You are on page 1of 13

Identifikasi Permasalahan Hukum dan Administrasi Pembangunan di Kota Surabaya

Berkaitan dengan Permasalahan Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota

2010

TUGAS 1 HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Disusun oleh: Nurida S. Feranti Anindita Ramadhani NRP. 3607100003 NRP. 3607100007

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Eksistensi dan peran fungsi hukum dalam kehidupan bernegara dan masyarakat kini sedang digugat. Sampai sejauh ini, penegakan hukum di Indonesia tergolong masih sangat lemah. Hukum seringkali dipermainkan dan dicari celah-celah kelemahannya serta dengan mudahnya untuk merubah suatu tatanan yang sudah di atur oleh Pemerintah Pusat sehingga Negara ini dianggap seperti main Ludruk/sandiwara. Begitu juga di salah satu kota terbesarnya yaitu Surabaya, melihat pertumbuhkembangan pada pembangunan dan pembaruan hukum di negeri ini belum mengarah pada terbentuknya satu sistem penegakan hukum yang terpadu. Sekedar menunjuk contoh konkret, masalah penyerobotan tanah, perombakan bangunan cagar budaya, pengadaan reklame yang tidak sesuai dengan regulasi, dan banyak lagi contoh lainnya yang dalam pelaksanaannya terdapat kesalahan-kesalahan dan pelanggaran hukum yang tak jarang dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Dengan banyaknya masalah-masalah penegakan hukum seperti yang telah disebutkan di atas, maka tak mustahil nanti akan terjadi tumpang-tindih dalam tahap penuntutan, atau bahkan tumpang-tindih dalam proses peradilannya. Jadi belum terdapat pelaksanaan tugas secara berkesinambungan dan terpadu dalam satu sistem besar penegakan hukum. Oleh sebab itu, kajian ini akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah-masalah regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah Kajian ini berupaya untuk mengidentifikasi permasalahan regulasi yang terjadi di Kota Surabaya, sehingga secara tidak langsung melahirkan masalah yang serius bagi pembangunan Kota Surabaya tu sendiri. Berkaitan dengan masalah tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi landasan pembahasan kajian ini antara lain: a. Apa saja permasalahan regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya? b. Regulasi apa saja yang dilanggar dalam permasalahan regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya?

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA 1.3. Tujuan dan Sasaran Penulisan Kajian ini bertujuan mengidentifikasi masalah-masalah regulasi untuk mengungkap halhal apa saja yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan tersebut sebagai upaya agar penegakan hukum di Indonesia khususnya Surabaya lebih kuat dan mampu melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Adapun sasaran penulisan yang ingin dicapai, antara lain: a. Mengidentifikasi masalah-masalah regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya. b. Mengidentifikasi pelanggaran regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya.

1.4. Ruang Lingkup Pembahasan 1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah Kajian ini mengambil studi kasus Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki permasalahan regulasi dan penegakan hukum serupa dengan kebanyakan kota-kota besar di negara maju dan negara berkembang di dunia. 1.4.2. Ruang Lingkup Pembahasan Kajian ini menggambarkan masalah pelanggaran regulasi khususnya pada perencanaan wilayah dan pembangunan Kota Surabaya, sehingga pada akhirnya timbul masalah semakin lemahnya penegakan hukum di Surabaya akibat banyaknya pelanggaran-pelanggaran kecil yang tidak doperhatikan namun memiliki dampak yang serius ketika terjadi permasalahan. Selanjutnya dengan identifikasi permasalahan ini diharapkan mampu mengurangi pelanggaran-pelanggaran hukum yang ada di Kota Surabaya. 1.5. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang penulisan, ruang lingkup pembahasan, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan Bab ini berisi tetang identifikasi masalah serta identifikasi pelanggaran hukum disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya. Bab III Kesimpulan Bab ini berisi simpulan yang dapat diambil dari keseluruhan penulisan serta beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan dalam rencana tata ruang Kota Surabaya dalam mengatasi masalah pelanggaran regulasi yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan kota.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA

Bab II Pembahasan
2.1. Permasalahan Regulasi di Surabaya 2.1.1. Masalah Penyelenggaraan Reklame Media informasi adalah merupakan salah satu kelengkapan lingkungan atau Street dan Environmental Furnitur yang dimana perencanaannya termasuk dalam detail kota. Namun aktual di lapangan khususnya kota Surabaya, kondisi dan penataan street furniture (terutama reklame) masih dirasakan kurang memenuhi estetika dan keindahan lingkungan. Dan terkadang keberadaannya yang melanggar regulasi tentang pemyelenggaraan reklame bisa menjadi sebuah ancaman bagi keselamatan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, masalah robohnya papan reklame yang pernah roboh di Jalan Manyar pada akhir November 2008. Dampak yang ditimbulkan selain kerugian materiil akibat rusaknya sejumlah kendaraan, kejadian itu juga menyebabkan kemacetan panjang di Jalan Manyar Kertoarjo. Kendaraan di jalan tersebut dan dari arah Jalan Pucang Anom Timur tak bisa lewat karena papan reklame itu menutupi separo jalan. Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar

Kondisi Faktual Reklame Luas bidang reklame ini melebihi ketentuan dan ketinggian papan rekalme melebihi atap persil bangunan.

Pelanggaran

Penjelasan

Perda Penyelenggaraan Reklame. Pasal 19 ayat 2, Penyelenggaraan reklame di median jalan atau jalur hijau atau pulau jalan, bidang reklame dilarang melebihi median atau pulau jalan yang bersangkutan

Pelanggaran yang dilakukan adalah peyelenggaraan reklame dilakukan di trotoar atau di bahu jalan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa : Pengawasan pelaksanaan perda reklame bersifat law inforcement,pengawasan yang lemah dan kurang tegas terhadap pelanggaran mengakibatkan pelaku pendirian reklame berlaku seenaknya dan berusaha mencari celah dari setiap kelemahan perda.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA Untuk melakukan manajemen pengelolaan reklame, diperlukan regulasi yang tegas dan pasti. Selain itu, juga diperlukan konsistensi antara pihak pemberi izin agar reklame yang nantinya berdiri tidak menyalahi peraturan yang ada. Bila melihat kondisi faktual saat ini, management pengelolaan reklame kota Surabaya dapat dinilai sangat buruk. Hal ini terlihat dari adanya jenis-jenis reklame yang sangat jelas menyalahi aturan namun masih dapat berdiri. 2.1.2. Masalah Persampahan/Kebersihan Dalam pembangunan kota, pelaksanaan pemeliharaan kebersihan kota adalah hal terpenting untuk tetap menjaga estetika kota itu sendiri agar terhindar dari pencemaran lingkungan. Salah satu masalah pencemaran lingkungan yang sulit sikendalikan di Kota Surabaya ini adalah masalah persampahan. Ada pandangan sangat menarik dari para ekolog yang menyatakan bahwa semua organisme dalam tata kehidupan ekosistem pasti akan menghasilkan sampah. Konsekwensi dari kegiatan yang dilakukan oleh mahkluk hidup ketika beraktivitas adalah bahwa setiap aktivitas akan menghasilkan sampah dengan ragam bentuk, warna, ataupun baunya. Salah satu contohnya adalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh timbunan sampah pada fasilitas pelayanan publik seperti pasar Keputran Surabaya. Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar

Kondisi Faktual Pencemaran Lingkungan Tumpukan sampah berada di lokasi pasar dan berada di tepi jalan raya.

Pelanggaran

Penjelasan

Perda Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan. Pasal 22,Setiap pemakai persil bertanggung jawab atas kebersihan bangunan, halaman, saluran pematusan, ikut bertanggung jawab atas kebersihan jalan setapak dan lingkungan/tempattempat di sekitarnya.

Pelanggaran yang dilakukan adalah pedagang (pemakai persil) tidak menyediakan tempat penampungan sampah.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA 2.1.3. Masalah Penyerobotan Tanah Penyerobotan tanah negara, tanah milik perusahaan atau pribadi setahun terakhir semakin menggejala di Surabaya. Tanpa dasar hukum jelas, warga nekat mematok tanah yang sudah menjadi kawasan perumahan, atau bahkan tanah negara seperti pada pelanggaran yang dilakukan manajemen PT Bayu Bangun Lestari pada awal April 2009 lalu yang diduga menyerobot tanah milik Dinas Pengairan Jatim. Berdasarkan Perda Nomor 7/2002 tentang IMB, dijelaskan bahwa bangunan yang didirikan di Surabaya harus mengantongi izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan pemkot. Kalau pembangunannya sendiri tidak sesuai dengan IMB, maka pemkot berhak mencabut izin pendirian bangunan tersebut. Artinya, ada beberapa unit usaha besar yang terancam tercabut izin bangunannya. Di antaranya Surabaya Plasa dan Surabaya Hotel serta beberapa unit usaha lainya yang pengelolaannya di bawah kendali manajemen PT Bayu Bangun Lestari. Pemkot berhak mencabut izin yang sudah dikeluarkan sebelumnya karena ditemukan pelanggaran perda di lapangan. sanksi akibat pelanggaran IMB itu bisa jadi sangat serius, bisa berupa penyegelan, pembongkaran dan pidana. Intinya, jika pelanggaran yang dilakukan manajemen PT Bayu Bangun Lestari itu tidak segera diselesaikan, maka besar kemungkinan nanti pemkot melakukan pembongkaran paksa bangunan yang dinilai melanggar perda.

Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Regulasi yang Berlaku

Gambar

Kondisi Faktual Pencemaran Lingkungan Tembok yang jaraknya hanya 12 - 15 meter dari bibir sungai.

Pelanggaran

Penjelasan

Izin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan pada 1986, seharusnya perusahaan tersebut mendirikan bangunan dengan jarak 28 meter dari bibir sungai.

Pelanggaran yang dilakukan adalah pendirian bangunan yang melanggar garis sempadan sungai.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA 2.1.4. Masalah PKL Bagi Kota Surabaya, keberadaan PKL ada di mana-mana. Hampir di seluruh jalur jalan dan tempat-tempat terbuka. Hampir tak ada lahan kosong di seantero kota ini yang tidak ditempati PKL. Di kota ini, PKL dibagi adalah dua jenis: legal dan ilegal atau sah dan liar. PKL yang dianggap sah, adalah PKL yang menempati lahan yang mendapat persetujuan dari yang berwenang. Pengertian yang berwenang ini macam-macam, mulai dari perorangan sebagai pemilik lahan, sampai tingkat pengurus RT, RW, aparat kelurahan, kecamatan sampai tingkat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Para PKL yang dianggap sah atau legal itu, disebut sebagai PKL binaan, sedangkan yang tidak termasuk katagori ini adalah PKL ilegal atau liar. Sebagai contoh keberadaan PKL liar dan kerap kali mengganggu aktifitas di sekitarnya adalah Jalan Pahlawan Surabaya. Mereka ada hampir di seluruh jalur jalan dan tempat-tempat terbuka. Dan secara tidak langsung para PKL ini melanggar regulasi mengenai penggunaan jalan.

Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar

Kondisi Faktual Pencemaran Lingkungan PKL menempati badan jalan dan melebar sehingga sering menyebabkan kemacetan dan merusak estetika kota.

Pelanggaran

Penjelasan

Perda no 10 thun 2000, Menggunakan bahu jalan, median jalan, jalur pemisah jalan, trotoar dan bangunan perlengkapan lainnya yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Pelanggaran yang dilakukan adalah para PKL menggelar dagangan dan stand-standnya di jalan sehingga merubah fungsi jalan.

2.1.5 Penertiban Bangunan di Bantaran Sungai Bantaran dan sempadan sungai sering kali menjadi tempat bermukim dan beraktivitas warga baik dalam perdagangan atau sebagai tempat bermukim. Bangunan bangunan tersebut dapat berupa bangunan permanen atau semi permanen. Salah satu sungai di Surabaya yang bantarannya telah berubah menjadi permukiman adalah bantaran Sungai Tebu. Terdapat 120 bangunan permanen dan semi permanen yang berdiri di bantaran sungai sepanjang 1,5 km tersebut, salah satunya adalah bangunan musholla permanen.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA Pada tanggal 5 Februari Surabaya. Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Regulasi yang Berlaku 2009 bangunan-bangunan tersebut dibongkar oleh Pemkot

Gambar

Kondisi Faktual di bantaran Sungai Tebu bangunan.berdiri di bantaran sungai yang seharusnya steril dari bangunanbangunan.

Pelanggaran

Penjelasan

Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 380/KPTS/M/2004, mengenai rekomendasi klarifikasi perda tentang batas garis sempadan menjadi minimal 11 meter.

Meskipun sudah jelas bahwa mendirikan bangunan di bantaran sungai itu illegal, akan tetapi bangunanbangunan tersebut telah dibiarkan berdiri lama sehingga warga yang tinggal disana merasa aman dan pada akhirnya banyak warga yang berani membangun bangunan-bangunan permanen.

2.1.6 Pembongkaran Cagar Budaya Bangunan Cagar Budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisasisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sedangkan, Lingkungan Cagar Budaya adalah kawasan di sekitar atau di sekeliling bangunan cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar budaya dan/atau kawasan tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan Berdasarkan SK 188.45/004/402/1.04/1998, Stasiun Semut di Kota Surabaya merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Surabaya. Akan tetapi, pada tahun 2002, stasiun tersebut dibeli oleh pihak swasta (PT. Senopati Perkasa) untuk dibongkar dan dijadikan mall. Akan tetapi, proyek tersebut terhenti karena belum diturunkannya izin oleh Dinas Tata Kota dan Permukiman Surabaya. Sehingga, sampai kini status kepemilikan Stasiun Semut masih belum jelas adanya.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA

Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya


Gambar Kondisi Faktual di Stasiun Semut Kondisi stasiun semut tidak terawat dan sudah separuh dibongkar Pelanggaran Pembongkaran stasiun semut menjadi mall ini belum mendapat izin dari Dinas Tata Kota dan Permukiman dan melanggar perda Kota Surabaya no 5 tahun 2005 mengenai pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. Akan tetapi, karena pembongkaran telah dilakukan sejak tahun 2002, maka perda tersebut saat itu belum berlaku. Penjelasan akibat ketidakjelasan status kepemilikan lahannya, hingga kini stasiun semut menjadi terlantar.

2.1.7 Permasalahan SPBU Dengan semakin banyaknya masyarakat Surabaya yang mengendarai kendaraan pribadi, kebutuhan akan bahan bakar fosil akan terus meningkat. Sehingga,SPBU-SPBU terus menjamur di Kota Surabaya. Terdapat syarat-syarat pembangunan sebuah SPBU, sebelum akhirnya mendapatkan IMB. Salah satu syarat yang penting adalah mengadakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di SPBU. Dalam rangka memastikan tidak ada SPBU yang melanggar ketentuan, Dinas Cipta Karya melakukan evaluasi SPBU. SPBU yang dinilai bermasalah salah satunya adalah SPBU di Jalan Ngagel No. 185. SPBU Ngagel dianggap melanggar IMB karena tidak menyediakan ruang terbuka hijau.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA

Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Regulasi yang Berlaku

Kondisi Faktual SPBU


SPBU Ngagel tidak memiliki RTH dengan jumlah yang sesuai dengan IMB nya.

Pelanggaran
SPBU Ngagel melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Dinas Cipta Karya ditilik dari pelanggaran IMB nya.

Penjelasan

2.1.8 Masalah Perparkiran Retribusi parkir merupakan salah satu pendapatan Pemerintah Kota Surabaya yang potensial, mengingat aktivitas kota yang dinamis dan banyaknya pengguna kendaraan pribadi di Kota Surabaya, dengan begitu seharusnya penghasilan dari perparkiran tidaklah sedikit. Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya. retribusi parkir di Kota Surabaya tidak mampu mencapai target yang diinginkan. Pada tahun 2008, retribusi parkir hanya mencapai 51,28 % dari target yang diharapkan. Padahal, tarif yang berlaku di Kota Surabaya, terutama di tempat hiburan seperti KBS dan Taman Bungkul, jauh melebihi standar yang ditetapkan oleh Pemkot. Misalnya, tarif parkir di Taman Bungkul dipungut Rp 1.000 hingga Rp 5.000 per motor. Padahal sesuai ketentuan tarifnya Rp 500. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya penegakan hukum parkir di Kota Surabaya, walaupun sebenarnya telah ada perda yang mengatur tentang hal tersebut.

10

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya Gambar Kondisi Faktual Retribusi Parkir
Tarif parkir bisa mencapai dua kali lipat harga yang ditetapkan oleh Pemkot akan tetapi hasil yang dicapai malah kurang dari target pemasukan.

Pelanggaran
Terjadi pelanggaran Perda Kota Surabaya no. 9 tahun 2007 mengenai perubahan kedua atas perda no 19 tahun 2003 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga dan Perda no 1 tahun 2009 mengenai penyelenggaraan perparkiran dan retribusi parkir.

Penjelasan
Pemerintah Kota gagal mengawasi dan mengatur mengenai retribusi parkir, sehingga tidak ada lagi pemahalan karcis. Yang merugikan warga dan penyelewengan uang retribusi sehingga dana dari retribusi parkir akan berhasil mencapai target.

2.1.9 Masalah Izin Membuka Usaha Dalam membuka suatu usaha, diperlukan suatu surat izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota. Akan tetapi, hingga kini masih banyak usaha-usaha yang tak berizin. Tak terkecuali, usaha-usaha yang sudah punya nama. NAV, salah satu tempat hiburan karaoke terkemuka di Indonesia, juga termasuk diantaranya. Cabang NAV di Jalan Bangka, Surabaya diketahui telah membuka usahanya sebelum izinnya turun. Hal ini ditemukan oleh tim pengawasan RHU Surabaya. Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya
Gambar Kondisi Faktual RHU RHU NAV telah beroperasi sebelum mendapatkan surat izin usaha. Pelanggaran RHU NAV telah melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Disbudpar mengenai surat izin usaha. Sehingga, RHU NAV telah melanggar perda no 9 tahun 2006 tentang biaya pemungutan pajak daerah dengan tidak mengurus surat izin usaha sehingga tidak perlu membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Penjelasan NAV diancam ditutup apabila belum juga mengurus surat izin usaha di Disbudpar.

11

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA 2.1.10 Pembangunan BTS Meningkatnya kualitas dan kuantitas telekomunikasi di Indonesia berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan tower pemancar bagi tiap-tiap penyedia layanan

telekomunikasi. Akibat sempitnya lahan perkotaan, dan semakin banyaknya kebutuhan akan tower pemancar (BTS) tersebut, maka sejumlah penyedia layanan mulai membangun BTS di sembarang tempat dan mengoperasikannya tanpa memiliki izin stasiun radio (ISR). Di Kota Surabaya, provider telekomunikasi raksasa, Telkomsel, ditemukan telah mengoperasikan 2 BTS tanpa memiliki ISR. BTS tersebut terletak di Pusat Grosir Surabaya dan Surabaya Town Square .Sehingga, BTS tersebut disegel oleh Ditjen Postel. Penyegelan ini mengacu kepada surat Direktur Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Ditjen postel No. 838/O/DJPT.4/KOMINFO/6/2008 tertanggal 11 Juni 2008 perihal tindaklanjut hasil pendataan dan pengukuran.

Identifikasi Permasalahan Disesuaikan dengan Regulasi yang Berlaku


Gambar Kondisi Faktual BTS BTS di Pusat Grosir Surabaya dan BTS di Surabaya Town Square belum memiliki izin stasiun radio (ISR) Pelanggaran BTS ini melanggar peraturan Ditjen Postel dengan mengoperasikan BTS sebelum memiliki ISR yang diterbitkan oleh DItjen Postel Penjelasan

, BTS disegel oleh Ditjen Postel. Penyegelan ini mengacu kepada surat Direktur Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Ditjen postel No. 838/O/DJPT.4/KOMINFO/6/2008 tertanggal 11 Juni 2008 perihal tindaklanjut hasil pendataan dan pengukuran.

12

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI KOTA SURABAYA

BAB III Kesimpulan


Dari serangkaian pembahasan mengenai pelanggaran-pelanggaran hukum di Kota Surabaya tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Kurangnya konsistensi pemerintah dalam penegakan peraturan daerah. Melihat penyebab inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia, khususnya Kota Surabaya, maka prioritas perbaikan harus dilakukan pada aparat, baik polisi, jaksa, hakim, maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang

bersangkutan. 2. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi kepentingannya sendiri, selalu berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh subur di masyarakat Indonesia. Penegakan hukum yang konsisten harus terus diupayakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum di Indonesia. 3. Pengawasan pelaksanaan perda bersifat law inforcement, sehingga pengawasan yang lemah dan kurang tegas terhadap pelanggaran mengakibatkan pelaku pelanggaran berlaku seenaknya dan berusaha mencari celah dari setiap kelemahan perda. 4. Selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam penegakan hukum secara konsisten.

13

You might also like