Professional Documents
Culture Documents
DOMAIN
Domain
Name
System
(DNS)
Budi
Rahardjo
2011
.pengantar
Tulisan ini muncul sebagai jawaban atas banyaknya pertanyaan seputar nama domain. Ada banyak permasalahan di sana dan banyak orang yang berkomentar tanpa memahami latar belakangnya. Semula saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut satu persatu. Lama kelamaan ternyata cukup membosankan karena pertanyaan yang sama muncul kembali. Tentu saja pertanyaan yang lama muncul kembali karena adanya orang baru di internet. Agar saya tidak perlu menjawab secara berulang-ulang, maka saya buatkan tulisan ini. Semoga bermanfaat. Bandung, November 2011 Budi Rahardjo budi@id?
Daftar
Isi
PROLOG
SEJARAH
INTERNET
LATAR
BELAKANG
NAMA
DOMAIN
BEBERAPA
BAHASAN
NAMA
YANG
BAGUS
LEBIH
BANYAK
ORANG
MENGGUNAKAN
.COM
EPILOG
3
3
3
7
7
8
9
Prolog
Sebelum membahas mengenai nama domain (Domain Name System, DNS), ada baiknya kita pelajari sejarahnya agar mengerti mengapa terjadi dan dibutuhkan DNS.
Sejarah Internet
Internet merupakan gabungan dari berbagai jaringan, yang mana di dalamnya terdiri dari komputer-komputer. Internet tidak memiliki titik pusat atau organisasi yang terpusat. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri dan berkordinasi. Awal mulanya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Department of Defence) mengembangkan jaringan komputer yang disebut ARPANET. Jaringan ini kemudian membesar dan mencakup berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Pada masa itu internet tidak boleh digunakan untuk keperluan bisnis. Jangankan bisnis, orang biasa yang tidak terkait dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian tidak boleh mengakses internet tidak mendapatkan akses internet.
Identitas
komputer
di
jaringan
internet
dilakukan
dengan
menggunakan
angka,
yaitu
dengan
nomor
IP.
Contoh
nomor
IP
adalah
167.205.24.34.
Penggunaan
angka
atau
nomor
ini
sesuai
dengan
kemampuan
komputer,
yaitu
semuanya
dijadikan
bit
(bilangan
biner).
Singkatnya,
komputer
hanya
dapat
bekerja
berdasarkan
angka
saja.
Celakanya,
kemampuan
manusia
untuk
menghafal
angka
sangat
terbatas.
Manusia
lebih
mudah
menghafal
nama.
Apakah
Anda
ingat
nomor
IP
dari
www.itb.ac.id?
Tentu
saja
tidak
dan
memang
untuk
apa
kita
mengingat-ingat
nomor
IP-nya1?
Agar
komputer
dapat
bekerja
(dengan
menggunakan
nomor)
dan
kita
tidak
salah
menuju
server
(dengan
menggunakan
nama)
maka
diperlukan
sebuah
sistem
untuk
melakukan
konversi.
Pada
mulanya
konversi
ini
dilakukan
dengan
cara
yang
sederhana,
yaitu
menggunakan
tabel.
Pada
masa
itu
komputer
yang
banyak
terhubung
ke
internet
menggunakan
sistem
operasi
UNIX
(atau
variasinya).
Pada
sistem
UNIX,
ada
berkas
/etc/hosts
yang
merupakan
tabel
konversi
tersebut.
Berikut
ini
adalah
contoh
isi
berkas
/etc/hosts.
167.205.24.33 167.205.24.34 167.205.24.35 router paume www.paume.itb.ac.id br-desk
Bagian sebelah kiri merupakan nomor IP dan sebelah kanan merupakan nama yang diasosiasikan dengan nomor IP tersebut. Jika kita menyebut router maka komputer akan mengambil nomor IP-nya dan kemudian menggunakan nomor tersebut dalam operasinya. Sebagai contoh, jika kita membuka web browser dan mencoba mengakses http://www.paume.itb.ac.id, maka yang terjadi adalah komputer akan menterjemahkannya menjadi http://167.205.24.34 dan setelah 1 Alamat IP www.itb.ac.id pada saat tulisan ini dibuat adalah 167.205.1.46. Nama Domain BR v. 0.1.1 November 2011 3
memperolah
nomor
tersebut
baru
komputer
dapat
bekerja
(menghubungi
nomor
IP
tersebut).
Isi
berkas
/etc/hosts
bisa
kompleks
dengan
banyak
isi.
Contoh
di
atas
hanya
merupakan
berkas
yang
sangat
sederhana.
(Memang
sesungguhnya
pendekatan
ini
hanya
dapat
digunakan
untuk
sistem
yang
sederhana.)
Metoda
tabel
ini
mulanya
dapat
berfungsi
dengan
baik.
Pengelolalan
tabel
dilakukan
oleh
Jon
Postel
dan
kawan-kawan.
Administrator
di
berbagai
tempat
dapat
mengambil
(download)
tabel
tersebut
dan
mamasang
di
sistem
lokal
sehingga
nama-nama
di
tempat
lain
dapat
dikenali.
Namun
dalam
perjalanannya
jumlah
komputer
yang
terhubung
dengan
internet
menjadi
semakin
banyak
sehingga
tabel
menjadi
semakin
banyak
dan
semakin
besar.
Selain
itu
terjadi
perebutan
nama-nama
yang
cukup
populer,
seperti
server,
router,
mail,
nama
tokoh-tokoh,
kartun,
dan
seterusnya.
Harus
ditemukan
sebuah
sistem
yang
lebih
baik.
Mari
kita
lihat
tetangga
kita,
yaitu
sistem
pos.
Katakanlah
ada
seseorang
di
Palo
Alto,
California,
Amerika
Serikat
ingin
mengirim
surat
ke
kantor
saya
dengan
alamat
berikut:
Budi Rahardjo Lab. Desain Pusat Mikroelektronika Gedung PAU, lantai 4 Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Indonesia
Sang pengirim akan pergi ke kantor pos dan memberikan surat tersebut kepada petugas di sana. Petugas tentunya tidak tahu struktur jalan di kota Bandung. Dia bahkan tidak tahu nama-nama seluruh kota di Indonesia. Yang dia lakukan adalah membaca alamat dari belakang! Dia akan melihat bahwa surat akan dikirimkan ke Indonesia. Seluruh surat yang menuju Indonesia diarahkan ke satu pusat 2. Katakanlah pusatnya di San Francisco. Maka surat saya akan menuju San Francisco beserta surat-surat lainnya yang menuju ke Indonesia. Surat-surat ini akan sampai di kota Jakarta sebagai pusat surat yang masuk ke Indonesia. Sesampainya di Jakarta, surat dibaca dan tujuannya adalah Bandung 40132. Maka oleh kantor pos Jakarta surat akan diteruskan ke kantor pos Bandung. Sesampainya di kantor pos Bandung, kodepos dibaca. Kode pos 40132 adalah kode Bandung di Utara. Maka surat itu akan disisihkan ke sana. Setelah itu diketahui bahwa surat ditujukan ke jalan Ganesha 10, yang mana ini alamat ITB. Maka surat sampai ke kantor pos ITB. Surat ini kemudian diteruskan ke gedung 2 Saya tidak tahu pusat kantor pos di Amerika Serikat. Jika ada surat yang menuju Indonesia, surat tersebut dikumpulkan di mana? Jika Anda mengetahui hal ini, mohon saya diberi tahu agar bisa saya perbaiki pada versi selanjutnya. Untuk versi ini saya sebut saja San Francisco. Nama Domain BR v. 0.1.1 November 2011 4
PAU
dan
lantai
4.
Di
sana
surat
akan
diteruskan
ke
Pusat
Mikroelektronika
dan
Lab
Desain.
Oleh
staf
Lab
Desain,
surat
akan
disimpan
di
meja
saya.
Demikianlah.
Perjalanannya
panjang
bukan?
Proses
seperti
di
atas
memiliki
keuntungan
bahwa
orang-orang
di
tempat
lain
tidak
perlu
tahu
nama
jalan
di
kota
lain.
Semuanya
desentralisasi.
Kalau
ada
jalan
baru,
maka
jalan
baru
ini
langsung
dikenal
di
seluruh
dunia
dalam
artian
surat
akan
sampai.
Hal
yang
serupa
juga
dengan
DNS.
Struktur
yang
hirarki
seperti
ini
memudahkan
pengelolaan
(ada
distribusi
tugas)
dan
juga
bisa
digunakan
untuk
skala
besar.
Bayangkan
jika
saya
hanya
menuliskan
alamat:
Budi Rahardjo Indonesia
surat
belum
tentu
sampai
ke
Budi
Rahardjo
yang
benar.
Di
Indonesia
(dan
di
dunia
ini)
ada
banyak
Budi
Rahardjo.
Mosok
hanya
satu
orang
yang
berhak
menggunakan
alamat
tersebut?
Hal
yang
sama
juga
mengapa
pengelolaan
domain
(DNS)
terstruktur.
Itulah
juga
sebabnya
penggunaan
satu
level,
BudiRahardjo.ID
merupakan
hal
yang
buruk.
Budi
Rahardjo
yang
mana
yang
berhak
menggunakan
alamat
itu?
Maka
akhirnya
muncullah
sistem
nama
domain
yang
terdistribusi
dengan
dikembangkan
software
BIND.
Pada
prinsipnya
pengelolaan
nama
domain
mirip
dengan
pengelolaan
nama
jalan
seperti
yang
dijelaskan
di
atas.
Untuk
setiap
domain
ada
orang
yang
bertanggung
jawab
dan
ada
server
yang
bertanggungjawab
terhadap
nama
domain
di
lingkungannya.
Server
tersebut
disebut
name
server
atau
disingkat
menjadi
NS.
Jadi
untuk
database
yang
terkait
dengan
domain
.ID,
misalnya
ada
NS
yang
terkait.
Untuk
meningkatkan
keandalan,
biasanya
ada
beberapa
NS.
Informasi
mengenai
NS
ini
bisa
diperoleh
dengan
menggunakan
beberapa
tools,
seperti
nslookup,
host,
dan
masih
banyak
lainnya.
Berikut
ini
contohnya.
budi$ host -t id name server id name server id name server id name server id name server id name server id name server ns id ns.pandi.or.id. ns1.id. ns1.rad.net.id. ns1.indo.net.id. ns2.cbn.net.id. sec3.apnic.net. ns.net.id.
Contoh di atas menunjukkan bahwa ada tujuh (7) buah NS yang menangani domain .ID. Pada tingkat paling atas ada name server yang disebut root name server. Root name server ini memiliki database dari name server untuk domain-domain di bawahnya. Hanya itu saja. Agak membingungkan? Mari kita ambil sebuah contoh.
Ambil
contoh
Anda
ingin
mengakses
situs
www.itb.ac.id.
Setelah
Anda
mengetikkan
alamat
tersebut,
maka
komputer
akan
mencoba
mencari
nomor
IP- nya.
(Ingat
bahwa
komputer
hanya
bisa
bekerja
dengan
menggunakan
angka.)
Langkah
yang
pertama
adalah
dia
mengakses
root
name
server
untuk
mencari
NS
dari
.id.
(Ini
sudah
dicontohkan
di
atas.)
Jawabannya
ada
banyak,
salah
satunya
adalah
ns1.id.
Langkah
berikutnya
adalah
bertanya
kepada
ns1.id
siapakah
NS
dari
domain
ac.id.
Setelah
itu
kita
tanya
siapa
NS
untuk
itb.ac.id
dan
terakhir
adalah
berapa
nomor
IP
dari
www.itb.ac.id.
budi$ ac.id ac.id ac.id ac.id ac.id ac.id ac.id ac.id ac.id host name name name name name name name name name -t ns ac.id server ns1.id. server ns1.rad.net.id. server ns1.iptek.net.id. server ns2.cbn.net.id. server bali.pandi.or.id. server jogja.pandi.or.id. server surabaya.pandi.or.id. server ns.net.id. server ns.pandi.or.id.
budi$ host -t ns itb.ac.id itb.ac.id name server ns1.ai3.net. itb.ac.id name server ns3.itb.ac.id. itb.ac.id name server ns1.itb.ac.id. itb.ac.id name server ns2.itb.ac.id. itb.ac.id name server sns-pb.isc.org. budi$ host www.itb.ac.id www.itb.ac.id has address 167.205.1.34
Setelah mendapatkan nomor IP, 167.205.1.34, maka browser kita akan mengakses server dengan nomor IP tersebut. Perhatikan bahwa NS untuk masing-masing domain (sub-domain) berbeda-beda. Hal lain yang penting adalah pengelola NS itb.ac.id dapat mengubah entri www.itb.ac.id dengan nomor IP yang baru sekiranya ada perubahan. Mereka tidak perlu memberitahu pengelola domain lain adanya perubahaan ini. Setelah perubahan terjadi maka pengunjung akan mengakses server yang baru. Semuanya berjalan secara lancar karena terdistribusi.
Ketika saya mengelola domain, pengelolaan domain .ID menggunakan struktur level kedua. Ada domain tingkat kedua, yaitu: ac.id co.id mil.id net.id or.id sch.id web.id
Masing-masing sub domain tersebut memiliki domain admin yang bertanggungjawab terhadap ketertiban domain yang dia kelola. Sebagai contoh, apabila ada yang ingin mendaftarkan sebuah nama di bawah ac.id, maka domain admin memastikan bahwa pendaftar memang berhak mendaftarkan dan menggunakan nama domain tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari penipuan, penggunaan domain yang tidak semestinya yang sering menyertai penipuan pishing (personal information fishing). Penerapan struktur ini juga membuat sistem dapat menaungi nama yang sama tetapi digunakan di dunia yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat mendaftarkan nama abcd di co.id, sementara sebuah perguruan tinggi ABCD dapat mendaftarkan abcd di ac.id. Saya tidak tahu apakah pengelola operasional yang sekarang menerapkan hal yang sama.
Beberapa
Bahasan
Ada
beberapa
bahasan
yang
kemudian
muncul
dan
terkait
dengan
nama
domain.
Berikut
ini
adalah
beberapa
topik
tersebut
dan
opini
saya.
Secara teknis, tidak ada bedanya budi.com dengan budi.or.id. Yang penting adalah domain tersebut terpetakan kepada nomor IP yang benar sehingga orang dapat mengakses situs saya atau dapat mengirim email ke saya. Hanya saja mungkin domain .com terlihat lebih bagus. Lebih keren! Ini mungkin mirip dengan alamat dunia nyata. Jalan Sudirman atau 42nd street atau Wall Street terlihat lebih keren daripada Gang Ceria Bergembira. Surat akan tetap sampai meskipun alamat kita menggunakan gang. Hanya saja memang tidak keren. Ini masalah persepsi atau bisnis, bukan masalah teknis. Untuk itu jangan diskusi dibawa ke aspek teknis atau bahkan ke arah governance. Jangan biarkan penataan yang baik dihancurkan oleh bisnis. Tatalah nama jalan dengan baik. Tatalah nama domain dengan baik.
Faktanya orang lebih suka menggunakan nama domain .com. Fakta ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi di seluruh dunia. Di Amerika sendiri domain .US juga jarang digunakan. Apakah ini salah? Menurut saya tidak. Apakah dengan menariknya kata street atau ave. maka kita harus mengganti nama jalan atau gang dengan kata yang lebih keren? Menurut saya tidak. Orang akan tetap lebih banyak menggunakan domain .com. Ini akan tetap terjadi. Biarkanlah. Jangan sampai kemudian kita melacurkan dan menghancurkan penataan domain .ID demi untuk menarik perhatian. Perhatikan kembali bahwa nama domain sama dengan nama jalan. Apakah dengan bertambahnya nama jalan otomatis bertambahnya bisnis dan kesejahteraan rakyat? Belum tentu. Demikian pula apakah dengan bertambahnya pengguna .ID akan menambah kesejahteraan rakyat Indonesia? Menurut saya belum tentu. Yang pasti, penataan domain yang tertib akan memudahkan pengelolan dan pencarian. Orang akan lebih jarang kesasar.
Penghasil
Devisa
Banyak
orang
yang
menyarankan
agar
domain
.ID
dibuka
sebebas-bebasnya.
Ini
untuk
menghasilkan
devisa.
Itu
alasannya.
Menurut
saya
hal
ini
terlalu
diperbesarkan.
Memangnya
seberapa
banyak
devisa
yang
diperoleh?
Triliyunan
rupiah?
Lantas
pemanfaatan
dana
ini
untuk
apa?
(Jika
domain
dikelola
oleh
pemerintah,
maka
urusan
menjadi
lebih
susah
lagi
karena
dana
akan
masuk
menjadi
penerimaan
pemerintah
yang
entah
kapan
kembalinya
ke
rakyat.)
Ada lagi usulan agar domain .ID (berserta struktur di bawahnya) dipasarkan di luar negeri. Tujuannya adalah agar semakin banyak orang menggunakan domain .ID (dan mungkin terkait dengan pendapatan devisa di atas). Apakah kita memang rela menjual diri demi dolar, kita hancurkan tatanan domain yang teratur? Bolehkah seseorang di luar negeri membeli nama BNI.ID? Kalau dia mau bayar mahal boleh? Kalau syaratnya seperti co.id saat ini, lantas mengapa perlu co.id. Kalau begitu semua struktur dihilangkan saja Bagaimana jika ada orang asing yang membeli nama kota kita (kemudian kita diminta untuk mengganti nama karena kota tersebut telah dibeli oleh orang asing tersebut)? Apakah kita rela menjual nama kota kita? Jika kita analogikan ini dengan dunia nyata, apakah baik jika kita mengundang banyak orang/perusahaan asing untuk menggunakan alamat (nama jalan) di Indonesia? Apa untungnya bagi kita dengan bertambahnya penggunaan nama jalan tersebut? Ini sebetulnya bermuara kepada ukuran (KPI, key performance index) bahwa semakin banyak domain .ID semakin baik. Padahal menurut saya ini bukan ukuran yang baik. Nama Domain BR v. 0.1.1 November 2011 8
Epilog
Nama domain hanyalah nama jalan di internet. Tidak lebih. Tujuan pengelolaan nama domain yang baik adalah agar pengguna tidak tersesat. Surat sampai pada tujuan yang tepat. Tulisan ini berusaha memberikan pencerahan mengenai hal-hal yang terkait dengan nama domain. Semoga tulisan ini dapat membantu berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Tulisan ini akan saya perbaiki secara berkala. Untuk sementara ini saya rilis ke publik agar dapat memberikan pencerahan secepat mungkin.