You are on page 1of 23
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR 392 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH, a. bahwa dalam upaya mengelola sumber daya data Jemaah Haji dan Umrah diperlukan suatu sistem tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah; bahwa untuk melaksanakan tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, diperlukan pedoman tata kelola data; bahwa berdasarkan _pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal tentang Pedoman Tata Kelola Data Jemaah Haji dan Umrah; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tembahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Lembaran Negara Menetapkan KESATU KEDUA. Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6338); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 6. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 7. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495); 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1117); MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH. Menetapkan Pedoman Tata Kelola Data Jemaah Haji dan Umrah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Pedoman Tata Kelola Data Jemaah Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi pedoman bagi para Pegawai pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dan instansi terkait dalam pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah. KETIGA : Dengan ditetapkannya keputusan ini, Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 316 Tahun 2018 tentang Tata Kelola Data Jemaah Haji dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 Desember 2020 Plt, DIREKTUR JENDERAL RENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH, No LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH, NOMOR 392 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH PEDOMAN TATA KELOLA DATA JEMAAH HAJI DAN UMRAH BABI PENDAHULUAN . Latar Belakang Dukungan sistem informasi merupakan kebutuhan yang mutlak. Sistem dan teknologi informasi dijadikan sebagai sebuah enabler dalam meningkatkan kualitas kinerja dan kelancaran kerja suatu instansi pemerintah. Pengembangan sistem pada Direktorat__ Jenderal Penyelengaraan Haji dan Umrah berdasarkan suatu regulasi yang telah ditetapkan oleh Menteri Agama dan/atau Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Regulasi yang diterapkan dari tahun ke tahun bisa saja berubah mengikuti situasi dan kondisi terkini untuk meningkatkan layanan kepada Jemaah Haji dan Umrah sehingga sistem yang diterapkan perlu diperbarui dan dimodifikasi untux mendukung operasional penyelenggaraan haji dan umrah yang dapat mengakibatkan data pada sistem tersebut tidak konsisten. Hal ini merupakan tantangan tersendiri untuk melakukan pengelolaan data secara akurat, berkesinambungan, efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan terintegrasi untuk mendukung berbagai kepentingan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Kondisi ini memerlukan diterapkannya tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah yang memformalisasikan aturan, kebijakan, peranan dan tanggung jawab setiap orang dan setiap unit kerja pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah terhadap data yang menjadi asset penting organisasi. Data Jemaah Haji bersumber dari proses pendaftaran haji, pembatalan haji, pelunasan haji, pengurusan dokumen haji, operasional embarkasi, operasional Arab Saudi, dan operasional debarkasi, sedangkan data Jemaah Umrah bersumber dari proses pendaftaran umrah, pemaketan umrah, serta keberangkatan dan kepulangan umrah. Data tersebut dapat diolah menjadi informasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam membuat kebijakan yang diterapkan ke seluruh unit kerja mulai dari tingkat pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dan tingkat daerah yaitu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, serta instansi terkait dalam pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah, . Tujuan Pedoman ini bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan Data Jemaah Haji dan Umrah dalam rangka melindungi kerahasiaan (confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability), serta pengumpulan, pengelolaan, verifikasi dan validasi data Jemaah Haji dan Umrah, . Ruang Lingkup Ruang lingkup tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah meliputi: 1. Kebijakan dan Strategi; 2. Pengelola Data; 3. Pengelolaan Data; 4. Integrasi/Pertukaran Data. . Pengertian Umum Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan: 1. Aplikesi adalah program yang berjalan di atas sistem operasi, misalnya aplikasi basis data, aplikasi word processor, web browser, dan development tools. 2. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu yang selanjutnya disebut SISKOHAT adalah sistem pengelolaan data dan _informasi penyelenggaraan ibadah haji secara terpadu. 3. Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus yang selanjutnya disebut SISKOPATUH adalah sistem pengelolaan data dan informasi penyclenggaraan ibadah haji khusus dan umrah secara terpadu. 10. 11. 12. 13. 14, Jemaah Haji adalah warga negara yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Jemaah Umrah adalah warga negara yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Umrah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang selanjutnya disebut Bipih adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh warga negara yang akan menunaikan Ibadah Haji, Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang selanjutnya disingkat BPIU adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh Jemaah untuk menunaikan perjalanan Ibadah Umrah. Badan Pengelola Keuangan Haji yang selanjutnya disingkat BPKH adalah lembaga yang melakukan pengelolaan keuangan haji. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang selanjutnya disingkat PPIU adalah biro perjalanan wisata yang memiliki Perizinan Berusaha untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah. Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang selanjutnya disingkat BPS Bipih adalah bank umum syariah dan/atau unit usaha syariah yang ditunjuk oleh Badan Pengelola Keuangan Haji. Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah yang selanjutnya disingkat BPS BPIU adalah bank umum syariah dan/atau unit usaha syariah yang menerima pembayaran umrah dan memiliki perjanjian kerjasama dengan Kementerian Agama. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pemimpin satuan kerja yang membidangi penyelenggaraan haji dan umrah pada Kementerian Agama. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang selanjutnya disebut Direktorat Jenderal adalah satuan kerja pada Kementerian Agama yang membidangi penyelenggaraan haji dan umrah. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut Kepala Kantor Wilayah adalah pemimpin Kantor Wilayah. 15. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian Agama pada tingkat provinsi. 16. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Kepala Kantor Kementerian Agama adalah adalah Pemimpin Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 17. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Kantor Kementerian Agama adalah instansi vertikal Kementerian Agama pada tingkat kabupaten/kota. 18. Nomor Validasi adalah nomor bukti transaksi setoran awal Bipih yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. 19. Nomor Porsi adalah nomor urut pendaftaran yang diterbitkan oleh Kementerian Agama bagi Jemaah Haji yang mendaftar. 20. Nomor Porsi Umrah adalah nomor urut pendaftaran umrah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama bagi Jemaah Umrah yang mendatftar. 21. Data adalah unsur dasar informasi yang berupa fakta, bilangan dan simbol yang menunjukkan atau menerangkan sesuatu benda, pikiran, kondisi, situasi dan faktor lain. 22. Basis Data adalah suatu kumpulan data dan informasi yang disimpan secara sistematis dan terstruktur dengan bantuan sistem informasi sehingga mudah diakses, dikelola, dan diperbarui, 23, Informasi adalah hasil pemrosesan, pengolahan dan pengorganisasian data yang dapat disajikan sebagai pengetahuan, yang dalam penggunaannya, data dapat berupa informasi yang menjadi data baru maupun sebaliknya informasi dapat berfungsi sebagai data untuk menghasilkan informasi baru. 24. Pengelola Data adalah unit pada satuan kerja yang memiliki tugas mengelola dan menyediakan data. 25. Penanggung Jawab Data adalah pejabat yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan penyediaan data. 26. Pengguna Data adalah unit kerja/instansi terkait yang menerima data sesuai dengan kewenangan hak akses yang diberikan oleh Pengelola Data. 27. Integrasi/Pertukaran Data adalah suatu kegiatan mengirim ke dan/atau menerima data dengan memanfaatkan sumber daya atau fasilitas sistem teknologi informasi dan komunikasi. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Backup Data adalah proses pemindahan data dari media utama pemroses informasi ke media penyimpanan data eksternal lain untuk disimpan dan digunakan sebagai cadangan jika diperlukan. Full Backup adalah proses backup keseluruhan data. Incremental Backup adalah backup terhadap perubahan atau penambahan data. Keutuhan (Integrity) adalah status informasi yang akurat, lengkap dan tidak rusak saat dipindahkan atau diproses, serta dicegah atau dihindari dari perubahan yang tidak dikehendaki oleh pihak yang tidak berwenang. Media Backup adalah perangkat yang digunakan untuk Backup Data. Media Penyimpanan Data adalah perangkat yang digunakan untuk menyimpan data, meliputi tetapi tidak terbatas pada hard disk, extemal disk, floppy disk, compact disk, dan Digital Versatile Disk (DVD). Pengelolaan Data adalah kegiatan dalam usaha menjamin kerahasiaan (confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability) data, berupa penyalinan data ke media backup di luar lingkungan operasi secara berkala, restorasi data, dan penanganan media penyimpanan. Recovery Data adalah proses pemulihan kembali data setelah terjadi gangguan layanan. Restore Data proses pemindahan data dari Media Penyimpanan Data eksternal ke media utama pemroses informasi. Retensi Data adalah waktu yang diperkenankan kepada Unit Kerja untuk menyimpan data di Pusat Data Ditjen PHU sebelum dilakukan penghapusan secara permanen. Sanitasi Media Penyimpan Data adalah proses penghilangan informasi yang disimpan di media data secara permanen dengan menggunakan medan magnet besar atau perusakan fisik media. System Backup adalah proses backup sistem yang meliputi sistem, operasi, aplikasi dan file. Sistem Operasi adalah program yang mengatur dan mengendalikan perangkat keras untuk menjalankan aplikasi serta penyimpanan data, input, dan output dari suatu perangkat ke perangkat lainnya. BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan Kebijakan Ditjen PHU dalam mewujudkan tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah adalah mensinergikan dan mengintegrasikan data pada setiap unit kerja/instansi/lembaga yang berkepentingan terhadap data Jemaah Haji dan Umrah. Setiap unit kerja/instansi/lembaga yang terkait dengan pengelolaan data harus menjamin kerahasiaan (confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability) data sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. B. Strategi Strategi tata kelola data Jemaah Haji dan Umrah yang akan dilakukan adalah: 1. Membangun integrasi data dengan unit kerja/instansi/lembaga terkait; 2. Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah secara terpusat (centralized); 3. Melakukan back up data secara periodik, back up data harian, mingguan, dan bulanan; 4. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Pengelola Data. BAB III PENGELOLA DATA A. Pengelola Data 1. Pengelola data pada Ditjen PHU adalah Pejabat Administrator yang memiliki fungsi pengelolaan data dan sistem informasi haji dan umrah. 2. Pengelola data dan informasi pada Kanwil adalah Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 3. Pengelola data dan informasi pada Kantor Kemente-ian Agama adalah Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah. B. Penanggung Jawab Data 1. Penanggung jawab data pada Ditjen PHU adalah Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu. -10- 2. Penanggung jawab data pada Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah. 3. Penanggung jawab data pada Kantor Kementerian Agama adalah Kepala Kantor Kementerian Agama. C. Tanggung Jawab Pengelola Data 1, Pengelola Data pada Direktorat Jenderal memiliki tanggung jawab sebagai berikut: Ll. 1.2. 1.3. Kerahasiaan (Confidentiality) data Memberikan persetujuan atas hak akses. Keutuhan (Integrity) data a. Menjamin akurasi, kelengkapan, dan kemutakhiran (up to date) data. b. Melakukan ji Restore data secara berkala untuk memastikan keberhasilan Backup data. Ketersediaan (Availability) data a, Melakukan Recovery data apabila terjadi gangguan terhadap data. . Menyampaikan jinformasi dalam rangka menentukan kritikalitas data kepada pimpinan, meliputi: 1) Besarnya dampak kehilangan data terhadap proses bisnis; 2) Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan sistem dan data ke kondisi normal (Work Recovery Time/WRT). 3) Waktu yang dapat ditolerir atas ketidaktersediaan data sampai dilakukan pemulihan kembali (Recovery Point Objective/ RPO). 4) Waktu yang ditentukan untuk memulihkan sistem (Recovery Time Objective/ RTO). 5) Waktu maksimal yang = dapat ditolerir__—_atas. ketidakberoperasinya sistem (Maximum Tolerable Downtime/MTD). 6) Menentukan retensi data sesuai dengan kebutuhan atau ketentuan yang berlaku. . Melaporkan gangguan kepada pimpinan untuk hal-hal yang berkaitan dengan layanan pengelolaan data. 2. Pengelola Data pada Kantor Wilayah memiliki tanggung jawab sebagai berikut: A. Standar 1 21. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. -ll- Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di wilayahnya, Melakukan monitoring data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di wilayahnya. Melakukan koordinasi dengan Pengelola Data Direktorat Jenderal dan Kantor Kementerian Agama. Menjaga kerahasiaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama yang berada di wilayahnya. Melaporkan ketidaksesuaian data Jemaah Haji dan Umrah kepada Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu. . Pengelola Data pada Kantor Kementerian Agama memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Melakukan pengelolaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor Kementerian Agama. Melakukan koordinasi dengan Pengelola Data Kantor Wilayah; Menjaga kerahasiaan data Jemaah Haji dan Umrah pada Kantor Kementerian Agama. Melaporkan ketidaksesuain data Jemaah Haji dan Umrah kepada Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. BAB IV PENGELOLAAN DATA Pengelola Data pada Direktorat Jenderal melakukan uji Restore Data dari hasil Backup Data secara berkala dan memastikan keberhasilan proses restore pada saat diperlukan. Melakukan sanitasi media penyimpanan data yang sudah tidak digunakan untuk menghilangkan informasi yang ada di dalamnya. Prosedur Backup Data dan Restore Data yang digunakan harus mampu mengembalikan semua data, sehinga integritas data tidak terganggu dan data dapat digunakan untuk kebutuhan operasional. 4. -12- Semua prosedur penanganan media penyimpanan data harus didokumentasikan, B. Infrastruktur Infrastruktur pengelolaan data sekurang-kurangnya meliputi: 1. 2. 3. Perangkat keras, antara lain server dan media penyimpanan. Perangkat jaringan, antara lain switch, modem, dan router. Perangkat lunak, antara lain sistem operasi dan backup tools. C. Backup Data 1. Backup Data dilakukan terhadap data yang berada di dalam server pada Direktorat Jenderal. . Metode Backup Data, meliputi tetapi tidak terbatas pade: 2.1. System Backup. 2.2. Full Backup. 2.3. Incremental Backup. Dibuat catatan/log backup yang berisi informasi, sekurang-kurangnya meliputi: 3.1. si. 3.2. Metode Backup data (system/full/incremental. 3.3, Status Backup data (berhasil/gagal) 3.4. Waktu pelaksanaan Backup data. - Media backup beserta catatan/log backup harus disimpan secara baik dan aman untuk jangka waktu tertentu sesuai prosedur. Tempat penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat Jenderal (off site) aman dan harus berjarak cukup jauh dari Pusat Data Direktorat Jenderal agar terhindar dari bencana setempat. Akses ke penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat Jenderal hanya diberikan kepada petugas yang berwenang dan harus ditinjau ulang paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Pengamanan penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat Jenderal harus sama dengan pengamanan penyimpanan media backup di Pusat Data Direktorat Jenderal, termasuk dalam hal saat pemindahan media backup tersebut. Apabila penyimpanan media backup di luar Pusat Data Direktorat Jenderal belum tersedia, media backup yang disimpan ci lokasi yang sama dengan Pusat Data Direktorat Jenderal (on site) harus disimpan -13- ke dalam tempat penyimpanan yang meminimalkan/menghindari kemungkinan kehilangan data. 9. Proses Backup Data tersebut harus menjamin sinkronisasi data saat pemulihan (recovery) 10. Media Backup data harus diberi identitas yang jelas untuk memudahkan identifikasi saat dibutuhkan. D. Restore Data 1. Restore Data dilakukan pada saat: 1.1. Pengujian berkala. 1.2. Recovery saat terjadi gangguan layanan. 1.3. Ada permintaan dari pimpinan. 2. Dibuat catatan/log Restore Data yang berisi informasi, sekurang- kurangnya meliputi: 2.1. Isi. 2.2. Status Restore Data (berhasil/gagal). 2.3. Waktu pelaksanaan restore. 3. Restore Data harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik agar tidak mengganggu kegiatan operasional dan meminimalkan risiko. 4. Hasil Restore Data harus dilaporkan kepada pimpinan. E, Penanganan Media Penyimpanan 1. Penanganan media penyimpanan data meliputi tetapi tidak terbatas pada: 1.1. Setiap media penyimpanan yang dapat digunakan ulang (reusable media) dan yang akan dihapus harus dibuat tidak dapat dipulihkan (irrecoverable). 1.2. Semua media penyimpanan data harus disimpan dengan aman dan di lingkungan yang aman, mengacu pada standar media penyimpanan. 1.3. Penyimpanan data yang memiliki retensi lebih lama dari umur media (sesuai dengan spesifikasi pabrikan perangkat), harus diperbaharui di media lain untuk menghindari kehilangan data akibat kerusakan media. 2. Dalam hal dilakukan pengiriman media penyimpan data dari dan ke Pusat Data Direktorat Jenderal sekurang-kurangnya harus. mempertimbangkan hal berikut: -14- 2.1. Penggunaan transportasi dan petugas pengiriman yang handal. 2.2. Daftar resmi petugas pengiriman harus disetujui oleh pejabat yang berwenang. 2.3. Pengemasan harus cukup untuk melindungi isi dari segala Kemungkinan kerusakan fisik yang dapat timbul selama perjalanan dan sesuai dengan spesifikasi produsen. 3. Penghancuran media penyimpan data sekurang-kurangnya harus mempertimbangkan hal berikut: 3.1. Media yang berisi data dengan klasifikasi data sangat rahasia, rahasia, atau terbatas harus dimusnahkan secara aman, misalnya dibakar dan dihancurkan. 3.2, Membuat dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi media yang mungkin memerlukan pemusnahan secara aman. 3.3. Pemusnahan media penyimpanan yang berisi data dengan Klasifikasi data sangat rahasia, rahasia, atau terbatas harus tercatat dalam audit trail dan dituangkan dalam Berita Acara. F. Lingkcungan Operasi Pusat Data Direktorat Jenderal Standar lingkungan operasi Pusat Data Direktorat Jenderal sekurang- kurangnya meliputi: 1. Tersedianya tenaga listrik utama sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan oleh pabrikan perangkat dan cukup untuk beban maksimal seluruh perangkat serta tenaga listrik cadangan dengan tenaga dan jangka waktu ketersediaan/pengoperasian yang cukup. 2. Tersedianya pengaturan dan pengawasan batas minimum dan maksimum untuk suhu dan kelembaban di dalam ruangan yang ditetapkan sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh pabrikan perangkat. 3. Tersedianya perangkat pengamanan fisik yang memadai dan berfungsi baik, antara lain pintu elektronik dengan kendali akses, kamera pemantau, sistem pemadam kebakaran, alarm bahaya, dan perangkat pemutus aliran listrik. G. Sumber Data Jemaah Haji Data Jemaah Haji dapat dirinci sebagai berikut: 1. Data Pendaftaran Haji. Bersumber dari proses pembayaran setoran awal pendaftaran haji yang dilakukan oleh Jemaah Haji pada BPS Bipih untuk mendapatkan -15- nomor validasi dan telah dilakukan konfirmasi pendaftaran oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama untuk diterbitkan nomor porsi. . Data Pembatalan Haji. Bersumber dari entry pembatalan jemaah haji yang dilakukan oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama, dilakukan konfirmasi pembatalan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, dikonfirmasi oleh BPKH, dan dikonfirmasi oleh BPS Bipih. . Data Estimasi Keberangkatan Haji. Bersumber dari data pendaftaran haji dimana data pembatalan haji dan keberangkatan haji dikeluarkan dari daftar Jemaah Haji aktif, . Data Berhak Lunas. Bersumber dari data estimasi keberangkatan haji yang telah disesuaikan dengan ketentuan terkait dengan pelunasan Bipih. . Data Pelunasan Bipih. Bersumber dari proses pelunasan Bipih yang dilakukan oleh Jemaah Haji pada BPS Bipih. . Data Dokumen Haji. Bersumber dari entry/scan data paspor yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama dan/atau Kantor Wilayah dan/atau Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus, entry data nominatif pengajuan pemvisaan dan data pramanifest pemvisaan yang dilakukan oleh Kantor Wilayah/Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus, dan data yang dihasilkan ehajj setelah dilakukan pengajuan proses pemvisaan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri. . Data Keberangkatan Haji. Bersumber dari entry data yang dilakukan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Kantor Wilayah/Embarkasi saat operasional haji pada Embarkasi. -16- 8. Data Operasional Haji Arab Saudi. Bersumber dari entry data yang dilakukan oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji pada saat operasional haji di Arab Saudi. 9. Data Kepulangan Haji. Bersumber dari data konfirmasi Kepulangan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Petugas Penyelenggara Ibadah Haji. . Sumber Data Jemaah Umrah Data Jemaah Umrah dapat dirinci sebagai berikut: 1, Data Pendaftaran Umrah. Bersumber dari proses pendaftaran pada PPIU dan pembayaran setoran awal/setoran lunas BPIU yang dilakukan oleh Jemaah Umrah pada BPS BPIU untuk mendapatkan nomor porsi umrah. 2. Data Pemaketan Umrah. Bersumber dari proses pemaketan layanan keberangkatan umrah yang dilakukan oleh PPIU. 3. Data Rencana Keberangkatan Umrah. Bersumber dari data rencana keberangkatan Jemaah Umrah yang dibuat oleh PPIU, 4. Data Keberangkatan Umrah. Bersumber dari data realisasi keberangkatan Jemaah Umrah yang dilaporkan oleh PPIU. 5. Data Kepulangan Umrah. Bersumber dari data realisasi kepulangan Jemaah Umrah yang dilaporkan oleh PPIU. . Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Jemaah Haji dilakukan dengan menggunakan aplikasi SISKOHAT berdasarkan bisnis proses penyelenggaraan ibadah haji. 2. Pengelolaan Data Jemaah Umrah dilakukan dengan menggunakan aplikasi SISKOPATUH berdasarkan bisnis proses penyclenggaraan ibadah umrah. 3. Setiap pengguna dapat melakukan pengolahan data sesuai dengan akses aplikasi yang diberikan kepada pengguna terhadap data yang akan diolah untuk disajikan sebagai informasi. -17- 4. Data Jemaah Haji yang dapat diolah oleh pengelola data sesuai dengan hak aksesnya adalah data pendaftaran haji, data pembatalan haji, data pelunasan haji, data berhak lunas, data nominatif pemvisaan, data pramanifest pemvisaan, data manifest keberangkatan, data operasional Arab Saudi, dan data kepulangan haji. 5. Data Jemaah Umrah yang dapat diolah oleh pengelola data sesuai dengan hak aksesnya adalah data pendaftaran umrah, pemaketan umrah, rencana keberangkatan umrah, keberangkatan umrah, dan kepulangan umrah. 6. Untuk keperluan informasi eksekutif/Executive Information System (EIS), data yang diolah untuk disajikan dalam bentuk informasi profile Jemaah Haji meliputi: 6.1 Data Jemaah Haji dalam masa tunggu/ waiting list, berdasarkan: 6.1.1, Tahun Daftar. 6.1.2. BPS Bipih. 6.1.3. Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK. 6.1.4, Jenis Kelamin. 6.1.5. Pengalaman Haji. 6.1.6. Pendidikan, 6.1.7. Pekerjaan. 6.1.8. Kelompok Umur. 6.1.9, Masa Tunggu Nasional, Masa Tunggu per Provinsi/Masa ‘Tunggu per Kabupaten/Kota. 6.2 Data Jemaah Haji berhak melunasi, berdasarkan: 6.2.1 Tahun Daftar. 6.2.2 BPS Bipih. 6.2.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK. 6.2.4 Jenis Kelamin, 6.2.5 Pengalaman Haji. 6.2.6 Pendidikan. 6.2.7 Pekerjaan. 6.2.8 Kelompok Umur. 6.3 Data Jemaah Haji yang melunasi, berdasarkan: 6.3.1 Tahun Daftar. 6.3.2 BPS Bipih. 6.3.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK. 6.3.4 Jenis Kelamin. 64 65 6.6 -18- 6.3.5 Pengalaman Haji. 6.3.6 Pendidikan. 6.3.7 Pekerjaan. 6.3.8 Kelompok Umur. Data Jemaah Haji yang berangkat, berdasarkan: 6.4.1 Tahun Daftar. 6.4.2. BPS Bipih. 6.4.3 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK. 6.4.4 Jenis Kelamin. 6.4.5 Pengalaman Haji. 6.4.6 Pendidikan. 6.4.7 Pekerjaan. 6.4.8 Kelompok Umur. Data Pergerakan Jemaah Haji saat operasional di Arab Saudi, berdasarkan: 6.5.1 Posisi Berangkat dari Tanah Air. 6.5.2 Posisi tiba di Airport Madinah dan Jeddah (Arab Saudi) 6.5.3 Posisi di Madinah. 6.5.4 Posisi Pergerakan dari Madinah ke Makkah. 6.5.5 Posisi di Jeddah. 6.5.6 Posisi Pergerakan dari Jeddah ke Makkah. 6.5.7 Posisi di Makkah. 6.5.8 Posisi Pergerakan dari Makkah ke Jeddah. 6.5.9 Posisi Pergerakan dari Makkah ke Madinah. 6.5.10 Posisi Kepulangan ke Tanah Air. Data Pembatalan Jemaah Haji, berdasarkan: 6.6.1 Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota/PIHK. 6.6.2 BPS Bipih. . Untuk keperluan informasi eksekutif/ Executive Information System (EIS), data yang diolah untuk disajikan dalam bentuk informasi profile Jemaah Umrah meliputi: 7.1 Data pencaftar umrah, berdasarkan: 7.1.1 Tahun daftar 7.1.2 Provinsi/Kabupaten/Kota 7.1.3 PPIU 7.1.4 Jenis Kelamin 7.1.5 Pendidikan -19- 7.1.6 Pekerjaan 7.1.7 Usia 7.2 Data keberangkatan umrah, berdasarkan: 7.2.1 Tahun daftar 7.2.2, Provinsi/Kabupaten/Kota 7.2.3 PPIU 7.2.4 Jenis Kelamin 7.2.5 Pendidikan 7.2.6 Pekerjaan 7.2.7 Usia J. Verifikasi dan Validasi Data 1. Verifikasi dan Validasi Data dilakukan terhadap data Jemaah Haji berikut: Ll. 1.2. 1.3. Data pendaftaran haji. Dilakukan verifikasi oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama terhadap data setoran awal Bipih dengan dokumen persyaratan pendaftaran haji, setelah_diverifikasi_ dan dinyatakan valid maka diproses untuk mendapatkan nomor porsi. Data pembatalan haji. Dilakukan verifikasi oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Hai Dalam Negeri terhadap usulan pembatalan dari Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama dengan entry data pembatalan yang dilakukan oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama pada aplikasi SISKOHAT, setelah diverifikasi dan dinyatakan valid maka diproses konfirmasi pembatalan dan diusulkan pengembalian dana ke BPKH. Data nominasi berhak lunas. Untuk haji reguler dilakukan verifikasi oleh Kantor Kementerian ‘Agama terhadap data nominasi berhak lunas terkait dengan status Jemaah Haji, setelah diverifikasi dan dinyatakan valid maka nominasi berhak Iunas tersebut diusulkan ke Kantor Wilayah, kemudian Kantor Wilayah menyampaikan nominasi berhak lunas tersebut ke Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, Data nominasi berhak lunas kemudian diupload pada -20- basis data SISKOHAT sebagai data berhak hunas pada tahun berjalan. Untuk haji khusus dilakukan verifikasi oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus. 2. Verifikasi dan Validasi Data dilakukan terhadap data Jemaah Umrah berikut: 2.1 Data pendaftaran umrah. Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus terkait dengan jemaah umrah yang telah mendapatkan nomor porsi umrah apakah keberangkatannya sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. 2.2 Data pemaketan umrah. Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus terkait dengan paket layanan yang diberikan oleh PPIU apakah paket layanan yang diberikan sesuai dengan surat perjanjian antara PPIU dengan Jemaah Umrah. 2.3 Data keberangkatan umrah. Dilakukan monitoring dan pengawasan oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus terkait dengan laporan rencana keberangkatan, realisasi keberangkatan, dan kepulangan Jemaah Umrah. 3. Verifikasi dan validasi data juga dilakukan dalam bentuk rekonsiliasi data antara Direktorat Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu dengan BPS Bipih yang melibatkan Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri untuk memeriksa kesesuaian data setoran awal pendaftaran haji pada BPS Bipih dengan data pendaftaran haji yang telah dikonfirmasi oleh Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama. 4. Data pembatalan haji dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu dengan BPS Bipih yang melibatkan Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri untuk memeriksa kesesuaian data pembatalan yang tclah dikonfirmasi batal oleh Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri dengan data pembatalan yang telah dikonfirmasi oleh BPS Bipih untuk dikembalikan dananya kepada Jemaah Haji. -21- 5. Data pelunasan haji dilakukan rekonsiliasi antara_ Direktorat Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu dengan BPS. Bipih yang melibatkan Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus/Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri untuk memeriksa kesesuaian data setoran pelunaan haji pada BPS Bipih dengan data Jemaah Haji yang telah terupdate lunas pada basis data SISKOHAT. 6. Data pemvisaan, keberangkatan, dan kepulangan dilakukan rekonsiliasi dengan unit terkait. BAB V INTEGRASI/PERTUKARAN DATA A. Kebijakan 1, Setiap pimpinan unit kerja/instansi/lembaga terkait memastikan ketersediaan infrastruktur/sistem integrasi/pertukaran data di masing-masing unit _kerja/instansi/lembaga__terkait untuk mendukung keberhasilan proses integrasi/pertukaran data. 2. Data yang diintegrasikan/dipertukarkan harus diklasifikasikan berdasarkan tingkat keamanan data sesuai klasifikasi data sebagai berikut: 2.1. Sangat Rahasia (Strictly Confidential yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak akan menyebabkan kerugian bagi Jemaah Haji dan Umrah dan Ditjen PHU secara nasional. 2.2. Rahasia (Confidential yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak akan mengganggu kelancaran kegiatan Direktorat Jenderal atau mengganggu citra dan reputasi Direktorat Jenderal dan/atau yang menurut peraturan perundang-undangan dinyatakan rahasia. 2.3. Terbatas (Internal Use Only) yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang apabila didistribusikan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak akan mengganggu kelancaran kegiatan Direktorat Jenderal tetapi dan reputasi Direktorat Jenderal. -22- 2.4. Publik yaitu data Jemaah Haji dan Umrah yang secara sengaja disediakan Direktorat Jenderal untuk dapat diketahui masyarakat umum. 3. Klasifikasi data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kamus data. 4. Pihak-pihak terkait dengan integrasi/pertukaran data harus menjamin kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. B, Tanggung Jawab Tanggung jawab pihak-pihak terkait dengan integrasi/pertukaran data sebagaimana dimaksud pada BAB V huruf A angka 4 adalah sebagai berikut: 1. Pengelola Data Direktorat Jenderal 1.1, Menjamin ketersediaan, kemutakhiran (up to date), dan keutuhan data yang disampaikan kepada Pengguna Data. 1.2. Menyampaikan kamus data/dokumentesi sistem dan perubahannya kepada Pengguna Data. 1.3. Memberitahukan kepada Pengguna Data apabila menemukan masalah infrastruktur/sistem integrasi/pertukaran data. Menindaklanjuti laporan kejanggalan/anomali data. Memberikan persetujuan atas permintaan hak akses Pengguna Data. 1.6. Meminta hak akses kepada Pengguna Data untuk dapat mengakses data yang tersimpan di basis data Pengguna Data. 1.7. Melakukan klasifikasi data sesuai dengan tingkat keamanan data seperti yang tercantum pada BAB V huruf A angka 2. 2. Pengguna Data. 2.1, Meminta hak akses kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal untuk dapat mengakses data yang tersimpan di basis data Pengelola Data Direktorat Jenderal. 2.2, Menjamin keamanan data yang telah diterima melalui integrasi/pertukaran data. 2.3. Memberitahukan kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal apabila menemukan masalah infrastruktur/sistem integrasi/ pertukaran data. -23- 2.4. Membcritahukan kepada Pengelola Data Direktorat Jenderal apabila menemukan kejanggalan/anomali data. C. Standar 1. Metode integrasi/pertukaran data menggunakan web service. 2. Arsitektur web service menggunakan Representational State Transfer (REST). 8. Protokol komunikasi menggunakan http/https. 4. Format respon menggunakan Extensible Markup Language (XML) atau JavaScript Object Notation (JSON). BAB VI PENUTUP Hal-hal teknis untuk pelaksanaan keputusan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu.

You might also like