You are on page 1of 31

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


TENGAH SEMESTER GENAP
Dosen Pengampu : Dr. Tjipto Subadi, M.Si

OLEH :

Nama NIM Kelas

: HAMID ARIFIN : A410102012 : II RSBI

Jurusan : Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr wb Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan ridha-Nya makalah Perkembangan Peserta Didik ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD) pada tengah semester 2 tahun 2011 ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada : 1. Ibu Dra. Sri Sutarni, M.Pd serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahankemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di Progdi Matematika FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta. 2. Bapak Dr. Tjipto Subadi, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Rekan-rekan kelas Mathematics RSBI 4. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah memberi dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini. 5. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini. Wassalamualaikium wr wb Surakarta, April 2011 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL . 1 KATA PENGANTAR . 2 DAFTAR ISI .. 3 BAB I PENDAHULUAN . 4 A. Latar Belakang .. 4 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan 4 BAB II PEMBAHASAN 6 A. Peserta Didik . 6 1. Hakekat Peserta Didik . 6 2. Hakekat Peserta Didik menurut pandangan Antropolgi 6 3. Hakekat Peserta Didik menurut pandangan Islam . 7 4. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran 7 B. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik . 8 1. Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan .. 8 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan 8 3. Hukum-hukum Pertumbuhan dan Perkembangan .. 9

C. Perkembangan Anak Usia Dini .. 10 1. Karakteristik Anak Usia Dini 10 2. Perkembangan Anak Usia Dini .. 12 3. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini .. 15 D. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar . 16 1. Pertumbuhan Jasmani .. 16 2. Perkembangan Intelektual dan Emosional .. 17 3. Perkembangan Bahasa 18 4. Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap 18 BAB III PENUTUP 20 A. Kesimpulan . 20 B. Kritik dan Saran .. 20 DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didikinya maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik. Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran kelak. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam pandangan islam? 2. Apa kedudukan peserta didik dalam proses pembelajaran? 3. Apa hakekat pertumbuhan dan perkembangan? 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan? 5. Apa saja hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan? 6. Bagaimana karakteristik anak usia dini? 7. Apa saja yang menjadi masalah perkembangan anak usia dini? 8. Bagaimana karakteristik anak usia sekolah dasar? C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah : 1. Mengetahui hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam pandangan islam 2. Mengetahui kedudukan peserta didik 3. Mengetahui hakekat pertumbuhan dan perkembangan 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 5. Mengetahui hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan 6. Mempelajari karakteristik anak usia dini 7. Mengetahui permasalahan perkembangan anak usia dini 8. Mempelajari karakteristik anak usia sekolah dasar

BAB II

PEMBAHASAN
A. Peserta Didik 1. Hakekat Peserta Didik Hakekat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik. Sedangkan menurut pandangan tradisionil, anak (peserta didik) adalah miniatur manusia dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 1978:2). Johan Amos Comenius (abad ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa anak harus dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa melainkan sosok alami anak. Pengikut Comenius mengembangkan pendapat bahwa mengamati anak secara langsung akan memberi manfaat ketimbang mempelajari secara filosofis. Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang sedang berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa disebut pertumbuhan, ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan fungsi, missal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara lebih jelas. 2. Pandangan Anthropologi tentang Peserta Didik Pandangan lama mengatakan bahwa manusia adalah primat, artinya kerabat kera besar, simpanse dan gorila yang telah mengalami evolusi. Sedang pandangan baru mengatakan bahwa peserta didik adalah homosapien, artinya makhluk hidup yang telah mengalami evolusi paling sempurna. Dari tinjauan Anthopologi hakekat peserta didik dapat ditafsirkan sebagai berikut: 1. Peserta didik sebagai makhluk yang bermasyarakat dan dapat dimasyarakatkan. 2. Peserta didik sebagai organism yang harus ditolong, sebab pada waktu lahir dia dalam kondsi yang lemah. Imran Manan (1989: 12-13) menjelaskan bahwa dari dimensi Anthropologi peserta didik dapat dijelaskan dari tiga dimensi: Pertama, peserta didik adalah makhluk social yang hidup bersama-sama. Kedua, peserta didik dipandang sebagai individualistis, yakni mampu menampilkan kepribadian yang khas yang berbeda dengan individu yang lain. Ketiga, peserta didik dipandang memiliki moralitas.

3. Pandangan Islam tentang Peserta Didik Islam menjelaskan bahwa manusia (peserta didik) adalah makhluk Allah swt sesuai firman-Nya dalam Al-Quran surat At-Tin : 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia dibekali potensi berupa fitrah kecenderungan jahat dan kecenderungan baik sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Asy-Syams : 8 Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Agar dapat menjalankan fungsinya selain dibekali dengan kodrat tersebut juga dibekali akal, pikiran, nafsu. Dalam banyak ayat peserta didik berpotensi untuk diperlakukan sebagai subjek didik yang harus dididik, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al-Anbiya : 12-17 dan juga surat Al-Araf : 179. Beberapa sebutan manusia dalam Al-Quran antara lain Al-Basyr, An-Nas, Abdullah, Kholifah fil Ard. 4. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran Dalam pembelajaran, peserta didik dapat dipandang sebagai objek didik, subjek didik, dan sebagai subjek dan objek didik sekaligus. Dalam pandangan konvensional, peserta didik dipandang sebagai objek didik, ialah sebagai wadah yang harus diisi dengan pengetahuan, dan ketrampilan. Peserta didik diperlakukan pasif, ia harus menereima semua yang diberikan guru. Dalam pandangan modern, peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi tersendiri, ia aktif mengembangkan potensinya, ia merespon, bertanya dan menanggapi keterangan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik terjadi proses belajar. Cirri khas peserta didik adalah : 1. 2. 3. 4. Sebagai individu yang memiliki potensi fisik dan psikis Sebagai individu yang sedang berkembang baik potensi fisik maupun psikis Dalam pengembangan potensi tersebut peserta didik membutuhkan bantuan orang lain Memiliki kemampuan untuk mandiri.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik 1. Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu. Hasil pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak (dari misalnya 100 cm menjadi 110 cm), kekuatan fisiknya, dll. Pertumbuhan juga menyangkut perubahan yang semakin sempurna tentang fungsi suatu aspek jasmani (fungsi tangan pada anak 2 tahun untuk memegang benda, semakin dewasa dapat dipergunakan untuk menulis, menari, dll), system jaringan syaraf, sehingga istilahnya pertumbuhan adalah proses perubahan dan pematangan fisik. Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Perkembangan juga bias diartikan suatu perubahan aspek psikis dari kurang terdeferensiasi menuju deferensiasi, terarah, terorganisasi dan terintegrasi meningkat secara bertahap menuju kesempurnaan. Proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung, saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain : a. Faktor turunan (warisan) Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua Ibu-Bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel yang dicetuskan Gregor Mendel (1857). b. Ilmu watak (karakterologi) Karakterologi adalah istilah Belanda, berasal dari kata karakter, yang berarti watak dan logos, yang berarti ilmu. Jadi karkaterologi dapat kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi ilmu watak. Kata Belanda karakter, itu berasal dari kata Yunani charassein, yang berarti (mula-mula) coretan, atau gorasan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi di sini kita menganggap bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya. Ini telah lama sekali dikenal oleh manusia. c. Inteligensi (kecerdasan)

Andaikata pikiran kita umpamakan sebagai senjata, bagaimanakah kualitas dari senjata itu, tajam atau tidakkah? Membicarakan tentang tajam atau tidaknya kemampuan berpikir tidak lain kita membicarakan inteligensi (kecerdasan). Sehubungan dengan ini perlu diketahui lebih dahulu apakah intelek dan apakah inteligensi itu. Intelek adalah (pikiran) dengan intelek ornag dapat menimbang, menguraikan, menghubunghubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan. Inteligensi adalah (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Dengan lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen). 3. Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum-hukum tersebut antara lain : a. Hukum Chepalocoudal Bahwa dalam pertumbuhan fisik khususnya dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian kepala tumbuh terlebih dahulu baru menuju ke bagian kaki. b. Hukum Proximodistal Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang mengatakan bahwa pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. c. Perkembangan terjadi dari umum ke khusus Pada setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian sedikit demi sedikit menuju ke hal yang bersifat khusus. d. Perkembangan berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan Pada umumnya para ahli membagi tahap-tahap perkembangan manusia sebagai berikut : i. ii. iii. iv. v.

Masa pra-lahir Masa bayi (0-2 tahun) Masa kanak-kanak (3-5 tahun) Masa sekolah (6-12 tahun) Masa remaja (13-24 tahun) Masa awal remaja (13-15 tahun) Masa remaja (16-20 tahun) Masa akhir remaja (21-24) Masa dewasa (25-60 tahun)

vi.

Masa awal dewasa (25-30 tahun) Masa dewasa (31-45) Masa akhir dewasa (46-60 tahun) Masa tua (61 tahun ke atas) Masa lansia (71 tahun ke atas)

vii. viii.

e. Hukum tempo dan irama perkembangan Tahap perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus, tetap, berlaku secara umum dalam suatu tempo dan irama perkembangan tertentu. Cepat lambatnya waktu perkembangan sesuai dengan irama masing-masing individu. Setiap aspek perkembangan memiliki tempo dan irama perkembangan masing-masing. C. Perkembangan Anak Usia Dini 1. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini (0 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut : 1. Usia 0 1 tahun Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain : a. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. b. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya. c. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya. 2. Usia 2 3 tahun

Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 3 tahun antara lain : a. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. c. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan. 3. Usia 4 6 tahun Anak usia 4 6 tahun memiliki karakteristik antara lain : a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar. b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu. c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat. d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama. 4. Usia 7 8 tahun Karakteristik perkembangan anak usia 7 8 tahun antara lain : a. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif. b. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya. c. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi. d. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.

2. Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan anak dimulai sejak dalam kandungan, kehidupan anak dimulai saat sel telur dibuahi oleh sel sperma. Dari sel yang sama bentuk dan fungsinya berkembang manjadi sel yang bersifat khusus seperti sel syaraf , sel otot, sel darah, sel tulang. Sel-sel tersebut membentuk jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan otot, jaringan darah, jaringan epitel, dan jaringan tulang, jaringan membentuk organ, seperti otak, jantung, mata, telinga, tangan dan kaki. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi : 1. Perkembangan fisik-motorik Meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan anak meliputi 4 unsur yaitu : kekuatan, ketahanan, kecekatan, keseimbangan. 2. Perkembangan kognitif Menurut Jean Piaget, semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu : a. Tahap sensor motor (0 2 tahun) . . Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut. b. Tahap praoperasional (2 7 tahun) Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan annlisis rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka pesawat terbang adalah benda kecil yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah yang nampak pada mereka saat mereka menengadah dan melihatnya terbang di angkasa. c. Tahap operasional konkrit (7 11) Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret. Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi frustasi bila disuruh

mencari arti tersembunyi dari suati kata dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya. d. Tahap operasional formal (11 -15 tahun) Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis. 3. Perkembangan moral,disiplin,etika Ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku, perilaku anak sangat dipengaruhi oleh konsekwensi fisik maupun hidonistik yang diterima anak sebagai balasan atas perilakunya. 4. Perkembangan sosial,empati,kerjasama Pasa tahap ini perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual kearah interaktif, komunal. 5. Perkembangan emosional,harga diri,aktualisasi diri. Perkembangan emosional, harga diri pada anak usia dini dimulai dengan a. Tahap Basic Trust vs Mistrust (0-1 tahun) Anak mendapat rangsangan dari lingkungan, dalam merespon rangsangan anak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, tetapi kalau anak tidak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga. b. Tahap Autonomy vs Doumt (2-3 tahun) Anak sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot tubuhnya. c. Tahap Intiative vs Guilt (4-5 tahun) Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari orang tua, anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. 6. Perkembangan bahasa dan literasi Perkembangan bahasa anak dimulai dari menangis untuk mengekspresikan responnya terhadap bermacam-macam stimuli.

7. Perkembangan kreativitas dan daya cipta Perilaku mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat diidentifikasikan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Senang menjajaki lingkungannya Mengamati dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif Rasa ingin tahunya besarnya Bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya Suka berpetualang Suka melakukan eksperimen Jarang merasa bosan Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.

3. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini Permasalahan-permasalahan yang muncul adalah : 1. Bahaya fisik a. b. c. d. e. Kematian Penyakit Kecelakaan Kejanggalan Tangan kidal

2. Bahaya psikologis a. Bahaya dalam berbicara Ada tiga bahaya sehubungan dengan masalah kemampuan anak berkomunikasi, yakni:

Orang lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Dalam awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat disebabkan salah ucap atau kesalahan tata bahasa, gagap, pelat atau berbahasa dua. Berbahasa dua merupakan hambatan yang serius dalam perkembangan sosial anak. b. Bahaya emosional

Bahaya emosional awal masa kanak-kanak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama amarah. c. Bahaya sosial

Ada sejumlah bahaya terhadap perkembangannya penyesuaian sosial yang baik pada awal masa kanak-kanak, misal: kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak populer diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian tapi yang lebih penting ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar. d. Bahaya moral Pada masa ini anak usia dini mempunyai kecenderungan disiplin yang kurang konsisten akan memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri. e. Bahaya kepribadian Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang baik yang dapat disebabkan perilaku anggota keluarga dan teman-teman. D. Karakteristik Anak Usia Dini Sekolah Dasar 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anakanak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana. 2. Perkembangan Intelektual dan Emosional a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.

b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. d. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat. 3. Perkembangan Bahasa Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

4. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap a. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif. b. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas. c. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. d. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi. e. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Peserta didik dipandang miniature orang dewasa 2. Islam memandang peserta didik sebagai individu yang diberi potensi berkecenderungan berbuat jelek dan baik. 3. Pertumbuhan adalah perubahan kuantitas fisik akibat pematangan fungsi fisik. 4. Perkembangan adalah perubahan aspek psikis karena kematangan fungsi psikis dari yang sifatnya kurang terdeferensiasi menuju ke deferensiasi. 5. Perubahan-perubahan pada diri individu merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan. 6. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, meskipun anak-anak tersebut usianya tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi yang relatif sama pula. B. Kritik dan Saran Pembaca yang budiman, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam pembelajaran Perkembangan Peserta Didik khususnya pada pembahasan Bab Peserta Didik, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Perkembangan Anak Usia Dini, dan Krakteristik Anak Usia Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA Al-Quran dan Terjemah. 1996. Semarang: PT. Karya Toha Putra Marsudi, Saring, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hidayah, Dhini Ferry. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Makalah. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Sofa. 2008. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (online), (http://massofa.wordpress.com/2008/04/25/hakikat-pertumbuhan-dan-perkembangan-pesertadidik, di akses tanggal 13 April 2011). Sofa. 2008. Karakteristik Anak Usia SD (online), (http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar, di akses tanggal 14 April 2011). Ralqis. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan (online), (http://www.duniaremaja.org/t154-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan, di akses tanggal 14 April 2011). Ozon Station. 2010. Karakteristik Anak Usia Dini (online), (http://dachun91.wordpress.com/2010/11/22/karakteristik-anak-usia-dini, 14 April 2011)

Makalah Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


13 Agu 2011 Komentar Dimatikan

by Zettry Sains in Umum


Makalah Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan Inteligensi Remaja Diajukan sebagai pemenuhan salah satu syarat ketuntasan mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD) semester genap tahun 2011 Di susun oleh Nama NIM Jurusan Prodi Dosen Pembimbing ; : Zettry : 17514 : Kimia : Pendidikan Kimia 2011 : Drs.Indra Ibrahim,M.Si Kons UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011 Kata Pengantar Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah untuk mata kuliah Perkembangan Peserta Didik ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.Pertama, yaitu kepada orangtua penulis yang telah melahirkan dan membesarkan dengan kasih sayang yang tiada hingga, sehingga penulis bisa berada di dunia ini hingga sekarang. Kedua, yaitu kepada penulis buku referensi yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini, sehingga mempermudah penulis dalam menyusun materi makalah ini. Ketiga, yaitu kepada teman-teman yang telah memberi masukan dan dukungan, sehingga baiklah makalah ini. Terakhir, yaitu kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Makalah Perkembangan Inteligensi Remaja ini berisi materi tentang inteligensi dan hal-hal menyangkut inteligensi itu sendiri. Materi dalam makalah ini di susun secara runtut dan bersumber dari sumber terpercaya.Sehingga tidak ada hal-hal yang di reka-reka.Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan syarat ketuntasan mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, juga untuk berbagi pengetahuan kepada pembaca tentang kondisi inteligensi perkembangan pada fase remaja.

Penulis sadar, tak ada gading yang tak retak. Oleh sebab itulah, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar terjadi perbaikan dimasa yang akan datang. Padang, Mei 2011 Zettry Pendahuluan 1.Latar Belakang Setiap individu manusia di anugerahi suatu substansi yang tidak di miliki makhluk lain, yaitu akal fikiran. Dengan akalnya itulah manusia dapat berfikir untuk hidup dan kehidupan selanjutnya. Dengan akal dan fikiran itu juga lah manusia dapat menimbang-nimbang perbuatannya, apakah hak atau batil. Namun Tuhan tak memberi keseragaman dalam kapasitas otak kita. Ada yang di anugerahi otak superior dan ada juga yang di anugerahi atok yang sangat lemah, seperti penderita idiot. Disinilah letak manusia yang harus saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain. Sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk social(homo socius).Dalam hal ini,guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses perkembangan inteligensi anak. Seorang guru harus mampu mengayomi anak yang berinteligensi kurang seperti hal nya anak pada umumnya.Karena anak tersebut dapat berprestasi seperti hal nya anak ber inteligensi tinggi.Hal itu tergantung pada dukungan lingkungan sekitar nya, dan bagaimana guru dan orangtua memotivasi anak agar terus berusaha mengoptimalkan kapasitas kemampuan otak yang dia miliki. 2.Tujuan Tujuan penulisan makalah Perkembangan Inteligensi Remaja ini adalah : *.Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. *.Sebagai sarana berbagi informasi dan pengetahuan dengan para pembaca sekalian. *.Sebagai persiapan pengetahuan sebagai calon pendidik. 3.Daftar Isi Judul Kata Pengantar Pendahuluan Latar belakang

Tujuan Daftar isi Isi Pengertian inteligensi Perkembangan inteligensi pada remaja Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan inteligensi remaja Hubungan antara inteligensi dan hasil belajar Usaha guru dan orangtua dalam membantu perkembangan inteligensi remaja Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Isi 1.Pengertian Inteligensi Berikut adalah pendapat para ahli dari dalam dan luar negeri tentang konsep inteligensi. *.Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. *.Menurut Alfred Binet, intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu (1)Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan,(2)Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan,(3)Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism. *.Menurut Super dan Cities, inteligensi adalah kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman. *.Menurut J.P.Guilford, bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban

berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. *.Menurut K. Buhler, intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. *.Menurut George D. Stoddard, intelegensi adalah kemampuan untuk memahami masalahmasalah yang bercirikan; mengandung kesukaran, komplek, abstrak, diarahkan pada tujuan, ekonomis, bernilai sosial. *.Menurut Garett, inteligensi setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. *.Menurut William Stern, intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. *.Menurut Bischof, psikolog Amerika,inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. *.Menurut Lewis Hedison Terman, intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik. *.Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. *.Thorndike sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. *.Freeman memandang intelegensi sebagai kemampuan untuk menyatukan pengalamanpengalaman, kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, dan kemampuan untuk berpikir abstrak. *.Menurut Heidenrich, inteligensi adalah kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. *.Menurut Sorenson, intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. *.Menurut Suryabrata, intelegensi adalah kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.

*Menurut Walters dan Gardnes, intelegensi adalah serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. *.Menurut John W.Santrock, inteligensi adalah kemampuan verbal dan keterampilan memecahkan masalah. Akan tetapi, inteligensi berkenaan dengan kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri terhadap pengalaman dalam kehidupan keseharian. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah : 1.Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar) 2.Kemampuan berfikir secara abstrak 3.Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional 4.Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman 5.Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari 6.Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik 7.Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual 8.Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru 9.Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya. Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri intelegensi yaitu : 1.Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung). 2.Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya. 2.Perkembangan Inteligensi Pada Remaja Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri

mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka sebagaimana yang terjadi pada fase sebelumnya, yaitu tanpa bantahan. Dalam pandangan Jean Piaget (ahli perkembangan kognitif), pada masa remaja awal, daya pikir anak sudah mencapai tahap operasi formal. Pada usia ini secara mental anak telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, berpikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan abstrak serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkrit. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat, sebab dan hasil suatu proses pemecahan masalah. Para remaja pada fase usia ini tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi atau kesimpulan, prediksi atau perkiraan, dan rencana untuk masa depan kehidupannya. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Dengan kata lain,mereka dapat mengikuti perubahan yang terjadi dalam lingkungannya.Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Tidak sedikit anak remaja yang berupaya menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas dasar pertimbangan yang rasional, baik dari sisi kompetensi pribadi dan minatnya terhadap pilihan tersebut. Sebagai contoh, bila di sekolah terdapat bermacam-macam program ekstra kurikuler, maka anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstra kurikuler yang diminatinya serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang tua.Karena dia sudah bisa merasakan apa yang menonjol dalam dirinya.Sehingga dia mulai mampu mengasah kemampuan nya tersebut.Hal ini juga persiapan hidup masa depan yang membutuhkan kesiapan keterampilan dalam hal pemenuhan kebutuhan keseharian. Remaja mempuyai rasa ingin tahu yang besar, karena remaja berada pada perkembangan kognitif yang fleksibel, maka remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan ke hal-hal yang positif (misalnya : penelitian ilmiah, lintas alam, dan sebagainya) maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan baik. Tapi bila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatiffe maka hal itu bisa merusak dirinya sendiri. Rokok, narkoba, menonton

film porno, melakukan seks bebas merupakan tindakan yang dilakukan remaja karena berawal dari rasa ingin tahu yang besar, namun tidak di sertai dengan pertambahan keyakinan nilai-nilai beragama.Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. Untuk itu sekolah, keluarga, lingkungan punya tanggung jawab untuk membina remaja dengan benar. Sebagai akibat dari proses berfikir secara abstrak dan hipotesis tersebut, maka pola pikir remaja menunjukan kekhususan sebagai berikut: 1.Timbul kesadaran berfikir tentang berbagai kemungkinan tentang dirinya. 2.Mulai memikirkan bayangan tentang dirinya pada masa yang akan datang. 3.Mampu memahami nilai dan norma yang berlaku di lingkungan. 4.Berfikir kritis terhadap berbagai masalah yang di hadapi. 5.Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah dia pahami. 6.Dapat mengasimilasi fakta baru dengan fakta lama. 7.Dapat berfikir rasional. 8.Mampu mengambil manfaat dari sebuah pengalaman. 9.Makin berkembangnya rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengannya. 10.Mulai mampu berfikir tentang masalah yang tidak konkret. Taraf kecerdasan masing-masing individu tidak sama, ada yang rendah, sedang, dan ada yang tergolong tinggi. Perbedaan itu telah ada sejak dari lahir , namun perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.Pengklasifikasian inteligensi di perjelas oleh Binet dan Wais-R sebagai berikut : IQ 160-169 150-159 140-149 Persentase 0,03 0,20 1,10 Klasifikasi Sangat Superior sda. sda.

130-139 120-129 110-119 100-109 90-99 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39

3.10 8,20 18,10 23,50 23,00 14,50 5,60 2.00 0,40 0,20 0.03

Superior sda. Rata-Rata Tinggi Rata-Rata sda. Rata-Rata Rendah Batas Lemah Lemah Mental sda. sda. sda.

3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Inteligensi Remaja.

Menurut Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan inteligensi seorang remaja adalah : *.Faktor pembawa (genetik). Banyak teori menyatakan kapasitas inteligensi tergantung oleh gen orang tua. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. *.Faktor gizi. Perkembangan intelegensi baik dari segi kualitas dan kuantitas tidak terlepas dari faktor gizi. Kuat dan lemahnya fungsi intelegensi juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi bagi anak, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Baiknya asupan gizi tentu akan membantu pertumbuhan dan perkembangan dengan baik dan sewajarnya. *.Faktor kematangan. Perkembangan fungsi intelegensi dipengaruhi oleh kematangan organ intelegensi itu sendiri. Piagen membuat empat penahapan kematangan dalam perkembangan intelegensi, tahap pertama disebut periode sensorik motorik (0 2 tahun ), tahap kedua disebut periode pre operasional ( 2-7 tahun ), tahap ketiga disebut periode operasional kongkret (7-10 tahun), dan tahap ke empat disebut periode operasional formal (11-16 tahun). Pendapat Piaget tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang , maka intelegensinya makin berfungsi dengan matang.Jadi, perkembangan intelegensi disini tidak lagi

di segi kuantiitas dan strukturnya , tetapi lebih dari segi kualitas yaitu kemampuan menganalisis dengan baik. *.Faktor pembentukan. Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelegensi seseorang. Misalnya orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bemain yang memadai, semua itu dapat membentuk inteligensi anak agar dapar berfungsi dan meningkatkan kualitas pikirannya. *.Kebebasan Psikologi Perlu dikembangkan kebebasan psikologi pada anak, agar intelegensinya dapat berkembang dengan baik. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelelgensi. *.Minat dan pembawaan yang khas. Minat merupakann suatu substansi dalam setiap diri individu untuk mau dan mampu melekukan sesuatu yang tidak banyak orang bisa melakukannya dengan mudah.Dengan adanya minat,maka ada dorongan dalam diri untuk terus mengembangkan minat tersebut.karena remaja meyakini bahwa minat yang dia punya bukan hal yang lumrah,tapi suatu anugrah yang Tuhan berikan padanya.Sehingga hal itu dapat di yakini sebagai kelebihan dari pribadi lain. Menurut Andi Mappiare, hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi remaja, yaitu: *.Bertambahnya informasi yang disimpan ( dalam otak ) seseorang sehingga ia mampu berfikir selektif. *.Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat befikir proporsional. *.Adanya kebebasan berfikir menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang radikal dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. 4. Hubungan Antara Intelegensi dan Hasil Belajar. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap potensi belajar peserta didik, yaitu faktor internal yang mencakup aspek fisik, seperti kondisi panca indera dan fisik umumnya, dan juga psikologis yang meliputi (a)variabel non-kognitif, hal ini menyangkut minat, motifasi, dan kepribadian(b)kemampuan kognitif,aspek ini menyangkut kemampuan khusus dan kemampuan umum (intelegensi). Faktor eksternal mencakup (a)fisik, kondisi tempat belajar(b)sosial, seperti dukungan sosial dan pengaruh budaya. Menurut Anastasi dan Willeam,dalam setiap kegiatan yang menuntut prestasi, baik itu prestasi belajar, prestasi kerja, olahraga, seni, dan sebagainya, intelegensi sangat memegang peranan yang sangat penting.Hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya sumbangan antara intelegensi terhadap prestasi belajar akademik, yaitu sebesar 30% 80%. Dalam realitas kehidupan keseharian, teori-teori tak selalu benar. Pada beberapa teori mengatakan bahwa tingkat inteligensi seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Kita telah mengetahui bahwa inteligensi ini adalah sebuah

potensi yang ada dalam diri setiap manusia, dan masing-masingnya itu mempunyai kapasitasnya.Jadi tak selalu anak ber inteligensi tinggi akan lebih baik hasil belajar nya jika di bandingkan dengan anak berinteligensi sedang. Karena itu tergantung pada lingkungan dan bagaimana pemanfaatan kapasitas inteligensi yang ada.Mungkin saja seorang anak berinteligensi sedang(normal),lebih baik hasil belajarnya di banding anak ber inteligensi superior.Seperti yang di katakana tadi,semua nya bergantung pada lingkungan dan bagaimana proses pemanfaatan anugerah kapasitas potensi tersebut.Analoginya,anak ber inteligensi normal bisa lebih bagus hasil belajarnya di banding anak berinteligensi superior.Mungkin saja,si anak berinteligensi normal tadi menyadari keterbatasannya dalam belajar,namun dengan giat dia terus berusaha belajar mengasah kemampuannya.Lain halnya dengan anak berinteligensi superior tadi,mungkin dia terlalu mengganggap remeh pelajaran,sehingga pengetahuannya tak bertambah,dan dia hanya puas dengan materi yang di sampaikan guru di sekolah.Jelas tentu hasil belajar si anak ber inteligensi normal rata-rata tadi lah yang akan lebih baik.Karena,walaupun pisau dari bahan bagus tapi tidak di asah,tentu tak kan bisa memotong apa-apa.Namun,walau hanya dari bahan dasar tembaga,jika rutin di asah,tentu akan lebih bermanfaat dan dapat di gunakan dengan semestinya. Sekarang kita bertanya-tanya tentang seberapa urgensinya kita mengetahui tingkat inteligensi kita. Kita dapat menilik dari dua sisi. Pertama, mengetahui tingkat inteligensi diri itu sangat lah penting. Karena dengan mengetahuinya kita akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuan tersebut. Tentu hal ini terjadi jika hasil tes inteligensi itu mengatakan bahwa dia adalah individu berinteligensi superior misalnya.Namun apa yang terjadi jika hasil yang di dapat menunjukan bahwa individu bersangkutan mempunyai tingkat inteligensi di bawah ratarata.Disinilah sisi kedua pandangan tentang urgensi mengetahui tingkat inteligensi didi tadi. Karena dengan mengetahui bahwa dirinya mempunyai inteligensi di bawah rata-rata, tentu dia akan putus asa untuk berusaha. Karena dia berfikir, seberapa keraspun dia berusaha, tak kan berhasil dengan baik.Sehingga terjadi tekanan psikologis dalam diri yang bersangkutan.Jika hal ini terjadi, orangtua dan guru harus bertindak tepat mengembalikan kepercayadirian si anak.Dengan memberikan pemahaman bahwa tingkat inteligensi tinggi saja tak mutlak membuat hasil belajar seseorang jadi baik.Semuanya butuh proses yang baik.Tergantung individu mengasah kemampuan dan kapasitas yang ada dalam diri setiap individu. 5.Usaha Orangtua dan Guru Dalam Membantu Perkembangan Intelegensi Remaja. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa potensi intelektual tidak dapat berkembang dengan sempurna tanpa mendapatkan perlakuan dari lingkungan. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan anak. Adapun ayng dapat dilakukan adalah: *.Dalam proses belajar mengajar hendaknya orang tua atau guru lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Misalnya dalam memberikan pertanyaan kepada peserta didik tidak mengutamakan betul atau salah jawaban semata tetapi, lebih yang penting adalah keberaniannya. *.Menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir. Misalnya metode penemuan (inquiri) diskusi atau sejenisnya. *.Guru membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. *.Menyediakan fasilitas yang memadai untuk menumbuhkembangkan kecerdasan anak, misalnya bahan bacaan, peralatan labor, permainan, dan lainnya.

*.Memberikan tugas sekolah dengan berbagai macam metode yang dapat merangsang dan mengembangkan daya pikir. *.Memotivasi siswa agar terus berusaha mengoptimalkan kapasitas otak yang dia miliki, karena inteligensi tak hanya sekedar anugerah, tapi juga perlu pengasahan agar dapat mencapai kemampuan optimalnya. Penutup 1.Kesimpulan *.Inteligensi adalah suatu kemampuan untuk berfikir secara terarah,abstrak,dapat menjadikan pengalaman sebagai pelajaran. *.Faktor-faktor tang dapat mempengaruhi perkembangan inteligensi adalah : 1.Genetik 2.Gizi 3.Kematangan 4.Pembentukan 5.Kebebasan psikologis 6.Minat dan pembawaan yang khas *.Hasil belajar tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh tingkat inteligensi seseorang, tapi bagaimana proses memaksimalkan pemanfaatan kapasitas yang ada dalam diri individu. 2.Saran *.Tingginya inteligensi tak selalu membuat orang jadi pintar.Jadi gunakan lah anugerah kapasitas yang ada dalam diri kita masing-masing. *.Penulis menyadari bahwa malalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca sekalian. Daftar Pustaka Mudjiran dkk.2003.Perkembangan Peserta Didik.Direktorat Jendral pendidikan Tinggi:Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Santrock, W John.2003.Adolescence Perkembangan Remaja.The University of Texas at Dallas: Amerika Serikat

http://keluargacemara.com/pendidikan/pendidikan-anak/intelegensi-dan-iq.html http://sutisna.com/artikel/artikel-ilmu-sosial/pengertian-intelegensi/ http://de-kill.blogspot.com/2008/03/perkembangan-inteligensi-pada-remaja.html

You might also like