Buletin Penelitian Hasil Hutan
Vol. 17 No.3 (2000) pp. 169-177
PENGOLAHAN TIGA JENIS ROTAN DENGAN MENGGUNAKAN
BERBAGAI KOMPOSISI CAMPURAN MINYAK PEMASAK
(The processing of three rattan species using several different mixed frying oil
compositions)
Olch /By
Abdul Hakim Lukman & Zulnely
Summary
The processing of dnve rattan species from West Java, ie: pelah (Daemonorops rubra Bl),
sseel (D. melanochaetes BL) and seuti (Calamus ornatus BL) was carried out by frying them each in the
paln oil previously mixed with kerosene. The mixture between kerosene and palm oil for the frying was
‘made in four different proportions, ie. 4:0, 4:1, 4:2, and 4: 3, respectively. The fiving was
done at temperature of 130°C which was maintained for 20 minutes. The objective of this study was
to find out the optimum proportion of mixture between palm oil and kerosene for the frying which
could result inthe fried rattan with its best or most satisfactory physical and mechanical propertion.
The results of the frying showed that differen proportions of the palm oil and kerosene mixture
affect significantly the specific gravity, moisture content, static bending strength, and compression
parallel to the grain of the boiled rauans; mean while, different rattan species only brought about
significant effect on the specific gravity. Seuti rattan species had higher specific gravity (0.51) than
pela rattan (0.44) and seel rattan (0.47) species. The mixture of kerosene and palm oil at proportion
of 4: 2 seemed optimal in achieving satisfactory: properties of the fried rattan, The properties as
obtained for pelah rattan species were 0.46. (for specific gravity) , 13.58% (moisture content), 249.46
Ayiem? (static bending strength), and 212.96 kgenr™ (compression parallel to the grain). Meanwhile,
the corresponding properties for seel; anu seuti species wore 0.51, 13.89%, 313.43 keen’, and 245.42
kgm 292.19 hwem’, 20541 kg/em’; respectively. It is recommended t0 use the
mixture of kerosene and palm oil with the respective proportion of 4: 2 to,fiy the rattan at 130°C for
20 minutes.
Key words: rattan, paln oil, kerosene, physical ~ mechanical propert
Ringhasan
Pengolahan tiga jenis votan dari Jawa Barat yaitu rotan pelah Daemonorops rubra BL), rotan
sel (D. melanochactes BL) dan rotan seuti (Calamus omatus BY dengan cara menggorengrya di
dalam campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit pada perbandingan 4:0; 451: 4:2dan
4: 3. Kondisi penggorengan adalah sul pemasak 130°C dan lamanya 20 menit, Tujuan dari
penelitian ini uituk mencar’ komposisi campuran minyak kelapa sawit dan minyak tanah sebagai
‘munya persggoreng rotan yong terbaik
Hasil percobaan menuyubkan balnwa komposisi minvak penggoreng meniberikan pengaruk yang
myata terhadap berat jenis, kadar air, keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar sera.
Sedangkan iituk jenis rotan hanya berpengaruh pada berat jenis saja. Dari percobaan juga diperoteh
bahvwar berat jenis rotan seuti (0,51) lebih tinggi dibandingkan dengan rotan pelah (0,44) dan rotan
sevl (0,47). Kondist penggorengan yeaig baik diperoleh pada campuran minvak tanah dan minvak
Kelapar sawit dengan perhandingan 4 > 2. Pada kondisi tersebut dihasilkan rotan dengan sifat-sifat
enrenta yaitu berat jenis (0-46; 0,31, dan 0,50 berturut-turut untuk jents rotan pelah, seel, dan seuti)
kadar,air (13.58%, 13,85% dan 13,26% untuk pelah, seel dan seuti); keteguhan lentur statis
169(249,46 kg) 313,43 kgiem? dan 292,19 kg/om? untuk pelah, seel dan seuti); dan keteguhan tek
sujajar serat ( 212,96 kgvem’, 245,42 kg/m’, dan 203,41 kg/cm? untuk pelah, seel, dan seuti
Disarankan untuk menggoreng rotan dengan campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit
‘menggunakan perbandingan 4 : 2, pada sul 130°C selama 20 menit.
Kata kunei : rotan, minyak kelapa sawvit, minyak tanah, sift fisis mekans
J. PENDAHULUAN:
Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan (bukan Kay) yang, mempunyai
peranan penting bagi pertumbuhan ckonomi, baik sebagai sumber devisa maupun sumber
penghasilan bagi masyarakat sckitar hutan. Jumlah jenis rotan yang telah dikenal dan
diperdagangkan untuk kebutuhan Iokal maupun ekspor masih sangat sedikit dibanding
dengan potensi jenis yang dimiliki hutan alam Indonesia.
Menurut Djajapertjunda dan Abidin (1973), diperkirakan jenis rotan di Indonesia
scbanyak 300 jenis, bahkan Alrasjid (1980) mengemukakan jumlah yang lebih besar lagi
yakni 332 jenis. Potensi rotan di dacrah Jawa Barat baik rotan komersial maupun non
komersial ada 23 jenis (Anonim, 1985) dan khusus untuk dacrah kawasan gunung
Pameungpeuk Taman Nasional Gunung Halimun yang termasuk DT Il Lebak Jawa Barat
ditemukan ada 13 jenis rotan (Kalima dan Sutisna, 1998),
Dari sckian banyak jenis rotan yang ada di Jawa Barat, jenis rotan komersial yang
dipungut oleh Perum Perhutani Unit III ada 5 jenis yaitu rotan seuti, seel, pelah, balukbuk
dan tretes (Anonim, 1985). Di dalam pemungutan rotan ini masih dijumpai penumpukan
rotan segar (rotan asalan) dalam waktu yang agak lama karena lokasi pengolahan jauh
dari sumber, akibatnya rotan asalan terscbut rusak akibat scrangan jamur.. Sedangkan
teknologi pengolahan rotan paska panen ini cukup sederhana dan dapat dilakukan di lokasi
sumber schingga pengolahan dapat dilakukan secepat mungkin
Pengolahan (primer) rotan segar komersial yang lazim dilakukan meliputi sortasi,
pembersihan, penggorengan, dan sulfurisasi. Dalam proses penggorengan biasanya
digunakan minyak tanah, solar, minyak kelapa dan oli, baik secara tungeal maupun dalam
bentuk campuran. Proses penggorengan rotan bertujuan untuk menghilangkan lapisan. lilin
dan silika dari permukaan kulit rotan: mengurangi kadar air; mencegah serangan jamur,
dan meningkatkan clastisitas rota. Menurut Yudodibroto (1980), perbedaan komposisi
minyak pemasak dan kondisi pemasakan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
sifat-sifat rotan.
Rachman (1984) mencoba memvariasikan minyak penggoreng rotan dari solar.
minyak tanah dan minyak kelapa. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa komposisi
minyak penggoreng sangat berpengaruh terhadap warna kulit rotan. Komposisi minyak
penggoreng rotan yang memakai minyak kelapa menghasilkan wama kulit rotan yang,
baik.
Penelitian penggorengan rotan scuti dan scel pernah dilakukan oleh Zulfiandri (1993)
dan Marsoem (1991). Dari hasil percobaan menggoreng rotan scuti dengan menvariasikan
komposisi minyak penggoreng (minyak tanah dan minyak goreng), diperoleh komposisi
minyak tidak berpengaruh pada wama kulit rotan dan kadar air , tetapi berpengaruh pada
erat jenis, kefeguhan lentur statis dan keteguhan tckan sejajar serat (Zulfiandri, 1993)
Dari hasil percobaan Marsoem (1991), penggorengan rotan scel dengan minyak tanah dan
170 Bul. Pen, Has. Hut, Vol. 17 No. 3 (2000)dilanjutkan pemutihan akan menyebabkan kadar air rotan dan keteguhan lentur statis
menurun.
Berdasarkan hal di atas maka untuk meningkatkan pemanfaatan jenis dan kualitas
rotan yang berasal dari Jawa Barat perlu dilakukan penelitian mengenai pengenalan sifat
dasar dan sifat pengolahan yang sesuai untuk setiap jenis Oleh karena itu dilakukan
pereobaan pengolahan tiga jenis rotan yaitu jenis pelah (Daemonorops rubra BL), scel
(D. melonocheetes BI.) dan seuti (Calamus ornatus BI.) asal Bogor Jawa Barat, dengan
cara _menggorengnya di dalam campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit. Tujuan
percobaan ini untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran minyak penggoreng dan
jenis rotan terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Sasarannya untuk mengetahui komposisi
‘yang baik ditinjau dari aspek teknis dan ckonomis.
II. BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis rotan yaitu rotan pelah
(Daemonorops rubra BI), scel (D. melanochaetes BL.) dan seuti (Calamus omnatus
BI), yang diperolch dari RPH Gunung Bunder, BKPH Leuwiliang- KPH Bogor, dengan
diameter sckitar 25 - 35 mm. Minyak penggoreng yang digunakan dalam proses
penggorengan adalah campuran minyak tanah dan minyak sawit dalam berbagai
perbandingan,
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah bak penggoreng, kompor minyak tanah
bertckanan udara. termometer, gergaji, parang, meteran, kaliper, timbangan, oven, mesin
uji universal
B. Metode Penelitian
Persiapan bahan baku rotan
Dari tiga jenis rotan yang ditcliti diambil sebanyak 20 batang rotan setiap jenis.
Rotan tersebut dipotong-potong dengan ukuran panjang sckitar 60 cm., dibersihkan
dari kotoran dan sisa pelepah yang masih menempel dengan menggosoknya
menggunakan sabut kelapa. Sclanjutnya dicuci dengan air sampai bersih,
xv
Penggorengan
Setelah tahap persiapan bahan baku, dilakukan penggorengan rotan dengan
berbagai komposisi campuran minyak tanah dan minyak kekipa sawit pada suhu
130°C sclama 20 menit. Komposisi bahan tersecbut ada empat macam berdasarkan
perbandingan volume, yaitu 4: 0:4: 1;4:2 dan 4:3
w
. Pengujian sifat fisis dan mekanis rotan
Ketiga jenis rotan baik scgar maupun sctclah digoreng diuji sifat fisis dan
mekanisnya yang, meliputi berat jenis, kadar air, keteguhan lentur statis, dan keteguhan
tckan sejajar_serat berdasarkan standar pengujian untuk kayu menurut_ ASTM
(Anonim, 1973).
Bul. Pen. Has, Hut, Vol. 17 No. 3 (2000) 1714, Rancangan Percobaan dan Pengolahan Data
Penelitian ini melibatkan dua faktor, yaitu faktor jenis rotan dengan uga taraf dan
faktor komposisi minyak penggoreng (campuran minyak tanah dengan minyak sawit)
yang terdiri dari empat taraf. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
facak lengkap faktorial 3 x 4 dengan ulangan scbanyak 5 kali. Jenis rotan yang
digunakan terdiri dari rotan pelah (a;), rotan seel (a;), dan rotan seuti (as),
Komposisi campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit yang digunakan adalah
4:0(b,),4: 1 (by), 4 : 2 (b3), dan 4 : 3 (bs).
Untuk mengetahui pengaruh faktor yang dianalisis dilakukan sidik ragam (uji F)
sedangkan untuk mengetahui pengaruh berbagai taraf dalam faktor yang, berpengaruh
nyata terhadap sifat yang diyji digunakan uji beda menurut prosedur Tukey (Steel dan
Torrie, 1991)
Sementara itu tersedia pula data sifat fisis mekanis rotan segar. Data im
dibandingkan dengan data dari rotan hasil penggorengan dengan cara persentase
karena data rotan segar hanya satu ulangan.
Ul. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis rotan setclah digoreng yang meliputi berat
jjenis, kadar air, keteguhan lentur statis dan keteguhan tckan sejajar serat disajikan pada
Tabel |. Sidik ragam dan uji bedanya tcrcantum pada-Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis rotan hasil penggorengan ”
Table 1. Physical and mechanical properties of fried canes of the rattan”
bs ‘Stat Pree) mp. minyakpengaorena senistotan (Ratan spaces) |
(Feing of composition) | Peta Sea Sak
1 | Beratiens toa Ow Ow os
(Specie graviy) at 042 09 053
42 046 051 050
43 0.48 0.48 056
2 | Kederar 40 1480 7485 6.41
(oistre content) % as 1351 1417 1891
42 1358 1385 132
43 1280 1288 1257
| Retegihan bata sais 40 DiS 19807 | 19675
(Static bending srengt) kglem® at 10 mz | 208
42 2946 334 | w219
43 50056 wor | sean
| Kelegihan tekan sezaar seral +0 11255 raoes | 12305
(Compression parle 0 grain), kc? at 15807 sas | 18798
42 22% | 254 | m4
43 2351 27eos | ze07
Keterangan (Remarks) Kemposts ersebut untuk campuran minyaktanah dan minyak kelapa sai (The proportion is forthe
‘mixture of kerosene and palm ol respeclvely)
2 Rata-ata dav 5 ulangan { Average ofthe Srepications |
172 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 17 No. 3 (2000)Tabel 2, Sidik ragam sifat fisis dan mekanis rotan hasil penggorengan
Table 2, Analysis of variance of the physical and mechanical properties of the fried
rattan
(Properties) (Source of varance) (Mean square) | (F cate)
Berat jens = Jens olan (Ratan specs), A 0186 7447
(Spectie rauty) Komp Minyak pengooreng (Frying ai composter),B} 00199 796"
Intra eration), AB 0.0040 160
Koder ar - dents totan (Ratan species) A 7.065 246
(Massie conten Komp Mryak penagoteng (Frying of compasitor),B } 130685, | 410°
= erat (ntact), AB 0.4606 <1
Keleguhan fet stats ens olan (Ratan species), A $307 51 264
(Static bonding strent Komp Mryakpenggoreng (Frying al composition), 8 | 9522.86, 1234"
=Ineraksi(hfraction), AB 184507 <1
Ketequhan tekan sejgjarserat_| - Jens rotan (Rattan species), A 800 1,88
(Compression paral fo rain) | - Komp. Mryak penggcreng (Frying ol compost) 8 von | age
Interakst (teraction), AB su <1
Keterangan (Remarks) * — Nyata(Siicance),P = 095
* Sangat nyata (Higly significance), P = 0.99
Sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis rotan_ berpengaruh pada berat
jenis rotan, sedangkan untuk kadar air, keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar
serat tidak berpengaruh. Berdasarkan uji beda (Tabel 3) memperlihatkan bahwa rotan
seuti memiliki berat jenis (0,51) yang lebih tinggi dibandingkan dengan rotan pelah (0,44)
dan secl (0.47), Menurut Sunardi (1976) nilai berat jenis rotan atau bahan berselulosa
Jainnya tergantung pada besar dan tebal dinding scl. Scmakin tebal dinding sel suatu jenis
rotan, maka nilai berat jenis rotan tersebut makin tinggi. Dari ketiga jenis rotan yang,
ditcliti, dua jenis di antaranya (pelah dan seel) termasuk genus Daemonorops dan satu
jenis (seuti) tergolong genus Calamus. Hasil penclitian Indrawati (1992) menunjukkan
bahwa rotan dari genus Calamus memiliki dinding sel yang lebih besar daripada genus
Daemonorops. Hal ini menunjukkan bahwa_jenis rotan dari genus Calamus mempunyai
berat jenis yang lebih besar dibanding genus Daemonorops
Hasil sidik ragam pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa komposisi: minyak
penggoreng berpengaruh kepada scmua sifat fisis mekanis rotan yang diuji (berat jenis,
* kadar air, keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat),
Hasil uji beda pada Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan campuran minyak tanah
dan minyak kelapa sawit sebagai media pemasak dapat meningkatkan nilai berat jenis
rotan socara nyata dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah saja, Hal ini terjadi
karcna dengan pcnambahan minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak akan
melarutkan sebagian komponen dan zat ektraktif yang terkandung dalam rotan, sehingga
volume rotan menyusut. Menyusutnya volume rotan terscbut akan mengakibatkan berat
jenis rotan bertambah (Rachman dan Rohadi, 1986). Minyak penggoreng dengan
komposisi campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit dengan perbandingan 4 : 1,
4: 2, dan 4 : 3, masing-masing tidak saling memberikan perbedaan yang nyata terhadap
peningkatan berat jenis.
Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 17 No. 3 (2000) 173Table 3. Uji beda berat jenis rotan
Table 3. Test of difference of rattan specific gravity
Sat (Properties) dens tn (Ratanspeoes) | Ratsn(Aveage)” | Dow |
Besa janis (Specic gavty) Pesh Ota }
Seal oar 004
Seut 0b
Kelerangan (Remarks)? Angka dalam lar yang kul ole huruf yang sama menurjukkan task berbeda nyataP=0
(Numbers wiin a calm folowed by the same eter are not significant cferent P=0 5)
D = bed, menurut yj Tukey (diflerance, based on Tukey fest)
inyak penggoreng terhadap sifat fisis dan
Tabel 4. Uji beda pengaruh komposisi
mekanis rotan
Table 4. Test of difference for the physical and mechanical properties of rattan, as
obtained fron different frying oil compositions
a
Komposisi minyek penqgoreng
Sta " Ralaan (rag)? | Daw
(resins) (Fg comp) veratl
Beratjenis 40 02a
(Specific gravity) 41 O48b 006
42 04d
43 O5tb
Kedar ar 4:0 1802b
(Moisture content) 41 13.86 ab 174
42 1356 ab j
43 12a
Keteguhan lent stats 40 198864
(Sate bending strength) at 27a 5782
42 Bad
43 248d
Keleguian tekan sear serat 40 118838 |
(Compression parle! o grain) a4 179530 4414
42 WwBre
43 B3Ste
LVL
Keterangan (Remarks)
71 Angka dalam lajur yang dik oleh hurt yang sama menurwukkan bck berbeda yaa, P= 095
(Numbers wihin a column folowed by the same ket are not significant ciflrent, P= 0:95)
D = bed, menurt us Tukey (diffrence, based on Tukey test)
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak kelapa sawit
dalam campuran minyak penggoreng, rotan, maka kadar air makin menurun, Campuran
minyak tanah dan minyak kelapa sawit dengan perbandingan 4: 3 sebagai minyak
penggoreng, dapat menurunkan kadar air rotan lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan minyak tanah saja. Hal in? diduga karena suhu penggorengan yang
174 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 17 No. 3 (2000)dihasilkan dari campuran minyak kelapa sawit dan minyak tanah lebih stabil, sehingga
keluar air dari rotan lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah
saja ( Zulfiandri, 1993),
Penelitian Zulfiandri (1993) menunjukkan bahwa komposisi campuran minyak sawit
dan minyak tanah sebagai minyak penggoreng tidak berpengaruh terhadap kadar air rotan
uti, Scciangkan waktu penggorengan (30, 45 dan 60 menit) berpengaruh nyata di mana
yang terbaik adalah waktu 60 menit dengan kadar air 13.80%, Pada penelitian ini kadar
air rotan seuti dengan waktu penggorengan 20 menit diperoleh sebesar 12.57%
Scmentara itu nilai kadar air pada penelitian Zulfiandri dengan waktu 30 menit diperoleh
kadar air sebesar 17,50%. Perbedaan nilai kadar air yang diperolch dari dua percobaan
ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kadar air rotan,
Hasil uji beda pada ‘Tabel 4 menunjukkan pula bahwa komposisi minyak penggoreng
4: 2.dan 4:3 memberikan nilai keteguhan leniur statis dan keteguhan tekan sejajar serat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua komposisi campuran lainnya (4 ; 0 dan
4:1), Hal ini disebabkan olch penambahan minyak kelapa sawit dalam menggoreng rotan
dapat mengurangi degradasi kerusakan selulosa dalam batang rotan, Sifat mekanis kaya
atau bahan berselulosa seperti rotan sangat ditentukan olch serabut-serabut berdinding
tebal. Semakin tinggi proposi scrabut-scrabut berdinding tebal berarti berat jenis rotan
akan semakin tinggi, schingga menyebabkan kekuatan mekanis rotan semakin meningkat
pula (Hadikusumo, 1989). Pada penelitian ini komposisi minyak penggoreng 4 - 2
merupakan komposisi yang terbaik, karena kekuatan dari rotan yang dihasilkan olch
komposisi minyak penggoreng 4 : 2 dan 4 : 3 sama dan bila dilihat dari pembiayaannya
maka Komposisi minyak penggoreng 4-2 lebih murah dari pada 4 : 3, Sebagaimana
diketahu harga minyak kelapa sawit lebih tinggi dari pada minyak tanah. Pada komposisi
4-2 pomakaian minyak ke 50%, sedangkan pada komposisi 4 : 3 scbanyak
75%.
TabelS. §
Table S. Physical and mechanical properties of green (fresh) rattan canes
7 suit serisrotan Rettan species)
Papetesy Ptah Seel Seat
1 | Beat eis Specte rauty 0x oat 036
2 | Kadar air (ois % 12479 1273 104.24
3 an ents bencing strength), kaon? 100,09 1270 12145
4 an tekan sep seat ( Comeresson para fo air) 10669 10231 93.24
. —!
Pada Tabel 5. tercantum data sifat fisis dan mekanis rotan segar, data ini'dibandingkan
dengan data sifat rotan hasil penggorengan. Berdasarkan Tabel | terlihat bahwa nila
berat jenis rotan sctclah digoreng (00.42 — 0,56) lebih tinggi 20% dibandingkan dengan
nilai berat jenis rotan segar yaitu sekitar 0.33 ~ 0.47 (Tabel 5). Scbaliknya nilai kadar
air rolan setclah di goreng (12,57 % — 15,41 %) menurun 88% dibandingkan dengan
nilai kadar air rotan segar (104.24 % ~ 122,73 % ). Secara umum, ketiga jenis rotan
Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 17 No. 3 (2000) 175yang diuji setelah digoreng mempunyai nilai kadar air dibawah nilai titik jenuh seratnya.
Di mana pada taraf kadar air demikian serangan buluk (mould) dan jamur (blue stain)
dapat dicliminir (Silitonga, 1987).
Nilai keteguhan lentur statis dan keteguhan tckan sejajar serat dari rotan yang
digoreng (Tabel 1) berturut-turut sekitar 196,75 ke/em’ 339,71 kg/em* dan 112.55
kg/m’ 278,04 ke/em’. Kedua nilai tersebut lebih tinggi 150% untuk keteguhan lentur
statis dan 100% untuk keteguhan tekan sojajar serat bila dibandingkan dengan nilai
ketegulan lentur statis (100,09 kg/cm’ 123,70 kg/om’) dan keteguhan tekan sejajar serat
(93.24 kg/em?- 109.69 kg/m’) rotan segar. Hal tersebut scswai dengan pendapat
Rachman (1984) yang menyatakan bahwa penggorengan rotan dapat meningkathan wama
dan bebcrapa sifat mekanis rotan.
IV. KESIMPULAN
Pengolahan rotan pelah, sce! dan seuti dengan cara digoreng dalam campuran minyak
tanah dan minyak kelapa sawit dapat menurunkan nilai kadar air rotan dari rata-rata
116.25% menjadi 13.79% atau turun sepersembilannya , dan meningkatkan rata-rata nilat
berat jenis, keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat_men) di 0.47,
263.28 kg/em’ dan 193,29 kg/em™
Rotan yang digoreng dengan minyak tanah tanpa penambahan minyak kelapa
(komposisi 4 ; 0) mempunyai nilai berat jenis, keteguhan lentur statis dan keteguhan tank
sejajar serat yang lebih rendah dibandingkan komposisi dengan penambahan minyak
kelapa sawit. Komposisi campuran miinyak tanah dan minyak kelapa sawit yang baik
untuk menggoreng rotan pelah, seel dan scuti adalah dengan perbandingan 42. Pada
kondisi tersebut dihasilkan rotan dengan sifat-sifat tertentu yaitu berat jenis (pelah 0.46.
seel 0,51; seuti 0,50), kadar air (polah 13,38%: seel 13.
Ientur statis (pelah 249,46kg/em’; seel 313,43kg/em; scuti 292,19 kg/cm’). dan keteguhan
tarik sejajarserat (pelah 212,96kg/em*: sccl 245.42kv/em”, scuti 205.41 kg/cm)
Disarankan untuk menggunakan campuran minyak tanah dan minyak kelapa sawit dengan
perbandingan 4:2 untuk menggoreng rotan pada subu 130°C selama 20 menit
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1973. Annual Book of ASTM. Standar. Serial Designation D. 143-52 and
1245-70, American Society for Testing and Materials, Philadelphia
_ 1985, Studi Pengembangan Tanaman Rotan di Jawa Barat. Lembaga
Penclitian IPB - Bogor.
Anonim, 1997. Pengembangan Pengolahan Rotan Lepas Panen. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Jakarta.
Alrasjid, H., 1980, Pedoman Penanaman Rotan. Lembaga Penelitia
Djajapertjunda, S. dan Z.E. Abidin, 1973. Beberapa Catatan Tentang Rotan Indonesia.
Direktorat Pemasaran, Dircktorat Jenderal Kehutanan, Jakarta
Hutan.. Bogor,
176 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 17 No, 3 (2000)Hadikusumo, S.A. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Indrawati, L., 1992. Struktur Anatomi Beberapa Jenis Rotan, Skripsi Jurusan Teknologi
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan - IPB, Bogor.
Kalima, T. dan U. Sutisna, 1998. Keanckaragaman dan Keberadaan Jenis Rotan di
Gunung Pameungpeuk Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Buletin
Penelitian Hutan No. 616 : 27 —38.
Marsoem, $.N. 1981. Pengaruh Pemasakan Rotan Terhadap Sifat Fisik dan Mekaniknya.
Dalam Anonim, 1991, Abstrak Hutan dan Kehutanan Vol. 1 No. 3 Rotan.
Perpustakaan Mangala Wanabakti_, Jakarta.
Rachman, O., 1984, Pengaruh Kondisi Penggorengan Terhadap Kualitas Rotan Manau
((Calantus manan Miq,). Jumal Penelitian Hasil Hutan, 1 (4): 14 = 19,
Rachman, O. dan D. Rohadi, 1986. Teknologi Pengolahan Rotan. Prosiding Lokakarya
Nasional Rotan . Departemen Kehutanan, Jakarta
Silitonga, T. , 1987. The Effect of Several Cooking Oil Composition on Manau (Calamus
manan Mig,) Canes. Proceding of the International Rattan Seminar, International
Development Research Center (IDRC), Thailand.
Steel, R.G.D. dan Torrie, JH, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika (terjemghan) PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sunardi, 1976, Sifat-sifat Fisika Kayu. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Yudodibroto, H., 1980. Suatu Tinjauan Tentang Rotan dan Masalahnya. Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
Zulfiandri, 1993. Kajian Ponggorengan Rotan Seuti (Calamus ornatus) Terhadap Sifat
Fisik dan Mekaniknya, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Bul. Pen. Has. Hut, Vol. 17 No. 3 (2000) 177PETUNJUK BAGI PENULIS
BAHASA : Naskah ditulis dalam bahasa
Indonesia dengan ringkasan dalam bahasa
Inggris atau dalam bahasa Ingeris dengan
ringkasan dalam bahasa Indonesia.
FORMAT : Naskah diketik di atas kertas
kuarto putih pada suatu permukaan dengan 2
spasi. Pada semua tepi kertas disisakan
ruang kosong minimal 3,5 om.
JUDUL + Judul dibuat tidax lebih dari 2
baris dan harus mencerminkan isi tulisan.
Nama penulis dicantumkan di bawah judul
RINGKASAN : Ringkasan dibuat tidak lebih
dari 200 kata berupa intisari permasalahan
secara menyeluruh, dan bersifat informatif
mengenai hasil yang dicapai
KATA KUNCI : Kata kunci dicantumkan di
bawah ringkasan
TABEL : Judul Tabel dan keterangan yang
diperlukan ditulis dalam bahasa Indonesia
dan Inggris dengan jelas dan singkat. Tabel
harus diberi nomor. Penggunaan tanda koma
( dan titik () pada angka di dalam tabel
masing-masing menunjukkan nilai pecahan/
desimal dan kebulatan seribu.
GAMBAR GARIS : Gratik dan ilustrasi lain
yang berupa gambar garis harus kontras dan
dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar
garis harus diberi nomor, judul dan kete~
Tangan yang jelas dalam bahasa Indonesia
dan Inggris.
FOTO : Foto harus mempunyai ketajaman
yang baik, diberi judul dan keterangan
seperti pada gambar.
DAFTAR PUSTAKA : Daftar pustaka yang
diryjuk harus disusun menurut abjad nama
Pengarang dengan mencantumkan tahun
penerbitan, seperti teladan berikut.
NOTES FOR AUTHORS
LANGUAGE : Manuscripts must be written’
in Indonesia with English summary or vice
verse,
FORMAT : Manuscripts should be typed
double spaced on one face of A4 white
paper. A 3,5 cm magin should be left all
sides.
TITLE : Title must not exceed two lines and
should reflect the content of the manuscript.
The author's name follows immediately
under the title,
SUMMARY : Summary must not exceed 200
words, and should comprise informative
essence of the entire content of the article.
KEYWORDS : Keywords should be written
following a summary
TABLE : Title of tables and all necessary
remarks must be written both in Indonesia
and English, Tables should be numbered.
The uses of comma (,) and point (.) in all
figures in the table indicate a decimal fraction,
and a thousand multiplication, respectively.
LINE DRAWING : Graphs and other line
drawing illustrations must be drawn in high
contrast black ink. Each drawing must be
numbered, titled and supplied with necessary
temarks‘in Indonesia and English.
PHOTOGRAPH : . Photographs submitted
should have high contrast, and must be
supplied with necessary information as line
drawing.
REFERENCE : Reference must be_listed in
alphabetical order of author's name with
their year of publications as in the following
example :
Allan, JE, 1961. The determination of copper by atomic absorption spectro-
photometry. Spectrochim. Acta, 17, 459 - 466.