KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
NOMOR 392 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH
Menimbang :
Mengingat
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH,
a.
bahwa dalam upaya mengelola sumber daya data Jemaah
Haji dan Umrah diperlukan suatu sistem tata kelola data
Jemaah Haji dan Umrah pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
bahwa untuk melaksanakan tata kelola data Jemaah Haji
dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
diperlukan pedoman tata kelola data;
bahwa berdasarkan _pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal tentang Pedoman Tata
Kelola Data Jemaah Haji dan Umrah;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tembahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Lembaran NegaraMenetapkan
KESATU
KEDUA.
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6338);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149);
6. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama Republik
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1495);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1117);
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TENTANG PEDOMAN
TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH.
Menetapkan Pedoman Tata Kelola Data Jemaah Haji dan
Umrah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pedoman Tata Kelola Data Jemaah Haji dan Umrah
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi
pedoman bagi para Pegawai pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, dan instansi terkait dalam pengelolaan
data Jemaah Haji dan Umrah.KETIGA : Dengan ditetapkannya keputusan ini, Keputusan Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 316 Tahun
2018 tentang Tata Kelola Data Jemaah Haji dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Desember 2020
Plt, DIREKTUR JENDERAL
RENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH,
NoLAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH,
NOMOR 392 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH
PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH
BABI
PENDAHULUAN
. Latar Belakang
Dukungan sistem informasi merupakan kebutuhan yang mutlak. Sistem
dan teknologi informasi dijadikan sebagai sebuah enabler dalam
meningkatkan kualitas kinerja dan kelancaran kerja suatu instansi
pemerintah. Pengembangan sistem pada Direktorat__ Jenderal
Penyelengaraan Haji dan Umrah berdasarkan suatu regulasi yang telah
ditetapkan oleh Menteri Agama dan/atau Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Regulasi yang diterapkan dari tahun
ke tahun bisa saja berubah mengikuti situasi dan kondisi terkini untuk
meningkatkan layanan kepada Jemaah Haji dan Umrah sehingga sistem
yang diterapkan perlu diperbarui dan dimodifikasi untux mendukung
operasional penyelenggaraan haji dan umrah yang dapat mengakibatkan
data pada sistem tersebut tidak konsisten. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri untuk melakukan pengelolaan data secara akurat,
berkesinambungan, efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan
terintegrasi untuk mendukung berbagai kepentingan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Kondisi ini memerlukan diterapkannya
tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah yang memformalisasikan aturan,
kebijakan, peranan dan tanggung jawab setiap orang dan setiap unit kerja
pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah terhadap data
yang menjadi asset penting organisasi.
Data Jemaah Haji bersumber dari proses pendaftaran haji, pembatalan
haji, pelunasan haji, pengurusan dokumen haji, operasional embarkasi,operasional Arab Saudi, dan operasional debarkasi, sedangkan data
Jemaah Umrah bersumber dari proses pendaftaran umrah, pemaketan
umrah, serta keberangkatan dan kepulangan umrah. Data tersebut dapat
diolah menjadi informasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam
membuat kebijakan yang diterapkan ke seluruh unit kerja mulai dari
tingkat pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah dan tingkat daerah yaitu Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, serta instansi
terkait dalam pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah,
. Tujuan
Pedoman ini bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan Data
Jemaah Haji dan Umrah dalam rangka melindungi kerahasiaan
(confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability), serta
pengumpulan, pengelolaan, verifikasi dan validasi data Jemaah Haji dan
Umrah,
. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah meliputi:
1. Kebijakan dan Strategi;
2. Pengelola Data;
3. Pengelolaan Data;
4. Integrasi/Pertukaran Data.
. Pengertian Umum
Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan:
1. Aplikesi adalah program yang berjalan di atas sistem operasi,
misalnya aplikasi basis data, aplikasi word processor, web browser,
dan development tools.
2. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu yang selanjutnya disebut
SISKOHAT adalah sistem pengelolaan data dan _informasi
penyelenggaraan ibadah haji secara terpadu.
3. Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus
yang selanjutnya disebut SISKOPATUH adalah sistem pengelolaan
data dan informasi penyclenggaraan ibadah haji khusus dan umrah
secara terpadu.10.
11.
12.
13.
14,
Jemaah Haji adalah warga negara yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Jemaah Umrah adalah warga negara yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Umrah sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang selanjutnya disebut Bipih adalah
sejumlah uang yang harus dibayar oleh warga negara yang akan
menunaikan Ibadah Haji,
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang selanjutnya disingkat
BPIU adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh Jemaah untuk
menunaikan perjalanan Ibadah Umrah.
Badan Pengelola Keuangan Haji yang selanjutnya disingkat BPKH
adalah lembaga yang melakukan pengelolaan keuangan haji.
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang selanjutnya disingkat
PPIU adalah biro perjalanan wisata yang memiliki Perizinan Berusaha
untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah.
Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang
selanjutnya disingkat BPS Bipih adalah bank umum syariah
dan/atau unit usaha syariah yang ditunjuk oleh Badan Pengelola
Keuangan Haji.
Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah yang
selanjutnya disingkat BPS BPIU adalah bank umum syariah dan/atau
unit usaha syariah yang menerima pembayaran umrah dan memiliki
perjanjian kerjasama dengan Kementerian Agama.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang selanjutnya
disebut Direktur Jenderal adalah pemimpin satuan kerja yang
membidangi penyelenggaraan haji dan umrah pada Kementerian
Agama.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang
selanjutnya disebut Direktorat Jenderal adalah satuan kerja pada
Kementerian Agama yang membidangi penyelenggaraan haji dan
umrah.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya
disebut Kepala Kantor Wilayah adalah pemimpin Kantor Wilayah.15. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut
Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian Agama pada
tingkat provinsi.
16. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Kepala Kantor Kementerian Agama adalah adalah
Pemimpin Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
17. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disebut Kantor Kementerian Agama adalah instansi vertikal
Kementerian Agama pada tingkat kabupaten/kota.
18. Nomor Validasi adalah nomor bukti transaksi setoran awal Bipih yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama.
19.
Nomor Porsi adalah nomor urut pendaftaran yang diterbitkan oleh
Kementerian Agama bagi Jemaah Haji yang mendaftar.
20. Nomor Porsi Umrah adalah nomor urut pendaftaran umrah yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama bagi Jemaah Umrah yang
mendatftar.
21. Data adalah unsur dasar informasi yang berupa fakta, bilangan dan
simbol yang menunjukkan atau menerangkan sesuatu benda,
pikiran, kondisi, situasi dan faktor lain.
22. Basis Data adalah suatu kumpulan data dan informasi yang disimpan
secara sistematis dan terstruktur dengan bantuan sistem informasi
sehingga mudah diakses, dikelola, dan diperbarui,
23, Informasi adalah hasil pemrosesan, pengolahan dan pengorganisasian
data yang dapat disajikan sebagai pengetahuan, yang dalam
penggunaannya, data dapat berupa informasi yang menjadi data baru
maupun sebaliknya informasi dapat berfungsi sebagai data untuk
menghasilkan informasi baru.
24. Pengelola Data adalah unit pada satuan kerja yang memiliki tugas
mengelola dan menyediakan data.
25. Penanggung Jawab Data adalah pejabat yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan dan penyediaan data.
26. Pengguna Data adalah unit kerja/instansi terkait yang menerima data
sesuai dengan kewenangan hak akses yang diberikan oleh Pengelola
Data.
27. Integrasi/Pertukaran Data adalah suatu kegiatan mengirim ke
dan/atau menerima data dengan memanfaatkan sumber daya atau
fasilitas sistem teknologi informasi dan komunikasi.28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Backup Data adalah proses pemindahan data dari media utama
pemroses informasi ke media penyimpanan data eksternal lain untuk
disimpan dan digunakan sebagai cadangan jika diperlukan.
Full Backup adalah proses backup keseluruhan data.
Incremental Backup adalah backup terhadap perubahan atau
penambahan data.
Keutuhan (Integrity) adalah status informasi yang akurat, lengkap dan
tidak rusak saat dipindahkan atau diproses, serta dicegah atau
dihindari dari perubahan yang tidak dikehendaki oleh pihak yang
tidak berwenang.
Media Backup adalah perangkat yang digunakan untuk Backup Data.
Media Penyimpanan Data adalah perangkat yang digunakan untuk
menyimpan data, meliputi tetapi tidak terbatas pada hard disk,
extemal disk, floppy disk, compact disk, dan Digital Versatile Disk
(DVD).
Pengelolaan Data adalah kegiatan dalam usaha menjamin
kerahasiaan (confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan
(availability) data, berupa penyalinan data ke media backup di luar
lingkungan operasi secara berkala, restorasi data, dan penanganan
media penyimpanan.
Recovery Data adalah proses pemulihan kembali data setelah terjadi
gangguan layanan.
Restore Data proses pemindahan data dari Media Penyimpanan Data
eksternal ke media utama pemroses informasi.
Retensi Data adalah waktu yang diperkenankan kepada Unit Kerja
untuk menyimpan data di Pusat Data Ditjen PHU sebelum dilakukan
penghapusan secara permanen.
Sanitasi Media Penyimpan Data adalah proses penghilangan informasi
yang disimpan di media data secara permanen dengan menggunakan
medan magnet besar atau perusakan fisik media.
System Backup adalah proses backup sistem yang meliputi sistem,
operasi, aplikasi dan file.
Sistem Operasi adalah program yang mengatur dan mengendalikan
perangkat keras untuk menjalankan aplikasi serta penyimpanan
data, input, dan output dari suatu perangkat ke perangkat lainnya.BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Kebijakan
Kebijakan Ditjen PHU dalam mewujudkan tata kelola data Jemaah Haji
dan Umrah adalah mensinergikan dan mengintegrasikan data pada setiap
unit kerja/instansi/lembaga yang berkepentingan terhadap data Jemaah
Haji dan Umrah. Setiap unit kerja/instansi/lembaga yang terkait dengan
pengelolaan data harus menjamin kerahasiaan (confidentiality), keutuhan
(integrity), dan ketersediaan (availability) data sesuai kewenangan dan
tanggung jawab masing-masing.
B. Strategi
Strategi tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah yang akan dilakukan
adalah:
1. Membangun integrasi data dengan unit kerja/instansi/lembaga
terkait;
2. Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah secara terpusat
(centralized);
3. Melakukan back up data secara periodik, back up data harian,
mingguan, dan bulanan;
4. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Pengelola Data.
BAB III
PENGELOLA DATA
A. Pengelola Data
1. Pengelola data pada Ditjen PHU adalah Pejabat Administrator yang
memiliki fungsi pengelolaan data dan sistem informasi haji dan umrah.
2. Pengelola data dan informasi pada Kanwil adalah Kepala Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
3. Pengelola data dan informasi pada Kantor Kemente-ian Agama adalah
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
B. Penanggung Jawab Data
1. Penanggung jawab data pada Ditjen PHU adalah Direktur Pengelolaan
Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu.-10-
2. Penanggung jawab data pada Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor
Wilayah.
3. Penanggung jawab data pada Kantor Kementerian Agama adalah
Kepala Kantor Kementerian Agama.
C. Tanggung Jawab Pengelola Data
1, Pengelola Data pada Direktorat Jenderal memiliki tanggung jawab
sebagai berikut:
Ll.
1.2.
1.3.
Kerahasiaan (Confidentiality) data
Memberikan persetujuan atas hak akses.
Keutuhan (Integrity) data
a. Menjamin akurasi, kelengkapan, dan kemutakhiran (up to
date) data.
b. Melakukan ji Restore data secara berkala untuk
memastikan keberhasilan Backup data.
Ketersediaan (Availability) data
a, Melakukan Recovery data apabila terjadi gangguan terhadap
data.
. Menyampaikan jinformasi dalam rangka menentukan
kritikalitas data kepada pimpinan, meliputi:
1) Besarnya dampak kehilangan data terhadap proses bisnis;
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan sistem dan
data ke kondisi normal (Work Recovery Time/WRT).
3) Waktu yang dapat ditolerir atas ketidaktersediaan data
sampai dilakukan pemulihan kembali (Recovery Point
Objective/ RPO).
4) Waktu yang ditentukan untuk memulihkan sistem
(Recovery Time Objective/ RTO).
5) Waktu maksimal yang = dapat ditolerir__—_atas.
ketidakberoperasinya sistem (Maximum Tolerable
Downtime/MTD).
6) Menentukan retensi data sesuai dengan kebutuhan atau
ketentuan yang berlaku.
. Melaporkan gangguan kepada pimpinan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan layanan pengelolaan data.
2. Pengelola Data pada Kantor Wilayah memiliki tanggung jawab sebagai
berikut:A. Standar
1
21.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
-ll-
Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah pada
Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di
wilayahnya,
Melakukan monitoring data Jemaah Haji dan Umrah pada
Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di
wilayahnya.
Melakukan koordinasi dengan Pengelola Data Direktorat
Jenderal dan Kantor Kementerian Agama.
Menjaga kerahasiaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor
Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di
wilayahnya.
Melaporkan ketidaksesuaian data Jemaah Haji dan Umrah
kepada Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi
Haji Terpadu.
. Pengelola Data pada Kantor Kementerian Agama memiliki tanggung
jawab sebagai berikut:
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah pada
Kantor Kementerian Agama.
Melakukan koordinasi dengan Pengelola Data Kantor Wilayah;
Menjaga kerahasiaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor
Kementerian Agama.
Melaporkan ketidaksesuain data Jemaah Haji dan Umrah
kepada Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
BAB IV
PENGELOLAAN DATA
Pengelola Data pada Direktorat Jenderal melakukan uji Restore Data
dari hasil Backup Data secara berkala dan memastikan keberhasilan
proses restore pada saat diperlukan.
Melakukan sanitasi media penyimpanan data yang sudah tidak
digunakan untuk menghilangkan informasi yang ada di dalamnya.
Prosedur Backup Data dan Restore Data yang digunakan harus
mampu mengembalikan semua data, sehinga integritas data tidak
terganggu dan data dapat digunakan untuk kebutuhan operasional.4.
-12-
Semua prosedur penanganan media penyimpanan data harus
didokumentasikan,
B. Infrastruktur
Infrastruktur pengelolaan data sekurang-kurangnya meliputi:
1.
2.
3.
Perangkat keras, antara lain server dan media penyimpanan.
Perangkat jaringan, antara lain switch, modem, dan router.
Perangkat lunak, antara lain sistem operasi dan backup tools.
C. Backup Data
1.
Backup Data dilakukan terhadap data yang berada di dalam server
pada Direktorat Jenderal.
. Metode Backup Data, meliputi tetapi tidak terbatas pade:
2.1. System Backup.
2.2. Full Backup.
2.3. Incremental Backup.
Dibuat catatan/log backup yang berisi informasi, sekurang-kurangnya
meliputi:
3.1. si.
3.2. Metode Backup data (system/full/incremental.
3.3, Status Backup data (berhasil/gagal)
3.4. Waktu pelaksanaan Backup data.
- Media backup beserta catatan/log backup harus disimpan secara baik
dan aman untuk jangka waktu tertentu sesuai prosedur.
Tempat penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat
Jenderal (off site) aman dan harus berjarak cukup jauh dari Pusat Data
Direktorat Jenderal agar terhindar dari bencana setempat.
Akses ke penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat
Jenderal hanya diberikan kepada petugas yang berwenang dan harus
ditinjau ulang paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
Pengamanan penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat
Jenderal harus sama dengan pengamanan penyimpanan media
backup di Pusat Data Direktorat Jenderal, termasuk dalam hal saat
pemindahan media backup tersebut.
Apabila penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat
Jenderal belum tersedia, media backup yang disimpan ci lokasi yang
sama dengan Pusat Data Direktorat Jenderal (on site) harus disimpan-13-
ke dalam tempat penyimpanan yang meminimalkan/menghindari
kemungkinan kehilangan data.
9. Proses Backup Data tersebut harus menjamin sinkronisasi data saat
pemulihan (recovery)
10. Media Backup data harus diberi identitas yang jelas untuk
memudahkan identifikasi saat dibutuhkan.
D. Restore Data
1. Restore Data dilakukan pada saat:
1.1. Pengujian berkala.
1.2. Recovery saat terjadi gangguan layanan.
1.3. Ada permintaan dari pimpinan.
2. Dibuat catatan/log Restore Data yang berisi informasi, sekurang-
kurangnya meliputi:
2.1. Isi.
2.2. Status Restore Data (berhasil/gagal).
2.3. Waktu pelaksanaan restore.
3. Restore Data harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik agar
tidak mengganggu kegiatan operasional dan meminimalkan risiko.
4. Hasil Restore Data harus dilaporkan kepada pimpinan.
E, Penanganan Media Penyimpanan
1. Penanganan media penyimpanan data meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
1.1. Setiap media penyimpanan yang dapat digunakan ulang
(reusable media) dan yang akan dihapus harus dibuat tidak
dapat dipulihkan (irrecoverable).
1.2. Semua media penyimpanan data harus disimpan dengan aman
dan di lingkungan yang aman, mengacu pada standar media
penyimpanan.
1.3. Penyimpanan data yang memiliki retensi lebih lama dari umur
media (sesuai dengan spesifikasi pabrikan perangkat), harus
diperbaharui di media lain untuk menghindari kehilangan data
akibat kerusakan media.
2. Dalam hal dilakukan pengiriman media penyimpan data dari dan ke
Pusat Data Direktorat Jenderal sekurang-kurangnya harus.
mempertimbangkan hal berikut:-14-
2.1. Penggunaan transportasi dan petugas pengiriman yang handal.
2.2. Daftar resmi petugas pengiriman harus disetujui oleh pejabat
yang berwenang.
2.3. Pengemasan harus cukup untuk melindungi isi dari segala
Kemungkinan kerusakan fisik yang dapat timbul selama
perjalanan dan sesuai dengan spesifikasi produsen.
3. Penghancuran media penyimpan data sekurang-kurangnya harus
mempertimbangkan hal berikut:
3.1. Media yang berisi data dengan klasifikasi data sangat rahasia,
rahasia, atau terbatas harus dimusnahkan secara aman,
misalnya dibakar dan dihancurkan.
3.2, Membuat dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi
media yang mungkin memerlukan pemusnahan secara aman.
3.3. Pemusnahan media penyimpanan yang berisi data dengan
Klasifikasi data sangat rahasia, rahasia, atau terbatas harus
tercatat dalam audit trail dan dituangkan dalam Berita Acara.
F. Lingkcungan Operasi Pusat Data Direktorat Jenderal
Standar lingkungan operasi Pusat Data Direktorat Jenderal sekurang-
kurangnya meliputi:
1. Tersedianya tenaga listrik utama sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan oleh pabrikan perangkat dan cukup untuk beban
maksimal seluruh perangkat serta tenaga listrik cadangan dengan
tenaga dan jangka waktu ketersediaan/pengoperasian yang cukup.
2. Tersedianya pengaturan dan pengawasan batas minimum dan
maksimum untuk suhu dan kelembaban di dalam ruangan yang
ditetapkan sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh pabrikan
perangkat.
3. Tersedianya perangkat pengamanan fisik yang memadai dan berfungsi
baik, antara lain pintu elektronik dengan kendali akses, kamera
pemantau, sistem pemadam kebakaran, alarm bahaya, dan perangkat
pemutus aliran listrik.
G. Sumber Data Jemaah Haji
Data Jemaah Haji dapat dirinci sebagai berikut:
1. Data Pendaftaran Haji.
Bersumber dari proses pembayaran setoran awal pendaftaran haji
yang dilakukan oleh Jemaah Haji pada BPS Bipih untuk mendapatkan-15-
nomor validasi dan telah dilakukan konfirmasi pendaftaran oleh
Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama untuk diterbitkan nomor
porsi.
. Data Pembatalan Haji.
Bersumber dari entry pembatalan jemaah haji yang dilakukan oleh
Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama, dilakukan konfirmasi
pembatalan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat
Pelayanan Haji Dalam Negeri, dikonfirmasi oleh BPKH, dan
dikonfirmasi oleh BPS Bipih.
. Data Estimasi Keberangkatan Haji.
Bersumber dari data pendaftaran haji dimana data pembatalan haji
dan keberangkatan haji dikeluarkan dari daftar Jemaah Haji aktif,
. Data Berhak Lunas.
Bersumber dari data estimasi keberangkatan haji yang telah
disesuaikan dengan ketentuan terkait dengan pelunasan Bipih.
. Data Pelunasan Bipih.
Bersumber dari proses pelunasan Bipih yang dilakukan oleh Jemaah
Haji pada BPS Bipih.
. Data Dokumen Haji.
Bersumber dari entry/scan data paspor yang dilakukan oleh Kantor
Kementerian Agama dan/atau Kantor Wilayah dan/atau Direktorat
Bina Umrah dan Haji Khusus, entry data nominatif pengajuan
pemvisaan dan data pramanifest pemvisaan yang dilakukan oleh
Kantor Wilayah/Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus, dan data
yang dihasilkan ehajj setelah dilakukan pengajuan proses pemvisaan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji
Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri.
. Data Keberangkatan Haji.
Bersumber dari entry data yang dilakukan oleh Direktorat Bina Umrah
dan Haji Khusus/Kantor Wilayah/Embarkasi saat operasional haji
pada Embarkasi.-16-
8. Data Operasional Haji Arab Saudi.
Bersumber dari entry data yang dilakukan oleh Petugas Penyelenggara
Ibadah Haji pada saat operasional haji di Arab Saudi.
9. Data Kepulangan Haji.
Bersumber dari data konfirmasi Kepulangan yang dilakukan oleh
Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Petugas Penyelenggara
Ibadah Haji.
. Sumber Data Jemaah Umrah
Data Jemaah Umrah dapat dirinci sebagai berikut:
1, Data Pendaftaran Umrah.
Bersumber dari proses pendaftaran pada PPIU dan pembayaran
setoran awal/setoran lunas BPIU yang dilakukan oleh Jemaah Umrah
pada BPS BPIU untuk mendapatkan nomor porsi umrah.
2. Data Pemaketan Umrah.
Bersumber dari proses pemaketan layanan keberangkatan umrah yang
dilakukan oleh PPIU.
3. Data Rencana Keberangkatan Umrah.
Bersumber dari data rencana keberangkatan Jemaah Umrah yang
dibuat oleh PPIU,
4. Data Keberangkatan Umrah.
Bersumber dari data realisasi keberangkatan Jemaah Umrah yang
dilaporkan oleh PPIU.
5. Data Kepulangan Umrah.
Bersumber dari data realisasi kepulangan Jemaah Umrah yang
dilaporkan oleh PPIU.
. Pengolahan Data
1. Pengolahan Data Jemaah Haji dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SISKOHAT berdasarkan bisnis proses penyelenggaraan ibadah
haji.
2. Pengelolaan Data Jemaah Umrah dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SISKOPATUH berdasarkan bisnis proses penyclenggaraan
ibadah umrah.
3. Setiap pengguna dapat melakukan pengolahan data sesuai dengan
akses aplikasi yang diberikan kepada pengguna terhadap data yang
akan diolah untuk disajikan sebagai informasi.-17-
4. Data Jemaah Haji yang dapat diolah oleh pengelola data sesuai dengan
hak aksesnya adalah data pendaftaran haji, data pembatalan haji, data
pelunasan haji, data berhak lunas, data nominatif pemvisaan, data
pramanifest pemvisaan, data manifest keberangkatan, data
operasional Arab Saudi, dan data kepulangan haji.
5. Data Jemaah Umrah yang dapat diolah oleh pengelola data sesuai
dengan hak aksesnya adalah data pendaftaran umrah, pemaketan
umrah, rencana keberangkatan umrah, keberangkatan umrah, dan
kepulangan umrah.
6. Untuk keperluan informasi eksekutif/Executive Information System
(EIS), data yang diolah untuk disajikan dalam bentuk informasi profile
Jemaah Haji meliputi:
6.1 Data Jemaah Haji dalam masa tunggu/ waiting list, berdasarkan:
6.1.1, Tahun Daftar.
6.1.2. BPS Bipih.
6.1.3. Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK.
6.1.4, Jenis Kelamin.
6.1.5. Pengalaman Haji.
6.1.6. Pendidikan,
6.1.7. Pekerjaan.
6.1.8. Kelompok Umur.
6.1.9, Masa Tunggu Nasional, Masa Tunggu per Provinsi/Masa
‘Tunggu per Kabupaten/Kota.
6.2 Data Jemaah Haji berhak melunasi, berdasarkan:
6.2.1 Tahun Daftar.
6.2.2 BPS Bipih.
6.2.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK.
6.2.4 Jenis Kelamin,
6.2.5 Pengalaman Haji.
6.2.6 Pendidikan.
6.2.7 Pekerjaan.
6.2.8 Kelompok Umur.
6.3 Data Jemaah Haji yang melunasi, berdasarkan:
6.3.1 Tahun Daftar.
6.3.2 BPS Bipih.
6.3.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK.
6.3.4 Jenis Kelamin.64
65
6.6
-18-
6.3.5 Pengalaman Haji.
6.3.6 Pendidikan.
6.3.7 Pekerjaan.
6.3.8 Kelompok Umur.
Data Jemaah Haji yang berangkat, berdasarkan:
6.4.1 Tahun Daftar.
6.4.2. BPS Bipih.
6.4.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK.
6.4.4 Jenis Kelamin.
6.4.5 Pengalaman Haji.
6.4.6 Pendidikan.
6.4.7 Pekerjaan.
6.4.8 Kelompok Umur.
Data Pergerakan Jemaah Haji saat operasional di Arab Saudi,
berdasarkan:
6.5.1 Posisi Berangkat dari Tanah Air.
6.5.2 Posisi tiba di Airport Madinah dan Jeddah (Arab Saudi)
6.5.3 Posisi di Madinah.
6.5.4 Posisi Pergerakan dari Madinah ke Makkah.
6.5.5 Posisi di Jeddah.
6.5.6 Posisi Pergerakan dari Jeddah ke Makkah.
6.5.7 Posisi di Makkah.
6.5.8 Posisi Pergerakan dari Makkah ke Jeddah.
6.5.9 Posisi Pergerakan dari Makkah ke Madinah.
6.5.10 Posisi Kepulangan ke Tanah Air.
Data Pembatalan Jemaah Haji, berdasarkan:
6.6.1 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK.
6.6.2 BPS Bipih.
. Untuk keperluan informasi eksekutif/ Executive Information System
(EIS), data yang diolah untuk disajikan dalam bentuk informasi profile
Jemaah Umrah meliputi:
7.1 Data pencaftar umrah, berdasarkan:
7.1.1 Tahun daftar
7.1.2 Provinsi/Kabupaten/Kota
7.1.3 PPIU
7.1.4 Jenis Kelamin
7.1.5 Pendidikan-19-
7.1.6 Pekerjaan
7.1.7 Usia
7.2 Data keberangkatan umrah, berdasarkan:
7.2.1 Tahun daftar
7.2.2, Provinsi/Kabupaten/Kota
7.2.3 PPIU
7.2.4 Jenis Kelamin
7.2.5 Pendidikan
7.2.6 Pekerjaan
7.2.7 Usia
J. Verifikasi dan Validasi Data
1. Verifikasi dan Validasi Data dilakukan terhadap data Jemaah Haji
berikut:
Ll.
1.2.
1.3.
Data pendaftaran haji.
Dilakukan verifikasi oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian
Agama terhadap data setoran awal Bipih dengan dokumen
persyaratan pendaftaran haji, setelah_diverifikasi_ dan
dinyatakan valid maka diproses untuk mendapatkan nomor
porsi.
Data pembatalan haji.
Dilakukan verifikasi oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji
Khusus/Direktorat Pelayanan Hai Dalam Negeri terhadap
usulan pembatalan dari Kantor Wilayah/Kantor Kementerian
Agama dengan entry data pembatalan yang dilakukan oleh
Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama pada aplikasi
SISKOHAT, setelah diverifikasi dan dinyatakan valid maka
diproses konfirmasi pembatalan dan diusulkan pengembalian
dana ke BPKH.
Data nominasi berhak lunas.
Untuk haji reguler dilakukan verifikasi oleh Kantor Kementerian
‘Agama terhadap data nominasi berhak lunas terkait dengan
status Jemaah Haji, setelah diverifikasi dan dinyatakan valid
maka nominasi berhak Iunas tersebut diusulkan ke Kantor
Wilayah, kemudian Kantor Wilayah menyampaikan nominasi
berhak lunas tersebut ke Direktorat Pelayanan Haji Dalam
Negeri, Data nominasi berhak lunas kemudian diupload pada-20-
basis data SISKOHAT sebagai data berhak hunas pada tahun
berjalan. Untuk haji khusus dilakukan verifikasi oleh Direktorat
Bina Umrah dan Haji Khusus.
2. Verifikasi dan Validasi Data dilakukan terhadap data Jemaah Umrah
berikut:
2.1 Data pendaftaran umrah.
Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina
Umrah dan Haji Khusus terkait dengan jemaah umrah yang
telah mendapatkan nomor porsi umrah apakah
keberangkatannya sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
2.2 Data pemaketan umrah.
Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina
Umrah dan Haji Khusus terkait dengan paket layanan yang
diberikan oleh PPIU apakah paket layanan yang diberikan
sesuai dengan surat perjanjian antara PPIU dengan Jemaah
Umrah.
2.3 Data keberangkatan umrah.
Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina
Umrah dan Haji Khusus terkait dengan laporan rencana
keberangkatan, realisasi keberangkatan, dan kepulangan
Jemaah Umrah.
3. Verifikasi dan validasi data juga dilakukan dalam bentuk rekonsiliasi
data antara Direktorat Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi
Haji Terpadu dengan BPS Bipih yang melibatkan Direktorat Bina
Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri
untuk memeriksa kesesuaian data setoran awal pendaftaran haji pada
BPS Bipih dengan data pendaftaran haji yang telah dikonfirmasi oleh
Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama.
4. Data pembatalan haji dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat
Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu dengan BPS
Bipih yang melibatkan Direktorat Bina Umrah dan Haji
Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri untuk memeriksa
kesesuaian data pembatalan yang tclah dikonfirmasi batal oleh
Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji
Dalam Negeri dengan data pembatalan yang telah dikonfirmasi oleh
BPS Bipih untuk dikembalikan dananya kepada Jemaah Haji.-21-
5. Data pelunasan haji dilakukan rekonsiliasi antara_ Direktorat
Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu dengan BPS.
Bipih yang melibatkan Direktorat Bina Umrah dan Haji
Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri untuk memeriksa
kesesuaian data setoran pelunaan haji pada BPS Bipih dengan data
Jemaah Haji yang telah terupdate lunas pada basis data SISKOHAT.
6. Data pemvisaan, keberangkatan, dan kepulangan dilakukan
rekonsiliasi dengan unit terkait.
BAB V
INTEGRASI/PERTUKARAN DATA
A. Kebijakan
1, Setiap pimpinan unit kerja/instansi/lembaga terkait memastikan
ketersediaan infrastruktur/sistem integrasi/pertukaran data di
masing-masing unit _kerja/instansi/lembaga__terkait untuk
mendukung keberhasilan proses integrasi/pertukaran data.
2. Data yang diintegrasikan/dipertukarkan harus diklasifikasikan
berdasarkan tingkat keamanan data sesuai klasifikasi data sebagai
berikut:
2.1. Sangat Rahasia (Strictly Confidential yaitu data Jemaah Haji dan
Umrah yang apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh
ke tangan yang tidak berhak akan menyebabkan kerugian bagi
Jemaah Haji dan Umrah dan Ditjen PHU secara nasional.
2.2. Rahasia (Confidential yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang
apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh ke tangan
yang tidak berhak akan mengganggu kelancaran kegiatan
Direktorat Jenderal atau mengganggu citra dan reputasi
Direktorat Jenderal dan/atau yang menurut peraturan
perundang-undangan dinyatakan rahasia.
2.3. Terbatas (Internal Use Only) yaitu data Jemaah Haji dan Umrah
yang apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh ke
tangan yang tidak berhak akan mengganggu kelancaran
kegiatan Direktorat Jenderal tetapi
dan reputasi Direktorat Jenderal.-22-
2.4. Publik yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang secara sengaja
disediakan Direktorat Jenderal untuk dapat diketahui
masyarakat umum.
3. Klasifikasi data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kamus
data.
4. Pihak-pihak terkait dengan integrasi/pertukaran data harus
menjamin kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing.
B, Tanggung Jawab
Tanggung jawab pihak-pihak terkait dengan integrasi/pertukaran data
sebagaimana dimaksud pada BAB V huruf A angka 4 adalah sebagai
berikut:
1. Pengelola Data Direktorat Jenderal
1.1, Menjamin ketersediaan, kemutakhiran (up to date), dan
keutuhan data yang disampaikan kepada Pengguna Data.
1.2. Menyampaikan kamus data/dokumentesi sistem dan
perubahannya kepada Pengguna Data.
1.3. Memberitahukan kepada Pengguna Data apabila menemukan
masalah infrastruktur/sistem integrasi/pertukaran data.
Menindaklanjuti laporan kejanggalan/anomali data.
Memberikan persetujuan atas permintaan hak akses Pengguna
Data.
1.6. Meminta hak akses kepada Pengguna Data untuk dapat
mengakses data yang tersimpan di basis data Pengguna Data.
1.7. Melakukan klasifikasi data sesuai dengan tingkat keamanan
data seperti yang tercantum pada BAB V huruf A angka 2.
2. Pengguna Data.
2.1, Meminta hak akses kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal
untuk dapat mengakses data yang tersimpan di basis data
Pengelola Data Direktorat Jenderal.
2.2, Menjamin keamanan data yang telah diterima melalui
integrasi/pertukaran data.
2.3. Memberitahukan kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal
apabila menemukan masalah infrastruktur/sistem integrasi/
pertukaran data.-23-
2.4. Membcritahukan kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal
apabila menemukan kejanggalan/anomali data.
C. Standar
1. Metode integrasi/pertukaran data menggunakan web service.
2. Arsitektur web service menggunakan Representational State Transfer
(REST).
8. Protokol komunikasi menggunakan http/https.
4. Format respon menggunakan Extensible Markup Language (XML) atau
JavaScript Object Notation (JSON).
BAB VI
PENUTUP
Hal-hal teknis untuk pelaksanaan keputusan ini akan ditetapkan lebih
lanjut oleh Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji
Terpadu.