 bunga. Tangkai bunga 3-5 mm. Daun
mahkota bersatu hanya pada bagian pangkalnya. Buah berbentuk seperti alpukat, panjang 1,4 cm ……………….…
………………………………………………………………..….........................................................................… G. ledermannii
4.a. Daun bentuk jorong-lanset, berukuran 10–11,5 cm x 1-1,5 cm. Kelopak bunga sama panjang dengan benangsari
........................................................................................................................................................ G. salicifolia
b. Daun bentuk persegi panjang atau bulat telur-lonjong, sangat jarang jorong, berukuran 6-13 cm x 1,5-4 cm.
Daun mahkota lebih pendek dari benang sari ……………………………………………...........................................…..... 5
5.a. Panjang tangkai bunga 5 mm. Daun mahkota lonjong sama panjang dengan benangsari ………… ........................
.......................................................................................................................................................... G. caudata
b. Panjang tangkai bunga 1-3 mm. Daun mahkota bentuk jantung ...................................................................... 6
6.a. Tulang daun sekunder pada permukaan atas dan bawah licin, berjumlah 12-16 pasang. Putik lebih pendek
dari tabung bunga. Buah berbentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung buah luncip, pangkal runcing-
membundar ………………………………………………………….................................................................…... G. versteegii
b. Tulang daun sekunder terlihat jelas pada permukaan bawah, berjumlah 25-40 pasang. Putik lebih panjang dari
tabung bunga. Buah bentuk seperti avokat, berbulu, ujung buah lancip, pangkal bentuk Pasak ………………………
……………………………………………………..……………............................................................................….G. podocarpus
10
seling dengan cuping kelopak, biasanya berbulu lebat. Benang sari 5, berdiri sendiri, terletak sejajar atau
dibawah daun mahkota. Bakal buah bentuk jorong atau bulat telur sungsang, berbulu roma, melekat atau
bertangkai pendek, beruang 2; kepala putik kecil. Buah kapsul beruang, bulat telur sungsang sampai jorong,
warna kuning-kemerahan, tangkai buah panjang dan muncul dari atas atau dari sisi tabung bunga. Biji bentuk
bujur telur, bundar pipih, biasanya dengan sumbat lembaga pada bagian pangkal.
Persebaran marga Gyrinops di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Irian (Papua New Guinea), Ceylon (G.Walla
Gaertn.). Tempat tumbuh di hutan dataran rendah sampai ketinggian hingga 900 m dpl.
11
tangkai bunga 4 mm, kelopak bunga lonjong, panjang 3 mm, tegak, ujung membengkok, daun mahkota
biasanya bersatu dengan benangsari, benangsari ada dibawah/didalam. Bakal buah bulat telur atau jorong;
kepala putik bulat telur. Buah bulat telur, berukuran 1,5 x 1 cm, tangkai buah pendek, buah muncul dari celah
lateral tabung bunga, biji bulat telur, jumlah 1-2. Tidak ditemukan anakan.
Persebaran: Maluku (pulau Buru, Kajeli dan Halmahera).
Tempat tumbuh:-
Waktu perbungaan:-
Perbanyakan : -
Pemencaran : -
Pemanfaatan : -
12
13
14
15
Koleksi Anakan
16
17
18
Batang
(Foto Conn)
www.pngplants.orgPNGtreesTreeDescriptionsGyrinops_ledermannii_Domke.html.
(Foto Conn)
http//www.pngplants.orgPNGtreesTreeDescriptionsGyrinops_ledermannii_Domke.html.
19
20
21
(httpapps.kew.orgherbcatgetImage.doimageBarcode=K000802230)
22
23
Tempat Tumbuh: Hutan primer dataran rendah pada ketinggian 5-20 m dpl. (fide BW 6738). G.caudata
ditemukan di hutan primer di Agat, Mappi dan Boven Digul dan Merauke, Papua Barat. Tumbuh diantara
hutan Sagu dengan jenis tanah berpasir. Jenis ini juga ditemukan ditanam di Aboge dan desa Ecy, kota Assue,
24
(FotoConn)
www.pngplants.org/PNGtrees/TreeDescriptions/Gyrinops_caudata_Gilg_Domke.html
25
26
27
28
Anakan
29
30
31
Semiadi, G, H. Wiriadinata, E.B. Waluyo, D. Darnaedi. 2010. Rantai Pasokan Produk Tumbuhan Gaharu
(Aquilaria spp.) asal Merauke, Papua.Buletin Plasma Nutfah 16 (2): 150-159.
Setyowati, F.M. dan Wardah. 207. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak di Sekitar
Taman Nasional Bukit Tiga puluh, Riau. BIODIVERSITAS 8(3): 28 – 232
Sidiyasa, K. and M. Suharti. 1987. Jenis-jenis tumbuhan penghasil gaharu. Makalah Utama Diskusi pemanfaatan
kayu kurang dikenal. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.
Siran, S.A. dan M.Turjaman. 2010. Perkembangan Pemanfaatan Gaharu. Dalam: Teknologi Produksi Gaharu
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Sitepu, I.R, E. Santoso and M. Turjaman. 2011. Identication of Eaglewood (Gaharu) Tree Species Susceptibility.
Reserch and Development Centre for Forest Conservation and Rehabilitation. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Indonesia.
Syamsuwida, D., A. Aminah dan A.R. Hidayat. 2008. Pertumbuhan semai gaharu (Aquilaria malaccensis)
setelah aplikasi paklobutrasol selama penyimpanan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 5(1): 21-31.
Susilo, A, dan T. Kalima. 2013. Laporan perjalanan eksplorasi jenis Aquilaria spp. dan Gyrinops spp. di hutan
lindung Sungai Wain, Kalimantan Timur.
Turjaman, M. 2011. Production and Utilization Technology for Sustainable Development of Eaglewood
(Gaharu) in Indonesia, Completion Report of ITTO Project. ITTO PD425/06 Rev.1(I). R&D Centre for Forest
Conservation and Rehabilitation.
Wahyudi, A. 2013. Kenali lebih dekat, jenis gaharu berdasarkan daun, Gaharu Super Kalbar. Kelompok Usaha
Tani Gaharu Kalimantan Barat (GSK). Thursday, January 31, 2013. http://gaharusuperkalbar.blogspot.
com/2013/01/cara-mengenali-jenis-gaharu-berdasarkan-daunnya.html?m=0. Diakses 9 Januari 2014.
Whitmore, T.C. 1973. Thymelaeaceae. Tree Flora of Malaya. Vol 2. Forest Departement Ministry of Primary
Industries Malaysia.
34
Winarni, A. 2011. Populasi dan Potensi Regenerasi Tumbuhan Penghasil Gaharu (Aquilaria microcarpa
Baill.) di hutan Kota Kembang dan hutan karet, Kecamatan Sarolangu, Kabupaten Sarolangun, Provinsi
Jambi. Tesis Program Pascasarjana, program Studi Biologi, Depok. 84 hal. http://www.Loncar.ui.ac/
file=digtal/20289233-T29530-Populasi%20potensi-full%20text.pdf.
Wiriadinata, H. 1995. Gaharu (Aquilaria spp.) Pengembangan dan Pemanfaatan yang Berkelanjutan. Dalam
Lokakarya Pengusahaan hasil Hutan non kayu (Rotan, Gaharu dan Tanaman Obat).
35