You are on page 1of 3

Hemodialisis (cuci darah) adalah sebuah terapi .

Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses dufusi dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik). Pada dasarnya untuk dapat dilakukan Hemodialisa memerlukan alat yang disebut ginjal buatan (dialiser), dialisat dan sirkuit darah. Selain itu juga diperlukan akses vaskuler.

Hemodialisis (cuci darah) adalah sebuah terapi . Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses dufusi dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik). Pada dasarnya untuk dapat dilakukan Hemodialisa memerlukan alat yang disebut ginjal buatan (dialiser), dialisat dan sirkuit darah. Selain itu juga diperlukan akses vaskuler.

Hemodialisis HD dilakukan dengan menggunakan mesin untuk memompa darah keluar tubuh dan masuk ke ginjal buatan (dialyzer) guna dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan dengan komposisi tertentu (dialysat). Ginjal buatan itu sendiri sebenarnya hanyalah serat-serat seperti kapiler darah yang terbuat dari cellulose atau cuprophan dan lain-lain yang berfungsi sebagai membrana dengan sifat semi permiabel. Peritoneal Dialisis (PD), ialah dialisis melalui rongga peritoneum (rongga perut) sehingga sering disebut cuci-darah melalui perut. Prinsipnya sama dengan HD, tetapi yang berfungsi sebagai ginjal buatan (dialyzer) adalah selaput (membrane) yang bersifat semipermiabel, yaitu kapiler pembuluh darah yang ada di selaput rongga perut (rongga peritoneum).

Pada dialisis peritoneal, cairan pendialisis dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dan peritoneum menjadi membran pendialisis. Hemodialisis berlangsung selama 2-4 jam, sedangkan dialisis peritoneal berlangsung selama 36 jam. Dialisis peritoneal dipakai untuk menangani gagal ginjal akut dan kronik. Dialisis pritoneal dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit. Keuntungan melakukan dialisis peritoneal 1. Dapat memberi status nilai kimiawi darah yang stabil. 2. Dapat diajarkan pada pasien sehingga pasien mampu mendialisis sendiri di rumah. 3. Pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi protein karena protein ini dapat hilang dalam dialisat. Sebelum prosedur dilakukan, ukur tekanan darah, nadi, dan berat badan pasien untuk data dasar dalam mengkaji adanya perubahan selama prosedur berlangsung. Perlu juga dikaji pengetahuan pasien tentang dialisis peritoneal dan tingkat kecemasan yang dialaminya. Biasanya, sedatif ringan diberikan sebelum dipasang kateter peritonea. Obat sedatif dapat membantu relaksasi dan mempermudah pemasangan kateter peritoneal.

Sebelum memasang kateter peritoneal, dokter mencuci dan mendesinfeksi abdomen. Anestesia lokal diberikan di daerah tengah abdomen sekitar 5 cm di bawah umbilikus. Dokter membuat insisi kecil dan kateter multinilon dimasukkan ke dalam rongga peritoneum. Kemudian, daerah tersebut ditutup dengan balutan. Sekitar 2 L dialisat steril dihangatkan sesuai suhu tubuh, kemudian disambung dengan kateter peritoneal melalui slang. Dialisat steril dibiarkan mengalir secepat mungkin ke dalam rongga peritoneum. Dialisat steril 2 L dihabiskan dalam waktu sepuluh menit. Klem slang ditutup. Osmosis cairan yang maksimal dan difusi-solutibutiran ke dalam dialisat rnurtgkin terjadi dalam 20-30 menit. Pada akhir dwell-time (waktu yang diperlukan dialisat menetap di dalam peritoneum), klem slang dibuka dan cairan dibiarkan mengalir karena gravitasi dari rongga peritoneum ke luar (ada kantong khusus). Cairan ini harus mengalir dengan lancar. Waktu drainase (waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan semua dialisat dari rongga peritoneum) adalah 10-15 menit. Drainase yang pertama mungkin berwarna merah rnuda karma trauma yang terjadi waktu memasang kateter peritoneal. Pada siklus ke-2 atau ke-3, drainase sudah jernih dan tidak boleh ada lagi drainase yang bercampur dengan darah. Setelah cairan sudah dikeluarkan dari rongga peritoneum, siklus yang berikutnya harus segera dimulai. Pada pasien yang sudah dipasangkan kateter peritoneal, sebelum memasukkan dialisat, kateter dan tempat sekitar kateter harus dicuci dengan baik dan kulit diberi obat bakterisida. Setelah dialisis selesai, kateter dicuci lagi dan ujungnya ditutup dengan penutup yang steril.

Pedoman perawatan dialisis peritoneal 1. Mengatur volume cairan dan drainase a. Kaji tanda vital b. Pantau status mental c. Catat keseimbangan cairan setiap siklus dialisis d. Untuk memperlancar drainage, ubah posisi pasien dengan berbaring ke sisi lain atau sisi kanan e. Tinggikan bagian kepala tempat tidur f. Apabila aliran dialisate berhenti, tekan abdomen dengan kedua tangan 2. Memberi rasa nyaman a. Beri analgesik sesuai program dokter b. Beri kegiatan yang dapat menghibur atau mengalihkan perhatian pasien c. Beranikan pasien untuk rnengubah posisinya dan berbaring ke sisi kanan atau sisi kiri d. Bantu dengan perawatan mulut atau makan

3. Menghindari komplikasi a. Kaji pernapasan b. Bantu pasien makan sedikit, tetapi sering c. Pakai teknik aseptik d. Lakukan kultur pada dialisat sesuai program dokter e. Pantau suhu tubuh pasien f. Pantau adanya mual, muntah, dan nyeri abdomen Pustaka Klien Gangguan Ginjal Oleh Mary Baradero, SPC, MN, Mary Wilfrid Dayrit, SPC, MAN & Yakobus Siswadi, MSN

You might also like