You are on page 1of 4

1

Yusuf Supendi Menggugat Elit PKS (Jakarta: Mushaf, 2011)

KH. Yusuf Supendi adalah salah satu generasi asabiqul awalun alias generasi pertama gerakan Tarbiyah di Indonesia. Gerakan Tarbiyah yang diawali salah satunya oleh beliau ini kemudian berubah wujud jadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Beliau juga dikenal sebagai orang yang lurus dan bersih. Mantan politisi PKB, Nursyahbani bilang KH. Yusuf

supendi yang sama-sama di komisi 3 DPR sebagai orang yang sangat disiplin, tajam, kredibel/jujur dlm tindakan dan ucapan. Dr. Didin Hafidhudin berkata, beliau ini punya integritas tinggi, kejujuran,

keikhlasan, keberpihakan pada kepentingan umat, dakwah & pendidikan. Kiai Yusuf jadi anggota DPR tapi masih tinggal di ujung gang di Pekayon, pakai mobil kreditan Avanza hitam. Secara material beliau jauh dgn rekanrekannya pengurus partai dan anggota DPR PKS lainnya, seperti Anis Matta & Hilmi Aminudin. Anis Matta, sekjen PKS punya rumah mewah seperti hotel & brlantai 4 di daerah Utan Kayu dengan mobil-mobil mewah (konon menurut majalah Tempo, Anis matta punya mobil Hummer). Hilmi Aminudin, sesama asabiqunal awalun gerakan Tarbiyah yg sekarang masih menjabat sebagai Grand murabiya PKS punya banyak mobil antik & rumah di lahan 5 hektar di Lembang.1 kini banyak pengurus PKS dag dig dug karena Kiai Yusuf mengibarkan bendera perang kepada elite PKS yang pragmatis dan melenceng dari aturan partai. Sebagai generasi awal Kiai Yusuf memang dikenal tahu betul isi perut PKS dan menyimpan rahasia-rahasia elite PKS. Sosok beliau yg lurus & bersih jg membuat orang akan percaya bila dia membuka aib-aib elite PKS. Tapi, apakah kicauan Kiai Yusuf tentang kebobrokan elite PKS akan bikin partai dakwah ini rusak citranya di mata publik? Beliau membuka ini untuk Ibrah, pembelajaran bagi kader bawah, Tadib/pelajaran bagi Qiyadah, pimpinan, bahkan bagi khalayak ramai. Kiai Yusuf menyatakan bukunya bukan kumpulan fitnah & gosip tapi hakikat & kenyataan yang senyatanya terjadi. Kiai Yusuf menilai di dalam PKS bagaikan bangkai dan belatung. Dibiarkan, bangkai itu dengan sendirinya akan habis. Tapi buat beliau kezaliman itu tidak mau
1

Tentang kekayaan Hilmi, baca http://www.detiknews.com/read/2011/04/04/125816/1608045/159/misteriusnyahilmi-aminudin

dibiarkan hancur dengan sendirinya, ia harus berperan serta dalam menghancurkan. Beliau berpegang pada sabda Rasulullah saw, Siapa saja yang diam dan bungkam akan kebenaran, dia adalah setan bisu. Sebetulnya KH. Yusuf Supendi lahir di Bogor 15 Mei 1958 dari keluarga besar ulama disana. K.H. Sholeh Iskandar, ulama Besar di Bogor adalah paman beliau. Kiai Yusuf menyelesaikan sekolah dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Ibnu Hajar Bogor. otak beliau encer & daya ingatnya luarbiasa, dengan bimbingan K.H. Ahmad Rifai Yasin, ia dlm waktu 11 bln hapal Al Quran 30 juz. Di bawah bimbingan K.H. Hamid Anshori, beliau juga mnguasai Bahasa Arab dalam waktu 4 setengah bulan. Setamat sekolah mnengah pd 1977, Kiai Yusuf ngotot pergi ke Saudi Arabia, usianya blum genap 19 tahun. Syarat ke Saudi tanpa orang tua adalah usianya harus sudah 19, tapi beliaunya nekat berangkat dengan hanya berbekal visa transit 3 hari. Sampai di Jeddah Kiai Yusuf datang ke KBRI yg saat itu dipimpin Jenamar Azam, orang Masyumi, untuk bisa kuliah, Namun lacur, pak dubes malah menyuruhnya pulang, tapi dia menolak: Saya ke sini mau sekolah bukan mau pulang. KBRI menolak & setelah visa habis Kiai Yusuf jadi imigran gelap lebih dari 1 thn di Saudi Arabia. Baru pada 1979 beliau melanjutkan sekolah di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh. Selain mulai jadi aktivis dakwah, beliau jd murid halaqah Syaikh Manna Khalil Al Qattan, penulis kitab klasik Mahabits fi Ulum Al Quran yang juga salah satu ulama Ikhwanul Muslimin. Pada 1985, Kiai Yusuf menyelesaikan kuliahnya. Dia pun pulang ke Indonesia & menikah dgn Umi Widhiyani dikarunia 5 anak. Bersama alumni Timur Tengah lainnya seperti Hilmi Aminudin, Salim Segaf Al Jufri, Kiai Yusuf membawa dakwah Ikhwanul Muslimin ke Indonesia. Beliau lantas bersama Hilmi Aminudin, Salim Segaf Al Jufri membangun gerakan yang kemudian lebih dikenal sebagai gerakan Tarbiyah. Kiai Yusuf punya binaan mulai dari mahasiswa hingga para tokoh, seperti Soeripto (Anggota DPR PKS), Yusuf Azhari (eks Mentri Perumahan Rakyat). Beliau juga punya jabatan penting di gerakan Tarbiyah sebagai Ketua Majelis Tarbiyah. Salah satu tugasnya di Majelis Tarbiyah adalah menyeleksi orang-orang yang akan jadi kader inti gerakan ini. Kiai Yusuf lah yang menyeleksi Surahman Hidayat (Ketua Dewan Syariat), Mutammimul Ula (Mantan Anggota DPR PKS), Ir. Wahyudin Munawir (mantan anggota DPR PKS), Al Muzamil Yusuf (Anggota DPR PKS), Untung Wahono (mantan anggota DPR PKS) dan lain-lain sehingga bisa jadi kader inti Tarbiyah. Beliau berperan besar membina para mahasiswa untuk dijadikan kader dakwah di kampus yang kmudian jd basis massa dan elite PKS. Pada 1989, Kiai Yusuf brsama beberapa temannya seperti Muchlis Abdi & Mashadi membikin Lembaga Pengkajian & Pengembangan Dakwah Khairul Ummah. Khairul Ummah ini nyediakan dai-dai bagi masyarakat umum seperti khatib shalat Jumat atau dai majelis-majelis taklim. Pada 1997, beliau bersama teman-temannya seperti Dr. Azami Samiun juga mendirikan lembaga Darul

Hikmah, di Bekasi. Darul Hikmah tujuannya adalah mencetak para ulama-ulama Tarbiyah yang cendekia. Darul Hikmah sistem pendidikannya unik, gurunya hampir tiga kali lipat dari santrinya. Pada Mei 1998, saat Suharto lengser, gerakan tarbiyah jadi Partai Keadilan dan ikut pemilu 1999. Kiai Yusuf juga salah satu pendiri & deklaratornya. Uniknya beliau menolak jadi anggota DPR, dan memilih berkidmat menjadi anggota Majelis Syuro periode 2000-2005. Selama 20002005 beliau juga menjabat Wakil Ketua Dewan Syariah atau semacam mahkamah pengadilan partai. Tugasnya Kiai Yusuf sebagai ketua Dewan Syariah, antara lain, mengurus cerai dan poligami yang tak sesuai dgn prosedur. Beliau yang mengurus poligami-poligami bermasalah antara lain: Arifinto (mantan anggota DPR PKS yang terlibat kasus video porno) dan Tifatul Sembiring (mantan Presiden PKS yang juga sekarang Menkominfo), dll. Posisi Kiai Yusuf tadi di Dewan Syariah membuatnya tahu betul kasus-kasus yg menimpa para pimpinan & kader PKS. Di Pemilu 1999 beliau didesak untuk jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode 2004-2009. Beliau dipanggil, didesak, diperintahkan Hilmi Aminuddin jadi Caleg DPR RI. Akhirnya Kiai Yusuf meraih 85.000-an suara melebihi hasil suara Ir. Untung Wahono yang Nomor Urut I di Bogor. Suatu ketika selepas pemilu, nurani beliau terganggu melihat dinamika di tubuh PKS. Salah satunya adalah soal dukungan PKS terhadap calon Presiden. Pada Mei 2004, di internal PKS bergolak mendukung calon Presiden Amien Rais atau Wiranto untuk ambil keputusan diadakan rapat tiga lembaga tinggi partai di Hotel Santika Jakarta pada akhir Mei 2004. Dalam rapat 3 lembaga tinggi PKS situasi panas karena kubu pndukung Amien Rais pertanyakan soal uang yang diterima PKS dari Wiranto. Hilmi Aminudin yang menjadi ketua Majelis Syuro tak menjawab tegas soal ini. rapat berhasil mengeluarkan keputusan setelah mengadakan taqwin alias penilaian terhadap Amien Rais serta Wiranto. Hasilnya rapat di Hotel Santika adalah Amien Rais menang dengan point penilaian 3634, sementara Wiranto hanya 2792. Hidayat Nurwahid, Presiden PKS serta Irwan Prayitno membocorkan hasil rapat ini ke Amien Rais. Pembocoran ini dianggap pelanggaran, apalagi kemudian muncul isu bahwa kubu Amien Rais via Sutrisno Bahir juga mengguyur uang ke PKS. Akibatnya Hilmi Aminudin yang di kubu Wiranto mnggunakan otoritasnya sebagai ketua Majelis Syuro membatalkan hasil rapat di Hotel Santika. Hilmi Aminudin kemudian mengadakan penilaian ulang kepada Amien Rais dan Wiranto dalam rapat lainnya. Selama periode Mei hingga Juni 2004, tiga lembaga tinggi PKS mengadakan rapat berkali-kali. Hasilnya Amien Rais selalu menang. Namun setiap keputusan kemenangan Amien Rais dianulir oleh Hilmi Aminudin. Sikap inilah yang menimbulkan kemarahan Kiai Yusuf. Beliau melihat koleganya menyalahgunakan kekuasaannya sebagai ketua Majelis Syuro PKS. Kiai Yusuf akhirnya memperingatkan keras Hilmi pada 23 Juni 2004. Beliau juga mempertanyakan kewenangan Ketua Majelis Syuro dalam mengeluarkan veto. Pasca peringatan

keras Kiai Yusuf, PKS adakan lagi rapat. 29 Juni 2004, Majelis Syuro di Anyer mutuskan 70% anggota Majelis Syuro milih Amien Rais. Hilmi Aminudin bikin manuver lagi dengan mengeluarkan bayan/penjelasan bahwa rekomendasi memilih Amien Rais adalah rekomendasi yang tidak terikat. Keluarnya bayan ini membuat Kiai Yusuf marah karena Hilmi Aminudin yang dianggap menyelewengkan kekuasaannya sebagai ketua Majelis Syuro. Sejak

itulah beliau kemudian mengambil sikap kritis terhadap berbagai kebijakan PKS. Dari 2004 hingga 2010 Kiai Yusuf kerap menyuarakan protes-protes terhadap berbagai hal yang dianggap menyimpang di tubuh partai. Beliau pernah protes keras kasus kudeta Presiden PKS Hidayat Nurwahid yang diturunkan paksa dan diganti oleh Tifatul Sembiring. Selama lebih 6 tahun beliau brusaha betah di dlm PKS utk meluruskan kembali arah perjalanan partai dakwah ini, tapi itu dianggap sebagai pembangkangan. Ironisnya, Pada 17 Nov 2008, PKS keluarkan talimat yang melarang keras para kadernya untuk berhubungan dengan Kiai Yusuf supendi. Beliau pun diasingkan, bahksan HARAM dan harga mati DILARANG berinteraksi dengan Kiai Yusuf Supendi. Puncaknya pada 17 Maret 2011, ketika Kiai Yusuf ke BK DPR RI melaporkan Luthfi H Ishaaq yang mlanggar etika & akhlak sebagai anggota DPR RI dr Fraksi PKS. Luthfi H Ishaaq antara lain menuding Kiai Yusuf, sebagai pengganggu istri orang sampai cerai dan dipecat, Akhirnya keluar berita keputusan pemecatan Kiai Yusuf dari keanggotaan PKS tapi anehnya salinan SK tersebut sampai saat ini belum pernah diterima beliau. Selain itu, tudingan Aus Hidayat Nur, bahwa Kiai Yusuf telah menyelewengkan sumbangan buat anak yatim yang dikumpulkan DPP PK. Bagi Kiai Yusuf tuduhan itu aneh bagaimana mengumpulkan sumbangan buat anak yatim di DPP PKS? Sementara dia sendiri tidak pernah punya jabatan/tugas di DPP PKS. PKS berusaha menghancurkan kredibilitas Kiai Yusuf namun tak disangka isu itu justru menyerang balik PKS yang dianggap hanya menyebarkan fitnah. Pasalnya kasus ini adalah kasus pinjam meminjam uang pada 2004 yang sudah dilunasi oleh Kiai Yusuf pada tahun 2005. Akhirnya Kiai Yusuf mengibarkan bendera perang mlawan Hilmi Aminudin dkk dimulai pada tanggal 2 Mei 2011 di ruang PN Jakarta Selatan. Beliau menggugat 6 penyelewengan para petinggi PKS termasuk terhadap Hilmi Aminudin. (Untuk kisah selanjutnya beli bukunya yaa....)

You might also like