You are on page 1of 164
/ENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA_ PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 608 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-27, PROSEDUR PEMELIHARAAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL (ADVISORY CIRCULAR 139-27) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodromes) telah mengatur bahwa setiap pembangunan dan pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome) harus sesuai dengan standar teknis dan operasi peraturan keselamatan penerbangan sipil; b. bahwa prosedur pemeliharaan alat bantu pendaratan visual dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP 157 Tahun 2003 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Pelaporan Peralatan Fasilitas Blektronika dan Listrik Penerbangan, dinilai masih terdapat kekurangan dan perlu disempurnakan sesuai dengan hasil audit ICAO USOAP; ¢. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana disebutkan dalam huruf a dan b diatas maka perlu diatur dengan menetapkan Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-27, Prosedur Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual’ (Advisory Circular 139-27) dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295); a Menetapkan : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon [ Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8}; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 ‘Tentang Kementerian Perhubungan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); MEMUTUSKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-27 (ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-27) PROSEDUR PEMELIHARAAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL (AIRPORT LIGHTING). Pasal 1 Memberlakukan prosedur pemeliharaan alat bantu pendaratan visual (airport lighting). Pasal 2 Prosedur pemeliharaan alat bantu pendaratan visual (airport lighting) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan ini. Pasal 3 Penyelenggara bandar udara wajib menyampaikan laporan kondisi alat bantu pendaratan visual (airport lighting) setiap bulan kepada Direktur Jenderal. Pasal 4 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka ketentuan yang Fae ra meneenai pemeliharaan alat bantu pendarsioe visual dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Pasal 5 Direktur Bandar Udara melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini, Pasal 6 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di; JAKARTA Pada tanggal : 19 OKTOBER 2015 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : NOAP ODE Menteri Perhubungan Republik Indonesia; Sckretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan; Inspektur Jendera,l Kementerian Pethubungan; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Kepala Otoritas Bandar Udara; Para Kepala Bandar Udara UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; @%i seSuai dengan aslinya [AN'HUKUM DAN HUMAS, [4 ZT (LV /b} 199003 1 001 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 608 TAHUN 2015 Tanggal 19 OKTOBER 2015 PETUNJUK TEKNIS PEMELIHARAAN AIRFIELD LIGHTING SYSTEM (AFL), STANDBY DAN CATU DAYA DARURAT DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2015 i DAFTAR ISI BABI se ia PENDAHULUAN, 1.1 UMUM.. 1.2 DEFINISL...... 1.3 RUANG LINGKUP. BABII KESELAMATAN KERJA... 22 UMUM on. 2.2 PENYEBAB UMUM KECELAKAAN ,, 2.3. PROSEDUR DAN PEDOMAN KESELAMATAN .. 2.4 ELECTRICAL HAZARDS UNTUK RANGKAIAN LAMPU DIHUBUNG SERI 2.5 PROSEDUR KESELAMATAN KERJA. 2.6 PAPAN PROSEDUR KESELAMATAN 2.7 SAFETY CHECKLIST... 2.8 PERALATAN KESELAMATAN DALAM KENDARAAN, 2.9 SENGATAN LISTRIK.. 2.10 PELATIHAN KESELAMATAN ..... 2.11 TANDA PERINGATAN KESELAMATAN / LABEL BAHAYA. 2.12 GROUNDING DAN BOUNDING. 2.13 RUANG SEMPIT (MANHOLE), 244 ANCAMAN PETIR. esse DT 2.45 ZAT BERACUN 2.16 ALAT PEMADAM KEBAKARAN RINGAN (APAR).. ii 2.17 PERTOLONGAN PERTAMA. BABII .. MANAJEMEN PEMELIHARAAN...... 3a 32 33 34 35 36 37 BABIV... PERALATAN PENGUIIAN... 4a 42 FILOSOFI PEMELIHARAAN JADWAL PEMELIHARAAN. CATATAN PEMELIHARAAN PROGRAM PEMELIHARAAN PREVENTIF.. CATATAN RETENSL..... REFERENSI PERPUSTAKAAN, PENYEDIAAN SUKU CADANG.... PENDAHULUAN...... JENIS PERALATAN DAN PENGGUNAANNYA 52 53 54 55 56 57 58 59 RUANG KONTROL AIRPORT LIGHTING | ‘MICRO/CONSTANT CURRENT REGULATOR (MCR/CCR) senses FIXTURE LAMPU DAN PEMELIHARAAN DASAR... ILLUMINATED RUNWAY DAN TAXIWAY GUIDANCE SIGNS. .. ROTATING BEACON. 82 WIND CONE... 86 PRECISION APPROACH PATH INDICATOR (PAP!) SYSTEM ... VISUAL APPROACH SLOPE INDICATOR (VAS). itt 5.10 RUNWAY END IDENTIFIER LIGHTS (REILs). 5.11 MEDIUM APPROACH LIGHTING SYSTEMS (MALS, MALSF, MALSR). 5.12 HAZARD BEACON DAN OBSTRUCTION LIGHTS. 107 5.13 AIRPORT LIGHTING CONTROL AND MONITORING SYSTEM (ALCMS). . 5.14 RUNWAY STATUS LIGHT (RWSL). sss 108 5.15 STANDBY DAN SISTEM DAYA DARURAT.. 111 sesso 119 PROSEDUR TROUBLESHOOTINGS .. 119 UNTUK LAMPU RANGKAIAN SERI.... 119 6.1 INVESTIGASI GANGGUAN AWAL KESELAMATAN: 119 6.2 _IDENTIFIKASI GROUND FAULTS 122 6.3 _IDENTIFIKASI RANGKAIAN HUBUNG BUKA sevsnnnnnine 124 6.4 KESALAHAN INTERKONEKSI RANGKAIAN. 125 65 — GROUND TEST. 126 6.6 — GROUNDED OUTPUT TEST UNTUK MENENTUKAN RANGKAIAN HUBUNG BUKA.. e128 6.7 PENGGUNAAN SENSOR PANAS UNTUK MENENTUKAN GROUND FAULT: 130 6.8 PENGGUNAAN CABLE FAULT LOCATING EQUIPMENT UNTUK MENENTUKAN GROUND FAULT at BAB VI. 142 PELAPORAN.. 142 142 7.4 Sistem Pelaporan.. 7.2 Prosedur pelaporan 7.3 Format pelaporan 142 LAMPIRAN A. STANDAR DAN TOLERANSI.. 143 iv BABI PENDAHULUAN 1.1 UMUM Peraturan ini memberikan panduan untuk _ praktek-praktek pemeliharaan minimum yang disarankan untuk digunakan dalam pemeliharaan sarana bantu visual bandar udara. Peraturan ini digunakan bersama dengan informasi yang tersedia di dalam buku instruksi, manual peralatan dari pabrikan, buku pegangan dan peraturan lainnya. Karena fungsi dari beberapa fasilitas tersebut adalah untuk membantu pergerakan pesawat selama pendaratan (landing), lepas landas (take off} dan taxiing agar aman dan efisien maka sangat penting untuk menjaga keandalan operasi di performa yang terbaik melalui perawatan dan pemeliharaan. Untuk mencapai hal tersebut, perlu untuk menetapkan dan mempertahankan program pemeliharaan pencegahan yang efektif. Peraturan ini memberikan saran pada penetapan seperti program tetapi, karena kerumitan berbagai bandar udara dan fasilitas yang diberikan, seperti program harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus masing-masing individu bandara. Sejak prosedur perawatan korektif dan preventif untuk peralatan tertentu cukup tercakup dalam manual yang disertakan dengan peralatan, peraturan ini membahas topik pemeliharaan yang bersifat lebih umum. 1.2 DEFINISI 1, Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batasbatas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan _fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penumpang. 2. Penyelenggara bandar udara umum adalah unit penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara dan/atau badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan atau mengoperasikan bandar udara umum. 3. Penyelenggara bandar udara khusus adalah Pemerintah, Pemerintah daerah dan/atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan bandar udara khusus. 4. Keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 1.3 5. Alat Bantu Visual Navigasi selanjutnya disebut Airport Lighting adalah peralatan bantu pendaratan visual pesawat udara yang digunakan untuk pendaratan pada saat jarak pandang (visibility) rendah. 6. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada sescorang yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu tertentu. 7. Pemeliharaan adalah upaya kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi operasi peralatan seperti semula. 8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 9. Direktur adalah Direktur Bandar Udara 10. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas bandar Udara RUANG LINGKUP Peraturan ini memberikan sistem informasi pemeliharaan untuk mendirikan program pemeliharaan preventif untuk sarana bantu visual bandara. Informasi yang diberikan meliputi sistem berikut: + Ruang kontrol airport lighting dan series lighting circuits + Micro/Constant Current Regulator + Runway dan taxiway elevated edge lighting systems + Runway dan taxiway lighting systems di dalam perkerasan * Runway guard lights dan stop bar lights * Muminated runway dan taxiway signs + Rotating beacon + Wind Cones * Precision Approach Path Indicator (PAPI) system * Visual Approach Slope Indicator (VASI) + Runway End Lights Identifier (REIL) dan Omni directional Approach Light System (ODALS) * Medium Intensity Approach Light System (MALS, MALS/F, MALS/R) * Airfield Computerized Lighting dan Monitoring System (ALCMS) + Runway Status Lights (RWSL) + Hazard beacon dan lampu halangan (obstruction lights) * Sistem Kontrol + Standby engine generator systems Selain topik peralatan tersebut, peraturan ini juga meliputi praktek- praktek keselamatan dan prosedur troubleshooting yang disarankan untuk airport lighting series circuits. 24 2.2 BAB II KESELAMATAN KERJA UMUM Bab ini berisi informasi yang akan membantu pemilik bandara/ operator dalam menyusun program keselamatan kerja yang efektif. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab setiap individu, terlepas dari posisi maupun jabatannya. Keselamatan kerja harus dipraktckkan setiap hari dalam setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan. Prosedur operasional lokal dan persyaratan OSHA juga harus diilauti. Program keselamatan yang dibuat di setiap bandara harus mencakup tindakan pencegahan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan ketika mengoperasikan maupun melakukan perawatan terhadap peralatan untuk digunakan ketika terjadi kecelakaan. Teknisi senior wajib memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) dan sertifikat Manajemen Stress. PENYEBAB UMUM KECELAKAAN Beberapa hal penyebab kecelakaan pada umumnya, tercantum di bawah ini: a. Bekerja pada peralatan tanpa dilengkapi dengan pengetahuan yang memadai tentang pengoperasian peralatan b. Bekerja pada peralatan tanpa memiliki pengalaman yang cukup mengenai peralatan tersebut. Kesalahan mengikuti instruksi dalam manual peralatan. . Kesalahan dalam mematuhi tindakan pencegahan keselamatan. Kesalahan pada saat mengunci peralatan. Menggunakan peralatan yang tidak aman. Rasa jenuh dalam lingkungan kerja. . Kurang menjaga kebersihan area kerja. Bekerja dengan tergesa-gesa. remo oo Penyebab utama kecelakaan kerja adalah bekerja dengan tergesa-gesa. Hal ini menjadi faktor penyebab utama dalam kegagalan mengikuti pedoman keselamatan yang tepat. Dalam keadaan seperti itu seorang teknisi atau operator tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengambil tindakan yang tepat atau melaksanakan langkah-langkah keselamatan sesuai dengan prosedur yang benar akan menjadi potensi penyebab kecelakaan. Bahkan pada saat perbaikan yang bersifat darurat, perhatian untuk selalu mengikuti prosedur (SOP) keselamatan yang tepat harus ditekankan agar mengurangi terjadinya kecelakaan maupun kematian. Setiap pekerjaan pasti mengandung potensi bahaya. Bahaya selalu mengancam pekerja atau teknisi menurut jenis pekerjaannya. Alat-alat kerja yang digunakan sebagai penunjang pekerjaan juga mengandung bahaya. Material yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan juga memiliki potensi bahaya. Tidak terkecuali lingkungan kerja juga berpotensi menimbulkan bahaya. Mengenali bahaya dapat dilakukan dengan menginventarisir seluruh kegiatan dan peralatan serta mengidentifikasi potensi bahaya yang mengikutinya. Tabel berikut ini adalah contoh awal yang sederhana mengenali bahaya menurut bidang pekerjaan elektronika dan listrik penerbangan. POTENSI BAHAYA SUMBER Riss KECELAKAAN Indukei Transmisi listrik Terbakar, tersengat, daya/Tegangan listrik | tegangan menengah, | terluka, serangan antenna pemancar _| jantung daya tinggi, kabel antena, kabel listrik, outlet tegangan Ketinggian Antena pemancar, | Terjatuh, terluka, menara rotating kejatuhan, tertimpa, beacon, lighting tower, | benturan CCTV, FIDS Ledakan Power transformer | Terbakar, terlempar, terluka C0a/Gas buang Genset, ventilasi Lemas, sesak nafas buruk Kebisingan dan Power house, sirine, | Gangguan getaran grinder, drill pendengaran dan syaraf Paparan radiasi Peralatan X-ray, Terbakar pembangkit freluensi tinggi Paparan cahaya Gun light, rotating | Gangguan beacon, monitor penglihatan komputer Putaran mekanik Conveyor, drill, Terjepit, terluka grinder Alat bantu Palu, obeng, cutter, | Teriris, terpotong, tang, gergaji, drill, __| tergores, terjepit, grinder tertusuk Bahan kimia ‘Asam, basa, pelarut, | Terbakar, sesak pembersih, uap nafas, gangguan solder, asbeston, penglihatan silica, debu metal atau logam 2.3 PROSEDUR DAN PEDOMAN KESELAMATAN Banyak kecelakaan kerja yang berakibat fatal karena kecerobohan dan kelalaian dapat dengan mudah dihindari dengan memperhatikan prosedur keselamatan. Dari tabel di atas dapat dilihat beberapa tempat yang memiliki potensi bahaya, Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mendiskusikan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terluka di tempat kerja. Simulasi langkah- langkah kegiatan harus dilakukan untuk mencermati risiko pada setiap proses pekerjaan sebelum membuat rekomendasi _prosedur keselamatan yang tepat. Setiap langkah harus melibatkan seluruh pegawai dan membuka masukan dari berbagai pihak ataupun lintas disiplin, Prosedur tersebut harus disosialisasikan dan kemudian ditinjau kembali secara berkala dan juga setiap ada perubahan signifikan terhadap proses pekerjaan. Begitupun prosedur keselamatan harus dapat segera diperbarui mengikuti laporan insiden kerja sekecil apapun. Setiap ruangan kerja seharusnya juga memiliki prosedur keselamatan keadaan darurat atau evakuasi pada kejadian kebakaran, ancaman terorisme atau bencana alam. Prosedur kesclamatan dalam bentuk SOP adalah suatu pedoman yang harus ditaati setiap orang tanpa kecuali. Disiplin untuk mengikuti aturan yang telah dibuat harus disadari sebagai perlindungan terhadap teknisi itu sendiri dan juga lingkungannya dalam rangka mengembalikan teknisi dan semua orang yang berkepentingan kembali ke tengah-tengah keluarga dalam keadaan sehat dan selamat. Pengendalian potensi bahaya dapat dilakukan menurut aspek teknikal atau rekayasa teknik dan aspek administrasi. Pengendalian teknikal adalah bersifat teknis, dilakukan dengan cara mengisolasi bahan berbahaya, melakukan otomatisasi pekerjaan, melakukan substitusi terhadap bahan berbahaya menjadi bahan tidak berbahaya dan mengganti prosedur kerja. Pengendalian administrasi dilakukan dengan mengatur waktu pergantian teknisi sehingga mengurangi waktu paparan potensi bahaya, memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang sering dilewati atau mudah terbaca, membuat daftar bahan-bahan yang aman dan melakukan pelatihan. Sebagian besar airport lighting terekspos langsung dengan cuaca dan kelembaban sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat. Hal ini bisa terjadi karena adanya kerusakan peralatan yang disebabkan oleh sambaran petir atau fisik bahan isolasi yang rusak. Mulailah melaksanakan prosedur perawatan setelah diawali dengan inspeksi visual untuk mengidentifikasi adanya kemungkinan bahaya. Perawatan alat bantu navigasi yang sedang dioperasikan tidak boleh dilaksanakan pada saat terjadi badai petir. Perlu dilaksanakan pengembangan dan pelaksanaan rencana aksi dalam penanganan kecelakaan, Pastikan bahwa tindakan responsif yang tepat telah 2.4 diterapkan sesuai dengan kejadian yang berlangsung sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Saat-saat yang paling berharga harus digunakan untuk memberikan bantuan medis kepada yang membutuhkan ketika melaksanakan action plan. Lakukan pelatihan dan tinjau action plan secara teratur. Wajib dilakukan safety briefing setiap kali sebelum melaksanakan pekerjaan. Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah bentuk pencegahan lapis terakhir yang berhadapan langsung dengan potensi bahaya. Penilaian jenis dan area kerja diperlukan untuk menentukan potensi bahaya dan memilih APD yang sesuai untuk perlindungan yang layak. Seluruh teknisi ataupun orang yang berkepentingan harus mengetahui APD yang tepat untuk pekerjaan mereka, cara mengenakan, mengatur, merawat peralatan dan juga memahami keterbatasannya. JENIS APD PENGGUNAAN Heimet Melindungi kepala dari kejatuhan benda Goggles, safety glasses Melindungi mata dari percikan kimia, pengelasan Tameng wajah Melindungi wajah dan Kornea mata dari percikan cair dan logam, cahaya kilau pengelasan Masker Melindungi pernafasan dari _debu ringan dan berat Pelindung telinga Melindungi pendengaran dari kebisingan ‘Sarung tangan Melindungi tangan dari__-benda berpotensi melukai, panas, kimia Baja lab Mencegah partikel atau cairan agar tidak terbawa ke rumah Sepatu baja Melindungi kaki terhadap kejatuhan beban berat atau tajam_ Harness, tali_ pengaman dan | Pengaman pada ketinggian karabiner Bahan isolasi karet Melindungi Kontak langsung terhadap sumber tegangan Teknisi atau setiap orang yang berkepentingan harus menggunakan APD yang sesuai sebelum melakukan kegiatan dan masuk ke area berpotensi bahaya. Perlu dipahami bahwa APD yang dipakai harus memiliki standar pengujian dan daya tahan yang sesuai sehingga teknisi mengetahui batas aman penggunaan yang dapat diandalkan. ELECTRICAL HAZARDS UNTUK RANGKAIAN LAMPU DIHUBUNG SERI Secara alami, rangkaian airport lighting bisa menjadi sangat berbahaya. Hal ini utamanya bisa terjadi kepada teknisi listrik yang tidak memiliki pengetahuan yang baik atau tidak memiliki pengalaman bekerja dengan rangkaian listrik. Airport lighting beroperasi pada beda tegangan dengan besar hingga ribuan volt tergantung pada kerja regulator dan bebannya. 2.4.1 Ada tiga aturan dasar yang harus diingat ketika bekerja pada dan sekitar rangkaian airport lighting: 1. SELALU asumsikan bahwa rangkaian masih teraliri arus listrik hingga dapat dibuktikan bahwa terbukti sebaliknya. SELALU periksa arus yang mengalir sebelum memutuskan konektor serinya, pindahkan S1 cutout, atau buka rangkaian seri primer dengan cara lain. Laksanakan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang diperlukan untuk memeriksa sirkuit dengan ammeter sebelum memutuskan sambungan. TANPA PENGECUALIAN. Jangan pernah mencoba untuk mengukur tegangan pada rangkaian seri lampu dengan menggunakan volt meter biasa, Suatu alat ukur tegangan induktif (kadang-kadang disebut sebagai "ticker’) seperti dijelaskan dalam bab 4 dapat digunakan untuk mendeteksi adanya tegangan induksi pada kabel lampu seri setelah memeriksa adanya arus. Selalu gunakan RMS clamp-on tipe ammeter yang asli untuk memverifikasi apakah rangkaian masih teraliri arus. SELALU periksa apakah peralatan yang digunakan untuk menguji dapat beroperasi dengan baik dengan rangkaian yang telah diketahui besarannya sebelum dan sesudah pengukuran dilaksanakan. 2, JANGAN PERNAH memutuskan rangkaian yang masih teraliri arus listrik dalam kondisi apapun. Tegangan yang dihasilkan dalam sirkuit dapat mencapai level yang lebih tinggi dari level normal sebelum proteksi open circuit di regulator dapat mematikan. Selama arus listrik dapat dijaga, bahkan jika itu melalui teknisi maka regulator akan terus beroperasi. Hal ini bisa menjadi salah satu alasan bahwa bekerja di sekitar rangkaian seri bisa membahayakan. Secara alami, tidak ada perlindungan diri yang tersedia seperti yang ada di kabel interior yang dihubung secara paralel. 3. JANGAN PERNAH masuk ke dalam manhole dengan konduktor yang masih dialiri arus listrik dan jangan pernah memegang kabel atau trafo dalam kaleng dasar cahaya pada saat arus masih mengalir. Retakan insolasi yang tidak terlihat dapat ditemukan pada kabel atau konektor dan mengakibatkan teknisi bersentuhan langsung dengan konduktor rangkaian. 2.4.2 2.4.3 ‘Tegangan Terinduksi Biasanya, rangkaian seri dioperasikan dari ruang kontrol transformator dalam duct bank dimana kabel diletakkan sejajar satu sama lain dalam jarak dekat. Tegangan dapat diinduksi dalam konduktor yang dinyatakan tidak dialiri arus. dan dapat menjadi hazard ketika —_ melaksanakan troubleshooting dan pengujian. Sirkuit yang memiliki beban bervariasi akibat flashing/kedipan dari runway guard light atau REIL sangat rentan untuk mampu menginduksi tegangan pada konduktor lain karena karakteristik denyutan dari tegangan dan arus dalam rangkaian. Selalu periksa tegangan induksi sebelum menangani konduktor rangkaian seri airport lighting. Penggantian lampu Pekerjaan perawatan airport lighting yang paling sering dilaksanakan adalah penggantian fixture lampu runway dan taxiway. Tergantung pada jenis fixture lampu, penggantian dapat dilakukan baik di lapangan maupun diganti dan dibawa ke tempat perawatan untuk diperbaiki untuk jenis model lampu inset. Bahaya terbesar yang dapat menimpa teknisi adalah kembali penggantian lampu atau mengambil fixture yang masih teraliri arus listrik. Praktek penggantian lampu ini adalah hal yang sering dilakukan oleh teknisi listrik sehingga kelayakan dan bahaya yang mungkin ditimbulkan, seringkali diabaikan. Terdapat dua jenis bahaya utama yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Yang pertama, akan terjadi hubung singkat pada sebuah transformator isolasi antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Perlu diingat bahwa meskipun transformator tersebut disebut sebagai transformator isolasi, transformator tidak dirancang untuk memberikan perlindungan kepada teknisi. Transformator tersebut hanya dirancang untuk mengisolasi sisi sekunder dari sirkuit utama yang memungkinkan rangkaian terus beroperasi dengan lampu yang telah terbakar. Sebuah transformator dengan hubung singkat antara sisi primer dan sisi sekunder tidak dapat menyebabkan kerusakan sirkuit dan mampu untuk beroperasi normal dengan sisi primer yang masih beroperasi. Hal ini memuat teknisi terekspos dengan adanya tegangan pada rangkaian primer dan bisa sangat berbahaya apabila hubung singkat lain juga terjadi pada rangkaian primer. Apabila hal tersebut terjadi, teknisi dapat menjadi jalannya arus ke tanah untuk arus primer tersebut, keadaan demikian dapat dipastikan sebagai kondisi yang berakibat fatal. Kondisi ini akan sangat berbahaya apabila terjadi pada lampu inset dan pada saat memindahkan lampu tersebut dari fittingnya ketika rangkaian masih teraliri arus. Begitu fixture lampu dibuka dan diangkat dari fitting/dudukannya, teknisi akan menjadi jalan arus menuju tanah. Beberapa orang mencoba untuk mengurangi bahaya ini dengan menambahkan kawat yang dijulurkan ke tanah melalui bagian bawah fixture lampu terhadap grounding di bagian bagian dalam fitting/dudukan. Namun, tidak dapat benar-benar dipastikan apakah kabel sudah terhubung hingga pada saat fixture/lampu diambil, dan pada saat itu semuanya sudah terlambat. Bahaya kedua dapat terjadi ketika mengganti sebuah fixture lampu yang masih teraliri arus ketika terjadi rangkaian hhubung buka pada sisi sekunder transformator. Tegangan hubung buka terjadi pada sisi sekunder transformator dengan besaran yang sebanding dengan ukuran_transformator. Tegangan hubung buka pada sisi sekunder pada transformator 300 watt adalah sekitar 110 volt. Selain itu, tergantung pada bahan yang digunakan untuk membuat transformator isolasi dan jenis regulator yang mengalirkan arus ke dalam rangkaian, secara relatif puncak tegangan dapat dihasilkan. Sekali lagi, semakin besar trafo maka semakin tinggi puncak tegangan yang dihasilkan hingga mampu mencapai 200 volt untuk beberapa kondisi. Durasi puncak ini berbanding terbalik dengan ukuran transformator (transformator yaitu lebih besar memiliki durasi yang lebih pendek). Karena ukuran dan durasinya, tegangan puncak dapat menjadi kondisi yang tidak aman bagi teknisi pemeliharaan. Oleh karena itu, disarankan agar melakukan penggantian lampu dengan rangkaian yang sudah tidak dialiri arus, terutama untuk penggantian lampu dengan kontak langsung. Apabila hal ini dianggap tidak efisien maka pakailah sarung tangan isolasi yang sesuai selama proses penggantian lampu. Bahaya terakhir yang bisa terjadi ketika penggantian lampu semua jenis fixture, baik di lapangan maupun di ruang pemeliharaan, adalah bahaya pemotongan lampu yang pecah. Sering kali ketika lampu airfield gagal beroperasi, kaca/gelas lampu retak atau getas dan dapat pecah selama proses penggantian. Selalu gunakan sarung tangan kulit ketika mengganti lampu untuk mencegah tangan terluka akibat lampu yang pecah. Setiap pelaksanaan pekerjaan visual aids wajib menyediakan SOP. 2.5 PROSEDUR KESELAMATAN KERJA Ketika Anda melakukan perawatan pada airport lighting, perhatikan tata cara keselamatan kerja berikut: a. Pastikan bahwa para pekerja telah terlatih dan familiar dengan Keselamatan listrik dan memiliki lisensi di bidang kelistrikan bandara. Secara tertib, amati pelaksanaan peraturan keselamatan. c. Pastikan bahwa peralatan uji komersial yang digunakan telah disetujui dan mendapatkan rating dari laboratorium yang berwenang. d. Sebelum memulai pekerjaan pemeliharaan pada airport lighting, koordinasikan jadwal kerja dengan petugas ATC, manajer fasilitas, atau personil operasional bandar udara. Pastikan rangkaian tidak akan dialiri arus listrik selama pemeliharaan dengan memperhatikan prosedur lock-out tag-out untuk peralatan dan dapatkan otorisasi untuk kontrol lokal apabila peralatan biasanya dioperasikan melalui remote control. e. Ketika pekerjaan pemeliharaan harus diselesaikan pada rangkaian tegangan tinggi, tentukanlah minimal dua orang teknisi listrik, dengan setidaknya satu orang teknisi telah memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tata letak semua rangkaian tegangan tinggi bandara. f. Karena melakukan pemeliharaan pada banyak airport lighting yang menggunakan lampu membutuhkan teknisi untuk melintasi lapangan udara yang masih digunakan, semua teknisi harus sepenuhnya memiliki pengetahuan mengenai Air Traffic Control dan prosedur radio komunikasi serta memiliki izin mengemudi kendaraan di sisi udara mengacu peraturan Direktur Jenderal Perhubunuan Udara (DGCA) SKEP 140 tahun1999. Teknisi harus sepenuhnya memahami runway dan layout taxiway untuk menghindari kemungkinan terjadinya runway incursions, Semua instruksi dari air traffic control harus dikonfirmasi kembali kepada air traffic controller dan apabila teknisi memiliki pertanyaan mengenai instruksi dari controller, teknisi harus meminta controller untuk mengulang pesan. Semua kendaraan yang dioperasikan dalam wilayah operasi pesawat udara harus ditandai dan dinyalakan dengan benar sesuai dengan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil KP 39 tahun 2015 Bagian 139 (Manual Of Standard CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes), Pengecatan, Penandaan dan Sistem Lampu Kendaraan yang Digunakan di Bandara. g. Untuk penanggung jawab teknisi maka tugas yang harus dilaksanakan adalah: a) Menjaga agar teknisi lain yang bukan teknisi listrik, terlibat dalam pekerjaan. 10 b) Terbiasa untuk memutuskan power litrik dan segera memutuskan sambungan listrik apabila terjadi keadaan darurat. ©) Meningkatkan kualitas pertolongan pertama dan pemberian perawatan darurat apabila diperlukan. Harus diingat bahwa pencegahan terjadinya kecelakaan akibat listrik adalah paling utama meskipun peralatan pertolongan pertama tersedia. 4) Mengamati setiap pekerjaan yang dilakukan untuk mendeteksi dan memperingatkan _pekerjaan-pekerjaan yang tidak berdasarkan prosedur keselamatan. 2.5.1 Peringatan Keselamatan Pribadi Setiap teknisi listrik harus mampu mengadopsi langkah- langkah keselamatan sesuai dengan standar prosedur, sebagai berikut: a. Mengetahui letak peralatan pemutus arus listrik. b. Mengetahui tata cara menghubungi tenaga medis. c. Pemutusan rus listrik pada rangkaian dengan melepaskan sekering dengan menggunakan penarik sekering terisolasi yang tepat atau dengan mematikan dan mengunci pemutus sirkuit atau sarana pemutus lainnya. Konsultasikan diagram sirkuit untuk mengidentifikasi semua sekering, pemutus yang tersedia. Ingat bahwa melepaskan sekering tidak akan memutuskan tegangan dari “hot” fuse clip. Lepaskan energi pada seluruh kapasitor. d. Jangan tergantung pada interlocks pemutus power atau pada lampu indicator yang menunjukkan bahwa arus listrik telah diputuskan. Pastikan bahwa listrik telah dimatikan dengan menggunakan voltmeter dan/atau ammeter pada komponen setelah saklar dibuka. Verifikasi operasi voltmeter (atau ammeter) pada rangkaian listrik yang masih dialiri arus sebelum dan sesudah pengukuran diambil. e. Lindungi kaki dengan berdiri di atas tikar karet kering. Ingat, bagaimanapun, bahwa kontak dengan kabinet peralatan yang telah di grounded dapat meniadakan perlindungan grounded tersebut. f Jauhi terminal, leads, atau komponen yang membawa tegangan pada tingkatan berapa pun. Selain itu, hindari kontak dengan komponen yang telah di grounded, termasuk frame. g. Matikan dan lepaskan power peralatan apabila diperlukan ketika akan memegang peralatan di lokasi di mana respon tangan yang cepat dan langsung tidak dimungkinkan. Dalam hal apapun, hanya satu tangan yang boleh a terekspos, dengan tangan yang lain dijauhkan dari kontak langsung dengan tegangan maupun ground. h, Pastikan bahwa tidak ada arus listrik yang dialirkan ke dalam rangkaian ketika menguji kontinuitas maupun hambatannya (meter listrik akan rusak dan bisa membuat teknisi terluka). Ground test equipment untuk peralatan yang diuji kecuali dinyatakan khusus dalam instruksi manual. Tempatkan tanda peringatan, seperti "BAHAYA - JANGAN DIGUNAKAN ATAU DIOPERASIKAN,” pada saklar utama atau pemutus sirkuit, dan sediakan lockout untuk rangkaian di mana teknisi akan bekerja. Ikuti petunjuk prosedur fasilitas lokal log-out tag-out. k. Jangan memakai perhiasan, jam tangan, atau cincin saat bekerja dengan peralatan listrik. 1. Sebisa mungkin jauhkan pakaian, tangan, dan kaki tanpa alas kaki. m. Gunakan alat yang tepat (obeng, alat alignment, dll) untuk melakukan pekerjaan. n, Jangan menggunakan pelarut beracun atau yang mudah terbakar untuk membersihkan peralatan. ©, Gunakan tekanan udara yang rendah (30 psi atau kurang) untuk melakukan pembersihan. Sangat penting untuk menggunakan proteksi mata (goggles atau penutup wajah) ketika bekerja dengan udara bertekanan tersebut. P. Pakailah kacamata dan sepatu pengaman tegangan tinggi ketika sekitar daerah bertegangan tinggi. q. Jangan berani mengambil risiko dengan memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak berpengalaman. 2.6 PAPAN PROSEDUR KESELAMATAN Gunakan papan kayu untuk menempelkan prosedur keselamatan dan papan yang lebih tebal untuk menempatkan peralatan keselamatan di dalam ruang airport lighting, ruang switch gear, ruang generator set, dan lokasi-lokasi lain yang sesuai. Sebagai tambahan_ penunjang kesclamatan, letakkan telepon yang dapat difungsikan pada saat terjadi keadaan darurat dan kebutuhan operasional. Prosedur kesclamatan yang direkomendasikan dan item keselamatan yang harus dimasukkan pada atau berdekatan dengan papan keselamatan adalah sebagai berikut: a. Prosedur kecelakaan dan penanganan kebakaran. b. Nomor telepon darurat, seperti dokter, rumah sakit, regu penyelamat, pemadam kebakaran, operasi bandara, polisi dan Air Traffic Control Tower (ATCT). c. Petunjuk Resusitasi. 12 d. Peralatan Resusitasi (Resuscitube atau peralatan yang sejenis lainnya). Peralatan P3K. Alat pemutus tegangan tinggi. Pengait penyelamat tubuh yang bersifat non-konduktif. Sarung tangan karet untuk melindungi dari adanya tegangan maksimum yang terbuat dari kulit dan kantong penyimpanan. Pemutus sekering berisolasi. Senter non logam Grounding stick. Poster dan buletin keselamatan. . Tanda-tanda peringatan non-konduktif portabel dengan gantungan non-konduktif. n, Pemadam api sesuai untuk memadamkan api yang disebabkan listrik. 0. Tempat obat cuci mata darurat apabila tidak disediakan di tempat yang lain dalam bangunan. p. Automatic External Defibrillator Pano peewee 2.6.1 Inspeksi Papan Keselamatan Periksa peralatan yang terletak di papan kesclamatan seperti yang dijelaskan berikut ini: a. Sarung tangan karet untuk pengujian sesuai dengan ASTM D120, Spesifikasi Untuk Sarung tangan Karet Yang terinsulasi. Spesifikasi ASTM dapat diperoleh dari American Society untuk Pengujian dan Bahan, 1916 Race Street, Philadelphia, PA 19103. b. —Pengujian dapat dilakukan oleh laboratorium pengujian swasta, perusahaan utilitas, dan instansi militer dan lembaga besar lainnya. c. Sarung tangan harus diuji pada kurun waktu berikut: + Yang digunakan setiap hari - 30 hari. + Jarang digunakan - 180 hari. d. Periksa secara visual hot sticks adanya noda cat, jejak karbon, noda kotoran, dll, dan bersihkan apabila diperlukan, sebelum digunakan. Lapisi kembali dan uji hot sticks yang tidak dapat dibersihkan dan/atau lapisan permukaannya telah retak cukup signifikan, CATATAN: Pakailah sarung tangan karet bersertifikat (ASTM D120) dan sarung tangan kulit pelindung tongkat panas setiap kali digunakan. 2.7 SAFETY CHECKLIST Laksanakan inspeksi keselamatan setiap bulan untuk memastikan bahwa papan keselamatan berisi semua peralatan yang dibutuhkan 13 28 2.9 dan peralatan uji dalam kondisi operasi yang layak. Simpan checklist yang telah dilengkapi dalam satu buah file setidaknya satu tahun. PERALATAN KESELAMATAN DALAM KENDARAAN Semua kendaraan yang dioperasikan di bandara harus memiliki alat pemadam kebakaran dan perlengkapan pertolongan pertama yang sesuai dengan kategori. Lengkapi semua kendaraan dan/atau personil dengan radio komunikasi yang akan berguna untuk memanggil bantuan dalam keadaan darurat. Beri tanda dan daftar semua kendaraan secara tepat. Lengkapi semua kendaraan dengan rotator dan salinan prosedur Airport (ATC) terbaru dan panduan Ground Vehicle ke Bandara, sign dan marking. SENGATAN LISTRIK Sengatan listrik adalah arus listrik yang melalui seseorang. Jumlah kerusakan tergantung pada besarnya tegangan dan arus yang diterima oleh orang tersebut. a. Tegangan antara 200 dan 1000 volt pada frekuensi jaringan listrik komersial (50 Hz) sangat berbahaya karena di bawah kondisi ini, otot jantung akan kejang dan kelumpuhan pusat pernapasan terjadi secara berrsamaan atau bergantian. Namun, tegangan yang lebih rendah juga bisa fatal, seperti yang dibuktikan oleh catatan kematian yang disebabkan oleh sistem pencahayaan yang digunakan di pertanian sebesar 32 volt. Respon tubuh terhadap arus listrik sebagai berikut: * 5 sampai 15 mA merangsang otot-otot * 15 sampai 19 mA dapat melumpuhkan otot-otot dan saraf yang dialiri arus listrik * 25 mA dan atas dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada jaringan syaraf dan pembuluh darah * lebih dari 70 mA dapat berakibat fatal. b. Efek merugikan yang diserita selama sengatan listrik tergantung pada jalur arus listik di dalam tubuh. Jalur arus listrik akan mengambil rute yang paling cepat melalui tubuh dari dua titik kontak. Untuk alasan ini, setiap jalur arus listrik yang mempengaruhi jantung atau otak akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, menjaga tangan tetap bersih ketika bersinggungan dengan peralatan tersebut akan mereduksi kemungkinan terjadinya jalur arus listrik dari lengan ke lengan. 2.10 PELATIHAN KESELAMATAN Mengadakan kursus pelatihan keselamatan dan presentasi kepada semua karyawan. Presentasikan pelatihan lanjutan secara periodik 14 untuk memastikan bahwa karyawan termotivasi dengan pentingnya keselamatan. Sertakan pelatihan pertolongan pertama dan CPR (Cardio-Pulmonary Resuscitation) dalam kursus pelatihan keselamatan. Kursus keselamatan harus meliputi juga prosedur berkendara yang aman dan prosedur yang memadai untuk menghubungi petugas gawat darurat, polisi, dan PKP-PK. Prosedur berkendara mengacu Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang terbaru yang mengatur tentang Prosedur dan Tata Cara Berkendara di Sisi Udara SKEP 140 tahun 1999, 2.11 TANDA PERINGATAN KESELAMATAN / LABEL BAHAYA. Hal-hal berikut ini akan membahas penggunaan tanda-tanda peringatan pada peralatan tegangan tinggi. 2.11.1 Tanda "Bahaya - Tegangan Tinggi" Letakkan tanda "BAHAYA - TEGANGAN TINGGI" pada semua peralatan listrik dengan potensial listrik sebesar 500 volt atau lebih yang kabel terminal - tanahnya terekspos. Tempatkan tanda-tanda di lokasi yang mudah terlihat, biasanya di bagian luar peralatan. WALL HIGH VOLTAGE Gambar 2-1 Tanda “Danger - High Voltage” 2.11.2 Lock-Out/Tag-Out dan Label Bahaya. Setiap unit pemeliharaan listrik bandar udara harus memiliki prosedur lock-out/tag-out yang tertulis. Peralatan atau sirkuit tidak boleh bekerja kecuali telah terkunci dan ditandai oleh orang yang telah melaksanakan pekerjaan. Jangan pernah percaya kepada siapa pun kecuali kepada diri Anda sendiri. Apakah teknisi yang bertugas setelah Anda sudah memastikan peralatan yang seharusnya dimatikan telah dimatikan. Label lock-out hanya bisa dicabut atau dilepas oleh orang yang telah menandatanganinya kecuali dalam kondisi tertentu ketika ijin telah diberikan kepada orang lain atau ketika pekerja yang Isbel menandatangani 15 sedang tidak bertugas, dll. Jangan mengandalkan tower controller untuk menjamin keselamatan pada sistem kelistrikan. Kontroler di dalam menara diperiksa secara berkala dan teknisi yang bertugas berikutnya bisa saja tidak mengetahui/memahami pekerjaan yang harus dikerjakan. Selalu pastikan bahwa rangkaian atau peralatan bekerja pada kondisi aman. Salah satu alasan utama penyebab kecelakaan adalah ketika teknisi bekerja terburu-buru dan tidak mematuhi tindakan pencegahan yang tepat serta tidak mengikuti prosedur keselamatan yang benar. Alasan utama lainnya adalah ketika teknisi listrik melepaskan pelindungnya karena teknisi bekerja di lingkungan yang yang familiar dan menjadi lalai tentang prosedur keselamatan. Gambar 2-2 Label Bahaya 2.11.3 Kunci dan gembok. Pergunakan kunci built-in pada switchgear dan disconnecting switch disetiap peralatan yang telah diberi tanda, dan kembalikan kunci kepada pengawas yang bertanggung jawab untuk menyimpan kunci-kunci tersebut. Gembok tidak perlu digunakan jika telah diputuskan bahwa penggunaan dan pengawasan terhadap kunci gembok tersebut akan menyulitkan karena tipe switchgear dan lokasinya. Namun, gunakan gembok dengan label “BAHAYA" ketika peralatan atau kabel listrik dalam masa pemeliharaan atau ketika pekerjaan listrik telah dihentikan sampai dengan waktu yang telah ditentukan. Ketika kontraktor dari luar dilibatkan, masing-masing kontraktor harus melampirkan dan mengontrol label-label dan kunci-kunci secara terpisah. 16 2.12 GROUNDING DAN BOUNDING Jangan pernah menghapus, mengubah, atau mencoba untuk memperbaiki konduktor atau sistem konduit yang berfungsi sebagai grounding dan clectrical bonding untuk setiap peralatan listrik sebelum semua daya listrik diputuskan dari peralatan. Peringatkan semua teknisi akan kondisi ungrounded/unbounded peralatan melalui tersedianya SOP. Tampilkan tanda-tanda peringatan yang sesuai, seperti label bahaya, untuk memperingatkan teknisi adanya kemungkinan bahaya. 2.13 RUANG SEMPIT (MANHOLE) Pastikan telah memiliki rencana untuk bekerja di ruang yang terbatas sesuai dengan standar OSHA. Pastikan menguji kualitas udara dan gunakan blower yang disarankan sebagai ventilasi sebelum memasuki manhole. Tindakan ini meliputi untuk setiap ruang yg tidal mendapatkan udara terutama manholes dan tangki penyimpanan. Harus diingat bahwa gas yang dihasilkan oleh bahan yang telah busuk, baik tanaman maupun binatang akan menggantikan komposisi oksigen, Bahan-bahan ini banyak ditemukan di manholes airport lighting. Ketika bekerja di dalam manholes dan tangki penyimpanan dengan akses vertikal, teknisi harus menggunakan harness Kelas Il atau Kelas Ill yang tepat dan terhubung dengan rescue tripod yang dipasang di atas pintu masuk. Gunakan blower udara yang kuat dengan saluran fleksibel untuk memberikan udara segar ke dalam ruang yang terbatas. Jauhkan kendaraan dari intake udara untuk blower. Knalpot kendaraan dapat mencemari kualitas udara yang dimasukkan. 2.14 ANCAMAN PETIR Ketika teknisi terkena sambaran petir secara langsung, hasilnya adalah hampir selalu fatal. Meskipun adanya mukjizat dapat lolos dari kondisi tersebut telah dilaporkan, sengatan listrik yang terjadi begitu besar sehingga yang mampu bertahan hidup sangatlah jarang. Korban dari petir terjadi dari efek sekunder petir tersebut, seperti surja petir dan induksi akibat charging. Catatan: Jjika masih ada kesempatan, LAKUKAN LANGKAH-LANGKAH P3K, TERUTAMA PERNAFASAN BUATAN ATAU RESUSITASI CARDIO - PARU MAMPU UNTUK MENCEGAH KEMATIAN DARI SENGATAN LISTRIK LANGSUNG. Perhatikan peraturan berikut untuk keselamatan pribadi, ancaman petir ataupun, selama badai tuliskan ke dalam SOP : a. Tetap dalam ruangan kecuali benar-benar dalam keadaan yang tidak dapat dihindari. Ingat, ketika berada di udara terbuka ANDA adalah objek tertinggi dan karena itu rentan terhadap serangan 17 petir, Tetap berada dalam area yang kering dan sebaiknya jauh dari semua benda logam. b. Jika ada pilihan tempat untuk berlindung, pilih jenis tempat berlindung dengan urutan sebagai berileut: + Logam bosar atau bangunan yang dilingkup! logam + Bangunan yang terlindung dari petir + Kendaraan + Bangunan besar yang tidak memiliki pelindung petir. c. Jika keadaan di luar gedung tidak dapat dihindari, jauhkan diri dari hal-hal berikut ini: * Gudang kecil dan tempat berlindung yang berada di lokasi terbuka, khususnya, setiap house power equipment. + Pagar kawat, antena, struktur pendukung, atau kabel, baik telepon, listrik, atau yang sejenis. + Puncak bukit dan ruang terbuka yang luas. + Sebatang pohon 2.15ZAT BERACUN Zat beracun adalah substansi beracun yang dapat mengakibatkan cedera dengan kontak atau injeksi. Zat disebut "api" atau "korosif" menyebabkan daging yang akan dimakan pada kontak, hasil dari Kontak dengan agen ini berkisar dari iritasi kulit kecil untuk luka bakar. Ada bahan yang beracun hanya jika mereka dimasukkan ke dalam tubuh, Zat beracun juga dapat berupa uap gas dan bisa berbahaya dalam jangka pendek atau jangka waktu yang panjang, Ada juga beberapa zat yang digunakan untuk peralatan listrik yang pada dasarnya tidak beracun namun dalam kondisi tertentu dapat menjadi sangat beracun. 2.15.1 Karbon tetraklorida Jangan pernah menggunakan karbon tetraklorida. Kontak dengan karbon tetraklorida cair dapat merusak minyak alami kulit, tampilan permukaan kulit yang terkena zat tersebut menjadi putih. paparan kulit secara terus-menerus dapat menyebabkan kulit terkelupas. Karbon tetraklorida berbentuk asap sangat beracun. 2.15.2 Trichloroethylene. Zat ini, digunakan terutama sebagai pelarut pembersih, zat ini adalah narkotika dan obat bius. Cedera pada jaringan organik adalah hasil dari paparan yang berlebihan, tapi paparan zat ini secara berlebinan dan berulang kali dapat menyebabkan anemia dan kerusakan hati. 2.15.3 Asam Baterai Asam baterai yang paling umum adalah asam sulfat. Asam sulfat merupakan zat racun korosif; inhalasi berulang atau lama pada asap asam baterai tersebut dapat 18 mengakibatkankan radang saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan bronkitis kronis. Kehilangan kesadaran dengan kerusakan parah pada paru-paru mungkin disebabkan menghirup wap terkonsentrasi asam sulfat dalam kondisi panas. Asam, dalam bentuk yang sangat terkonsentrasi sebelum menambahkan air untuk menggunakan_baterai, bertindak sebagai kulit, kaustik kuat menghancurkan dan jaringan lainnya. kerusakanan ini muncul sebagai luka bakar, dan paparan tersebut dapat disertai dengan shock dan pingsan. Asap dari sebab asam sulfat berkonsentrasi tinggi adalah batuk dan iritasi mata; kontak yang terlalu lama dapat menghasilkan pneumonitis kimia. Baterai dan asam baterai juga memproduksi gas hidrogen, suatu hasil sampingan dari proses pengisian. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan dapat bereaksi eksplosif apabila terdapat percikan atau nyala api. Semua lokasi dimana timbal-asam baterai digunakan atau ditempatkan harus memiliki, sebagai syarat minimal, obat cuci mata. Jika air tidak tersedia, maka kotak obat cuci mata portabel yang terdiri dari botol air yang ditempatkan di dinding harus tersedia. 2.16 ALAT PEMADAM KEBAKARAN RINGAN (APAR) Letakkan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan kategorinya di tempat yang sesuai (lihat Ayat 2.15.4) dan dalam kondisi yang laik, dekat dengan semua peralatan bertegangan tinggi. 2.16.1 Penjelasan singkat tentang alat pemadam kebakaran portable (Fire Extinguishers) dan jenis-jenis api. Ketika digunakan dengan benar, alat pemadam kebakaran portabel dapat menyelamatkan nyawa dan harta benda dengan memadamkan api kecil hingga pemadam kebakaran tiba. Bagaimanapun, alat pemadam kebakaran portabel tidak dirancang untuk menanggulangi kebakaran yang besar atau telah menyebar. Bahkan untuk kebakaran kecil, fire extinguisher akan berguna dalam kondisi tertentu: a. Operator harus tahu bagaimana menggunakan pemadam. Tidak memiliki banyak waktu untuk membaca petunjuk saat keadaan darurat. b. pemadam harus mudah dijangkau dan dalam kondisi siap pakai, terisi penuh. c. Operator harus memiliki rute penyelamatan diri yang tidak terblokir oleh api. d. pemadam harus sesuai dengan jenis api. Alat pemadam yang mengandung air tidak cocok untuk digunakan pada kebakaran yang diakibatkan oleh gemuk dan listrik. 19 2.16.2 2.16.3 2.16.4 e. pemadam harus cukup besar untuk memadamkan api. Fire extinguisher portabel mampu dioperasikan 8 hingga 10 detik. Cara Menggunakan Portable Fire Extinguishers. Ingat sistem TAPS: 1... Tarik Pin A... Arahkan nozel pemadam ke dasar api P.... Pompa pemicu sambil memegang tegak pemadam S ... Sapu pemadam dari sisi ke sisi SELALU pastikan pemadam kebakaran dipanggil dan memeriksa lokasi kebakaran, bahkan jika kita pikir api telah padam Haruskah Anda Mencoba untuk memadamkan api? Sebelum Anda mulai untuk memadamkan api: a. Pastikan setiap orang telah pergi atau meninggalkan gedung. b. Pastikan unit pemadam kebakaran telah dihubungi. a. Pastikan api terbatas pada daerah kecil dan tidak menyebar. c. Pastikan Anda memiliki jalan keluar yang tidak terhalang dimana api tidak akan menyebar. d. Pastikan Anda telah membaca petunjuk dan tahu cara menggunakan pemadam. Terlalu berisiko untuk memadamkan api di luar dari keadaan tersebut. Sebaliknya, segera tinggalkan dan tutup daerah tersebut. Kategori Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Pemadam api ringan dibagi menjadi empat kategori, berdasarkan pada berbagai jenis kebakaran. Setiap alat pemadam api ringan juga memiliki peringkat numerik yang berfungsi sebagai panduan besar kecilnya api yang bisa ditangani. Semakin tinggi nomor, kekuatan pemadam kebakaran semakin kuat. Berikut ini adalah panduan singkat untuk membantu memilih jenis alat pemadam api ringan: a. Pemadam Kelas A adalah untuk bahan mudah terbakar biasa seperti kertas, kayu, kardus, dan sebagian besar plastik. Peringkat numerik pada jenis pemadam menunjukkan jumlah air yang terkandung dan kemampuan jumlah tersebut dalam memadamkan api. b. Kebakaran Kelas B adalah kebakaran yang melibatkan cairan yang mudah terbakar seperti bensin, minyak tanah, gemuk, dan minyak. Peringkat numerik untuk pemadam Kelas B menunjukkan perkiraan kemampuan berapa kaki persegi api yang dapat dipadamkan. 20 c. Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang melibatkan peralatan listrik, misalnya fixture, kabel, pemutus sirkuit, dan outlet. Jangan menggunakan air untuk memadamkan kebakaran Class C - risiko sengatan listrik jauh lebih besar! Alat pemadam kebakaran kelas C tidak memiliki rating numerik, Klasifikasi C berarti bahwa bahan pemadam bersifat non-konduktif. d. Alat pemadam kebakaran kelas D biasanya terdapat di laboratorium kimia. Alat pemadam tersebut digunakan untuk kebakaran yang melibatkan logam mudah terbakar, seperti magnesium, kalium titanium, dan sodium. Jenis alat pemadam ini juga tidak memiliki peringkat numerik, tidak pula dimaksudkan untuk berbagai tujuan, alat pemadam ini dirancang untuk kelas D kebakaran saja. Beberapa kebakaran mungkin melibatkan kombinasi dari Klasifikasi tersebut. 2.16.5 Jenis Alat Pemadam Api Ringan yang paling umum. a, Alat pemadam api ringan berbahan dasar air atau dikenal dengan istilah air-pressurized water (APW) cocok digunakan untuk kebakaran Kelas A saja. Jangan menggunakan alat pemadam kebakaran berbahan dasar air ini untuk memadamkan api di lingkungan yang mengandung banyak minyak atau gemuk, kebakaran akibat listrik atau kebakaran kelas D kebakaran karena api akan menyebar dan membuat api semakin besar! Alat pemadam berbahan dasar air diisi dengan air dan ditekan dengan oksigen. Sebagai peringatan-alat pemadam kebakaran berbahan dasar air ini bisa sangat berbahaya untuk jenis kebakaran dan situasi yang tidak tepat. Pastikan bahwa penggunaan alat pemadam kebakaran api ini hanya digunakan untuk bahan-bahan yang mudah terbakar biasa. b. Alat pemadam berbahan dasar dry chemical atau kimia kering terdiri dari berbagai jenis dan cocok digunakan untuk kombinasi kebakaran kelas A, B dan C. Alat pemadam Ini diisi dengan busa atau bubuk dan ditekan dengan nitrogen. 1) BC - Adalah jenis reguler dari alat pemadam berbahan kimia kering atau dry chemical, Alat pemadam ini diisi dengan natrium bikarbonat atau bikarbonat kalium. Seringkali BC meninggalkan residu yang bersifat agak korosif yang harus segera dibersihkan untuk mencegah kerusakan pada material. 2) ABC - Adalah alat pemadam berbahan kimia kering yang serbaguna. Alat pemadam jenis ABC ini diisi 21 dengan fosfat monoamonium, bubuk berwarna kuning yang meninggalkan residu lengket yang dapat merusak peralatan listrik seperti komputer. Alat pemadam berbahan kimia kering atau dry chemical memiliki keuntungan lebih daripada alat pemadam CO2 karena alat pemadam berbahan kimia tidak meninggalkan substansi yang tidak mudah terbakar pada bahan atau material yang telah dipadamkan, —_mengurangi kemungkinan terjadinya kembali pengapian. c. Alat pemadam kebakaran berbahan Karbon dioksida (CO2) digunakan untuk kebakaran kelas B dan C. Alat pemadam CO2 mengandung karbon dioksida, gas yang tidak mudah terbakar, dan sangat bertekanan. Tekanannya begitu besar sehingga tidak jarang untuk bit dari es kering untuk menembak keluar nozzle. Alat pemadam kebakaran ini tidak bekerja dengan baik pada kebakaran kelas A karena bisa tidak dapat menggantikan oksigen yang cukup untuk mematikan api, sehingga menyebabkan terbakar kembali. Alat pemadam CO2 memiliki keuntungan lebih daripada alat pemadam berbahan kimia kering atau dry chemical karena alat pemadam ini tidak meninggalkan residu berbahaya - alat pemadam kebakaran ini adalah pilihan yang tepat untuk kebakaran listrik pada komputer atau perangkat elektronik lainnya. Sangat penting untuk mengetahui apa jenis pemadam yang Anda gunakan. Menggunakan jenis pemadam yang salah untuk jenis api yang salah dapat mengancam jiwa. 2.17 PERTOLONGAN PERTAMA. Pertolongan pertama adalah langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum paramedis datang. Pertolongan pertama tidak merupakan pengganti bantuan medis. Teknisi pemeliharaan harus mampu mengambil langkah-langkah penyelamatan jiwa yang diperlukan dalam keadaan darurat dan menghindari dilakukannya bahaya. Langkah-langkah pertolongan pertama sebenarnya cukup sederhana dan tidak memerlukan tindakan yang sangat cepat dalam mengaplikasikannya. Tergesa-gesa dalam bertindak tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan bisa berakibat lebih buruk daripada tidak melakukan tindakan apapun. Di lain waktu, tindakan yang cepat sangat penting dilakukan untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah timbulnya komplikasi yang serius; tindakan ini hanya dapat diambil oleh orang yang berada di tempat kejadian ketika waktu vital masih terjadi. Pelajari tentang pertolongan pertama sebelum terjadi keadaan darurat. Lakukan persiapan yang matang untuk memberikan bantuan secara aman dan memberikan keuntungan pada saat yang diperlukan. Hubungi Palang Merah Indonesia untuk memberikan 22 program pelatihan pertolongan pertama untuk personil pemeliharaan agar bisa memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mereka. 23 3.1 BAB IIL MANAJEMEN PEMELIHARAAN FILOSOFI PEMELIHARAAN Tujuan dari sistem manajemcn pemeliharaan adalah untuk memastikan sistem berada dalam kondisi maksimal dengan biaya yang minimum dalam hitungan tenaga kerja manusia/jam maupun dana, "Ketersediaan" dan "biaya" adalah istilah relatif; yang harus ditafsirkan untuk setiap bandara. Sebagai contoh, sebuah lampu landasan CAT I masih bisa dianggap beroperasi optimal apabila jumlah lampu yang mati adalah 15% dari keseluruhan lampu, sementara PAPI mungkin tidak dapat memberikan servis yang optimal apabila lebih dari satu lampu yang mati tiap kotak (boks)nya. Dengan menggunakan kasus tersebut, biaya pemeliharaan suku cadang dapat menjadi mahal, sementara penyediaan suku cadang lampu lampu sebanyak 10% dari jumlah runway edge lights bisa diasumsikan sebagai biaya yang wajar. Selain itu, faktor operasional juga bisa dijadikan pertimbangan utama dalam ~—smenentukan pemeliharaan apa yang diperlukan. Bandara dengan penerbangan yang padat mungkin memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang lebih sering daripada bandar udara dengan penerbangan yang tidak terlalu padat. Kegiatan pemeliharaan meliputi perencanaan pemeliharaan, inspeksi perawatan pencegahan, inspeksi visual, perbaikan, instalasi, kalibrasi, dan prosedur pemeliharaan tidak berjadwal. Prosedur pemeliharaan, termasuk perintah kerja dan dokumentasi yang diperlukan, bisa berbeda dari satu bandar udara dengan bandar udara lainnya. Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menyediakan prosedur perawatan minimum yang diperlukan untuk menjamin keselamatan dan efektifitas pergerakan pesawat menjelang lepas landas, mendarat, dan taxiing. Terlepas dari rutinitas pemeliharaan yang telah ditetapkan, elemen-elemen berikut ini sangat penting untuk setiap program pemeliharaan yang dikontrol. Prosedur perawatan di dalam peraturan ini dianggap sebagai pedoman minimum yang wajib dilaksanakan: a. Pendokumentasian service check yang terdiri dari program pemeliharaan. b. Pencatatan kinerja setiap tindakan pemeliharaan, terjadwal maupun tidak terjadwal. c. Pendokumentasian perbaikan dan troubleshooting yang dilakukan pada setiap bagian peralatan dan hasil dari tindakan-tindakan tersebut serta gejala-gejala yang terkait dengan kerusakan. Kegiatan ini memudahkan dalam 24 melakukan tindakan troubleshooting yang lebih cepat untuk masalah yang serupa dikemudian hari. 3.2. JADWAL PEMELIHARAAN. Dokumentasikan jadwal perawatan dengan mengeja setiap item pemeliharaan rutin yang bermanfaat dalam beberapa cara: a. Hal ini memungkinkan direncanakannya pengalokasian tenaga kerja per jam dalam fungsi pemeliharaan. b. Membantu dalam penetapan kebutuhan suku cadang. ¢. Mengidentifikasi pemeliharaan rutin yang diperlukan kepada karyawan baru, mengurangi waktu pelatihan yang dibutuhkan untuk pengenalan sistem. d. Mengidentifikasi lingkup tugas pemeliharaan dalam bentuk tenga kerja per jam (man-hours) dan kebutuhan bahan. 3.3 CATATAN PEMELIHARAAN Catatan-catatan pemeliharaan adalah bagian penting dari sebuah sistem manajemen pemeliharaan yang efektif dan menyediakan informasi mengenai sejarah perawatan untuk masing-masing peralatan, menjamin pemeliharaan rutin tanpa adanya pekerjaan sama yang dulang, dan menyediakan data base untuk analisis statistik kinerja sistem pencahayaan. Tanpa pencatatan, pengetahuan yang didapat dari proses pemeriksaan atau inspeksi tidak dapat dipertahankan, dan pemeliharaan yang bersifat preventif akan sulit dilaksanakan. Sebuah sistem pencatatan yang efektif harus mampu meminimalkan usaha pencatatan dan pengambilan informasi. Sistem catatan harus mampu mengkompilasi data yang akan mendokumentasikan efektivitas dari Program pemeliharaan. Dengan memeriksa catatan, seorang manajer harus dapat menentukan apakah suatu tindakan pemeliharaan tertentu dilaksanakan terlalu sering atau tidak terlalu sering. Dengan menggunakan satu proses trial-and-error, program pemeliharaan yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan fasilitas yang dikembangkan. 34 PROGRAM PEMELIHARAAN PREVENTIF Airport lighting yang handal sangat penting bagi keselamatan bandar udara, kapasitas, dan operasi terutama untuk operasi penerbangan dalam kondisi low visibility. Oleh karena itu, program perawatan preventif sangat penting untuk menjamin pelayanan yang handal dan operasional peralatan yang optimal. Penjadwalan kegiatan inspeksi secara tepat, pengujian, dan kalibrasi sangat penting bagi mewujudkan kehandalan sistem ini. Airport lighting dirancang untuk dapat diandalkan dan dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama bahkan apabila perawatan tidak dilaksanakan. Kadang kala kegagalan akan terjadi dan apabila kegagalan terjadi pada saat yang kritis kemungkinan akan membahayakan keselamatan. Pemeliharaan lampu 25 visual aids harus mendapatkan prioritas yang tinggi agar mampu mencegah kegagalan peralatan, terjadinya sinyal palsu, dan kerusakan sistem, Mengingat perbedaan merek airport lighting dan peralatan catu daya yang dipergunakan di berbagai bandar udara di Indonesia, maka untuk prosedur perawatan harus mengikuti petunjuk dari pabrikan, 3.4.1 Instalasi dan Material Unsur pertama dalam program perawatan preventif adalah tercapainya kualitas yang tinggi, pemasangan peralatan secara benar, Perawatan preventif sulit dilaksanakan pada peralatan yang telah diinstal atau dipasang dengan tidak mengikuti aturan tanpa_mempertimbangkan persyaratan pemeliharaan. Ketika kondisi tersebut terjadi maka peralatan tersebut harus dibawa ke tempat perbaikan yang resmi dan diperbaiki daripada harus mengambil risiko dengan mencoba untuk menerapkan program pemeliharaan preventif yang diharapkan akan mampu mengimbangi kondisi tersebut. Konsultasikan dengan pengawas pemeliharaan peralatan listrik di bandar udara sebelum dan selama pembuatan desain dari sctiap instalasi baru atau penambahan airport lighting. Dengan demikian, bandar udara dapat menghindari terjadinya biaya yang lebih tinggi selama dan setelah konstruksi. Pertimbangan juga harus diberikan kepada metode seleksi dan pelatihan setiap tenaga kontraktor yang terlibat dalam instalasi airport lighting. Kebutuhan pelatihan khusus untuk teknisi listrik pemeliharaan bandar udara berlaku juga untuk personil kontraktor. 3.4.2 Personil. Unsur kedua dalam program perawatan preventif dilatih oleh personil berpengalaman. Personil pemeliharaan harus memiliki lisensi_ kelistrikan bandara, memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai peralatan, harus memiliki pengalaman dengan peralatan yang bertegangan tinggi, serta harus mampu melaksanakan inspeksi dengan hati-hati dan perbaikan yang diperlukan, Pelatihan khusus harus tersedia di lapangan, karena sebagian besar personil listrik yang berkualitas baik dapat dilatih di tempat kerja jika pengawasan sesuai dan instruksi yang disediakan. Individu-individu ini harus hadir, atau on-call, selama jam operasi bandara untuk memperbaiki segala kekurangan yang mungkin terjadi. Singkatnya, _personil pemeliharaan airport lighting harus spesialis di lapangan. 3.4.3 Peralatan Pemeliharaan dan Peralatan Pengujian Elemen ketiga dalam program pemeliharaan preventif adalah peralatan pemeliharaan dan peralatan pengujian yang diperlukan dalam melaksanakan perawatan. Meliputi peralatan khusus pemeliharaan dan peralatan pengujian, ruang kerja yang 26 memadai, ruang penyimpanan yang cukup, suku cadang, dan manual teknis yang berlaku. 3.4.4 Program Inspeksi Pemeliharaan Pencegahan Unsur keempat dalam program pemeliharaan preventif adalah perawatan yang jadwal inspeksi pemeliharaan preventif yang efektif untuk airport lighting. Jadwal inspeksi ini juga harus meliputi seluruh sistem kabel. Jadwal inspeksi pemeliharaan preventif adalah dasar keberhasilan pemeliharaan peralatan. Apabila jadwal tersebut dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan maka akan meningkatkan kinerja sistem, meminimalkan gangguan yang uncul secara tiba- tiba dan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan. Pelaksanaan review catatan hasil inspeksi, pemeriksaan, pengujian, dan perbaikan akan memberikan kesadaran kepada teknisi akan kondisi peralatan dan Peringatan lebih dini akan adanya permasalahan yang akan muncul. 3.4.5 Jadwal Inspeksi Pemeliharaan Preventif Penyusunan jadwal inspeksi dan pengujian dilaksanakan berdasarkan jenis peralatan dan disusun secara periodic. Jadwal yang disusun bisa didasarkan pada kalender maupun Penambahan jam penggunaan peralatan. Jadwal tersebut disusun berdasarkan rekomendasi dari produsen dan pengguna peralatan yang menjadi syarat khusus dalam menjaga kinerja peralatan. Pengaturan frekuensi jadwal inspeksi tersebut sebaiknya didasarkan pada kondisi pengoperasian setempat. 3.5 CATATAN RETENSI Tidak ada aturan yang mengatur jangka waktu penyimpanan data pemeliharaan tapi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas maka jangka waktu maksimum adalah dua kali periode pencatatan (yaitu 2 tahun untuk perawatan tahunan). Untuk catatan pemeriksaan harian, batas waktu penyimpanannya tentu saja lebih cepat, bisa hanya dalam waktu satu bulan. Perlu dicatat apabila memungkinkan, catatan pemeliharaan harus dipertahankan secara permanen karena kemungkinan adanya situasi yang dapat berkembang di tahun-tahun mendatang di mana catatan-catatan tersebut dapat menjadi bukti yang tak ternilai. 3.6 REFERENSI PERPUSTAKAAN Buatlah perpustakaan sebagai dasar referensi untuk menyimpan salinan seluruh Manual Teknis Peralatan, peraturan-peraturan, as-built drawings, single line diagram dan data teknis berguna lainnya. Pengawas teknisi listrik harus mampu menjaga dan memelihara tanggung jawab dalam memelihara perpustakaan tersebut dan 27 memastikan bahwa pedoman teknis dan gambar yang disimpan selalu mengikuti perkembangan dan tidak hilang maupun rusak. 3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 Manual Teknis Peralatan Manual teknis peralatan dan segala bentuk literatur dari produsen lainnya merupakan bagian penting dari perpustakaan. Mintalah dua salinan dari semua manual teknis dan literatur dari produsen terkait. Simpanlah salinan utama di dalam Perpustakaan dan sediakan salinan terpisah untuk konsumsi bersama. Selain itu, simpanlah salinan dari setiap manual peralatan di lokasi peralatan. Hal ini akan mampu memfasilitasi pemecahan masalah dan perbaikan tanpa harus pergi ke Perpustakaan untuk mengambil manual. Jangan memindahkan salinan utama manual teknis dari perpustakaan karena dengan mudah akan hilang atau salah dalam penempatannya lagi. Apabila salinan yang digunakan sebagai bacaan bersama hilang maka buatlah salinan baru dari salinan utama namun jangan menggunakan salinan utama tersebut sebagai bahan bacaan bersama. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Penting untuk memiliki referensi sebagai sarana informasi instalasi, toleransi desain, dan operasi airport lighting dapat ditemukan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Sertakan salinan dari peraturan yang meliputi peralatan pada fasilitas tersebut, di perpustakaan referensi. Data Teknis Lainnya Adanya referensi informasi lain yang bisa berguna juga harus ditambahkan di dalam perpustakaan. Yang bisa saja berupa kode listrik lokal, engineer's handbook, manual alat uji, dan publikasi dari informasi umum lainnya. As-Built Drawings. Simpanlah dengan benar semua salinan utama as-built drawings sebagai bagian dari perpustakaan. Memasukkan gambar dari peralatan yang telah dimodifikasi sesegera mungkin setelah proses modifikasi selesai dikerjakan. Berikan salinan as-built drawings yang menunjukkan lokasi seluruh kabel berfungsi, lampu landasan pacu, dll, serta diagram pengkabelan untuk penerangan, mesin generator, dan airport lighting untuk para teknisi lapangan sebagai salinan gambar kerja. Memasang atau mengidentifikasi titik-titik uji yang tepat di lokasi sirkuit dan buatlah catatan dari titik uji tersebut pada "as-built drawings'. Segera update setiap catatan perihal titik uji tersebut maupun adanya perbedaan dalam gambar yang dibuat dengan keadaan 28 yang sesungguhnya mungkin karena _pengembangan instalasi/sistim untuk disimpan dalam perpustakaan. 3.7 PENYEDIAAN SUKU CADANG Dalam sub bab ini dijelaskan mengenai panduan tentang bagaimana menyediakan suku cadang yang akan digunakan untuk perbaikan peralatan airport lighting yang tiba-tiba mengalami kegagalan operasi. Tujuan dari penyediaan suku cadang adalah apabila sebuah peralatan gagal beroperasi maka akan meminimalkan waktu yang terbuang di luar operasi. Namun, semakin besar jumlah suka cadang yang tersimpan maka biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Sistem penyediaan suku cadang yang optimal menyeimbangkan biaya dari system downtime (kegagalan operasi, ketidaknyamanan tenant, Keselamatan, dil) dengan biaya pembelian dan penyimpanan suku cadang. Sebuah bandara kecil dengan frekuensi penerbangan yang rendah hanya akan sedikit terganggu apabila terjadi kerusakan pada lighting system-nya oleh karena itu suku cadang yang harus tersedia hanya dalam jumlah kecil saja. Berbeda dengan bandar udara besar yang memiliki frekuensi penerbangan tinggi sangat bergantung pada visual aids utamanya pada kondisi low visibility sehingga suku cadang yang harus tersedia dalam harus dalam jumlah yang cukup banyak. Dalam kasus bandar udara besar, gangguan yang terjadi pada operasi Penerbangan dapat mengakibatkan berkurangnya pemasukan dari Pengguna jasa dan memberikan dampak terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan. Gangguan yang terjadi di bandar udara besar bisa memberikan pengaruh yang besar bahkan bisa berdampak kepada sistem wilayah udara nasional. Saat menentukan jumlah persediaan suku cadang, terdapat dua pertanyaan harus dijawab: (1) Peralatan apakah yang harus tersedia? (2) Berapa banyak suku cadang yang harus tersedia untuk masing- masing peralatan tersebut? Ketika terdapat pekerjaan konstruksi baru atau adanya proyek yang difungsikan untuk penggantian sistem eksisting, dana dan juga jumlah suku cadang peralatan (fixtures, lampu, sekering, relay dan MCR/CCR control board, dil) yang tersedia harus diserahkan kepada kontraktor. Maka unit pemeliharaan akan mendapatkan persediaan suku cadang built-in dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan suku cadang untuk peralatan baru. Utamanya, hal ini terutama akan berlaku apabila peralatan yang dipasang berbeda dengan peralatan yang sedang digunakan. 3.7.1 Pemilihan Suku Cadang Untuk menjawab dua pertanyaan di atas, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu tingkat _kegagalan, 29 3.7.2 3.7.3 3.7.4 ketersediaan suku cadang, dan akibat yang ditimbulkan dari kegagalan peralatan. ‘Tingkat Kegagalan Tingkat kegagalan (atau tingkat penggantian) adalah life time produk yang diharapkan dari sebuah item dan jumlah item lersebut di dalam sistem. Scbagai contoh, jika Jampu diperkirakan mampu beroperasi selama enam bulan, dan terdapat 100 buah lampu dalam sistem, maka rata-rata 100 buah lampu akan diganti setiap enam bulan atau sekitar empat buah per minggu. Catatan yang akurat dari suku cadang yang telah digunakan dari waktu ke waktu akan sangat membantu dalam menentukan tingkat kegagalan. Ketersediaan Suku Cadang Ketersediaan suku cadang mengacu pada waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan suku cadang pengganti. Hal ini biasanya berarti lead time pengadaan. Jika sebuah suku cadang dapat dengan mudah diperoleh dari pemasok lokal, mungkin tidak perlu untuk menambahkan suku cadang dalam tempat persediaan karena suku cadang yang seperti itu dapat dibeli pada saat diperlukan atau penyimpanan suku cadang tersebut dapat dikurangi. Namun, jika ada lead time enam minggu dibutuhkan oleh pemasok, lalu saham enam kali tingkat kegagalan mingguan (24 lampu dalam contoh di atas). Suku cadang untuk Micro/ constant current regulator dan peralatan khusus lainnya termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh, penggantian printed circuit board atau perakitan lainnya biasanya memiliki waktu penyediaan berkisar enam sampai dengan dua belas minggu kecuali tersedia suku cadang lainnya yang digunakan untuk kondisi darurat, hilangnya sirkuit bisa memberikan dampak yang serius terhadap operasi bandara. Ada beberapa metode untuk mendapatkan suku cadang yang dibutuhkan dengan mereduksi waktu penyediaan yang lama. Meliputi metode substitusi (penggunean bagian fungsional yang setara dari produsen lain), kanibalisasi, dan perbaikan sementara (seperti penggunaan lampu portabel untuk menggantikan lampu yang dipasang tetap) sambil menunggu pemeliharaan korektif. Perl dicatat, bagaimanapun, bahwa solusi ini harus dipertimbangkan hanya sebagai langkah darurat dan bahwa penyediaan suku cadang yang tepat akan menghilangkan penggunaan metode-metode tersebut. Pengaruh dari Kerusakan Efek dari kegagalan suku cadang tertentu tergantung pada betapa pentingnya suku cadang tersebut pada peralatan dan betapa pentingnya peralatan ini untuk operasi bandara. Kerusakan pada satu buah lampu tidak akan menyebabkan 30 3.7.5 3.7.6 kegagalan pada seluruh sistem tetapi kerusakan sebuah papan sirkuit Micro/Constant Current Regulator akan menyebabkan gagalnya seluruh rangkaian lampu yang dialiri arus atau diberi daya, Para produsen peralatan akan memberikan petunjule tentang suku cadang yang direkomendasikan, Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari sistem, suku cadang lain dapat ditambahkan atau dihapus dari daftar. Dampak dari kegagalan pada suatu bagian peralatn atau sistem harus dipertimbangkan ketila merencanakan persediaan suku cadang. Bagian Identifikasi. Hal paling penting dari menjaga persediaan suku cadang adalah melakukan katalogisasi yang akurat pada suku cadang dengan menggunakan penomoran yang diberikan produsen. Sangat penting untuk memastikan bahwa suku cadang yang tepat telah digunakan untuk menggantikan bagian peralatan yang rusak; banyak bagian optik yang secara visual nampak sama namun memiliki perbedaan yang signifikan dalam kinerja. Penggunaan penomoran suku cadang berdasarkan penomoran suku cadang produsen juga sangat penting ketika memesan kembali suku cadang tersebut. Apabila sebuah suku cadang dipesan berdasarkan nama generiknya maka produsen dapat mengirim suku cadang versi yang lebih baru dari apabila suku cadang tersebut tidak kompatibel dengan sistem yang ada. Sangat penting untuk mempertahankan data produsen yang mencerminkan peralatan, menjelaskan jenis, nomor model, dan rincian nomor seri. Penggunaan Suku Cadang Asli Produsen Penggunaan suku cadang yang bukan dari produsen suku cadang atau lampu sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sangat tidak dianjurkan. Dircktorat Jenderal Perhubungan Udara memiliki spesifikasi yang ketat untuk menyetujui semua peralatan airport lighting dan penggunaan suku cadang atau lampu yang bukan dari produsen dalam peralatan atau sistem tertentu. Hal ini memungkinkan timbulnya konsekuensi yang serius dalam kasus insiden pesawat di bandara akibat praktek tersebut. Dalam kasus runway dan taxiway lighting fixtures, penggunaan lampu generik yang tidak disetujui dapat membuat output fotometrik fixtures tidak sesuai dengan spesifikasi dengan hasil output cahaya yang buruk dan akibatnya harus beroperasi dalam kondisi visibilitas rendah. 31

You might also like