You are on page 1of 18

Pulpitis reversibel, Ireversibel, dan Nekrosis pulpa

Filed under: Konservasi, Perio by dentisha1990 10 Comments


May 8, 2010

Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inIlamasi ringan yang apabila penyebabnya dihilangkan
maka inIlamasi menghilang dan pulpa akan kembali normal. Faktor-Iaktor yang menyebabkan
pulpitis reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi
servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatiI, kuretase periodontium yang dalam
dan Iraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersiIat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru muncul dan
akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada gejala
(bersiIat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat
menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda.
Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas
diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinIlamasi, respon awal yang langsung terjadi
(tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri akan meningkat.
Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa nyeri dan menurun
jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat
maupun terinIlamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan
intrapulpa.
Pulpitis Irreversible

Pulpitis irreversible merupakan inIlamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible
ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan
oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatiI,
trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran
darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan
hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,
terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh
lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa.
Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara
spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai
menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada
hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang
yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada
periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal,
seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai contoh,
aplikasi panas pada inIlamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin,
responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis
irreversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut
MumIord ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinIlamasi dan tidak terinIlamasi
adalah sama.
Nekrosis Pulpa

pulpa nekrosis
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada seluruh
atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inIlamasi dapat juga terjadi setelah jejas
traumatic yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inIlamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu
koagulasi dan likuiIaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang
dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis
koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas protein yang
mengental, lemak dan air. Nekrosis likueIaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorIus. Pulpa terkurung oleh dinding
yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah kolateral, dan venul serta limIatiknya kolaps akibat
meningkatnya tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuiIaksi.
Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible diserap atau didrainase melalui kavitas
karies atau daerah pulpa yang tebuka ke dalam rongga mulut, proses nekrosis akan tertunda;
pulpa di daerah akar akan tetap vital dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup
atau ditutupnya pulpa yang terinIlamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan
total serta timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :
1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiograIik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiograIik deIenitiI seperti pelebaran jaringan
periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiograIik mungkin jelas terlihat
. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah satu atau
beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
Keluhan subjektiI :
1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
2. Bau mulut (halitosis)
3. Gigi berubah warna.
Pemeriksaan objektiI :
1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada nekrosis tipe
liquiIaktiI.
5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan sondenasi sakit.
ipersensitivitas dentin
Posted Januari 3, 2010 by pu2t in Ikg, tugas. Ditandai:hipersensitivitas dentin. 4 Komentar
I. PENDAHULUAN
I.1. KARIES
Karies gigi adalah sebuah penyakit inIeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,
penanggalan gigi, inIeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab utama
karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Sisa makanan yang bergula (termasuk
karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan bertumpuk menjadi plak dan
menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan
bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi
proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email.
Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali
dilakukan pembuangan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.
Macam-macam karies:
1. Karies Email.
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras
pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel. Setelah
karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali permukaan email
rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri. Rencana perawatan karies:
Remineralisasi dengan pengulasan Iluor.
Konsul diet dan Iactor risiko yang lain.
Aplikasi penutupan Iisur.
Restorasi setelah ekkavasi lesi atau preparasi minimal.
2. Karies Dentin
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan
pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam, dan manis.
Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan mengikis
dentin. Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan
masam, dan manis. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk
harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Biasanya penumpatan secara langsung
masih bisa dilakukan dengan memberikan bahan pelapis sebelum diberikan bahan penumpat.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang rusak.
Salah satu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi adalah
semen glass ionomer. Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang sewarna
atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior tanpa mengesampingkan
Iaktor kekuatan, keawetan, dan biokompabilitas dari bahan tersebut (Nurdin, 2001).
Rencana perawatan karies email:
a) Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.
b) Pertimbangan resistensi dan retensi.
c) Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.
d) Penyingkiran karies dentin.
e) Menghaluskan bagian dalam kavitas.
I) Menghaluskan tepi preparasi.
3. Karies Pulpa
Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan
pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada
tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih
kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai pulpa gigi. Disinilah
dimana syaraI gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan terinIeksi. Abses atau
Iistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus. Rencana perawatan
dengan restorasi dengan preparasi minimal dan perawatan endodontik.
I.2. PULPITIS
Pulpitis atau inIlamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa dapat
terinIeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat
menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya
yaitu toksin, dan dapat juga karena Iaktor Iisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun
kebanyakan inIlamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies,
dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersiIat lokal dan agresiI. Apabila
lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama maka hal ini
merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel yang nantinya akan terus
berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.
Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:
1. Penurunan permebilitas dentin.
2. Pembentukan dentin reparatiI.
3. Reaksi inIlamasi secara respons immunologik.
Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang disebut
pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah, syaraI dan
cairan sel di jaringan yang mengalami trauma (anonim, 2009). Pulpitis secara klinis terdiri dari 2
macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan pulpa, yaitu reversibel dan ireversibel.
Pulpitis reversibel merupakan pulpitis yang jaringan pulpanya masih dapat dipertahankan
sedangkan pulpitis irreversible merupakan pulpitis yang sudah tidak dapat pulih kembali.
a) Pulpitis Reversibel
Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh
pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograI. Pulpitis reversibel akut berhasil
dirawat dengan prosedur paliatiI yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan
sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih
buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai
titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit
dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau
pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus
dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu
meletakkan bahan protektiI pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa
dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi amalgam.
b) Pulpitis Irreversibel
DeIinisi irreversibel adalah suatu kondisi inIlamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inIlamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau
normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi sudah ada
keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh Iaktor Iisis,
kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan
dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan
hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,
terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh
lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa.
Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara
spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai
menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada
hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang
yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan sedikit,
atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan
keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat
sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau drainase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa
sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang
bocor.
Pulpitis irreversible merupakan suatu inIeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut dari
karies yang bersiIat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak adanya
respon inIlamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro abses dan daerah
nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limIosit, sel plasma, dan makroIage.
pulpitis ireIersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan jaringan
pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis
irreversible dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita
tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan mengganggu aktiIitas
penderita. Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:
Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
Gejala SubyektiI: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama
sampai berjam-jam.
Gejala ObyektiI: karies proIunda, kadang-kadang proIunda perIorasi, perkusi dan tekan kadang-
kadang ada keluhan.
Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.
Macam Pulpitis irreversible berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis
irreversibel terlokalisasi dan pulpitis irreversible tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli
terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis. Tanda dan gejala dari pulpitis irreversible
terlokalisasi antara lain:
1. Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.
2. Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktiIitas pasien.
3. Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.
4. Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.
Perawatan Pulpitis Irreversible
Dalam melakukan perawatan pulpitis irreversible terlokalisasi agar perawataan yang dilakukan
dapat akurat, ada dua Iaktor yang dapat mempengarui proses perawatan, antara lain:
1. Lokasi gigi yang pulpitis irreversible (anterior atau posterior).
2. Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitiI atau nyeri).
Terapi: pulpektomi
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar
diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi. Perawatan terdiri dari
pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal
sebagai desinIektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau
Iormokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu Iaktor, maka pengambilan
pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan Iormokresol atau dressing yang serupa di atas
pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus
dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa
diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.
I.3. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan klinis merupakan tahapan yang penting dalam prosedur perawatan gigi. Dengan
dilakukannya pemeriksaan klinis, dapat diketahui bentuk-bentuk yang tidak normal maupun
kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi, jaringan lunak, serta jaringan pendukung pada
mulut seperti muskulus ataupun TMJ. Pemeriksaan klinis dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan ekstra oral.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan TMJ, sinus ekstraoral, pembengkakan pada wajah,
kelenjar limIe, dan tampilan umum wajah pasien (Heasman, 2003).
2. Pemeriksaan intra oral.
Pemeriksaan ini dibagi lagi menjadi 2 tahapan, yaitu pemeriksaan jaringan keras dan jaringan
lunak.
Pemeriksaan jaringan keras gigi
Gigi yang akan dilakukan perawatan harus diperiksa apakah terdapat karies, restorasi,
diskolorisasi, pemeriksaan mahkota, Iraktur, atrisi, abrasi, dan erosi (Heasman, 2003).
Pemeriksaan pada jaringan keras pada umumnya dilakukan dengan bantuan sonde atau explorer,
oleh karena itu biasa disebut dengan sondasi. Dengan bantuan sonde, kita dapat mengetahui
adanya margin atau celah tepi pada restorasi, kedalaman karies, serta kedalaman pit dan Iissure
gigi (SteIanac, 2001).
Pemeriksaan jaringan lunak gigi (jaringan periodontal)
Mukosa oral dan gingiva diperiksa, apakah terdapat diskolorisasi, inIlamasi, ataupun
pembentukan sinus (Heasman, 2003). Selain dua pemeriksaan di atas, terdapat pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang akan membantu dalam menentukan diagnosis dan tindakan.
II. PEMBAHASAN
II.3. DIAGNOSIS DAN TREATMENT
ELEMEN GIGI DIAGNOSIS TREATMENT ALAT DAN BAHAN

Karies klas (MOD) pulpitis reversibel Bongkar tumpatan
Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
Kaping pulpa
Pembuatan tumpatan Round diamond bur
Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin dikloronat 2
Dengan hidroksida
Resin komposit
5
Karies klas 2 (proksimal) Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
Pembuatan tumpatan Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin dikloronat 2
Resin komposit
7
Karies klas 2 (proksimal) Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
Pembuatan tumpatan Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin dikloronat 2
Resin komposit
A. Pemeriksaan subjektiI :
1. Keluhan gigi belakang kiri atas ngilu bila minum / kumur air dingin.
2. Pernah ditambal, sering terselip makanan, lubang di sela-sela gigi.
3. Belum pernah sakit spontan.
4. Ingin ditambal sewarna gigi, tetapi tidak seperti tambalan sebelumnya.
B. Pemeriksaan objektiI :
1. Gigi molar satu atas kiri terdapat kavitas di daerah mesial dan sebagian tumpatan yang telah
hilang, dengan kedalaman dentin. Rangsangan taktil yang digoreskan pada dentin dengan alat
sonde.
Sondasi () Palpasi (-)
Perkusi (-) CE ()
2. Gigi premolar kiri atas terdapat kavitas pada sisi distal dengan kedalaman dentin.
3. Gigi molar 2 atas kiri terdapat kavitas di proksimla dengan kedalaman dentin.
Untuk kedua gigi tersebut sondasi, perkusi, palpasi (-), CE ()
C. Inventarisasi Masalah :
- Kavitas di daerah gigi molar 1 kiri atas (gigi posterior) merupakan kavitas kelas II
- Tumpatan sebelumnya SIK
- Belum pernah sakit spontan menandakan tidak adanya lesi yang dalam, contoh pulpitis
ireversibel
- Pernah ditambal dan terselip makanan sehingga ada lubang
Tumpatan kelas II yang overhanging
Tumpatan kelas II yang tidak bagus sehingga terjadi microleakage pada tumpatan
- Gigi molar 1, kedalaman dentin
Sondasi () : karies dentin
Perkusi (-) : tidak ada kelainan jaringan periodontal
Palpasi (-) : tidak ada peradangan periosteum
CE () : gigi vital
- Gigi premolar 2 dan molar 2
Sondasi (-) : karies enamel
Perkusi (-) : tidak ada kelainan jaringan periodontal
Palpasi (-) : tidak ada peradangan periosteum
CE () : gigi vital
A. Pemeriksaan SubyektiI
Pemeriksaan subyektiI diketahui bahwa gigi mengalami rasa 'ngilu saat terkena rangsang
dingin dan belum pernah mengalami sakit spontan. Berdasarkan teori hidrodinamika
dikemukakan bahwa rangsangan yang menyebabkan rasa sakit diteruskan ke pulpa dalam suatu
mekanisme hidrodinamik yaitu pergerakan cairan secara cepat pada tubulus dentin. Gerakan
cairan ini akan mengubah bentuk odontoblas atau prosesusnya sehingga menimbulkan rasa sakit
(Markowit, 1990 sit. Prijantojo, 199). Berkurangnya pergerakan cairan dalam tubulus dentin
akan mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan. (Berman, 1984 sit. Prijantojo, 199).
Pergerakan cairan di dalam tubulus mengaktiIkan ujung-ujung saraI dan pergerakan cairan ini
diawali secara mekanis oleh bebrapa hal diantaranya perubahan temperatur, dehidrasi dentin,
atau pemakaian bahan-bahan kimiawi. Sensasi dingin menyebabkan cairan pada tubuli dentin
bergerak lebih cepat daripada di dentin, menghasilkan pergerakan cairan ke arah luar. Suhu di
luar dentin lebih rendah daripada di dalam dentin, sehingga menyebabkan tekanan di luar dentin
lebih rendah di dalam dentin, sehingga cairan bergerak ke arah luar dentin. Gerakan cepat cairan
yang melewati membran sel reseptor sensoris merusak membrane serta mengaktiIkan reseptor.
Semua sel saraI memiliki saluran membran yang bisa dilewati ion, dan aliran ini, jika cukup
besar, dapat menstimulasi sel dan menyebabkan sel saraI mengirimkan impuls ke otak. Pada
kasus seperti ini, serabut saraI pulpa diaktivasi oleh gaya hidrodinamik, tekanan akan
ditransduksi dengan terbukanya saluran ion yang kemudian aliran ion sodium meningkat,
sehingga menginisiasi generator potensial. (Cohen & Hargreaves, 200) Kualitas ketajaman
nyeri merupakan aktivitas dari serabut nosiseptor A-delta. (Hargreaves & Goodis, 2002)
Teori lain yang menyebutkan bahwa sensasi tersebut dipindahkan secara langsung melalui
perluasan odontoblast. Daerah yang paling sensitiI pada dentin adalah di pertautan dentin-email,
menunjukkan bahwa jumlah reseptor sensoris yang terbanyak terjadi sebagai akibat dibatasi oleh
email. ( Baum et al., 1994 )
DeIinisi dari vitalitas pulpa adalah kemampuan pulpa untuk menjaga suplai darah yang ada di
dalam pulpa tersebut. Tetapi sangat disayangkan bahwa tes integritas dari suplai darah dalam
pulpa yang sehat belum dapat dijelaskan secara pasti. Ini memungkinkan untuk menguji apakah
ada suplai saraI yang cukup dengan stimulus termal dan elektrik. Jika terdapat respon yang
positiI terhadap stimulus, dapat diasumsikan bahwa suplai saraI dan suplai darah tercukupi. Pada
keadaan sebaliknya, terjadi sejumlah kondisi dimana suplai saraI terdegenerasi tanpa kehilangan
suplai darah. ( Kidd & Smith, 1990 )
Pulpa yang sehat, dengan proteksi normalnya dalam email, memiliki kemampuan untuk merubah
temperature selama aplikasi substansi makanan dan minuman dalam mulut. Temperatur
bervariasi antara 74o-32oF untuk dingin dan 118o-152oF untuk suhu panas. Aplikasi
temperature di luar rentang ini akan menimbulkan kontraksi nyeri yang cepat dan tajam tiba-tiba
hilang. Reaksi ini disebabkan karena transmisi dari sensasi ini melalui enamel ke Iibril dentin
dan ke sel odontoblas ke pusat akhiran saraI pulpa lalu ke reseptor pusat di otak. ( McGehee et
al., 195 )
B. Pemeriksaan ObyektiI
Terdapat beberapa hal yang bisa dijelaskan melalui pemeriksaan obyektiI yang dilakukan yaitu:
Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, salah satunya dengan
menyemprotkan etil klorida atau meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil klorida pada gigi
yang dites. (Grossman et al., 1995) Pada skenario, tes CE menunjukkan hasil positiI yang berarti
pulpa masih vital.
Sondasi dengan sonde dapat menunjukkan karies yang luas atau sekunder , terbukanya pulpa,
Iraktur mahkota dan restorasi yang rusak. Pada beberapa keadaan (yakni karies besar di korona),
sonde dapat memberikan bantuan yang memadai dalam menegakkan diagnosis. ( Walton &
Torabinejad, 1998 ) Pada skenario, terdapat lesi karies yang dapat ditunjukkan dengan hasil
positiI dari tes sondasi.
Tes perkusi dilakukan dengan mengetukkan secara lembut mahkota dengan instrumen ringan,
contohnya ujung kaca mulut.Mahkota terlebih dahulu diketuk pada arah lurus lalu miring pada
bagian pemukaan bukal atau lingual. Hasil tes ini tidak berhubungan secara langsung dengan
kondisi pulpa. Tes ini untuk mendeteksi adanya inIlamasi jaringan periapikal. Jika terdapat
inIlamasi, gigi akan bereaksi seperti piston dalam soketnya. Jaringan periapikal dapat mengalami
inIlamasi sebagai hasil dari nekrosis pulpa atau trauma. ( Kidd & Smith, 1990 ) Pada skenario,
tes perkusi menunjukkan hasil negatiI. Hal ini berarti tidak terjadi inIlamasi pada jaringan
periapikal.
Palpasi menentukan seberapa jauh proses inIlamasi telah meluas ke arah periapeks. Respon
positiI pada palpasi menandakan adanya inIlamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan
menekan mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. (Walton & Torabinejad, 1998) Palpasi pada
mahkota gigi dapat menyatakan kehilangan atau perlunakan akar, yang memerlukan investigasi
lebih lanjut. Jika terjadi inIlamasi akut, akan terlihat halus dan lunak. Jika menjadi keras dan
mudah dirasakan, maka terjadi gangguan kronis. ( McGehee et al., 195 ) Pada skenario, tes
palpasi menunjukkan hasil negatiI yang berarti tidak terjadi inIlamasi periradikuler.
Electric Pulp Tester digunakan untuk mengetahui apakah serabut saraI pada pulpa masih dapat
berIungsi dengan baik atau tidak (Heasman, 2003). Pulp tester diletakkan dengan posisi alat
dapat melewati dentin dan pulpa tanpa ada hambatan.Respon positiI menandakan bahwa serabut
saraI masih dapat memberikan respon yang baik terhadap impuls elektrik (Frank, 1983).
Hasil radiograI dapat memberikan gambaran tentang kondisi gigi secara menyeluruh, seperti
kedalaman kavitas, Iraktur akar, atau karies yang tidak dapat kita lihat secara langsung. Namun,
hasil radiograI belum dapat menunjukkan gejala atau penampakan awal akan terjadinya pulpitis
pada gigi (Heasman, 2003).
Test Cavity merupakan metode lain yang berIungsi untuk mengetahui sensitiIitas pulpa.
Tekniknya adalah dengan membuat sebuah lubang kecil pada gigi pasien yang tidak diberi
anestesi. Apabila pulpa masih vital, maka pasien akan merasa nyeri saat mata bur mengenai
lapisan DEJ (dentino enamel junction). Pulpa yang nekrosis atau inIlamasi tidak akan memberi
respon yang sesuai (Frank, 1983).
C. Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektiI dan obyektiI diperoleh hasil diagnosis bahwa terjadi
karies sekunder yang terjadi di daerah mesial gigi molar 1 kiri atas. Lesi karies yang terjadi di
daerah proksimal gigi premolar atau molar termasuk dalam klasiIikasi Black kelas II. ( Barclay,
2003 ). Restorasi resin komposit untuk gigi posterior telah menjadi prosedur yang diterima dalam
praktek kedokteran gigi modern. Restorasi komposit memiliki keberhasilan dan preparasi yang
lebih konservatiI. Namun, restorasi menggunakan komposit untuk gigi posterior kurang
memuaskan, memiliki tingkat resistensi terhadap keausan yang rendah, microleakage, karies
sekunder dan kontak proksimal yang tidak adekuat sering terjadi. Jika ikatan antara komposit dan
gigi rendah, pengerutan memungkinkan terjadinya penetrasi bakteri dan karies berulang.
Menurut Fejerskov & Kidd (2008), karies sekunder biasanya terletak pada batas restorasi. Karies
sekunder menunjukkan kerja plaque yang tidak terkontrol. Sekunder karies sering berlokasi pada
batas gingiva restorasi kelas II-IV, dan jarang terjadi pada kelas I. Lesi karies harus direstorasi,
dan lebih disukai dilakukan restorasi dengan teknik adhesiI, karena memungkinkan untuk
memelihara dan menguatkan bagian lemah dari gigi dengan restorasi bonding. Untuk dapat
mencapai bonding yang bagus ke dentin, preparasi lebih jauh dari dentin bagian dalam,
sebaiknya mempertimbangkan dentinoenamel junction. Meskipun tidak memerlukan
pemindahan dentin yang terinIeksi, untuk menghentikan perkembangan lesi, dapat mengurangi
siIat adhesiI yang dapat membahayakan umur restorasi. Terutama ketika stress-bearing
restoration yang lebih besar ditempatkan, adhesi optimal sangatlah penting, meskipun tidak ada
bukti eksperimentalnya. Bagaimanapun, preparasi sentral dari karies dentin yang terpengaruh
dan terdiskolorisasi pada pulpa harus dihindari untuk membatasi resiko kerusakan pulpa.
Prosedur preparasi pada akhirnya diikuti dengan penyesuaian outline kavitas. Secara tradisional,
garis tepi atau batas enamel dari preparasi komposit diselesaikan dengan bevel. Keuntungan
bevel adalah dapat mengurangi microleakage dan mencegah Irakturnya prisma email. ( Fejerskov
& Kidd, 2008 )
D. Struktur Email dan Dentin
Sebelum melakukan restorasi perlu diketahui mikrostruktur email dan dentin untuk mendapatkan
hasil restorasi yang baik. Email tersusun atas jutaan batang email / prisma email. Prisma email
pada dasarnya berhubungan satu sama lain dan berjalan dari dentoenamel junction lalu keluar
dalam pola radial (menjari). Pada daerah cusp enamel, prisma enamel tersusun tegak lurus
terhadap dentoenamelo junction. ( Craig & Powers, 2002 ) Struktur dasar email adalah batang
email yang bentuknya seperti jamur, dimulai pada pertautan dentin-email dan berakhir pada
permukaan email. Bisanya email berawal pada sudut tegak lurus terhadap permukaan dentin dan
mengikuti pola spiral menuju ke permukaan, berakhir pada sudut hampir tegak lurus terhadap
permukaan. Menurut Baum et al. (1994), gambaran struktur email perlu dipahami sewaktu
merencanakan preparasi kavitas karena ini memberikan pada operator pengetahuan dasar yang
menyangkut kekuatan dan kelemahan permukaan email dan tepi-tepi email. Preparasi operatiI
harus dirancang sedemikian rupa sehingga mempertahankan email dan pada waktu yang sama
menghasilkan stabilitas mekanis dan penyatuan biologis yang baik.
Dentin tersusun dalam bentuk tubulus yang didukung oleh anyaman serabut kolagen yang
mengalami kalsiIikasi. ( Baum et al., 1994 ). Menurut Craig & Powers (2002).Tubulus dentinalis
merupakan saluran-saluran kecil yang memanjang ke keseluruhan lebar dentin, mulai dari
dentinoenamel junction sampai ke pulpa. Baum et al. (1994) menambahkan jumlah tubulus per
unit di dekat pulpa lebih banyak bila dibandingkan dengan yang terdapat pada pertautan email.
Tubulus tersebut cenderung mengalami kalsiIikasi, menghasilkan lumen yang lebih kecil.
E. Preparasi kelas II
Preparasi gigi kelas II dengan bahan komposit dapat dilakukan dengan desain konvensional atau
desain modiIikasi. Desain modiIikasi digunakan untuk preparasi kecil, biasa menggunakan
berlian atau bur kecil dan membentuk tepian membulat atau seperti kotak. Desain konvensional
digunakan untuk restorasi komposit kelas II yang sedang hingga besar. Pada restorasi ini
digunakan inverted cone diamond. Hasil preparasi dari desain seperti kotak ini, kedalaman pulpa
dan axial seragam, preparasi dinding tegak lurus terhadap oklusal. Pada permukaan oklusal,
instrumen (diamond / bur) digunakan secara paralel terhadap sumbu panjang mahkota gigi.
Lantai pulpa dipreparasi hingga kedalaman 1,5 mm. Pada bagian proksimal operator memegang
sepanjang dentinoenamelo junction (DEJ) dengan ujung instrumen memotong bagian dalam DEJ
0,2 mm. Hal ini dilakukan pada permukaan Iasial, lingual, gingival. Pemotongan Iaciolingual
mengikuti DEJ. Selama pemotongan, instrumen dipegang paralel terhadap sumbu panjang
mahkota gigi. ( Roberson et all, 200 )
Untuk kavitas kelas II dapat menggunakan komposit karena dengan bonding dapat membuat
struktur gigi yang lemah menjadi kuat. Selain komposit, dapat digunakan amalgam tetapi
amalgam sudah ditinggalkan karena adanya residu berbahaya yaitu merkuri, serta warna amlgam
yang tidak sewarna gigi asli. ( Roberson et all, 200 )
Setelah preparasi gigi tumpatan selesai, diperlukan penambalan retensi yang didapatkan dari
groove, kunci, slot. Semua retensi harus diltakkan pada dentin. Pada beberapa kasus, bevel dapat
diletakkan pada batas email. Dentin kemudian di etsa dan priming. Lalu penempatan adhesiI dari
komposit diisikan secara meningkat. Pertama, komposit ditempatkan pada ketinggian 1-2 mm ke
dalam area gingiva pada daerah proksimal. Lalu mengkontur dan menyesuaikan oklusinya. (
Roberson et all, 200 )
Pada restorasi kavitas kelas II diperlukan bonding dalam penumpatan menggunakan resin
komposit. Pertama struktur gigi dipreparasi menggunakan bur atau instrument lain, komponen
residu organic dan inorganic akan membentuk smear layer. Smear layer akan mengisi tubulus
dentinalis dan membentuk smear plug, dan menurunkan permeabilitas dentin pada 8. Untuk
mendaptkan ikatan komposit dengan dentin yang kuat, dapat digunakan etsa. Untuk mengetsa
digunakan asam IosIorik sehingga serabut kolagen pada tubulus dentinalis terekspos, kemudian
dibilas melalui tahap priming, dimana pada dentin ditambahkan larutan yang mengandung
monomer hidroIilik dalam etanol, aseton, atau air. Kemudian ditempatkan komposit
(unIilled/Iilled resin bonding agent) sehingga terbentuklah iktan dentin dan komposit yang kuat.
Teknik ini disebut total etch technique. Teknik lain dapat berupa selI-etch primer systems dan
all-in-one-etch adhesive. ( Roberson et all,200 )
Pada kasus ini, adanya kemungkinan terjadi microleakage. Microleakage ini dapat menjadi jalan
masuk bagi bakteri dan dapat menyebabkan iritasi pulpa. Microleakage dapat disebabkan oleh
restorasi adesiI yang tidak terikat pada dentin dengan baik, smear layer sendiri dapat
menyediakan jalan bagi microleakage melalui nanno-channels. Hal terbaik untuk mencegah
adanya microleakage adalah ikatan resin terhadap preparasi dengan batas cavosurIace pada
email. Perlu diketahui pula, adanya gap antara resin dentin tidak semata-mata segera
menyebabkan debonding restorasi. ( Roberson et all,200 )
Kerusakan gigi yang berdekatan sering terjadi pada preparasi kelas II. Penempatan bevel dengan
bur merupakan resiko tambahan untuk kerusakan permukaan gigi yang berdekatan. Untuk
menghindari kerusakan gigi-gigi yang berekatan, matriks metal dapat ditempatkan untuk
proteksi. Cara praktis dan dapat diprediksi untuk menghindari kerusakan gigi-gigi yang
berdekatan ketika preparasi box-mode dibuat, adalah untuk menguntungkan jalan masuk ke lasi
karies dari permukaan oklusal dengan bur memasuki bagian dalam marginal ridge. Lalu
preparasi karies dentin dilakukan, sementara mempertahankan dinding email dapat tetap utuh
dan menyediakan proteksi terhadap instrument putar. Sekali preparasi selesai, dinding kecil dan
tipis email patah dengan instrument keras setelah outline diselesaikan menggunakan alat-alat
preparasi sonic. Peralatan sonic memungkinkan dokter gigi untuk menjaga dari permukaan
aproksimal yang berdekatan sehingga melindungi gigi-gigi yang berdekatan. ( Fejerskov & Kidd,
2008 )
Untuk menghasilkan restorasi kelas II yang baik perlu diperhatikan area kontak proksimal.
Kualitas dari area kontak proksimal pada restorasi kelas II sangat dipengaruhi oleh tipe dari
sistem matriks yang digunakan. Banyak teknik untuk memanipulasi material komposit untuk
membentuk kontak dengan gigi yang lebih kuat. Salah satunya adalah teknik 'Ior achieving
broad, kontak proksimal yang kuat dengan resin komposit di gigi posterior menggunakan
komposit pre-polimerisasi di dalamnya. Pada kasus dengan karies di bagian mesial dan oklusal,
preparasi gigi yang dilakukan, didesain untuk menerima bahan komposit, sehingga hanya
dilakukan pada struktur gigi secukupnya dan membuang karies tanpa tambahan retentive Ieature.
Setelah semua karies dihilangkan, a metal sectional matrix dan plastic wedge dimasukkan di
bagian mesial untuk membentuk matriks proksimal kemudian bitine ring diaplikasikan. (Dunn,
2004)
F. Restorasi Sandwich
Resin komposit memiliki keterbatasan dalam merestorasi kavitas yang meluas ke dentin, karena
dapat mengiritasi pulpa dan terbentuknya celah mikro . Untuk menutupi keterbatasan ini maka
dipakailah semen ionomer kaca sebagai basis karena bahan tersebut memiliki biokompabilitas
yang sangat baik antara struktur gigi dan semen. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan resin
komposit dan semen glass ionomer, dikembangkanlah suatu modiIikasi tumpatan yang dikenal
sebagai restorasi sandwich
Semen ionomer kaca memiliki kebaikan yang menguntungkan seperti daya adhesinya yang
sangat baik. Resin komposit memiliki estetis yang memuaskan sehingga dikembangkan
modiIikasi tempatan yang menguntungkan, semen ionomer kaca sebagai basis untuk menutupi
tepi kavitas dentin yang terbuka dan resin komposit sebagai tempatannya. Kemampuan
membentuk pelekatan yang kuat dan lama pada dentin merupakan hal yang paling diharapkan
pada restorasi resin. Resin komposit juga mempunyai warna tempatan yang sangat baik,
sehingga dari segi estetis sangat memuaskan. Dari beberapa kelebihan tersbut, resin komposit
juga mempunyai kekurangan yaitu bila tidak ada sisa email yang mendukung maka potensi untuk
bocor sangat besar. Semen ionomer kaca memungkinkan untuk menutupi kekurangan dari resin
komposit yaiut dari siIat adesi Iisikokimia pada email dan dentin. SiIat adesi antara semen
ionomer kaca dapat mengurangi kebocoran tepi. Keuntungan semen ionomer kaca yang lain
adalah melepaskan Ilour yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya sekunder karies, tidak
hanya resin komposit, semen ionomer kaca juga memiliki kekurangan yaitu tidak dapat
menerima tekanan kunyah yang besar, mudah abrasi, erosi, dan dari segi estetisnya tidak
sempurna karena trans lusensinya lebih rendah dari resin komposit.
Tujuan dari restorasi sandwich adalah untuk mendapatkan Iungsi estesis, pengunyahan,
mencegah celah mikro serta menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis didapat dari bahan resin
komposit sebagai tempatan karena resin komposit memiliki trans lusensi yang lebih tinggi
dibanding semen ionomer kaca. Resin komposit juga dapat menerima tekanan kunyah yang
besar. Untuk mencegah celah mikro digunakan semen ionomer kaca sebagai basis karena dapat
melepaskan Ilour untuk mencegah terjadinya sekunder karies.
Menurut Yanti (2004), prosedur restorasi sandwich meliputi:
1. Preparasi dan lining
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan menggunakan bur diamond. Diamond
stone yang rata atau tungsten karbit bertujuan untuk menyelesaikan tepi email, liner kalsium
hidroksida digunakan hanya apabila keadaan dentin yang hampir terbuka dengan perkiraan
dentin yang menutupinya hanya sekitar 1mm atau kurang. Walaupun demikian ia tidak boleh
menutupi daerah yang besar yang dapat mengganggu bonding (ikatan semen ionomer kaca).
Setelah kavitas dipreparasi kemudian tepi email di bevel.
2. Perawatan permukaan
Kavitas dibersihkan, dikeringkan, kemudian diolesi kondisioner pada permukaan kavitas ikatan
semen ionomer kaca ke gigi. Dapat diperkuat dengan menggunakan larutan yang mengandung
asam poliakrilik, asam tannik, atau dodicin.
3. Pemberian semen
Semen ionomer kaca diijeksikan ke dalam kavitas dan dibiarkan menutupi tepi kavo surIace.
AlternatiInya pencampuran dengan tangan secara standar dapat digunakan, dan semen tersbut
diaduk sampai menyerupai plastik yang berkilau sebelum digunakan. Warna semen harus dipilih
agar sesuai dengan warna dentin. Pengerasan semen yang diajurkan adalah dalam waktu lima
menit.
4. Preparasi semen tepi email
Setelah mengeras semen yang berlebihan dilepaskan dari tepi email dan dikamIer ke dinding
dentin.
5. Pemeberian resin bonding.
Agen bonding resin liquid dioleskan segera ke basis semen dan dinding-dinding kavitas, harus
hati-hati untuk memastikan bahwa lapisan tersebut tipis. Sistem visible light cured diajurkan
karena pengerasan yang cepat dari agen bonding adalah penting untuk menjamin semen dan
permukaan email tidak terkontaminasi
. Pemberian resin komposit
Tempatan resin dimasukan dan dikontur ke posisinya. Bahan tersbut tidak boleh berlebihan, dan
adaptasi yang tepat bisa dicapai dengan memakai matriks plastik bening.
7. Penyelesaian
Setelah disinari restorasi tersbut diselesaikan dengan bur diamond rata atau bur karbit.
Pemolesan restorasi dapat dieselesaikan dengan menggunakan karet abrasiI dan bubuk
alumunium oksida yang halus.
a\`_
osLed on May 3 2011 by uokLer Clgl
Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri telah menggerogoti jaringan
pulpa. Menurut Ingle, atap pulpa mempunyai persaraIan terbanyak dibanding bagian lain pada
pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraI yang banyak ini, bakteri akan menimbulkan
peradangan awal dari pulpitis akut. Secara hematogen, pulpitis juga dapat terjadi karena
tuberkulosis, siIilis, dan lain-lain yang disebut anachorese.

Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis akut. Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenal lagi, tetapi sel-selnya masih
terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa parsialis yang hanya mengenai
jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai
saluran akar.
2. Pulpitis akut Iibrinosa. Banyak ditemukan Iibrinogen pada pulpa.
3. Pulpitis akut hemoragi. Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
4. Pulpitis akut purulenta. Terlihat inIiltrasi sel-sel masiI yang berangsur berubah menjadi
peleburan jaringan pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi pernanahan dalam
pulpa:
a. Pada beberapa bagian terjadi peleburan jaringan pulpa sehingga terbentuk abses.
b. Pernanahan terjadi berkesinambungan sehingga terjadi Ilegmon pada pulpa yang
menghancurkan keseluruhan jaringan pulpa.
Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis simtomatis. Pulpitis ini merupakan respons pe-radangan dari jaringan pulpa terhadap
iritasi, dengan proses eksudatiI memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya
peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai sangat hebat dengan
intensitas yang tinggi, terus-menerus, atau berdenyut.
Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah:
- Pulpitis akut
- Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/kronis
- Pulpitis subakut.
Gambaran radiograIi memperlihatkan adanya karies yang luas dan dalam, kadang-kadang terjadi
sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis simtomatis yang disertai periodontitis
apikalis terjadi kepekaan terhadap perkusi. Rangsangan panas akan menyebabkan rasa sakit,
sebaliknya rasa sakit berkurang dengan adanya rangsangan dingin.
Pada stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes elektrik, selanjutnya
kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan penyakit.
2. Pulpitis asimtomatis. Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme
pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliIerasi berperan di sini. Tidak
ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa.
Yang termasuk pulpitis asimtomatis adalah:
- Pulpitis kronis ulseratiI
- Pulpitis kronis hiperplastik
- Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatiI, trauma, gerakan
ortodonti).
Berdasarkan gambaran istopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis reversibel, yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan
endodonti.
Yang termasuk pulpitis reversibel adalah:
- Peradangan pulpa stadium transisi
- AtroIi pulpa
- Pulpitis akut.
2. Pulpitis ireversibel, yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan,
tetapi gigi masih dapat dipertahankan di dalam rongga mulut setelah perawatan endodonti
dilakukan.
Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
- Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
- Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
- Pulpitis kronis eksaserbasi akut.
Pulpitis Akut
Berdasarkan durasi dan keparahan rasa sakit, pulpitis akut dapat dibagi menjadi:
1. Pulpitis akut serosa. Pulpitis akut serosa adalah peradangan akut pada pulpa gigi yang ditandai
dengan sakit paroksimal hilang-timbul yang terjadi terus-menerus. Jika dibiarkan, hal ini akan
berlanjut menjadi pulpitis supuratiI akut yang kemudian menyebabkan nekrosis pulpa.
Gejala pulpitis akut serosa adalah sakit paroksimal yang ditimbulkan oleh perubahan suhu
mendadak, terutama karena dingin, makanan yang manis atau asam, masuknya makanan ke
dalam kavitas, isapan, juga keadaan berbaring yang menyebabkan terjadinya kongesti pembuluh
darah pada pulpa. Nyeri sering menetap sesudah penyebabnya dihilangkan dan hilang-timbul
secara spontan tanpa sebab yang jelas.
Jika yang terkena adalah gigi atas, rasa sakit dapat berpindah (reIIered) ke gigi di sebelahnya, ke
daerah pelipis, dan sinus, sedangkan jika gigi belakang bawah yang terkena rasa sakit, rasa
sakitnya dapat berpindah ke telinga. Pada tahap ini dapat dilihat ada-nya eksudat yang bersiIat
serosa. Gejala lain yang paling penting adalah adanya penurunan respons terhadap dingin dan
bertambahnya respons terhadap panas. Pada tahap lanjut akan timbul rasa sakit juga nyeri jika
diperkusi atau dipalpasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala di atas, respons terhadap tes
termal dan elektrik, anamnesis, serta inspeksi. Adanya kavitas yang besar, restorasi yang besar,
restorasi yang bocor, pulpa yang terbuka, ataupun riwayat trauma, akan membantu diagnosis.
2. Pulpitis akut supuratiI. Pulpitis akut supuratiI adalah peradangan pulpa akut yang ditandai
dengan pembentukan abses pada permukaan pulpa atau di dalam pulpa.
Gejalanya berupa rasa sakit sangat hebat dan umumnya menusuk-nusuk, berdenyut, atau seperti
gigi yang ditekan dengan kuat sekali. Pasien sering terbangun tengah malam karena sakitnya dan
selalu marah dengan tindakan apa pun yang dilakukan terhadapnya. Rasa sakit bertambah
dengan adanya rangsangan panas, kadang-kadang dapat berkurang oleh rangsangan dingin,
kemudian rasa sakit akan timbul kembali dan bertambah hebat.
Jika absesnya superIisial dan dentin yang karies dibuang dengan ekskavator, tetesan pus (nanah)
akan terlihat melalui kavitas tersebut sesudah tetesan darah, tindakan ini dapat mengurangi rasa
sakit. Jika absesnya terletak lebih dalam, dapat dilakukan eksplorasi permukaan pulpa dengan
instrumen yang tajam tanpa rasa sakit karena ujung saraI telah mati.
Jika proses ini dilanjutkan sampai instrumen mencapai pulpa bagian dalam, rasa sakit akan
timbul yang diikuti dengan aliran darah bercampur nanah.
Ulserasi umumnya terletak superIisial. Bakteri yang membentuk nanah akan mencairkan
jaringan pulpa dan mengubahnya menjadi nanah yang akhirnya akan mendorong terjadinya
degenerasi total dan kerusakan pulpa. Pada tahap awal, keadaan ini hanya mengenai tanduk
pulpa saja.
Pulpitis Subakut
Merupakan eksaserbasi akut yang ringan dari pulpitis kronis. Ditandai dengan rasa sakit yang
sedang dan hilang-timbul. Istilah subakut digunakan pada kasus yang sulit dikategorikan akut
atau kronis.
Pulpitis Kronis
Pulpitis kronis dapat dibagi menjadi:
1. Pulpitis kronis ulseratiI. Ditandai dengan pembentukan ulkus pada permukaan pulpa di daerah
yang terbuka. Keadaan ini umumnya terjadi pada pulpa muda atau pulpa tua yang sanggup
menahan proses inIeksi subklinis.
Gejalanya adalah rasa sakit yang biasanya tidak begitu hebat, bahkan tidak ada rasa sakit sama
sekali, kecuali ada makanan masuk ke dalam kavitas. Selain itu, respons terhadap tes termal dan
elektrik akan menurun. Biasanya terdapat pada pulpa yang terbuka dan akan tetap dalam Iase
kronis selama kavitas tetap terbuka.
2. Pulpitis kronis hiperplastik. Merupakan peradangan pulpa yang terbuka, ditandai dengan
terjadinya jaringan granulasi dan epitel karena adanya iritasi yang ringan dalam waktu lama.
Terlihat di sini bahwa jumlah dan besar sel juga bertambah. Keadaan ini disebut juga polip
pulpa.
Gejalanya biasanya tidak jelas, kecuali waktu menelan ketika tekanan gumpalan makanan akan
menyebabkan rasa sakit. Respons terhadap perubahan termal lemah atau tidak ada sama sekali,
kecuali pada rangsangan dingin yang ekstrem, misalnya etil klorida.

You might also like