You are on page 1of 8

Hasrat untuk menikah dan bereproduksi adalah salah satu kekuatan

pendorong terkuat di alam. Dorongan yang kuat dan sering obsesiI ini
dapat menimbulkan stres berat dan kebingungan dalam memilih secara
bijak kapan dan apa yang harus dilakukan saat kehamilan tidak bisa
terjadi.

Sebagai aturan umum` sederhana, pentingnya untuk mendapatkan
bantuan medis bergantung pada 3 Iaktor:
1.

Usia wanita
Salah satu Iaktor terpenting yang mempengaruhi Iertilitas adalah
usia si perempuan (Gambar 1). Fertilitas cukup stabil hingga
seorang perempuan mencapai usia 35 tahun. Sesudah itu, terjadi
penurunan Iertilitas secara bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun,
Iertilitas menurun drastis.

Oleh karena itu sangat penting bagi perempuan yang mendekati
usia 35 tahun dan belum pernah hamil, untuk segera mencari
perhatian medis. Hal tersebut menjadi mendesak bagi perempuan
yang kian mendekati usia 40 tahun.


2. Lama waktu mencoba mengandung
Kedua, begitu Anda memutuskan untuk mendapatakan keturunan,
Anda akan mudah merasa cemas jika Anda tidak berhasil
mendapatkan kehamilan setelah satu bulan mencoba. Tetapi Iakta
menunjukkan, secara normal, perempuan sehat (di bawah 30
tahun) yang melakukan hubungan badan secara teratur, hanya
memiliki peluang gagal 20 hingga 40 persen selama siklus
tertentu.

Jadi, apa yang 'salah pada 60 hingga 80 persen sisanya yang
gagal? Sering kali, tidak ada alasan medis, dan penyebabnya
biasanya adalah karena kualitas sperma atau sel telur terlalu jelek
untuk mencapai Iertilisasi, atau Iertilisasi terjadi tetapi embrio
tidak bisa bertahan hidup setelah beberapa hari.

Kenyataannya, menurut data National Center Ior Health Statistics,
AS (Gambar 2), peluang Anda untuk hamil sebenarnya cukup
besar jika Anda melihatnya dalam rentang waktu satu tahun
hubungan badan tanpa pelindung.
Usia Anda
Peluang Anda untuk
hamil setelah tahun
pertama
Di bawah 25
tahun
96
25 - 34 86
35 - 44 78

Gambar 2


3. Masalah Medis
Jangan menunda untuk mendapatkan bantuan medis karena usia
merupakan Iaktor yang sangat penting dalam menentukan
Iertilitas. Berikut adalah beberapa hal yang akan membantu Anda
menentukan kapan diperlukan nasehat/saran medis dengan segera:
















Jika tidak ada masalah medis apa pun, perempuan berusia di
bawah 30 tahun perlu berkonsultasi dengan ginekolog setelah
menjalani masa 1 sampai 2 tahun hubungan badan tanpa
pelindung. Tetapi mereka yang berusia antara 30 hingga 35 tahun
harus mencari nasehat medis setelah enam hingga sembilan bulan.
Urgensi ini meningkat pada perempuan 35 hingga 40 tahun jika
mereka tidak kunjung hamil setelah enam bulan; sementara
perempuan di atas 40 tahun harus mencari nasehat/saran medis
setelah tiga bulan mencoba dan gagal.

Pada kebanyakan kasus, ginekolog Anda akan dapat melakukan
upaya Iertilitas pendahuluan dan menangani sebagian besar
masalah. Jika Anda tidak dapat hamil meski sudah ditangani
dokter selama enam hingga dua belas bulan, temuilah spesialis
Iertilitas |disebut pula spesialis RE (Reproductive Endocrine
berusia lebih dari 35 tahun
tidak hamil/subur selama lebih dari 2 tahun
menstruasi yang tidak teratur
mengalami gangguan seksual

menjalani operasi abdominal (bagian perut)
sebelumnya
lebih dari 6 siklus Clomiphene

lebih dari 4 siklus SO-AI
(Super Ovulation-ArtiIical Insemination |Super
Ovulasi-Inseminasi ArtiIisial|)

|Endokrin ReproduktiI|), yakni ginekolog dengan keahlian ekstra
di bidang manajemen Iertilitas yang akan memandu Anda melalui
aneka macam perawatan.

Anda perlu memahami proses berpikir dokter Anda sehingga
keputusan yang benar dapat dibuat. Keputusan tersebut tidak
hanya berdasarkan Iakta ilmiah dan pengalaman klinis, tetapi juga
mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan Anda. Artinya,
ANDA berpartisipasi aktiI dalam perawatan itu dan membantu
spesialis RE Anda merumuskan rencana yang logis untuk
mendapatkan kehamilan

umat, 26 September 2008


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTILITAS PADA
WANITA
InIertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan sanggama secara teratur, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun.
Berdasarkan studi epidemiologi, kurang lebih 10 dari pasangan suami istri gagal
memperoleh keturunan dalam kurun satu tahun usia pernikahan mereka. Sekitar 50 dari
pasangan tersebut akan berhasil memperoleh keturunan setelah 2 tahun menikah.
Pada kondisi yang normal, kemungkinan seorang wanita, dengan siklus haid teratur setiap
bulan, untuk menjadi hamil adalah sekitar 30. Dan ketika kehamilan telah terjadi, hanya
50-60 saja yang akan berhasil mencapai usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Proses
reproduksi memerlukan suatu proses interaksi yang seimbang antara pasangan suami-istri.
Sampai saat ini diketahui bahwa penyebab inIertilitas adalah multiIaktorial. Baik Iaktor istri
maupun Iaktor suami masing-masing menyumbangkan 40 dari penyebab inIertilitas.
Sedangkan sisanya sebesar 20 disebabkan oleh hal-hal yang masih belum diketahui secara
pasti.
Proses reproduksi manusia dipengaruhi hal-hal seperti :
1. Ovulasi, yaitu lepasnya oosit dari Iolikel di ovarium
2. Produksi spema yang adekuat
3. Transport normal sel gamet di dalam saluran tuba Iallopii
4. Transport embrio di dalam saluran tuba menuju tempat implantasi di rongga uterus.
Terutama terkait dengan wanita, terdapat beberapa Iaktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya inIertilitas pada wanita.
Faktor-Iaktor tersebut antara lain adalah:
1. Faktor usia
Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkin wanita
tersebut untuk hamil. Kejadian inIertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita.
Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya
kelainan kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga
cenderung memiliki gangguan Iungsi kesehatan sehingga menurunkan pula Iungsi
kesuburannya. Kejadian abortus juga meningkat ketika kehamilan terjadi pada ibu yang
sudah berumur. Wanita dengan rentang usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2 kali
lebih besar dari pada wanita dengan rentang usia antara 35-39 tahun.
Pada tabel dibawah ini akan terlihat besarnya kesempatan bagi seorang wanita untuk
hamil dikaitkan dengan Iaktor usia.
Tabel 1. Kesempatan hamil wanita terhadap Iaktor usia.
Usia wanita Kesuburan ()
Sampai dengan usia 34 tahun 90
35 40 tahun Menurun menjadi 67
41 45 tahun Menurun menjadi 15


1. Faktor berat badan dan aktivitas olah raga yang berlebihan
Walaupun sebagian besar hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, namun 30 estrogen
tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen
sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan yang berlebih (over
weight) atau mengalami kegemukan (obesitas), atau dengan istilah lain memiliki lemak tubuh
10-15 dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan
pertumbuhan Iolikel di ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom yaitu sindrom ovarium
poli kistik (SOPK). Sindrom ini juga terkait erat dengan resistensi insulin dan diabetes
melitus.
Disamping berat badan yang berlebih maka berat badan yang sangat rendah juga dapat
mengganggu Iungsi Iertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohidrat,
lemak dan protein sangat diperlukan untuk pembentukkan hormon reproduksi, sehingga
pada wanita kurus akibat asupan gizi yang sangat kurang akan mengalami deIisiensi
hormon reproduksi yang berakibat terhadap peningkatan kejadian inIertilitas pada wanita
tersebut. Wanita-wanita yang sering mengalami masalah dengan asupan gizi tersebut
sering kali terkait dengan hal-hal dibawah ini:
1. anoreksia nervosa atau bulimia
2. vegetarian yang Ianatik
3. pelari maraton dan penari proIesional
1. Gaya hidup.
O Merokok dapat menjadi salah satu penyebab inIertilitas. Disamping itu
penyalahgunaan obat narkotika juga dapat menurunkan produksi hormon reproduksi.
O Alkohol telah pula terbukti menjadi penyebab kegagalan proses implantasi.
1. Faktor lingkungan
Beberapa zat polutan seperti Italat atau dioxin saat ini dicurigai memiliki kaitan yang erat
dengan tingginya kejadian inIertilitas akibat endometriosis terutama bagi wanita yang tinggal
di daerah perkotaan.
1. Depresi dan kejadian inIertilitas
Sudah banyak penelitian yang melaporkan bahwa kejadian stress psikis sangat terkait erat
dengan peningkatan produksi corticotropin releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. yang
dapat memberikan pengaruh buruk terhadap produksi hormon reproduksi.


Penyebab inIertilitas sangat banyak sekali dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul yang disebabkan inIeksi beberapa kuman patogen sudah dilaporkan
menjadi salah satu penyebab utama inIertilitas. Kuman patogen yang seringkali menjadi
penyebab inIertilitas adalah:
O Klamidia trakomatis
O Neseria gonore
O Bakterial vaginosis
O Tuberkulosis
Gejala penyakit radang panggul tidak selalu tampil dalam bentuk akut, namun seringkali
hanya tampil dalam bentuk inIeksi subklinik yaitu hanya dalam bentuk nyeri panggul yang
ringan saja yang disertai dengan keputihan yang tidak terlampau banyak. InIeksi kuman
patogen ini dapat menyebabkan kerusakan terutama pada tuba Iallopii sehingga menimbulkan
inIertilitas.
Disamping disebabkan oleh bakteri, maka keputihan di vagina dapat disebabkan oleh
jamur kandida.
1. Endometriosis
Endometriosis memiliki kaitan erat dengan kejadian inIertilitas. Kurang lebih 30-50 wanita
dengan endometriosis adalah inIertilitas dan hampir 80 wanita dengan inIertilitas ternyata
menderita endometriosis. Disamping terkait dengan inIertilitas, endometriosis juga terkait
erat dengan nyeri panggul, nyeri haid dan nyeri sanggama. Endometriosis dapat tampil dalam
bentuk kista endometriosis pada ovarium atau susukan endometriosis dalam rongga
peritoneum yang seringkali disertai dengan perlekatan hebat didaerah rongga panggul.
Kaitan langsung endometriosis dengan inIertilitas dapat terjadi jika susukan
endometriosis atau kista endometriosis mendesak tuba Iallopii sehingga menghambat
bertemunya sperma dan ovum. Susukan endometriosis juga dapat tumbuh di ovarium
sehingga menghambat terjadinya ovulasi. Endometriosis stadium berat juga dapat
menimbulkan perlekatan berat di rongga panggul sehingga menyebabkan distorsi dari
tuba Iallopii.
Teori penyebab terjadinya endometriosis sangat banyak sekali, namun secara garis besar
dapat disebabkan oleh kerusakan pada Iaktor genetik, Iaktor endokrin, Iaktor imunitas
dan Iaktor mekanik. Saat ini diketahui pula bahwa zat polutan seperti dioxin dapat pula
menjadi penyebab terjadinya endometriosis.
1. Sindrom Ovarium Polikistik
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan suatu kondisi pada wanita yang ditandai
dengan oligo-ovulasi/an-ovulasi, gambaran polikistik pada ovarium, yang dapat disertai
dengan adanya baik gejala klinik maupun laboratorik dari hiperandrogenism. Akibat adanya
oligo-ovulasi/an-ovulasi maka kadar progesteron pada pasien ini akan selalu rendah dan
pasien seringkali datang dengan keluhan sering tidak mendapat haid. Kadar androgen yang
relatiI tinggi didalam sirkulasi darah dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan
seperti obesitas, banyak jerawat, tumbuh banyak bulu/rambut, suara berat dan klitoris yang
membesar.
SOPK juga memiliki kaitan erat dengan resistensi insulin dan diabetes melitus.
1. Menopause prekoks atau kegagalan ovarium dini
Menopause prekoks atau menopause dini dapat terjadi ketika Iungsi ovarium menurun atau
berkurang ketika wanita berusia kurang daripada 40 tahun. Pada kasus kegagalan ovarium
dini, kemungkinan bagi wanita untuk hamil spontan hanya terjadi sebesar 5-10 saja.
Kegagalan ovarium dini dapat terjadi akibat radiasi, kemoterapi, kelainan genetik, penyakit
autoimun, kelainan kromosom dan sebagainya.
1. Myoma uteri
Myoma uteri merupakan tumor jinak yang tumbuh di miometrium. Myoma uteri dapat
menyebabkan inIertilitas jika terletak pada tempat-tempat tertentu yang sangat penting bagi
sebuah proses kehamilan seperti mengganggu lapisan endometrium yang penting untuk
implantasi embrio, menyumbat saluran tuba Iallopii, merubah bentuk uterus menjadi tidak
normal, mempengaruhi letak serviks sehingga menghambat masuknya sperma kedalam
uterus.
1. Hiperprolaktinemia
Pada kondisi normal, prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipoIisis diperlukan untuk membantu
proses pertumbuhan kelenjar payudara dan sekaligus berperan penting pada produksi air susu
ibu (ASI). Pada kondisi tertentu misalkan terdapat tumor tumbuh di kelenjar hipoIisis
(prolaktinoma), maka prolaktin akan diproduksi berlebihan sehingga menimbulkan
penekanan terhadap sekresi gonadotropin sehingga terjadi gangguan proses ovulasi.
Disamping itu, suatu kondisi hipotiroidism atau penggunaan obat kontrasepsi oral atau obat
antipsikotik, dapat menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin. Jika seorang wanita
mengeluarkan ASI dari payudara tanpa ada kaitannya dengan kondisi menyusui (galaktore),
maka perlu diIikirkan adanya peningkatan kadar prolaktin di dalam darah.
1. Faktor lain
Terdapat pula Iaktor lain yang terkadang dapat menjadi penyebab inIertilitas.
Faktor tersebut adalah:
O Kelainan tiroid. Produksi hormon tiroid yang berlebihan atau kekurangan, dapat
menjadi penyebab gangguan siklus haid yang dapat menibulkan inIertiltas kemudian.
O Epilepsi. Penggunaan obat antiepilesi selama kehamilan dapat menyebabkan
timbulnya kelainan kongenital bayi.
O InIeksi usus/rongga abdomen. InIeksi usus seperti apendisitis, kolitis atau peritonitis
dapat menjadi penyebab inIertiltas pada wanita.
O Penggunaan obat. Penggunaan obat tertentu seperti antidepresan, hormon,
kortikosteroid, penghilang nyeri dan obat anti-psikotik dapat menyebabkan terjadinya
inIertiltas pada wanita.
O Kehamilan ektopik. Jika terdapat kehamilan ektopik maka kondisi ini akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya inIertilitas, terlebih lagi jika tatalaksana
kehamilan ektopik dilakukan secara tidak hati-hati atau terlambat dilakukan sesuatu.
Tahapan diagnostik yang dilakukan pada tatalaksana inIertilitas wanita.
1. Anamnesis dan pemeriksaan Iisik
Langkah pertama dari tatalaksana inIertilitas wanita adalah melakukan anamnesis yang baik
dalam rangka menggali inIormasi yang terkait dengan dengan inIertilitas, seperti riwayat
penyakit yang pernah diderita, gaya hidup (merokok, alkohol atau kopi), riwayat haid,
riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat abortus yang sebelumnya, obat apa saja yang
sedang/pernah diminum, riwayat penggunaan kontrasepsi dan sebagainya. Kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan Iisik yang meliputi Iaktor-Iaktor sebagai berikut: Iaktor
vagina, Iaktor serviks, Iaktor uterus, Iaktor endometrium, Iaktor tuba, Iaktor ovarium, Iaktor
peritoneum, Iaktor imunologi dan Iaktor endokrinologi.
1. Penentuan adanya ovulasi
Untuk menentukan adanya ovulasi, diperlukan suatu penilaian terhadap:
O kadar progesteron pada Iase mid-luteal sebuah siklus haid
O pola suhu basal badan dalam kurun satu bulan
O kadar LH di urin wanita
O pengukuran diameter Iolikel ovarium pada Iase pra-ovulasi dengan menggunakan
ultrasonograIi (USG) transvaginal.
1. Pemeriksaan hormon reproduksi dan hormon lain
Pemeriksaan kadar hormon reproduksi memang diperlukan untuk mengetahui kelainan yang
terkait dengan inIertilitas. Untuk penentuan kadar 1ollicle stimulating hormone (FSH),
luteini:ing hormone (LH), prolaktin dan 17-estradiol dalam plasma, dilakukan pengambilan
percontoh darah pada hari 3-5 dalam satu siklus haid, sedang untuk mengetahui kadar
progesteron pada Iase lutela madya dilakukan pengambilan percontoh darah pada hari ke 21
atau ke 22 dalam satu siklus 28-30 hari. Disamping itu jika diperlukan maka dapat pula
pemeriksaan ditambahkan untuk hormon testosteron atau DHEA/DHEAS atau kortisol atau
TSH, T3 bebas, T4 bebas, dan sebagainya.
Beberapa contoh kelainan yang dapat diperkirakan berdasarkan pemeriksaan hormon
reproduksi antara lain adalah:
O Jika dijumpai kadar FSH dan LH yang tinggi disertai kadar estradiol yang rendah
maka kemungkinan terdapat menopause prekoks pada pasien ini.
O Jika dijumpai kadar LH yang lebih tinggi daripada FSH maka kemungkinan pasien ini
menderita sindrom ovarium polikistik.
1. Jika diperkirakan telah terjadi insuIisiensi Iungsi ovarium maka dapat dilakukan uji
klomiIen (clomiphene challenge test/CCT), yaitu dengan cara memberikan klomiIen
sitrat pada hari ke 5-9 siklus haid, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar FSH
pada hari ke 10 siklus haid. Kadar FSH yang tinggi pada hari ke 3 atau ke 10 siklus
haid menunjukkan kemungkinan telah terdapat insuIisiensi dari ovarium.
2. Pemeriksaan ultrasonograIi (USG) dan histerosalpingograIi (HSG).
Pemeriksaan USG yang dilakukan terutama pada Iase pra-ovulasi, dapat bermanIaat untuk
mengetahui adanya kelainan uterus (misal: mioma, adenomiosis, uteus arkuatus, polip
endometrium), kelainan ovarium (misal: Iibroma, kista endometriosis, kista simpleks),
kelainan tuba (misal: hidrosalping) atau perlekatan genitalia interna. Pemeriksaan HSG yang
dilakukan pada hari ke 9 atau ke 10 siklus haid dapat bermanIaat untuk mengetahui kondisi
uterus, rongga uterus, tuba Iallopii dan patensi dan tuba Iallopii.
1. Pemeriksaan lain
Jika diperlukan maka seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan lain yang terkadang
diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan yang terkait dengan inIertilitas pada wanita,
seperti pemeriksaan histeroskopi diagnostik, laparoskopi diagnostik atau pemeriksaan
kromosom/genetik.

You might also like