You are on page 1of 32

Biologi Ginjal & Saluran Kemih DEFINISI Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal.

Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).

Fungsi ginjal adalah untuk: Menyaring limbah metabolik Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh Membantu mengatur tekanan darah Membantu mengatur pembentukan sel darah. Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus).

Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis. Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar (misalnya protein). Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman (daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekul-molekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup besar untuk dapat melewati lubanglubang pada penyaring glomerulus. Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle. Ketika cairan melewati ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga cairan yang tersisa menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin banyak jumlah natrium yang dipompa keluar. Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon-hormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal. Air kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke kandung kemih; aliran tersebut bukan merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah air kemih dalam gerakan bergelombang (kontraksi). Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Air kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung jumlah air kemih yang semakin bertambah. Jika kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong air kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan otot-otot perut. Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter.

GEJALA-GEJALA KELAINAN GINJAL & SALURAN KEMIH Gejala yang disebabkan oleh kelainan ginjal dan saluran kemih sangat bervariasi, tergantung kepada bagian ginjal atau saluran kemih yang terkena. Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang umum, tetapi infeksi kandung kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan demam. Suatu infeksi bakteri pada ginjal (pielonefritis) biasanya menyebabkan demam tinggi. Kanker ginjal kadang menyebabkan demam. Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6 kali/hari, terutama pada siang hari. Frekuensi (sering berkemih) tanpa disertai peningkatan dalam jumlah total air kemih dalam sehari, merupakan suatu gejala dari infeksi kandung kemih atau iritasi kandung kemih (misalnya karena benda asing, batu atau tumor). Tumor atau massa lainnya yang menekan kandung kemih juga bisa menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika berkemih) dan urgensi (desakan untuk berkemih), yang bisa dirasakan sebagai tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan terus menerus). Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera berkemih, air kemih bisa keluar dengan sendirinya (kontrol terhadap berkemih hilang). Nokturia adalah sering berkemih pada malam hari. Nokturia bisa tejadi pada stadium awal penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena sebelum tidur seseorang terlalu banyak minum, terutama alkohol, kopi atau teh. Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat memekatkan air kemih dengan baik. Nokturia juga terjadi pada penderita gagal jantung, gagal hati atau diabetes, meskipun tidak

terdapat kelainan pada saluran kemihnya. Nokturia dengan jumlah air kemih yang sangat sedikit bisa terjadi jika air kemih mengalir balik ke kandung kemih karena adanya penyumbatan; salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan pada pria lanjut usia adalah pembesaran kelenjar prostat. Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun merupakan hal yang normal. Enuresis yang terjadi setelah usia 3 tahun, menunjukkan adanya suatu masalah, misalnya: - tertundanya kematangan otot dan saraf pada saluran kemih bagian bawah - infeksi atau penyempitan uretra - neurogenic bladder (tidak adekuatnya pengontrolan saraf kandung kemih). Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyumbatan uretra adalah: - keraguan untuk memulai berkemih - kebutuhan untuk mengedan - aliran yang lemah atau menetes - setelah selesai berkemih, air kemih masih menetes. Pada pria, gejala tersebut paling sering disebabkan oleh pembesaraan prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra). Gejala yang sama pada anak laki-laki, bisa menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan uretra atau lubang uretra yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa ditemukan pada wanita. Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan buang air kecil) bisa terjadi pada berbagai keadaan. Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke dalam vagina), air kemih bisa keluar ketika penderita tertawa, batuk, lari atau mengangkat beban berat. Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan lemahnya otot panggul (karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar hormon estrogen pada saat menopause. Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih bisa menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam kandung kemih melebihi tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya menjadi kosong. Adanya gas di dalam air kemih merupakan gejala yang jarang terjadi, yang biasanya menunjukkan adanya fistula (hubungan yang abnormal) antara saluran kemih dan usus. Suatu fistula bisa merupakan komplikasi dari divertikulits, abses maupun kanker. Fistula diantara kandung kemih dan vagina bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih. Kadang bakteri di dalam air kemih juga membentuk gas. Dalam keadaan normal, seorang dewasa membuang sekitar 1 cangkir sampai 0,9L air kemih/hari. Berbagai penyakit ginjal menyebabkan terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih, sehingga jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L. Jumlah air kemih yang sangat banyak biasanya merupakan akibat dari: - tingginya kadar gula darah - rendahnya kadar hormon antidiuretik yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa (penyakit diabetes insipidus) - berkurangnya respon terhadap hormon antidiuretik (diabetes insipidus nefrogenik). Penyakit ginjal atau penyumbatan pada ureter, kandung kemih atau uretra bisa secara mendadak menyebabkan berkurangnya produksi air kemih sampai kurang dari 2 cangkir/hari. Jika produksi air kemih dengan jumlah kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan limbah metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini

bisa menunjukkan adalah gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan ginjal kronis. Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin berwarna coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal. Urin coklat mungkin mengandung hasil pemecahan hemoglobin (protein pengangkut oksigen di dalam sel darah merah) atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna akibat porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat. Penyebab dari warna urin yang abnormal bisa diketahui dengan melakukan pemeriksan mikroskopik terhadap sedimen urin dan analisa kimia urin. Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah, lamanya darah berada di dalam urin dan keasaman urin. Hematuria tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih ada. Penyebab lain dari hematuria adalah: - glomerulonefritis - batu ginjal - kista ginjal - penyakit sel sabit - hidronefrosis. Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya dirasakan di punggung, yaitu di daerah flank (diantara tulang rusuk dan pinggul bagian belakang). Kadang nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut. Penyebabnya adalah peregangan kapsula renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini bisa terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan ginjal. Jika ginjal ditekan, seringkali timbul rasa nyeri. Jika sebuah batu ginjal melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat. Sebagai respon terhadap batu, ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram yang hebat di punggung bagian bawah, yang sering menjalar ke selangkangan. Jika batu telah sampai ke kandung kemih, maka nyeri akan menghilang. Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Nyeri ini biasanya dirasakan di atas tulang kemaluan dan pada ujung uretra ketika berkemih. Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan nyeri di atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya terjadi secara lambat, biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri. Kanker dan pembesaran prostat biasanya tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan prostat (orostatitis) bisa menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa penuh di daerah antara anus dan kelamin. Pada saat ejakulasi, kadang keluar semen yang berdarah. Hal ini bisa terjadi pada pria yang menderita kelainan pembekuan.

PROSEDUR DIAGNOSTIK Pada pemeriksaan fisik, ginjal yang normal tidak teraba dari luar, tetapi ginjal yang membengkak atau tumor ginjal bisa teraba dari luar. Kandung kemih yang membengkak juga bisa teraba dari luar. Pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk merasakan kelenjar prostat. Pemeriksaan dalam vagina bisa membantu memberi keterangan mengenai kandung kemih dan uretra. Prosedur tambahan yang dilakukan untuk mendiagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih adalah: Analisa urin Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal Prosedur imaging Contoh sel dan jaringan. Analisa urin Analisa urin rutin (urinalisis) terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi protein, gula dan keton) dan pemeriksaan mikroskopik (untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah putih). Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui dan diukur kadar berbagai zat di dalam urin. Biasanya digunakan sehelai plastik tipis (dipstick) yang mengandung bahan kimia yang akan bereaksi dengan zat di dalam urin dan merubah warna urin. Proteinuria (protein di dalam urin) bisa terjadi terus menerus atau hilang timbul, tergantung kepada penyebabnya. Proteinuria biasanya merupakan pertanda dari suatu penyakit ginjal, tetapi bisa juga terjadi secara normal setelah olah raga berat (misalnya maraton). Proteinuria juga bisa terjadi pada proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di dalam urin setelah penderitanya berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan di dalam urin setelah penderitanya berbaring. Glukosuria (gula di dalam urin) biasanya disebabkan oleh diabetes. Jika gula tetap ditemukan di dalam urin setelah kadar gula darah normal, maka penyebabnya adalah kelainan di ginjal. Ketonuria (keton di dalam urin) bisa disebabkan oleh kelaparan, diabetes yang tidak terkontrol dan keracunan alkohol. Keton merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh. Hematuria (darah di dalam urin) bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik maupun dengan mata telanjang (jika darah sangat banyak, urin menjadi merah atau coklat). Nitrituria (nitrat di dalam urin) biasanya menunjukkan adanya infeksi, karena kadar nitrat meningkat jika terdapat bakteri.

Leukosit esterase (enzim yang ditemukan pada sel darah putih tertentu) di dalam urin merupakan pertanda adanya peradangan, yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Pemeriksaan ini mungkin merupakan negatif palsu jika urin sangat pekat atau mengandung gula, garam empedu, obat-obatan (misalnya rifampcin, vitamin C). Keasaman urin bisa meningkat karena makanan tertentu. Osmolaritas (kepekatan urin) penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi ginjal. Bisa dilakukan analisa terhadap contoh urin acak atau dilakukan pemeriksaan untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Pada salah satu tes, seseorang tidak diperbolehkan minum air atau cairan lainnya selama 1214 jam; sedangkan pada tes lainnya diberikan suntikan hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur. Dalam keadaan normal, kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat; tetapi pada penyakit ginjal tertentu, urin menjadi sangat encer. Dalam keadaan normal, urin mengandung sejumlah kecil sel dan pecahan lainnya yang terlepas dari saluran kemih bagian dalam. Pada penderita kelainan saluran kemih, pecahan dan sel tersebut terdapat dalam jumlah yang berlebihan, sehingga jika urin disentrifugasi (diputar dalam alat khusus) akan terbentuk sedimen (endapan). Sedimen ini dapat diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui penyakit yang diderita. Pembiakan urin adalah suatu proses untuk menumbuhkan bakteri pada urin, yang dilakukan untuk mendiagnosis suatu infeksi saluran kemih. Contoh urin yang belum terkontaminasi bisa diperoleh melalui: - metoda clean-catch - kateter yang dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih - jarum yang ditusukkan melalui dinding perut ke kandung kemih (aspirasi jarum suprapubik). Tes Fungsi Ginjal Fungsi ginjal bisa dinilai melalui analisa darah dan urin. Laju penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kreatinin serum. Kadar urea nitrogen darah juga bisa menunjukkan fungsi ginjal. Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan suatu rumus yang menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan dan jenis kelamin. Prosedur Imaging Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal, tetapi kedua hal tersebut biasanya akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan USG.

Urografi intravena adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk menampilkan ginjal dan saluran kemih bagian bawah. Suatu zat radioopak disuntikkan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan terdapat dalam ginjal biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Kemudian dilakukan pemotretan, yang hasilnya akan menunjukkan gambaran ginjal serta perjalanan zat radioopak ke dalam kandung kemih. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka urografi intravena tidak akan memberikan hasil yang baik, karena ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan zat radioopak di dalam ginjal. Sebagai efek samping dari penyuntikan zat radioopak, terjadi gagal ginjal akut pada 1 dari 200 kasus. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi resikonya lebih tinggi pada: - usia lanjut atau memiliki riwayat gangguan ginjal - diabetes melitus - dehidrasi - mieloma multipel. Kepada orang-orang tersebut, sebelum zat radioopak disuntikkan, diberikan cairan infus dan dosis yang rendah. Atau sebagai pilihan, kadang digunakan pemeriksaan CT scan. Sistogram adalah suatu gambaran rontgen dari kandung kemih, yang diperoleh melalui urografi intravena. Sistogram retrograd diperoleh dengan cara memasukkan zat radioopak melalui uretra, sehingga didapat gambaran yang lebih jelas mengenai kandung kemih dan uretra. Foto rontgen diambil sebelum, selama dan sesudah berkemih. Pada urografi retrograd, zat radioopak dimasukkan melalui kateter ke dalam ureter. Dengan teknik ini akan diperoleh gambaran yang jelas dari kandung kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi intravena gagal. Urografi retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya penyumbatan ureter atau untuk menilai seseorang yang alergi terhadap zat radioopak intravena. Kerugian dari teknik ini adalah resiko terjadinya infeksi dan perlu dilakukan pembiusan. USG menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran struktur anatomi ginjal. Teknik ini sederhana, tidak menimbulkan nyeri dan aman. USG bisa digunakan untuk: - Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang baik meskipun ginjal tidak berfungsi baik. - Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20 minggu dengan cara mengukur perubahan volume kandung kemih. Dengan demikian bisa diketahui fungsi ginjal janin. - Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui adanya massa di dalam perut, infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan pada sistem kemih. - Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal, termasuk perdarahan ginjal. - Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. USG merupakan metode diagnostik terbaik untuk penderita gagal ginjal stadium lanjut, yang

ginjalnya tidak dapat mengambil atau mentolerir zat radioopak. Kandung kemih yang terisi dengan urin bisa terlihat dengan jelas pada USG. USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi tumor kandung kemih, tetapi hasilnya lebih baik jika digunakan CT scan. CT Scan merupakan pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG dan urografi intravena, tetapi mempunyai beberapa keuntungan: - C T scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa lainnya yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak melalui pembuluh vena. - CT scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal. - Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung kemih selama pemeriksaan CT scan dapat dengan jelas menggambarkan tumor kandung kemih. Pada angiografi disuntikkan zat radioopak ke dalam arteri. Angiografi merupakan pemeriksaan yang paling invasif dan hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya untuk menilai aliran darah ke ginjal. Komplikasi dari angiografi adalah cedera pada arteri dan organ di sekitarnya, reaksi terhadap zat radioopak serta perdarahan. Venografi adalah suatu rontgen vena yang menggunakan zat radioopak. Jarang terjadi komplikasi dan biasanya hanya terbatas pada perembesan darah serta zat radioopak di sekitar tempat penyuntikan. Bisa terjadi reaksi alergi terhadap zat radioopak. MRI scan dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak dapat ditampilkan oleh teknik lainnya. Bentuk suatu tumor dapat digambarkan secara 3 dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari massa berrongga (kista), cairan di dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan dengan infeksi. MRI juga memberikan gambaran yang sempurna dari pembuluh darah dan struktur di sekitar ginjal. Tetapi endapan kalsium dan batu ginjal akan lebih jelas terlihat pada CT scan. Contoh Sel & Jaringan Pada biopsi ginjal, diambil contoh jaringan ginjal dan diperiksa dengan mikroskop. Biopsi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai hasil pengobatan. Biopsi jarum (memasukkan sebuah jarum melalui kulit) seringkali merupakan bagian dari penilaian pada gagal ginjal dan biopsi ginjal yang dicangkokkan seringkali dilakukan untuk mencari tanda-tanda penolakan. Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel di dalam urin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan sebagai skrining (penyaringan) kanker pada orang-orang berresiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri).

Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan tumor kandung kemih ataupun tumor ginjal, sitologi dilakukan untuk evaluasi follow-up. URINALISIS Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta fakta tentang ginjal dan saluran kemih,tetapi juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti:hati,saluran empedu,pakreas,kortex adrenal,dll. Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin,yang sebaiknya dinamakan pemeriksaan penyaring ialah beberapa pemeriksaan yang dianggap dasar bagi pemeriksaan selanjutnya dan yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. Jenis pemeriksaan rutin itu,berbeda beda menurut pandangan yang dianut dalam sesuatu rumah sakit. 1. Jumlah urin 2. Makroskopi:warna dan jernihnya urin 3. Berat jenis 4. Protein 5. Glukosa 6. Pemeriksaan sediment Jumlah Urin Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faaal ginjal,kelainan dalam keseimbangan cairan badana dan berguna juga untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semikuantitatif dengan urin. Adapun mengukur jumlah uru=in dapat diklakukan dengan : 1. Urin 24 jam 2. Urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam 3. Timed specimen pada sesuatu percobaan tertentu 4. Urin sewaktu Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seseorang ke orang lain.banyak sekali faktor yang berpengaruh kepada dieresis itu ,umpamanya umur,berat badan ,kelamin ,makanan dan minuman,suhu badan,iklim dan aktivitasvorang yang bersangkutan .Rata rata didapat didaerah tropik jumlah urin 24 jam antara 800 1300 ml untuk orang dewasa Jumlah urin siang normal 12 jam keadaan normal 2 sampai 4 lebih besar dari urin malam 12 jam.perbandingan itu tidak berubah ,biarpun misalnya banyaknya minuman pada malam hari dijadikan sama dengan yang siang hari.Perbandingan antara urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam seperti ditulis tadi,tidak berlaku sepenuhnya pada anak anak. Penelitian terhadap dieresis urin 24 jam atau 12 jam menentukan adanya kelainan seperti poliuria dan oliguria yang dapat dipertalikan dengan keadaan klinik tertentu. Warna Urin Memperhatikan warna urin bermakna karena kadang kadang didapat kelainan yang bermakna untuk klinik.Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus ,tindakan itu dapat dilakukan dengan mengisis tabung reaksi sampai penuh dan ditinjau dalam sikap serong.

Nyatakan warna urin dengan:tidak berwarna ,kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau ,putih serupa susu,dll. Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya dieresis,makin besar dieresis makin muda warna urin itu,,biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua.warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna,terutama urochrom dan urobilin. Berberapa sebab warna urin Kuning 1. Zat warna normal dalam jumlah besar: urochrom dan urobilin. 2. Zat warna abnormal: bilirubin 3. Obat obat dan diagnostika:sanatonin ,PSV,riboflavin dan lain lain Hijau 1. Zat warna abnormal dalam jumlah besar:indikan 2. Obat obat dan diagnostika:methylenblue,Evans blue 3. Kuman kuman:Ps.aeruginosa Merah 1. Zat warna normal dalam jumlah besar:uroerythrin. 2. Zat warna abnormal:hemoglobin,porfirin,porfobilin. 3. Obat obat dan diagnostika: santonin,psp,amidoprin dan lain lain 4. Kuman kuman:B.poridigous Coklat 1. Zat warna normal dalam jumlah besar:urobilin 2. Zat warna abnormal:bilirubin,hematin,porfobilin Coklat tua atau hitam 1. Zat warna normal dalam jumlah besar:indikan 2. Zat warna abnormal:darah tua,alkapton.melamin 3. Obat obat:derivate derivate fenol,argyol Serupa susu 1. Zat warna normal dalam jumlah besar:fosfat,urat 2. Zat warna abnormal:pus.getah pospat,shylus Kejernihan Cara mengujji kejernihan sama seperti menguji warna.Nyatakan pendapat dengan:jernih,agak keruh,keruh atau sangat keruh. Pentinglah untuk menemukan apakah urin itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau baru kemudian,yaitu jika dibiarkan. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal.Urin normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan:kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lender,sel epitel dan leukosit. Sebab sebab urin keruh dari mula mula

1. Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar.Mungkin terjadi setelah seseorang makan banyak.Kekeruhan itu hilang jika urin diberikan asam asetat encer.Sediment mengandung banyak Kristal fosfat atau karbonat 2. Bakteri bakteri.Kekeruhan yang terjadi bukan saja disebabkan oleh berkembangbiaknya kuman,tetapi juga oleh bertambahnya unsure sediment seperti sel epitel,leukosit,dsb. 3. Unsure unsure sediment dalam junlah besar. 1. Eritrosit eritosit yang menyebabkan urin menjadi keruh dan berupa serupa air daging 2. Leukosit leukosit: adanya dibenarkan dengan pemeriksaan mikroskopik sediment. 3. Sel sel epitel.akan terlihat juga dalam sediment pada pemeriksaan lebih lanjut. 1. Chylus dan lemak .Urin keruh menyerupai susu encer.Jika kekeruhan disebabkan oleh adanya butir butir lemak (lipuria),maka pada pemeriksaan mikroskop dapat dilihat butir butir lemak.Kalau urin yang bercampur chylus atau lemak kocok dengan ether ,kemudian ether itu diteteskan kepada sepotong kertas,akan ketinggaalan bacak lemak pada kertas tadi. 2. Benda benda koloid Berat Jenis Penetapan berat jenis urin biasanya cukup teliti dengan menggunakan urinometer.Apabila sering melakukan penetapan berat jenis dengan contoh urin yang volumenya kecil,sebaiknya memakai refraktometer untuk tujuan itu. Berat jenis urin sangat erat hubunganya dengan dieresis,makin besar diuresis, makin rendah berat jenis dan sebaliknya.Berat jenis urin 24 jam dari orang normal biasanya berkisar antara , 1,016 1,024. Derajat Keasaman Urin Penetapan reaksi atau PH urin tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring.Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam basa penetapan itu dapat member kesan tentang keadaan dalam tubuh,apalagi bila disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu,jumlah ion NH4,dsb. Uji keasaman urin bisa dilakukan dengan pemeriksaan berikut:kertas lakmus,carik celup,kertas nitrazin,dan ph meter Penetapan asam basa dengan kertas lakmus Prinsip: perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu Tujuan: mengetahui pH urine Alat yang dipakai: kertas lakmus merah biru Cara pemeriksaan: 1. Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine 2. Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi Pelaporan: 1. Urine asam: lakmus biru merah 2. Urine basa: lakmus merah biru 3. Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna

Protein Pemeriksaaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan pada timbulnya kekeruhan.Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada,maka menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat penting pada test test terhadap protein Jika urin yang akan diperiksa jernih,boleh terus dipakai,kalau pakailah cairan atas dari urim pusingan atau filtrate urin.Seandainya cairan atas dari urim pusingan atau filtrate tidak mau menjadi jernih,berilah kepada satu volume urin 1/10 volume keiselguhr atau carbo adsorbens,kocoklah kuat kuat dan saringlah berulang ulang sampai mendapat filtrate jernih. Cara menilai hasil ini berlaku baik untuk tes dengan asam sulfosalicyl,maupun test dengan asam asetat.Cara penilaian ini menghindarkan adanya penilaian la[oran yang meragukan dengan member batas batsa tegas antara derajat kepositifan. Negatif Positif + 0,01 0,05 Positif + + kekeruhan itu ( 0,05-0,2) Positif + + + Positif + + + + atau 3 + atau 4 + Urin jelas keruh dan kekeruhan urin sangat keruh dan Itu berkeping keping (0,2-0,5) kekeruhan berkeping keeping dan bergumpal ataupun memadat (lebih dari 0,5 %). Jika dapat lebih dari 3% protein akan terjadi bekuan Glukosa Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring.menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda beda asasnya.Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi,pada test semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah warna dan sifatnya jika direduksi oleh glukosa.Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan. Glukosa dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan. Cara benedict 1. Masukkan 5ml reagens benedict ke dalam tabung reaksi 2. Teteskan sebanyak 5- 8 tetes uria ke dalam tabung 3. Masukkanlah tabung itu kedalam air mendidih selama 5 menit 4. Angkatlah tabung ,kocoklah isinya dan baca hasil eduksinya. atau 2 + kekeruhan mudah dapat dilihat dan Nampak butir butir dalam atau 1 + butir butir,kadar protein kira kira Tidak ada kekeruhan sedikit juga Ada kekeruhan ringan tanpa

Menilai hasil Negatif kehijau hijauan dan agak keruh Positif + Positif + + Positif + + + (2 -3,5% glukosa) Positif + + + + 3,5% PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE Pemeriksaan sediment urin termasuk pemeriksaan rutin.Urinyang dipakai itu ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet .Yang paling baik untuk pemeriksaan urin adalah urin pekat,yaitu yang mempunyai berat jen is 1023 atau lebih tinggi ,urin yang pekat lebih muda didapat bila memakai urin pagi sebagai pemeriksaan. Cara pemeriksaan (mikroskopi): 1. Kocok urine dalam botol agar sedimen merata 2. Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 15 cc sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm 3. Tuang bagian atas urine tinggal 0,5 1 cc kocok kembali sedimen 4. Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass periksa dibawah mikroskop Hasil yang mungkin ditemukan ( unsure unsure sediment): 1. Organik 1. Epitel 2. eritrosit, 3. lekosit, 4. silinder 5. Kristal 6. jamur, trikomonas 7. spermatozoa 1. Anorganik 1. Bahan amorf 2. Kristal Kristal normal:calcium oxalate,ammonium-magnesium dll 3. Kristal Kristal yang menunjukkan urin abnormal:cystine,leucine,tyrosine,dll
2. Komposisi urine :

tetap biru jernih atau sedikit atau 1 + atau 2 + atau 3 + atau 4 + hijau kekuning kuningan dan kuning keruh ( 1 -1,5% glukosa) jingga atau kuning keruh merah keruh (lebih dari glukosa)

Keruh ( 0,5 -1% glukosa)

0.05 % ammonia 0.18 % sulphate 0.12 % phosphate 0.6 % chloride 0.01 % magnesium 0.6 % potassium

0.1 % sodium 0.1 % creatinine 0.03 % uric acid 2 % urea 95 % water


3.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-publichealth/2226658-mendeteksi-penyakit-melalui-warna-urine/#ixzz1n7B06qgj Glukosa Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna. Protein Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein. Bilirubin Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.

Urobilinogen Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal. Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat. Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Keasaman (pH) Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asambasa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obatobatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine : pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

Berat Jenis (Specific Gravity, SG) Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk

memekatkan dan mengencerkan urin. Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai 1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine. BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut nonglukosa. Darah (Blood) Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine. Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.

Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif. Keton Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet

tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris. Nitrit Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen. Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin). Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi.

Lekosit esterase Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar. Jenis sampel urine : Urine sewaktu/urine acak (random) Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus. Urine pagi Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine. Urine tampung 24 jam Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Wadah Spesimen Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine. Prosedur Pengumpulan Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.

Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel; menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium. Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah : Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.

Biakan Urine Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi dapat digunakan. Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak. Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase. Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.

Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap. Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita : Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium

Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria :

Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh. Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70% Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit Diambil urine sebanyak 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten) Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat. Segera dikirim ke laboratorium. Nilai Normal negatif negatif negatif atau 0,2 EU/dL negatif 5,0 8,5 negatif

Parameter 1. Leukosit 2. Nitrit

3. Urobilinogen 4. Protein 5. PH 6. Darah

7. Berat jenis 8. Keton 9. Bilirubin 10. Glukosa Warna urin

1.000-1.030 negatif negatif negatif

Nilai normal: kekuningan jernih Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi karena beberapa hal.

Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson (levodopa), methemoglobunuria. Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih (nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih. Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa). Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin). Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein). Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu. Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus. Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.

Berat jenis Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi antara 1.002 sampai 1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Abnormalitas:

Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare / dehidrasi. Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).

pH Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)


pH lebih basa: habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan amfoterisin B. pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus, asidosis tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid dan vitamin C.

Glukosa Nilai normal: negatif Di Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif dengan uji reduktor (Benedict). Warna Biru Hijau Hijau kekuningan Kuning kehijauan Coklat Merah bata Hasil Negatif Sangat sedikit +1 +2 +3 +4

Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa, asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Asam homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada individu dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin dan tirosin). Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah diganti dengan Clinistix. Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna lain yang mungkin: Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi). Penyakit hepar dan keracunan logam berat. Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin). Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.

Protein Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif) Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini. Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin sedikit lebih rendah daripada dewasa, yaitu <100 mg/24 jam. Reagen strip 0-0.05 gram/L Hasil Negatif Asam sulfosalisilat Jernih

0.05-0.2 gram/L Sangat sedikit Keruh, tanpa butiran 0.3 gram/L 1.0 gram/L 3.0 gram/L 10.0 gram/L +1 +2 +3 +4 Keruh, butiran halus Keruh, butiran sedang Keruh, berkepingan Bergumpalan

Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti: Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).

Keton

Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis). Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, postpendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular ginjal). Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal polikistik). Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon, sulfonamid).

Nilai normal: negatif Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode Rothera, dan sekarang digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat anestetik). Urobilinogen Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20 (WallaceDiamond) Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran Wallace-Diamond. Cara ini sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif. Warna Hasil kualitatif Kuning sampai kuning kehijauan Normal (negatif) Kuning oranye Positif Oranye kecoklatan Positif Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh Penyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis) Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis) Polisitemia vera ataupun anemia Keracunan timah hitam

Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin berkurang. Bilirubin Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 mol/L. Bilirubinuria dapat disebabkan oleh: Nitrit Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000 mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih. Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas. Infeksi atau sepsis. Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).

Eritrosit Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam urin yang berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor trauma, maupun karena kebocoran glomerulus. Leukosit Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang berlebihan dalam urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya, misalnya penolakan transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang lebih daripada jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan dengan keganasan setempat. Cast / inklusi Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi. Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran. Biasanya cast selain hialin (misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau campak. Kristal Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang ditemukan dalam urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin asam dapat ditemukan kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan kristal kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat kristal kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam keadaan normal tidak ada; antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan bilirubin. Bakteri, jamur, dan parasit Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream: < 1000/mL Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih mungkin ditemukan dalam urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris, Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobium dan mikrofilaria spesies tertentu. Referensi 1. Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. 2. Kasper DL et.al (eds). Harrisons Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, 2007. aboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.
PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik. Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan Volume mencukupi Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman) Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium. 1. Peralatan Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : bersih, kering tidak mengandung deterjen atau bahan kimia terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen sekali pakai buang (disposable) steril (terutama untuk kultur kuman) tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen

2. Antikoagulan Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat. 3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti : Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha). Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan. Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal) Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam

Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :


1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar

sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada. 2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung. Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah. Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut : Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling. Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis. Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru. Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis. Menampung spesimen urin Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa. Untuk mendapatkan specimen pembersihan lebih sempurna : clean catch diperlukan cara

Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih. Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing. Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen. Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan. Menampung spesimen tinja

Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur. Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar. Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung. Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran. Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu. Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 5 ml ) Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium. Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah : 1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan : Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat pH menurun, hemokonsentrasi PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah 2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun 3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan : trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat 4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan : natrium meningkat pada infus saline kalium meningkat pada infus KCl glukosa meningkat pada infus dextrose

PPT, APTT memanjang pada infus heparine. kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus 5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah. 6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.
PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium. 1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan. 2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang. 3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama. 4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti : Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit. Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik PPT / APTT memanjang. Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT. Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat. Perkembangbiakan bakteri Penundaan pengiriman sampel urine : Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam. Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.

Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari. Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH. Jamur akan berkembang biak Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 8 oC paling lama 8 jam. 5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

PENANGANAN SPESIMEN

Identifikasi dan registrasi spesimen Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar Gunakan sentrifus yang terkalibrasi Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu -20C, -70C atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan. Memberi bahan pengawet pada spesimen Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan : Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator Imunologi : 1 minggu dalam referigerator Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

Koagulasi : 1 hari dalam referigerator Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

You might also like