You are on page 1of 23

Carsinoma Colon

Pembimbing: Dr. Myra, Sp.B

Disusun oleh : Gina Fadhilah 030.06.103

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD BEKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2011

PENDAHULUAN

Embriologi dan anatomi Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utamanya adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri". Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai dengan rectum berasal dari usus belakang. Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan usus yang cepat dan mesenteriumnya, sehingga terbentuk gelung usus primer. Bagian kranial saluran usus ini akan menjadi duodenum, jejunum, ileum. Sedang pada bagian kaudal akan menjadi bagian bawah ileum, sekum, apendiks, kolon asendens dan 2 / 3 bagian proksimal dari kolon transversum. Serentak dengan pertumbuhan panjangnya , gelung usus primer mengalami rotasi yang mengelilingi poros yang dibentuk oleh arteri mesenterika superior. Perputaran yang terjadi jika telah selesai adalah 270o. Pada mudigah berumur 6 minggu timbul tunas sekum sebagai pelebaran kecil berbentuk kerucut dari bagian kaudal gelung usus primer dan saat ini untuk sementara menempati kuadran kanan atas setelah rotasi tersebut. Dari sini, usus bergerak turun menuju ke dalam fossa iliaka kanan sehingga kolon asendens menjadi terletak pada kuadran kanan atas. Seiring perkembangan tersebut ujung distal dari tunas sekum membentuk sebuah divertikulum yang sempit, yakni apendiks primitif pada minggu ke 8. Karena apendiks berkembang saat penurunan kolon, dapat dimengerti bahwa kedudukan akhirnya kerap kali di belakang sekum atau kolon.

Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut tenia., yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus, yang disebut haustra. Kolon transversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesentrium. Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesentrium yang bebas. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya yang sempit. Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak di bawah ketinggian, promontorium, kira-kira 15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia di daerah sekum menunjukkan pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena perlengketan. Vaskularisasi kolon

Suplai darah kolon terutama melalui a.mesenterika superior dan inferior. Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum didarahi oleh cabang a.mesenterika superior, yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra, dan a. Kolika media. 3

Kolon transversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum didarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid, dan a.hemoroidalis superior. Masing-masing mempunyai anastomosis dengan arteri yang berdekatan, yang membentuk pembuluh darah kontinyu di sekeliling keseluruhan kolon (arteri marginalis Drummond). Yang terakhir ini terletak sekitar 1 cm dari tepi kolon, yang terdekat sepanjang kolon descendens dan sigmoid. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan melalui v.mesenterika superior untuk kolon asendens dan kolon transversum, dan melalui v.mesenterika inferior untuk kolon desendens, sigmoid, dan rectum. Keduanya bermuara ke dalam v.porta, tetapi v.mesenterika inferior melalui v.lienalis. Aliran vena dari kanalis analis menuju ke v.kava inferior. Oleh karena itu, anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan anus dapat ditemukan di paru, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati. Pada batas rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui peredaran hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem arteri dan vena iliaka. Aliran limf kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan kolon. Sumber aliran limf terdapat pada muskularis mukosa. Jadi, selama suatu keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa, kemungkinan besar belum ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan di kelenjar regional mesenterium dan retroperitoneal pada a.kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di kelenjar regional di regio inguinalis. Persarafan kolon Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari n.vagus. Karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang berbeda, nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi pada kolon bagian kanan yang berasal dari usus tengah terasa mula-mula pada epigastrium atau di atas pusat. Nyeri pada apendisitis akut mula-mula terasa pada epigastrium, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dari lesi pada kolon desendens atau sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula di hipogastrium.

Fisiologi Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus, serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan CO2 di dalamnya diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila terdapat obstruksi usus, gas tertimbun di saluran cerna dan menimbulkan flatulensi. Histologi Secara makroskopis usus kolon besar dapat dibagi kolon menjadi enam bagian, desenden, sigmoid,

yaitu sekum, kolon asenden,

transversus,

dan rektum. Keenam bagian ini sulit dibedakan secara histologis. Karakteristik utama pada sekum, kolon, dan rektum yaitu tidak membentuk vili seperti usus halus, memiliki kelenjar yang panjang dan berbentuk tubuli sederhana, tidak memiliki sel granuler asidofilik (sel Panneth), dan memiliki jumlah nodul limfatik yang banyak. Gambaran histologis usus besar secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus. Lamina propria usus besar terdiri atas jaringan ikat retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus, tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar. Tunika mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah luar tunika mukosa terdapat tunika muskularis eksterna dan tunika serosa. Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat subserosa.

TINJAUAN PUSTAKA Carsinoma Colon

Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi.

Definisi
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal atau neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon.

Kanker kolon atau usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rectum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

Etiologi
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas. Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya. Terdapat empat etiologi utama kanker, yaitu : 1. Diet : Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. 2. Kelainan kolon : - Adenoma di kolon : Degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma. - Familial poliposis : Polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma. - Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon. 3. Genetik :

Anak yang berasal dari orangtua yang orangtuanya sehat.

menderita karsinoma kolon yang

mempunyai frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak

Gejala
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis). Gejala lokalnya adalah :

Perubahan kebiasaan buang air


o

Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare) Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar Feses bercampur lendir Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita 8

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis keganasan) Hilangnya nafsu makan Anemia, pasien tampak pucat Sering merasa lelah Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

Gejala penyebarannya adalah :

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :


o o

Penderita tampak kuning Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

I. Kanker kolon kanan Isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang kadang pada epigastrium.

10

II. Kanker kolon kiri dan rectum Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

Patofisiologi kanker kolon

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.

11

Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : - Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. - Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. - Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. - Penyebaran secara transperitoneal - Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain.

12

Patways Carsinoma Colon pertumbuhan sel yang tidak ganas/adenoma

Stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Tumbuh / berkembangnya sel tumor Tumor bersifat jinak Tumor bersifat ganas

Tumbuh lambat

Tumbuh cepat / membelah diri

Tumbuh secara serempak, membentuk simpai (jaringan pembungkus), berbatas tegas

Pertumbuhan tidak teratur, tidak berbatas tegas

Memisahkan sel tumor dengan jaringan sehat (tidak menginvasi/bermetastasis)

Meng-invasi jaringan biologis lainnya dan atau bermetastasis Merusak DNA

Tidak merusak DNA mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya. kerusakan alat tubuh dan penurunan fungsi tubuh

Tidak bermutasi ke gen vital

Dapat dikeluarkan dengan cara operasi

13

Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon


Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM, maupun klasifikasi Dukes. Adapun garis besar klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

14

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut : A B1 B2 : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis. : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa. : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah. C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah. D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

15

Faktor Resiko
Siapa saja yang bisa terkena kanker kolon ini? Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon : 1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang terkena kanker kolon ini. 2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian hari. 3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal. 4. Faktor keturunan : 1. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.

16

2. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) Polip adenomatosa familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati. 3. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer) penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga, atau sindroma Lynch 5. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati. 6. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok. 7. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal. 8. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal. 9. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolorektal.

Pemeriksaan Carsinoma Colon


Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila Anda termasuk seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan screening. Pemeriksaan itu adalah :

Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter memeriksa keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum menyebar hingga rektum.

Pemeriksaan darah dalam tinja. Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan dalam kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi ini dapat sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.

Pemeriksaan barium enema dengan double contrast. Virtual Colonoscopy. 17

CAT Scan. Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).

Pemeriksaan DNA Tinja.

Pemeriksaan Penunjang Endoskopi Pemeriksaan endoskopi kolonoskopi. perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun

1.

Radiologis

18

Pemeriksan radiologis

yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada

dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.

2.

Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk

melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

3.

Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis

karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.

19

4.

Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami

perdarahan.

Pengobatan Carsinoma Colon


Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh lebih sulit. 20

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki peringkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).

Pembedahan Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan Open-and-close. Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut TME (Total Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi, sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien memiliki keadaan yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama. Bedah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat ulah tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter mungkin memilih teknik bedah bypass atau fecal diversion (pengalihan tinja) melalui lubang. Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah open-and-close, di mana dokter membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak tersedia laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker jauh sebelum diperlukan operasi.

21

Terapi Non Bedah Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya metastasis (penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau memperlambat pertumbuhannya. Radioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek samping dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih sering pada kanker rektal saja. Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah vaksin bermerek TroVax yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam kanker. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi lainnya adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya (penyebaran tumornya). Selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya adalah Terapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit, dokter, suami/istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting bagi penderitanya.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. R, Sjamsuhidajat.Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003. Hal 182-192 2. Sabiston, David C.Sabiston Buku Ajar Bedah Bagian 1.Penerbit Buku Kedokteran EGC.1995.hal 490-511 3. Daldiyono, dan Ari FS.Keganasan Kolon dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.2006;hal 303-304 4. Faiz, omar dan David moffat. Abdomen dalam At a Glance Anatomi.Jakarta:Penerbit Erlangga.2004;hal 24-29 5. GI physical examination objective. Available at

http://faculty.washington.edu/alexbert/MEDEX/Fall/GI_PE_Obj.htm accessed 16 juli 2010 6. Mann C.V. Bailey & Loves Short Practice of Surgery. 21st ed1.http://www.bedahugm.net/Bedah-Digesti/Ca colon/Epidemiologi.html 7. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta. 8. http://www.medicinenet.com/ ca colon/ 9. Anonim, . Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. Bratajaya Fakultas Kedokteran UNAIR. Surabaya. 10. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent edition. Mc-Graw Hill a Division of The McGraw-Hill Companies. Enigma an Enigma Electronic Publication.

23

You might also like