You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa ada ransangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Kelu han ini dapat berupa telinga berdenging, menderu, mendesis atau berbagai macam b unyi yang lain. Tinitus bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala d ari suatu penyakit atau kondisi tertentu. Tinitus merupakan keluhan yang cukup b anyak kita dapati dalam kehidupan sehari- hari. Jenis suara yang dikemukakan umu mnya bervariasi. 1 Tinitus merupakan salah satu masalah pengobatan yang amat kompleks, merupakan su atu fenomena psiko-akustik murni, dan karenanya tidak dapat diukur. Dapat diperk irakan 13 juta orang yang menderita gangguan ini, dan kemungkinan sekitar sejuta pasien menderita tinnitus berat dan debilitasi.2 Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan tua. Me nurut National Centre for Health Statistics di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya s angat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi juga memil iki masalah tinitus. Jutaan orang di dunia menderita tinitus dengan derajat ring an sampai berat. Dari hasi penelitian, didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan mengalami tinitus. Hal ini menandakan bahwa tin itus adalah keluhan yang sangat umum yang diterima di kalangan usia lanjut.3 Sayangnya di Indonesia belum ada data statistiknya, namun berdasarkan pengalaman empiris, penderita tinitus cukup banyak dan sering ditemui. Penyebab tinitus sa mpai saat ini belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masal ah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu aktivitas. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih dalam perdeba tan.2 1.2 Batasan Masalah Pembahasan referat ini dibatasi pada pathogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaa n tinitus. 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan reeferat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang path ogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan tinitus. 1.4 Metode Penulisan Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai lit eratur. 1.5 Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman men genai diagnosis dan penatalaksanaan tinitus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi pendengaran Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan teling a dalam a. Telinga luar Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun t elinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang t elinga atau membrana timpani. 1 Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gen dang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk m enangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.1 Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 3 cm. Di dalam liang telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat sepe rti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang m emproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gen dang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.1 b. Telinga tengah Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang teli nga, 3 tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii jug a berada di telinga tengah.Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyam paikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkeci l di tubuh meneruskan getaran ke koklea.1 Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. T idak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan denga n udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah k e belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga t engah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap.1 c. Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tula ng pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membr anasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di depan labiri n terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu ska la vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.1 Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris te rdapat organ corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ c orti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat memb ran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan d ihubungkan dengan bagian otak dengan N.vestibulokoklearis.1 Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Ba gian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisir kularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki se l rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari N. vestibulokokle

aris.1 FISIOLOGI PENDENGARAN Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang teling a. Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus d an stapes, ke foramen oval.1 Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe yan g ada di dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana Re issner dan menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif ant ara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekani k yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kana l ion akan terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. K eadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neuro transmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf audi torius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di are a 39-40 lobus temporalis.1

2.2 Defenisi Tinitus Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi sua ra yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. 4 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa ada ransangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Kelu han ini dapat berupa telinga berdenging, menderu, mendesis atau berbagai macam b unyi yang lain.Tinitus bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala da ri suatu penyakit atau kondisi tertentu.1 2.3 Patofisiologi Tinitus Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan pe rasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal ya ng ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal didalam tubu h pasien sendiri.1 Abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat ter jadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah,seperti bergemuruh at au nada tinggi, seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timb ul terdengar. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensoneural dan dapat jug a terjadi karena gangguan konduksi. Tinnitus yang disebabkan oleh gangguan kondu ksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, b unyi dengung ini akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi).1 Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, oto sklerosis dan lain- lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangg uan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare. T initus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama den gan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis da pat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehing ga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.1 Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot pa latum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, str eptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolim fatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau ting gi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural. Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi p

ada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang m enstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan ganggua n tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali.1,4,6 2.4 Etiologi Tinitus Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Ter utama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa k elainan yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascula r, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.1,4, 5,6 1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang a. Trauma kepala dan Leher Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami ti nitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury. b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ) Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan meng alami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang d i dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artr itis TMJ dengan terjadinya tinitus. 2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungka n antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beb erapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diant aranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV m enyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi. 3. Tinitus karena kelainan vaskular Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bu nyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang d apat menyebabkan tinitus diantaranya: a. Atherosklerosis Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasn ya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang m engalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya. b. Hipertensi Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh dara h koklea terminal. c. Malformasi kapiler Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri d an vena dapat menimbulkan tinitus. d. Tumor pembuluh darah Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabk an tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan p endengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare. 4. Tinitus karena kelainan metabolik Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid d an anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan ali ran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi i rama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan metabolik lainnya y

ang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan k ehamilan dan keadaan hiperlipidemia. 5. Tinitus akibat kelainan neurologis Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis ad alah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pu sat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya ke lemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulita n koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan n yeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus. 6. Tinitus akibat kelainan psikogenik Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. T initus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan str ess adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul. 7. Tinitus akibat obat-obatan Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersi fat ototoksik. Diantaranya : a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetra siklin, minosiklin. c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate,vinkristin d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah 8. Tinitus akibat gangguan mekanik Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eus tachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran tim pani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus sta pedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus. 9. Tinitus akibat gangguan konduksi Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah. 10. Tinitus akibat sebab lainnya a. Tuli akibat bising Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cuk up lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatk an kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering menga lami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz s ampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yan g berfrekuensi 4000Hz. b. Presbikusis Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris k anan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-fakto r herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hi dup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumul atif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki disbanding perempuan. c. Sindrom Meniere Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Eti ologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan

volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin.1,4,5,6 Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg 2.5 Klasifikasi Tinitus Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, ten gah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masa lah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelaina n terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetap i masih di dalam area kepala atau leher.1

Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus subjektif. a. Tinitus Objektif Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriks a dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibra torik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sek itar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusny a berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitu s objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyak it sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah. b. Tinitus Subjektif Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderit a saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik , disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mu lai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran.Tinitus subjektif bervariasi d alam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengen ai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2 Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapa t dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.2 a. Tinitus Pulsatil Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jant ung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Ke laianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebag ai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua t ipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop. b. Tinitus Nonpulsatil Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat diden gar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdeng ung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemur uh di dalam telinganya. Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling

menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup keb isingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak meny adari suara tersebut.4 2.6 Diagnosis Tinitus Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisi k dan pemeriksaan penunjang yang baik. a. Anamnesis Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dal am anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya: :: - Kualitas dan kuantitas tinitus . . - Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga . . - Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun me ndesis dan bunyi lainnya . - Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari - Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran ser ta gangguan neurologik lainnya. - Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika ti nitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini bias dianggap patologik. . - Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat o totoksik - Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi . - Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik . .- Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga. Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita mud a, sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan neurologi.1 Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma aku stik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presb ikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskrips ikan apakah tinitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya mengatak an di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat , misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.1 Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentra l pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus). 1 b. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan denga n tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya b ersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara y ang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi ka rena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emis i akustik yang terganggu.1 Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeri ksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapa

t beragam,diantaranya: Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya. - Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupu n otitis kronik. - Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evo ked Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika nor mal, maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ot otoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil te s BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau komp resi vaskular. Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. D engan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada s araf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.7 2.7 Penatalaksanaan Tinitus Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoa kustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya d engan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah p enyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus ob jektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinitus subjektif. Pada um umnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu : 1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intens itas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker. 2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien b ahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari . 3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas dianta ranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedati f, neurotonik, vitamin, dan mineral. 4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh aku stik neuroma. Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dap at dilakukan Cochlear nerve section. Menurut literatur, dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang paling terakhir yang dapat d ilakukan. Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyeb abnya, pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinitu s. Hal ini dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa dipakai diant aranya Lorazepam atau klonazepam yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merup akan obat golongan benzodiazepine yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gan gguan kecemasan. Obat lainnya adalah amitriptyline atau nortriptyline yang digun akan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah golongan antidepresan trisiklik.4 Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingg a rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur d apat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu o leh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.4 Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model ne urofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikam entosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. T ujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi ti nitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai has il modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system saraf otonom . TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memb erikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.

TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau d ihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga ke luhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan men dengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila t initus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar ya ng disertai dengan masking.8 TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pas ien. Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarn ya, mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberika n konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.1 ,4 Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien, diantaranya: .: -Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus. . - Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus. . -Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin -Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik . - Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan.4

BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan Telinga dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya telinga luar, tengah dan dalam. Telinga liuar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpan i. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, tulang-tulang pendengaran dan mu ara tuba eustachius. Telinga dalam terdiri dari koklea dan 3 kanalis semisirkula ris. Secara garis besar, fisiologi pendengaran dimulai dari gelombang bunyi yang dita ngkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga. Gelombang bunyi a kan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran in i akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes. Oleh tulang-tulang pendengaran, getaran diteruskan ke koklea, sehingga menggetar kan endolimfa, yang nanti akan menyebabkan terjadinya depolarisasi yang mengubah getaran menjadi energi listrik. Impuls tadi akan diteruskan kekorteks serebri d an diterjemahkan oleh otak.

Terdapat gangguan dari persepsi suara yang didengar, diantaranya adalah tinitus. Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. P ada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga. Tinitus dapat bersifat otik dan somatik. Otik berarti penyebab tinitus berasal d ari telinga dan somatik berarti penyebab tinitus berasal dari luar telinga. Tini tus juga ada yang bersifat subjektif dan objektif. Subjektif berarti tinitus han ya dapat didengar oleh pasien dan objektif berarti tinitus dapat didengar juga o leh pemeriksa. Berdasarkan kualitas suara yang didengar, tinitus ada yang bersif at pulsatil yang berarti berdenyut dan nonpulsatil yang berarti tidak berdenyut. Hingga sekarang, penyebab dari tinitus masih banyak dibicarakan. Tetapi banyak s ekali pendapat mengenai etiologi tinitus diantaranya: 1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma kepal a dan Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ) 2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis 3. Tinitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi, malfor masi kapiler dan tumor pembuluh darah . 4. Tinitus karena kelainan metabolik . 5. Tinitus akibat kelainan neurologis . 6. Tinitus akibat kelainan psikogenik 7. Tinitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik, obat -obatan kemoterapi dan duretik . 8. Tinitus akibat gangguan mekanik . 9. Tinitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga . 10. Tinitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan pe nyakit meniere. Dalam mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksa an penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis yang efektif, maka diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinitus yang dialami pasien. Karena penatalaksanaan yang baik dari tinitus akan dapat berlangsung jik a etiologinya dapat diketahui dengan baik. Secara garis besar, penatalaksanaan tinitus terdiri dari: 1. Elektrofisiologik . 2. Psikologik . 3. Terapi medikamentos 4. Tindakan bedah Terapi yang tak kalah pentingnya adalah terapi edukasi. Edukasi yang diberikan m encakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan ototoksik, dan lainny a. Dengan begitu, diharapkan tinitus pada pasien dapat berkurang bahkan menghila ng. Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasarkan pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medi kamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy . Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Penatalaksanaan TRT banyak d ipakai dewasa ini. Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingg a rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur d apat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu o leh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ilmu Kesehatan Telin ga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008 2. Anonim. Tinitus. Dalam : http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus. 2008. 3.http://books.google.co.id/ 4. Hain TC. Tinnitus. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/tin nitus.htm. 5. Hain TC. Microvascular compression syndrome, Vestibular Paroxysmia, and Quick Spins. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/microvascular.htm. 6. Tinnitus and Deafness. http://www.wrongdiagnosis.com/w/wolframs_disease/bookdiseases- 4a.htm. 7.Saunders WB. http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.html. 8.Syartika L. Tinitus Telinga Berdenging. http://www.santosa hospital.com/docume nt/tinnitus 9. Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-and-balance.com/

You might also like