You are on page 1of 4

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN PENGARUH HORMON PADA PERTUMBUHAN TANAMAN

Disusun oleh : RIFKI CAHYO OKTA F. 083112620150010

LABORATORIUM BOTANI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2010

PENGARUH HORMON PADA PERUMBUHAN TANAMAN I. PENDAHULUAN Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawasenya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawasenyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). Diantara semua hormon diatas, hormon yang paling berperan dalam pertumbuhan tanaman adalah auksin. Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman ke arah cahaya. IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidasi IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Dalam hal ini apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidasi menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di dalam daerah meristematic yang kadar auxinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasinya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auxinnya rendah, ternyata aktivitas IAA oksidasinya tinggi.Proses lain yang menyebabkan inaktifnya IAA ialah karena adanya degradasi oleh photo oksidasi atau aktivitas suatu enzym. Tujuan Melihat pengaruh auksin terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang. II. Alat: 1. Cawan Petri 2. Gelas piala 3. Penggaris 4. Loupe 5. Pisau silet METODOLOGI

Bahan: 1. Kecambah Phaseolus vulgaris dan Vigna sinensis yang ditumbuhkan ditempat gelap dan berumur 5 hari 2. Akuades 3. Larutan IAA 1000 ppm Cara kerja: 1. Dibuat potongan hipokotil sepanjang 5 mm dimulai dari 2 mm dibawah kotiledon dari kecambah yang sudah disediakan. 2. Diukur panjang potongan dengan menggunakan penggaris milimeter dengan loupe. 3. Direndam potongan-potongan hipokotil tersebut di dalam larutan IAA pada kadar 0,1; 1,0; 10 dan 100 ppm selama 48 jam. 4. Dibuat potongan yang direndam dalam air untuk dijadikan kontrol. 5. Setelah 48 jam, potongan yang direndam diambil dan diukur panjangnya. 6. Pada potongan akar dilakukan dengan cara yang sama. 7. Dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi IAA dan pemanjangan jaringan batang. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel I. Data pemberian IAA pada organ batang tanaman Phaseolus vulgaris. Konsentrasi (ppm) Kontrol 0,5 cm 0,5 cm 0,1 0,5 cm 0,56 cm 1,0 0,5 cm 0,53 cm 10 0,5 cm 0,67 cm 100 0,5 cm 0,5 cm

Jam 0 jam 48 jam

Tabel II. Data pemberian IAA pada organ akar tanaman Phaseolus vulgaris. Konsentrasi (ppm) Kontrol 0,5 cm 0,5 cm 0,1 0,5 cm 0,53 cm 1,0 0,5 cm 0,56 cm 10 0,5 cm 0,5 cm 100 0,5 cm 0,5 cm

Jam 0 jam 48 jam Pembahasan :

Pada hasil percobaan di atas dilakukan dua perlakuan pemberian hormon IAA pada organ batang dan akar, yang diberikan konsentrasi 0, 1 ppm ; 1 ppm ; 10 ppm ; dan 100 ppm. Panjang

awal hipokotil adalah 0,5 cm. Setelah didiamkan selama 48 jam, didapatkan hasil bahwa konsentrasi yang menunjukan pertumbuhan maksimal yaitu pada konsentrasi 10 ppm. Hal ini berarti konsentrasi auksin tersebut adalah kondisi optimal pada hipokotil untuk melakukan aktivitas perpanjangan batang, dan pada organ akar, konsentrasi yang optimum dalam pemanjangan akar adalah 1,0 ppm, meskipun kebutuhan IAA pada akar memang lebih sedikit dari pada batang,tapi kedua konsentrasi tersebut masih memiliki kelemahan,karena seperti yang sudah diketahui bahwa kondisi optimum tanaman untuk tumbuh dengan respon IAA adalah 1 ppm. tetapi perlu diperhatikan pula bahwa tidak semua tanaman mempunyai kemampuan yang sama dalam memproduksi auksin dan konsentrasi yang dibutuhkan dalam mencapai kadar optimal pertumbuhan juga berbeda-beda. Panjang kontrol yang awalnya 0,5 cm, tidak berubah. Karena kontrol tidak mengalami pertambahan panjang hipokotil karena hanya di rendam di dalam air.dan menunjukkan bahwa tanaman memang mengalami perpanjangan karena adanya rangsangan pertumbuhan dari IAA. IV. KESIMPULAN 1. membantu pertumbuhan tanaman. 2. Phaseolus vulgaris. 3. ppm untuk akar. Pada hasil praktikum, Konsentrasi auksin 10 ppm untuk hipokotil, dan 1,0 yang menimbulkan pertumbuhan secara maksimal yaitu Dalam konsentrasi yang besar Auksin pada tanaman membantu pemanjangan hipokotil,tetapi menghambat perpanjangan akar Auksin merupakan hormon yang dapat

V. DAFTAR PUSTAKA Andreas, 2005, Peranan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan, Heddy, S. Hormon tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996 Matondang, I., K. Dwiyono, Yarni, dan Yenisbar. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Laboratorium Botani Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta. 2009

You might also like