You are on page 1of 15

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

169

STUDI ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL DAN STRUKTUR PEMBIAYAAN JANGKA MENENGAH DI INDONESIA1
Oleh: Almizan Ulfa2

Rekomendasi Hasil studi ini memberikan rekomendasi kebijakan dengan memperhatikan format APBN yang sudah disesuaikan dengan format I-Account GFS IMF standar, yang terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: (i) sisi penerimaan; (ii) sisi pengeluaran; dan (iii) sisi pembiayaan. Rekomendasi untuk masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut. Sisi Penerimaan Bila penerimaan pajak dijadikan sebagai pilihan dalam meningkatkan penerimaan negara maka kebijakan pajak yang harus dilakukan adalah memperbaiki sistem pemungutan pajak penjualan berbasis luas (broad-based sales tax) seperti pajak pertambahan nilai (PPN), tingkat pajak impor yang relatif rendah dan hanya dipergunakan untuk kepentingan protektif dan pajak penghasilan pribadi dan laba perusahaan yang sederhana. Sistem yang lebih baik ini tentunya diperlukan guna memperluas basis
1 Studi ini dilakukan oleh Laboratorium Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian Ekonomi (LP3E) FE Universitas Padjadjaran Bandung bekerjasama dengan Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional (Bapekki) (d/h Badan Analisa Fiskal (BAF), Departemen Keuangan RI. 2 Almizan Ulfa adalah Peneliti pada Bapekki Depertemen Keuangan RI. E-mail: almizan@centrin.net.id

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

170

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

pajak dan mempertinggi kapasitas pajak. Di lain pihak, bila penerimaan hasil sumber daya alam dan laba BUMN dijadikan pilihan, maka optimalisasi penerimaan dibidang sumber daya alam harus diupayakan karena masih banyaknya kegiatan illegal di bidang sumber daya alam ini, lebih jauh lagi diperlukan suatu upaya menciptakan BUMN yang berjalan lebih efektif dan efisien dimana campur tangan pemerintah yang terlebih berbau politik harus dijauhkan dalam pengambilan keputusan manajerial internal BUMN. Kemudian, harus diupayakan pula kegiatankegiatan seperti mengevaluasi status BUMN, mereformasi BUMN dengan struktur modal, tenaga kerja dan budaya organisasi, penegakan hukum dan memilih orang-orang dengan kredibilitas tinggi untuk menduduki posisi strategis di BUMN Sisi Pengeluaran Berdasarkan kenyataan bahwa desentralisasi fiskal makin menambah berat beban belanja negara lewat pengeluaran bagi hasil terhadap daerah, DAU, dan DAK, langkah-langkah strategis terkait dengan masalah desentralisasi yang dapat menjamin kesinambungan fiskal merupakan konsekuensi logis yang harus dilakukan pemerintah dengan cara mencari titik tengah antara kesinambungan fiskal dengan kebutuhan daerah, sehingga upaya untuk memperkecil defisit anggaran pemerintah secara bertahap dapat terjaga Sisi Pembiayaan Dari segi pembiayaan, bila memang defisit fiskal masih tetap dijalankan, sangatlah perlu mengambil langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan kemampuan pembiayaanpembiayaan dalam negeri baik perbankan maupun nonperbankan. Dengan masih berjalannya usaha pemulihan dunia usaha perbankan di Indonesia pasca krisis moneter, fokus untuk

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

171

langkah-langkah kebijakan pembiayaan non-perbankan menjadi lebih jelas. Penerbitan obligasi atau surat utang negara serta privatisasi BUMN melalui Initial Public Offering (IPO) dan mitra strategis (strategic sale) merupakan dua komponen pembiayaan yang layak diintensifkan. Selain itu, memungkinkan pula untuk memanfaatkan dana-dana idle lain seperti Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Dana Transitori Minyak (RDTR) yang disimpan di Bank Indonesia.3 Obligasi yang awalnya diterbitkan khususnya pada pihak pemerintah daerah yang memiliki surplus dalam dana perimbangannya harus mulai lebih diarahkan pada sektor lain seperti pihak dunia usaha swasta dan bila memungkinkan pada pihak internasional (obligasi internasional). Dengan penerbitan obligasi internasional tersebut diharapkan adanya sinyal yang positif dan kepercayaan pasar dunia serta bisa menambah cadangan devisa dan mengurangi jumlah penerbitan obligasi dalam negeri. Bila penerbitan obligasi dalam negeri lebih dipilih sebagai opsi, harus dipertimbangkan untuk mem-breakdown alokasi komposisinya, apakah lebih baik obligasi jangka pendek (T-Bills) yang secara manfaat dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan produktif, walaupun harus diupayakan sistem pengelolaan yang lebih disiplin menimbang ancaman jadwal waktu pembayaran yang bisa terjadi.4 Bila obligasi jangka panjang (T-Bonds) yang dipilih, maka usaha-usaha untuk dapat memanfaatkan dana dalam kegiatan yang produktif ini harus lebih disiplinkan karena dikhawatirkan adanya penyimpangan penggunaan dana ini untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan tidak produktif. Belajar dari pengalaman upaya BPPN dalam menjual asset program restrukturisasi perbankan,
Tercatat bahwa kedua jenis dana idle ini pada tahun 2002 saja sudah mencapai Rp. 30 Trilyun dalam rupiah dan Valas. 4 Penerbitan obligasi jangka pendek ini pernah ditangguhkan pelaksanaannya oleh pemerintah karena pertimbangan ketidaksiapan dalam menyiapkan dana pembayaran kurang dari satu tahun.
3

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

172

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

banyak hal yang perlu dicatat dan harus diperbaiki dalam jalannya kegiatan privatisasi BUMN ini, karenanya, beberapa hal dalam pelaksanaan kebijakan BUMN perlu diperhatikan. Kebijakan privatisasi BUMN di Malaysia sebagai contoh baik yang perlu ditiru. Obyek yang diprivatisasikan oleh Malaysia adalah BUMN yang memiliki bidang usaha pembangunan sarana-sarana baru yang walaupun strategis namun tidaklah se-strategis bidangbidang atau obyek-obyek lain seperti yang dilakukan Indonesia 3 tahun terakhir ini. Kemudian langkah lain adalah memprioritaskan pembeli saham dari dalam negeri atau pihakpihak yang memiliki kaitan dengan kepentingan kemajuan perekonomian Indonesia. Sebagai tambahan, tim LP3E-FE UNPAD sebagai penyusun menyarankan adanya suatu tim independen yang profesionalismenya lebih baik, dimana tim independen yang berisi kalangan usahawan, akademisi, pengamat, dan wakil pemerintah ini dapat lebih mengevaluasi BUMN mana yang tidak sehat dan perlu diprivatisasi, dan jika BUMN tersebut sehat namun tidak terlalu strategis untuk dipertahankan maka nilai penjualan sahamnya harus realistis dan sesuai nilai ekonomi pasar. Sejak dibekukannya dana RDI untuk permohonan, BUMN, Pemda, dan BUMD oleh Departemen Keuangan pada tahun 2003, dana ini dapat dimanfaatkan untuk alternatif pembiayaan. Namun mengingat ancaman terhadap posisi keuangan yang mungkin terjadi, karenanya dana RDI ini hanya bisa dijadikan opsi sumber pembiayaan dengan status emergency only dan incidental jangka pendek.

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

173

Permasalahan Dalam beberapa tahun belakangan ini hutang pemerintah, baik domestik maupun luar negeri, mengalami peningkatan yang tajam sejalan dengan krisis yang melanda perekonomian Indonesia. Sebagian besar dari peningkatan hutang tersebut tidak dikarenakan oleh meningkatnya pengeluaran baru, melainkan konsekuensi dari kombinasi kekeliruan kebijakan masa lampau dan upaya untuk menanggulangi berbagai dampak dari krisis ekonomi, khususnya yang berkenaan dengan penyelamatan dan pemulihan sistem fiskal nasional. Sebagai konsekuensi dari kenaikan utang tersebut, beban pembayaran cicilan dan bunga utang dalam anggaran pemerintah meningkat sehingga menimbulkan tekanan fiskal, yakni berkurangnya keleluasaan pemerintah dalam merencanakan pengeluaran untuk tujuan pembangunan. Selain itu juga kenaikan jumlah total hutang negara mengancam kesinambungan kebijakan fiskal, yakni kondisi di mana anggaran dapat memenuhi kendala dari waktu ke waktu tanpa harus melakukan penyesuaian yang signifikan namun kurang realistis terhadap keseimbangan pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Pentingnya kondisi kesinambungan fiskal dalam kondisi perekonomian Indonesia adalah karena concern yang tinggi terhadap kemampuan anggaran dalam memenuhi komitmen kendala dalam belanja negara (commitment spending) baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Kesinambungan fiskal mengupayakan agar generasi mendatang tidak dihadapkan pada persoalan tanggung-jawab memenuhi kewajiban untuk manfaat jasa dan barang dinikmati oleh generasi masa sekarang. Salah satu kunci tercapainya kesinambungan fiskal adalah kondisi anggaran seimbang (balance budget) dalam jangka menengah hingga jangka panjang, tentunya dengan kondisi sudah terciptanya stabilitas dari tingkat suku bunga, inflasi, dan laju pertumbuhan ekonomi. Namun dilain pihak, pilihan untuk
Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

174

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

kondisi defisit fiskal tetap besar kecenderungannya menimbang kemampuannya dalam memberikan stimulus bagi perekonomian dimana sumber penerimaan anggaran belum dapat menyamai besaran belanja atau pengeluaran anggaran. Oleh karenanya, pembahasan masalah kesinambungan fiskal tak dapat lepas dari bahasan sumber pembiayaan hutang pemerintah, dalam dan luar negeri. Karena adanya konsekuensi beban pembayaran cicilan, selisih nilai tukar, dan bunga hutang yang juga berjalan dalam horizon antar waktu . Semakin besar hutang, semakin besar pula cicilan dan bunga yang harus dibayarkan serta dibebankan pada generasi mendatang. Dengan kata lain Kebijakan defisit fiskal dalam rangka memberikan stimulus bagi perekonomian harus dilakukan secara berhati-hati agar tidak berlebihan. Defisit fiskal yang berlebihan dikhawatirkan tidak akan berkesinambungan dan dapat menimbulkan ekspektasi negatif yang dapat memukul balik upaya pemulihan dan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penilaian (assessment) dan proyeksi tentang kesinambungan kebijakan fiskal Indonesia dalam jangka menengah (2005-2010), tujuan ini sejalan pula dengan meningkatnya tuntutan untuk meningkatkan peran kebijakan fiskal dalam menstimulasi perekonomian yang sedang mengalami kelesuan dan trend kenaikan hutang pemerintah, baik domestik maupun luar negeri. Sebagai pengembangan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam topik yang sama, analisis dalam penelitian ini akan diperluas dengan turut memperhitungkan peran liabilitas kontijensi pemerintah terhadap kesinambungan fiskal serta melakukan analisa skenario dan sensitivitas untuk mempelajari dampak dari berbagai alternatif asumsi terhadap besaran variabel makro dalam jangka menengah. Tujuan lain dari

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

175

penelitian ini adalah mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan fiskal yang feasible untuk diimplementasikan dalam jangka menengah ke depan dalam kaitannya dengan berbagai asumsi perkembangan variabel-variabel ekonomi makro kunci dengan turut memperhitungkan liabilitas kontijensi pemerintah.

Metodologi Penelitian Metodologi yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian ini merujuk ke beberapa referensi yang umumnya banyak dirujuk oleh pakar-pakar fiskal domestik dan internasional. Blanchard et. al. (1990), misalnya, memaparkan analisis kesinambungan fiskal yang bertumpuh pada pergerakan akumulasi stok utang pemerintah. Jika pemerintah memutuskan untuk mengambil posisi kebijakan fiskal yang cenderung bersifat ekspansioner dengan menerapkan defisit anggaran, maka defisit tersebut harus dilakukan pada suatu tingkat tertentu yang dapat menjamin kemampuan pembiayaan pemerintah dalam kurun waktu yang cukup panjang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari pemerintah yang bersangkutan terjerat dalam perangkap hutang yang memaksanya untuk berhutang secara berlebihan; Wilcox (1989), dimana kebijakan fiskal yang berkesinambungan adalah kebijakan fiskal yang dapat menciptakan sekuens utang dan defisit sedemikian rupa sehingga kondisi nilai sekarang (present value condition) dari sekuens penerimaan dan pengeluaran pemerintah dimasa-masa mendatang adalah sama. Jika kondisi ini dilanggar, defisit fiskal terus-menerus menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa diikuti oleh ledakan hutang. Oleh karenanya, posisi fiskal tersebut akan menuntut dilakukannya perubahan-perubahan yang signifikan dalam kebijakan fiskal untuk menghindari resiko kebangkrutan pemerintah di masa mendatang.

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

176

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

Cuddington (1996) yang mengemukakan bahwa jika suatu perekonomian menciptakan rasio PDB-utang yang konstan pada laju pertumbuhan ekonomi tertentu dan tingkat suku bunga riil yang konstan, dimana laju pertumbuhan ekonomi lebih besar daripada tingkat suku bunga riil, maka defisit fiskal dapat dikatakan berkesinambungan. Buiter dan Patel (1992), dimana kesinambungan fiskal tersebut juga berkaitan dengan solvensi pemerintah, dimana kondisi fiskal yang berkesinambungan mengimplikasikan kemampuan pemerintah untuk membayar hutang berikut segala konsekuensinya tanpa perlu terancam bangkrut. Kebijakan fiskal yang tidak berkesinambungan dapat menyebabkan insolvensi pemerintah bila tidak dilakukan perubahan-perubahan signifikan dalam kebijakan fiskal. Di dalam literatur, setidaknya dikenal tiga pendekatan untuk menilai kesinambungan fiskal, yaitu: Pendekatan kendala anggaran antar waktu (intertemporal budget constraint, IBC) atau dikenal juga sebagai pendekatan kendala nilai sekarang (present value constraint, PVC), dimana pendekatan ini lebih melihat fenomena kesinambungan fiskal berdasarkan situasi historis dari posisi kebijakan fiskal tersebut sendiri; Pendekatan akunting yang dalam analisisnya menggunakan indikator-indikator ekonomi sebagai persentase dari PDB untuk menilai kesinambungan fiskal. Fokus dari pendekatan ini diletakkan pada target rasio utang tertentu, biasanya rasio utang-PDB, yang dikaitkan dengan targetterget ekonomi makro seperti inflasi, laju pertumbuhan ekonomi (g) dan tingkat suku bunga (r); dan Pendekatan indikator kesinambungan dimana dibentuknya indikator-indikator fiskal untuk menilai kesinambungan kebijakan fiskal suatu negara. Indikator-indikator tersebut pada dasarnya dapat diturunkan dari persamaan kendala anggaran pemerintah antar waktu dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari negara yang bersangkutan.

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

177

Dengan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini telah mengembangkan dua formula utama yang dapat mengukur posisi surplus fiskal serta tingkat kesinambungan penerimaan fiskal pemerintah yang mampu menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu relatif dalam suatu jangka periode tertentu, dengan kata lain suatu keadaan fiskal yang berkesinambungan. Tentunya implementasi kedua formula ini dilengkapi dengan asumsi-asumsi penting seperti tingkat suku bunga domestik, tingkat suku bunga luar negeri, dan tingkat pengembalian hutang yang merupakan biaya bunga dan lainnya berada pada tingkat konstan keseimbangan jangka panjangnya. Lebih jauh lagi untuk mengukur tingkat penerimaan anggaran yang dapat menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu, diperlukan asumsi bahwa otorita fiskal akan mempertimbangkan suatu tingkat rata-rata share pengeluaran pemerintah dan seigniorage tertentu sebagai pijakan analisis. Proyeksi indikator kesinambungan kebijakan fiskal dapat dilakukan berdasarkan alternatif skenario indikator-indikator variabel-variabel ekonomi makro kunci dan probabilitas realisasi liabilitas kontijensi pemerintah. Dengan demikian, akan didapatkan beberapa alternatif indikator Kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari keempat definisi tentang kesinambungan fiskal serta ketiga pendekatan penilaian kesinambungan fiskal di atas, dimana penilaian kesinambungan fiskal Indonesia bertumpu pada kendala anggaran sektor pemerintah yang terkonsolidasi antar waktu, dimana Kendala anggaran terkonsolidasi adalah kendala anggaran yang didalamnya memuat aspek-aspek yang berkaitan dengan indikator-indikator kebijakan fiskal dan moneter secara bersamasama. Sesuai dengan definisi kesinambungan fiskal yang digunakan (seperti yang telah diuraikan sebelumnya) maka ketika

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

178

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

kita berbicara tentang kondisi kesinambungan fiskal, pertanyaan yang muncul adalah apakah berdasarkan kondisi fiskal yang ada sekarang pemerintah perlu melakukan penyesuaian yang signifikan dalam masa-masa mendatang? Mengacu pada pendapat Buiter (1985) dan Blanchard (1990) diperlukan suatu indikator posisi fiskal yang mampu menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu, dengan mempertimbangkan kondisi liabilitas pemerintah pada suatu periode tertentu (dalam hal ini posisi surplus fiskal yang mampu menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu). Lebih jauh lagi, angka ini dapat digunakan sebagai indikator kesinambungan fiskal dengan membandingkannya terhadap posisi surplus fiskal aktual yang dihadapi pemerintah pada suatu saat tertentu. Dengan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini telah mengembangkan dua formula utama yang dapat mengukur posisi surplus fiskal serta tingkat kesinambungan penerimaan fiskal pemerintah yang mampu menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu relatif dalam suatu jangka periode tertentu, dengan kata lain suatu keadaan fiskal yang berkesinambungan. Tentunya implementasi kedua formula ini dilengkapi dengan asumsi-asumsi penting seperti tingkat suku bunga domestik, tingkat suku bunga luar negeri, dan tingkat pengembalian hutang yang merupakan biaya bunga dan lainnya berada pada tingkat konstan keseimbangan jangka panjangnya. Lebih jauh lagi untuk mengukur tingkat penerimaan anggaran yang dapat menjamin solvabilitas kendala anggaran pemerintah antar waktu, diperlukan asumsi bahwa otorita fiskal akan mempertimbangkan suatu tingkat rata-rata share pengeluaran pemerintah dan seigniorage tertentu sebagai pijakan analisis. Proyeksi indikator kesinambungan kebijakan fiskal dapat dilakukan berdasarkan alternatif skenario indikator-indikator variabel-variabel ekonomi makro kunci dan probabilitas realisasi liabilitas kontijensi pemerintah. Dengan demikian, akan

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

179

didapatkan beberapa alternatif indikator kesinambungan kebijakan fiskal yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan penilaian tentang sensitivitas kebijakan fiskal Indonesia terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi pada variabel-variabel ekonomi makro kunci tersebut. Untuk memperoleh indikator-indikator dari variabel-variabel ekonomi makro kunci yang dibutuhkan dalam mengukur posisi surplus fiskal serta tingkat kesinambungan penerimaan anggaran yang mampu menjamin suatu keadaan fiskal yang berkesinambungan dalam jangka menengah, 2004-2010, penelitian ini mengandalkan angka-angka proyeksi dari variabel-variabel ekonomi makro yang diperoleh dari metode expert opinion polling dari para pakar ekonomi melalui metode delphi selain data yang diperoleh dari BPS dan BAF sendiri. Metode Delphi adalah nama satu prosedur untuk memperoleh dan menyaring opini-opini dari sebuah kelompok yang biasanya adalah sekelompok panel ahli. Metode ini adalah suatu cara di mana sebuah konsensus dari sekelompok ahli tercapai setelah memperoleh opini-opini dalam mendefinisikan masalah berdasarkan pengetahuan dan intuisi para ahli. Penilaian kolektif dari para ahli ini, walaupun diperoleh dari opini yang subyektif tetap lebih baik daripada sebuah pernyataan perorangan dan menghasilkan outcome yang lebih obyektif karena mempunyai empat karakteristik utama : (1) pertanyaan yang terstruktur, (2) iterasi, (3) umpan balik (feedback) yang terkontrol, dan (4) anonimitas (anonymity) dari responden.

Hasil Penelitian Dengan membandingkan hasil proyeksi penelitian ini untuk rasio surplus primer jangka menengah yang dibutuhkan untuk mencapai kesinambungan fiskal dengan besaran proyeksi rasio surplus primer aktual yang disesuaikan hasil otoritas fiskal

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

180

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

Indonesia (augmented primary surplus)5, kami dapat menyimpulkan bahwa proyeksi rasio surplus primer aktual yang disesuaikan masih lebih rendah daripada rasio surplus primer yang dibutuhkan untuk mencapai kesinambungan fiskal, sehingga menimbulkan nilai kesenjangan primer yang positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa posisi fiskal Indonesia untuk jangka menengah 6 tahun ke depan belum berkesinambungan. Dengan demikian, langkah-langkah penyesuaian fiskal diperlukan guna menutupi kesenjangan primer tersebut sehingga menjamin kondisi fiskal yang solvabel dan berkesinambungan. Penyesuaian yang diperlukan akan berimplikasi pada upayaupaya pemerintah untuk memobilisasi sumber daya (domestik dan luar negeri), khususnya dalam bidang perpajakan, subsidi dan pinjaman pemerintah (baik dalam maupun luar negeri). Analisa skenario dan sensitivitas juga menunjukkan bahwa baik dalam skenario pesimis (asumsi bahwa jalannya perekonomian berjalan tidak seperti yang diharapkan) maupun skenario optimis (asumsi bahwa jalannya perekonomian berjalan lebih baik daripada yang diharapkan), posisi fiskal Indonesia untuk jangka menengah 6 tahun ke depan belum berkesinambungan. Namun terlihat jelas bahwa bila perekonomian Indonesia berjalan lebih baik dimana variabel-variable makro diproyeksikan berada pada tingkat yang sangat ideal, jauh di atas perkiraan dasar, kesenjangan antara angka proyeksi rasio surplus primer aktual yangdisesuaikan dengan rasio surplus primer yang dibutuhkan untuk mencapai kesinambungan fiskal semakin kecil, dengan kata lain kemungkinan untuk mencapai kesinambungan fiskal semakin mudah dan dapat tercapai dalam waktu yang lebih pendek karena adjustment fiscal yang dibutuhkan semakin kecil. Sebaliknya bila skenario pesimis yang diambil, maka kesenjangan antara angka
Penyesuaian dilakukan dengan menambah beban biaya yang harus dibayarkan bila bentuk pinjaman adalah pinjaman luar negeri (terutama beban bunga luar negeri yang disesuaikan dengan nilai tukar riil) kedalam surplus primer
5

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

181

proyeksi rasio surplus primer aktual yang disesuaikan dengan rasio surplus primer yang dibutuhkan untuk mencapai kesinambungan fiskal semakin besar karena adjustment fiscal yang dibutuhkan pun semakin besar, dengan kata lain kemungkinan untuk mencapai kesinambungan fiskal semakin sulit dan harus tercapai dalam waktu yang lebih panjang Untuk proyeksi terhadap rasio penerimaan terhadap PDB yang dapat menjamin kesinambungan fiskal tergambar bahwa Indonesia masih terlalu sulit untuk hanya mengandalkan sisi penerimaan anggarannya guna mencapai suatu keadaan kesinambungan fiskal. Hal ini mengingat bahwa kemampuan Indonesia yang masih minim dalam memompa total penerimaan negara terutama dari penerimaan sektor pajak. Dibutuhkan pula suatu akselerasi pembangunan dan disiplin belanja anggaran yang sangat cepat dan lebih ketat dalam upaya mencapai kesinambungan fiskal bila hanya mengandalkan penerimaan negara karena pilihan untuk meningkatkan hutang luar negeri guna menutup defisit bukan lagi merupakan pilihan sekarang ini. terlebih lagi dengan adanya semangat otonomi daerah yang sebenarnya makin memperberat tanggung jawab tanggung jawab pemerintah pusat dalam mengelola keuangannya. Oleh karenanya sumber pembiayaan defisit anggaran lewat pembiayaan dalam negeri harus ditingkatkan, terutama dana perbankan, penerbitan surat utang negara/obligasi dan penarikan sebagian dana tunai pemerintah yang disimpan di Bank Indonesia seperti Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Dana Transitori Minyak (RDTM).

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

182

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

Daftar Pustaka Bank Dunia, (2000), Indonesia: Public Spending in a Time of Change, the World Bank East Asia and Pacific Region, the World Bank, Washington, USA, www.worldbank.org Bank Dunia, (2000), Indonesia: Managing Government Debt and Its Risks, the World Bank East Asia and Pacific Region, the World Bank, Washington, USA, www.worldbank.org Blanchard, Olivier J., (1990), Suggestion for a New Set of Fiscal Indicators, OECD WP No.79 (April), Paris, www.oecd.org/data.oecd/16/41/2002735.pdf Buiter, Willem H., (1995), Measuring Fiscal Sustainability, Cambridge University, August, mimeo, www.nber.org/wbuiter/sustain.pdf Cuddington, John T., (1996), Analysing the Sustainability of Fiscal Deficits in Developing Countries, WP6.0:sustain7.wpd, Economics Department Georgetown University, Washington, D.C., USA. E-mail: gunet.georgetown.edu Davis, Jeffrey M. dan James Daniel, (1995), Guidelines for Fiscal Adjustment IMF Phamlet Serie, www.imf.org Due, John F. dan Friedlaender, Ann F., (1973), Government Finance: economics of the public sector, edisi kelima, Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illinois60430, USA. Hemming, Richard, et al (2002), The Effectiveness of Fiscal Policy in Stimulating Economic Activity-A Review of the Literature, IMF Working Paper, WP/02/208. Hemming, Richard dan Petrie, Murray, (2000), A Frame Work for Assessing Fiscal Vulnerability IMF Working Paper, WP/00/52, www.imf.org

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

Studi Analisis Kebijakan Fiskal dan Struktur Pembiayaan Jangka Menengah di Indonesia

183

Hutahaen, Parluhutan, et al, eds., (2002),Kebijakan Fiskal: bunga rampai, BAF Depkeu RI dan JICA, Jakarta, Indonesia Kell, Michael, (2001), An Assessment of Fiscal Rules in the United Kingdom, IMF Working Paper, WP/01/91, www.imf.org Marks, Stephen V., (2004), Fiscal Sustainability and Solvency: Theory and Recent Experience in Indonesia, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol.40, No.2, 2004. Nota Keuangan & RAPBN, beberapa tahun, Dep. Keuangan RI Rahmany, A. Fuad, (2003), Ketahanan Fiskal dan Manajemen Utang Dalam Negeri Jurnal Keuangan dan Moneter, vol.6, no.1, Juli 2003, Pusat Statistik dan Penelitian Keuangan, BAF, Dep. Keuangan RI, Jakarta Riphat, Singgih, dan Isdijoso, Brahmantio, (2001), Mempertahankan Kelangsungan Anggaran Negara: Fiscal Sustainability Tim Assistensi Menteri Keuangan, Dep. Keuangan RI, Jakarta

Rosen, Harvey S., (1999), Public Finance, edisi kelima, Irwin/McGraw-Hill, A division of the McGraw-Hill Companies, www.mhhe.com Stiglitz, Joseph E., (2000), Public Sector: Economics of the, edisi ketiga, Norton & Company, New York/London, www.wwnorton.com Ulfa, Almizan (2002), Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Fisik Daerah Jurnal Demokrasi & HAM, vol.2., no.2, JuniSeptember 2002, The Habibie Center, Jakarta Yanagita, Tatsuo, (2003), Reforming the Indonesian Financial System and Fiscal Sustainability Jurnal Keuangan dan Moneter, vol.6, no.1, Juli 2003, Pusat Statistik dan Penelitian Keuangan, BAF, Dep. Keuangan RI, Jakarta.

Bunga Rampai Hasil Penelitian 2004

You might also like