You are on page 1of 72

HASIL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA MENGENAI SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI-LAKI DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2011

Oleh :

MUHAMMAD ARIPANDI WIRA 080100054

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

ABSTRAK

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. Masalah dari penelitian ini adalah seberapa tahukah orang tua mengenai sirkumsisi pada anak laki-laki di kecamatan Medan Johor pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan oang tua mengenai sirkumsisi pada anak laki-laki di kecamatan Medan Johor tahun 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode cross sectional, serta pengambilan data sekunder diambil dengan cara pemberian kuesioner secara tertulis dengan memilih orang tua yang memiliki anak laki-laki. Populasi dalam penelitian ini adalah Orang tua yang mempunyai anak laki-laki dan bertempat tinggal di daerah kecamatan Medan Johor pada tahun 2011. Jenis sampel yang digunakan adalah probability systematic sampling. Hasil penelitian didapati, total subjek penelitian sebanyak 50 orang dengan deskripsi sebagai berikut: jenis kelamin laki-laki berjumlah 15 orang dan semuanya berpengetahuan baik (34,8%), sementara jenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 orang(65,2%). Selain itu, orang tua yang berpendidikan S1 memiliki pengetahuan baik terbanyak, yaitu sebanyak 23 orang (53,5%) dan yang memiliki pengetahuan sedang terbanyak, yaitu pada orang tua berpendidikan SMP sebanyak 6 orang (85,7%). Kesimpulannya, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Untuk itu perlu ditingkatkan penyuluhan oleh para petugas kesehatan agar pengetahuan para orang tua semakin meningkat.

Kata kunci : Pengetahuan, orang tua, sirkumsisi.

ABSTRACT

Circumcicion is to throw away the penis prepucium so that the glands penis become opened. This action is a minor surgical operation action which is at most done in all the world, goodness done by a doctor, a paramedic, or by a soothsayer circumcise. The problem from this research is how knows a parent to concern about the circumcicion at boy in subdistrict of Medan Johor in the year of 2011. The Intention of this research is to knows a parent knowledge to concern about the circumcicion at boy in subdistrict of Medan Johor in the year of 2011. The design of this study is descriptive studies with the method of cross sectional, and also intake of data taken by giving questioner in writing by chosening parent who is owning boy. Population in this research is a parent having boy and reside in the area of subdistrict of Medan Johor in the year of 2011. the type of sample used is probability sistematic sampling. The result of this study is, the total of the study subject is 50 people that descripted as follows: men gender amount to 15 people and good knowledgeable altogether ( 34,8%), while women gender as many as 35 people and owning good knowledge is 28 people(65,2%). Others, parents who have education of S1 own the good knowledge a lot of, that is as many as 23 people ( 53,5%) and owning a good knowledge, and parents who have education of SMP as many as 6 people ( 85,7%). Its conclusion, the higher the mount of education hence progressively goodness mount its knowledge. For that, it is require to be improved with the counselling by all health worker so that, the knowledge of all parent progressively mounting. Keyword : Knowledge, parent, circumcicion.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Adapun laporan hasil penelitan dengan judul Tingkat Pengetahuan Orangtua Mengenai Sirkumsisi Pada Anak Laki-laki Di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 ini disusun sebagai tugas akhir serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selama perencanaan dan pelaksanaan pembuatan laporan hasil karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Dosen Pembimbing, dr. T. Siti Harilza, Sp. M, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan. 3. Dosen Penguji dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT dan dr. Soekimin, Sp.PA, yang telah memberikan berbagai saran dan kritik untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. 4. Keluarga peneliti, yakni kedua orang tua, Ayahanda Ir. Abdul Hakim Mohar dan Ibunda Susilawaty serta abang-abang saya: Faisal Hakim, SP dan Riza Firdaus, SE yang selalu memberi dukungan, inspirasi, semangat, doa, serta materil sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 5. Rekan-rekan seperjuangan dan sahabat di FK USU yang setia menolong dan senantiasa bertukar pendapat M. Nur Ikbal, Arie Aditya Paramitha, Reza Fazly dan semua teman-teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 6. Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Medan, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB 1 PENDAHULUAN . ..................................................................... 1.1. Latar Belakang....................................................................... 1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1. Pengetahuan ............................................................................ 2.1.1.Definisi .......................................................................... 2.1.2.Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ..... 2.1.3.Cara Memperoleh Pengetahuan .................................... 2.2. Orang Tua ............................................................................... 2.3. Sirkumsisi .............................................................................. 2.4. Manfaat Dari Sirkumsisi Dan Faktor Penghambat Dalam Sirkumsisi ............................................................................. 2.5.Indikasi .................................................................................... 2.5.1. Agama .......................................................................... 2.5.2.Medis ............................................................................. 2.6.Kontraindikasi ......................................................................... 2.6.1. Kontraindikasi Mutlak ................................................. 8 8 8 8 9 9 i ii iii iv v viii ix x 1 1 3 3 3 3 3 5 5 5 5 6 6 6

2.6.2.Kontraindikasi Relatif .................................................. 2.7. Prinsip Dasar Dalam Melakukan Sirkumsisi .......................... 2.7.1.Persiapan Operator ........................................................ 2.7.2.Persiapan Pasien ............................................................ 2.7.3.Alat-Alat Yang Diperlukan Dalam Sirkumsisi ............ 2.8.Evaluasi Kelayakan ................................................................ 2.9.Teknik Dalam Sirkumsisi ....................................................... 2.9.1.Teknik Dorsumsisi ........................................................ 2.9.2.Teknik Klasik ............................................................... 2.9.3.Perawatan Yang Terdapat Dalam Sirkumsisi ............... 2.10.Perawatan Pasca Sirkumsisi ................................................. BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL ........................................................................ 3.1.Kerangka Konsep ................................................................... 3.2.Defenisi Operasional ............................................................... 3.2.1.Pengetahuan ................................................................. 3.2.2. Orang Tua .................................................................... 3.2.3. Anak ............................................................................ 3.2.4. Sirkumsisi .................................................................... BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................ 4.1.Jenis Penelitian ........................................................................ 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 4.3. Populasi Penelitian ................................................................. 4.3.1. Populasi Target ............................................................ 4.3.2. Populasi Terjangkau ..................................................... 4.4. Kriteria Penelitian ................................................................... 4.4.1.Kriteria Inklusi ............................................................. 4.4.2. Kriteria Eksklusi........................................................... 4.5. Metode Pengumpulan Data .................................................... 4.6. Pengolahan Dan Analisis Data ...............................................

10 10 10 10 11 11 11 12 14 16 16

19 19 19 19 20 20 20 21 21 21 21 21 21 21 21 22 22 23

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian. 5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden.. A. Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011.. B. Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 C. Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 5.2 Hasil Analisa Data.. 5.2.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden 5.3 Pembahasan. 5.3.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011.

25 25 25 25

25

26

27 27 27 32

32 34 35 36 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.. 6.1 Kesimpulan. 6.2 Saran DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................. LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor 2.1

Judul Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi Berdasarkan

Halaman

Data WHO Tahun 2007 ...................................................................... 4.1 5.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ..................................... Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.2 Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.3 Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.4 Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.5 Distribusi Umur Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.6 Distribusi Pendidikan Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011. 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Dalam Lembar Kuesioner

6 24 26

26 27

28

28

29

30

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman 13 15

Gambar 1.Teknik Dorsumsisi ........................................................................ Gambar 2. Teknik Klasik ...............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Informed Consent Lampiran 4 Lembar Kuesioner Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 6 Ethical Clearence Lampiran 7 Hasil Output dan Data Induk

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah sunat, merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan dan tidak hanya orang Islam tetapi orang-orang Yahudi, Nasrani dan agama lainnya sekarang juga banyak yang menjalaninya karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan. (Hana, 2008) Pengertian sirkumsisi sendiri adalah membuang prepusium penis sehingga glands penis menjadi terbuka.Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. (Purnomo, 2003) Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Menurut WHO umur yang paling sering melakukan sirkumsisi adalah 5-12 tahun dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85% (8,7juta), sementara Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. (WHO, 2007) Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas Islam di lihat dari hasil penelitian WHO, namun Indonesia masih sedikit melakukan sirkumsisi daripada negara lain. Berarti tidak adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat bahwa sirkumsisi memiliki begitu banyak manfaat terutama mencegah AIDS dan kanker serviks. Secara medis sirkumsisi ini dimaksudkan untuk: 1. menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine. 2. mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis. 3. mencegah timbulnya karsinoma penis. Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah: 1) fimosis atau parafimosis, 2) kondiloma akuminata, 3) karsinoma penis, sedangkan kontraindikasinya adalah 1) hipospadia, 2) epispadi, 3) korde, 4) megalouretra; sedangkan kelainan

pembekuan darah merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan ini ( Purnomo, tahun 2003). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker serviks, di mana kedua penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan di seluruh dunia. Walupun sirkumsisi memiliki banyak manfaat tetapi ada juga yang menjadi penghambat bagi orang tua untuk tidak melakukan sirkumsisi pada anak mereka antara lain: 1) Takut terhadap resiko atau komplikasi dalam sirkumsisi, 2) Kepercayaan bahwah prepusium itu di butuhkan, 3) Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks (AAP, 2010). Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode sirkumsisi pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan sirkumsisi, sehingga sirkumsisi menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan sirkumsisi, sehingga proses sirkumsisi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Hana, 2008). Walaupun banyak hambatan untuk melakukan sirkumsisi tetapi semakin lama ilmu di bidang kesehatan semakin berkembang akan dapat menyelesaikan hambatan dari orang tua untuk melakukan sirkumsisi dengan cara memberikan informasi yang berguna bagi orang tua. Selain itu, penulis juga tertarik mengadakan penelitian di Kecamatan Medan Johor karena di daerah tersebut merupakan daerah dengan kondisi penduduk yang rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi. Sehingga apabila dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan kepada para orang tua di daerah tersebut, apakah akan mendapatkan hasil yang baik ataupun buruk terhadap pengetahuan mereka mengenai sirkumsisi, dan juga dapat di lihat dari manfaat sirkumsisi yang begitu banyak terutama mencegah AIDS dan kanker serviks, banyaknya faktor penghambat, dan masih kurangnya kesadaran untuk melakukan sirkumsisi, maka penulis tertarik mengambil judul Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki Di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: sejauh mana Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak laki-laki Di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 ?.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang manfaat sirkumsisi. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua mengenai indikasi dan kontra indikasi dalam sirkumsisi. 3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang persiapan dalam melakukan sirkumsisi. 4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dalam melakukan sirkumsisi. 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang tindakan pasca sirkumsisi.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Orang Tua Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan orang tua tentang sirkumsisi. Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap orang tua mau dan tidak takut lagi menganjurkan anaknya untuk disirkumsisi. 2. Bagi Peneliti Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang sirkumsisi dan dapat menerapkannya di masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat melanjutkan penelitian ini lebih sempurna lagi dan memperbaiki kelemahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007) 2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. 3. Umur Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang di dapat. (Mubarak, 2006) 4. Sumber informasi Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2005)

2.1.3. Cara memperoleh pengetahuan a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi berikutnya. 2. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. 3. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. b. Cara moderen Dalam memperoleh pengetahuan cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. (Notoadmodjo, 2005)

2.2. Orang Tua Orang tua adalah komponen yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantar anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat. (www.demandiri.or.id)

2.3. Sirkumsisi Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling

banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003). Di Indonesia, sirkumsisi sebagian besar di lakukan oleh agama Islam. Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia orang-orang Yahudi dan Nasrani pun sekarang juga banyak yang menjalaninya karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan. ( Hana, 2008) Secara medis tidak ada batasan umur berapa yang boleh di sirkumsisi. Usia sirkumsisi pun dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun. Di Indonesia, misalnya suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan suku Sunda pada usia 4 tahun. ( Hermana , 2000 ) Tabel 2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007 Negara Angola Australia Canada Indonesia Inggris Nigeria Philipina Afrika Selatan Amerika Jumlah Orang di Luar Islam Jumlah (Juta) 3.44 8.05 11.79 84.98 24.22 28.75 14.87 24.22 115.56 Persen (%) 99 98,5 96,9 12 97,3 50 95 95,5 98 Jumlah (Juta) 3.4 7.5 11.4 10.2 23.6 17.6 27.3 14.6 113,2

Bisa dilihat dari tabel 2.1, Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sirkumsisi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker seviks. (WHO, 2007)

2.4. Manfaat Dari Sirkumsisi Dan Faktor Penghambat Dalam Sirkumsisi Ada banyak manfaat yang menjadi alasan orang tua untuk melakukan tindakan sirkumsisi adalah: Membuat penis menjadi lebih bersih. Mengurangi resiko terkena HIV. Mengurangi resiko terkena karsinoma penis. Mengurangi terjadinya kanker serviks. Pencegahan fimosis. Ada juga yang menjadi faktor penghambat yang membuat orang tua untuk tidak melakukan tindakan sirkumsisi adalah: Takut terhadap resiko atau komplikasi dalam sirkumsisi. Kepercayaan bahwa prepusium di butuhkan. Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks. (AAP, 2010)

2.5. Indikasi 2.5.1. Agama Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang Yahudi dan Nasrani pun sekarang juga banyak yang melakukannya. (Hana, 2008) 2.5.2. Medis 1. Fimosis Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang (proksimal)/membuka. Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar ujung jarum, sehingga sulit untuk keluar (Purnomo, 2003). Pada 95% bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis. Pada umur 3 tahun anak yang fimosis sebanyak 10%. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008) Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah: 1) Bawaan (kongenital), paling banyak 2) Peradangan ( Purnomo, 2003).

2. Parafimosis Parafimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat ditarik ke depan (distal)/menutup. Pada keadaan ini, glands penis atau batang penis dapat terjepit oleh prepusium yang bengkak. Keadaan ini paling sering oleh peradangan. Pada parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum disirkumsisi. (Bachsinar, 1993) 3. Kondiloma Akuminata Kondiloma Akuminata adalah papiloma multipel yang tumbuh pada kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multipel dan permukaan kasar. Faktor predisposisinya adalah perawatan kebersihan genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi permukaan glands penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan. (Bachsinar, 1993) 4. Karsinoma penis Karsinoma penis ada dua tipe, yaitu papiliformis (bentuk papil), dan ulseratif (bentuk ulkus). ( Bachsinar, 1993)

2.6. Kontraindikasi 2.6.1. Kontraindikasi Mutlak 1. Hipospadi Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna. Hipospadi berada di ventral penis mulai dari glans penis sampai perineum. Hipospadi terjadi karena kegagalan atau kelambatan penyatuan lipatan uretra digaris tengah. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008) 2. Kelainan Hemostasis Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelainan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya. ( Hermana , 2000)

2.6.2. Kontraindikasi Relatif a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya. b. Infeksi umum. c. Diabetes mellitus. (Bachsinar, 1993)

2.7. Prinsip Dasar Dalam Melakukan Sirkumsisi Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip dasar, yaitu: 1) asepsis, 2) pengangkatan kulit prepusium secara adekuat, 3) hemostasis yang baik, dan 4) kosmetik. Sirkumsisi yang dikerjakan pada umur neonatus (<1 bulan) dapat dikerjakan tanpa memakai anastesi, sedangkan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna menghindari terjadinya trauma psikologis. (Purnomo, 2003) 2.7.1. Persiapan Operator 1. Operator memakai pakaian yang bersih, jika mungkin baju kamar bedah. 2. Mengenakan topi dan masker. 3. Mencuci tangan dengan antiseptic. 4. Mengenakan sarung tangan steril. 5. Operator datang dari sebelah kiri pasien, sesuai dengan posisi operator pada operasi urologi.

2.7.2. Persiapan Pasien 1. Rambut di sekitar penis (pubis) dicukur. 2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun. 3. Pada pasien anak-anak, sebelum tindakan, perlu diadakan pendekatan agar tidak cemas dan gelisah. 4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan riwayat penyakit terdahulu. (Bachsinar, 1993)

2.7.3. Alat-Alat Yang Diperlukan Dalam Sirkumsisi 1. Kain kasa yang steril. 2. Cairan disinfektan, seperti povidon iodine. 3. Kain steril untuk mempersempit daerah operasi. 4. Tabung suntik beserta jarumnya serta obat anastesi local. 5. Satu set peralatan bedah minor. ( Purnomo, 2003)

2.8. Evaluasi Kelayakan Untuk menghindari dan diteliti dengan seksama karena dapat mengakibatkan risiko selama ataupun setelah sirkumsisi. Hal-hal yang perlu di perhatikan : 1. Hipospadi Hal-hal yang ditanyakan dan diperhatikan: Kelainan bentuk penis. Arah pancaran air kencing. Apakah penis melengkung bila ereksi?

Pada pemeriksaan fisik dilihat bentuk penis, meatus uretra eksterna, dan adanya korda. (Hermana , 2000) 2. Kelainan Hemostasis Hal-hal yang perlu ditanyakan : Riwayat perdarahan yang lama setelah luka. Riwayat kulit mudah membiru jika terkena benturan ringan. Riwayat gosok gigi sering berdarah. (Hermana, 2000)

2.9. Teknik Dalam Sirkumsisi Adapun beberapa cara/teknik dalam melakukan tindakan sirkumsisi yaitu: 1) Metode Klasik, 2) Metode Dorsumsisi, 3) Metode Lonceng, 4) Metode Klamp, 5) Metode Laser, 6) Metode Flashcutter, dan yang paling sering digunakan dalam melakukan tindakan sirkumsisi pada sunatan masal adalah dorsumsisi dan klasik. (Hana,tahun 2008) Pertama sekali yang di lakukan adalah sebagai berikut: 1) Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodine 2) Daerah operasi ditutup dengan kain steril

3) Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan dengan memakai anastesi lokal dengan menyuntikkan obat pada basis penis. Obat anastesi disuntikkan di bawah kulit dan terinfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat dan diyakinkan bahwa batang penis sudah terbius. 4) Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari perekatannya dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain. 5) Pemotongan prepusium. (Purnomo, 2003) 2.9.1. Teknik Dorsumsisi Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian dilakukan petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil, sehingga hasil yang didapat juga lebih baik (Bachsinar, 1993). Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur. 2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin. 3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih kecil. 4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap. Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1) Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin. 2) Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata. 3) Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan gulotin. (Bachsinar, 1993)

Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah: 1) Prepusium dijepit pada jam 11, 1 dan 6. 2) Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis, sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali. 3) Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus. 4) Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing (membentuk segitiga). 5) Perdarahan dirawat. 6) Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9. 7) Lakukan penjahitan frenulum-kulit dengan jahitan berbentuk angka 8. 8) Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. (Purnomo, 2003) Pada dorsumsisi perlu diperhatikan: 1) Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan pada insisi ke lateral. 2) Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan. 3) Ikatan plain cat-gut pada perawatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul. 4) Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih. ( Purnomo, 2003)

Gambar 1. Teknik Dorsumsisi ( Purnomo, tahun 2003)

2.9.2. Teknik Klasik Teknik klasik adalah teknik sirkumsisi dengan cara menjepit prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut. Cara ini lebih cepat dari cara dorsumsisi, tapi membutuhkan kemahiran tersendiri. Bila operator belum terbiasa, hasilnya akan lambat, karena harus menggunting mukosa atau kulit yang berlebih. Pendarahan yang terjadi dengan cara ini biasanya lebih banyak, karena insisi prepusium dilakukan sekaligus. (Bachsinar, 1993) Keuntungan dalam menggunakan teknik klasik ini adalah: 1) Tekniknya relatif lebih sederhana. 2) Hasil insisi lebih rata. 3) Waktu pelaksanaan lebih cepat.

Kerugian dalam menggunakan teknik klasik ini adalah 1) Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga memerlukan insisi ulang. 2) Ukuran mukosa-kulit tidak dapat dipastikan. 3) Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebih, lebih besar di bandingkan teknik dorsumsisi. 4) Perdarahan biasanya lebih banyak. ( Bachsinar, 1993)

Cara kerja dalam melakukan teknik klasik adalah: 1) Prepusium dijepit pada jam 6 dan 12. 2) Klem melintang dipasang pada prepusium, secara melintang dari sumbu panjang penis. Arah klem miring dengan melebihkan bagian yang sejajar frenulum. 3) Prepusium di bagian proksimal atau distal dari klem melintang diinsisi. 4) Perdarahan dirawat. 5) Penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. (Purnomo, 2003) Pada metode klasik perlu diperhatikan: 1) Jepitan pada prepusium harus mengerah ke mukosa untuk mencegah mukosa yang berlebihan. 2) Klem melintang dipasang sedemikian rupa sehingga masih terdapat jarak longgar antara bagian proksimal klem dengan glands penis. 3) Klem melintang dalam posisi miring dengan melebihkan bagian sejajar frenulum, untuk mencegah frenulum terpotong secara berlebihan. 4) Ikatlah perdarahan dan jahitan mukosa-kulit. (Purnomo, 2003)

Gambar 2. Teknik Klasik ( Purnomo, 2003)

2.9.3. Perawatan Yang Terdapat Dalam Sirkumsisi Obat-obatan yang terdapat dalam tindakan sirkumsisi 1. Antibiotik Pemberian antibiotik hanya bersifat pencegahan dan pada keadaan tertentu bersifat penyembuhan. Obat yang digunakan adalah tetrasiklin, ampisilin, amoksilin dan sebagainya.

2. Analgetik Karena sirkumsisi merupakan daerah sensitif, maka pada sirkumsisi penderita akan merasakan nyeri. Pemberian analgetik diberikan hari pertama dan kedua, terutama pagi hari. Obat yang digunakan adalah antalgin, asam mefenamat, asam asetilsalisilat. 3. Anti inflamasi Bila terjadi radang, maka bisa diberikan obat anti inflamasi (serapeptase dan sebagainya). Dikatakan obat ini meningkatkan daya kerja antibiotik 4. Roboransia Dapat diberikan vitamin, seperti vitamin B kompleks ditambah vitamin C dosis tinggi untuk membantu penyembuhan. (Bachsinar, 1993)

2.10. Perawatan Pasca Sirkumsisi Sirkumsisi sekarang umumnya menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau demikian, setelah seseorang disirkumsisi, biasanya akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu sampai sepuluh hari agar bekas lukanya kering dan dapat menutup dengan sempurna. Sedangkan untuk dapat melakukan fungsi seksual dengan normal lagi butuh sekitar satu setengah bulan. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi yaitu: 1. Segeralah minum obat Analgesik Segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah obat analgesik

(penghilang nyeri) yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik. Minumlah obat antibiotik secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.

2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara perlahan, usahakan jangan mengenai luka sirkumsisi. Biasanya bercakbercak darah bekas sirkumsisi juga akan menumpuk dan tampak seperti borok yang dapat mengganggu kesehatan. Jadi, sering-seringlah membersihkan penis setelah disirkumsisi. Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan bekas darah tersebut sampai terlepas. 3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya. 4. Mengatur Makanan Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu larangan untuk dimakan karena hal tersebut hanyalah mitos yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering. Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang alergi terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja. 5. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif

Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya, yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh total. 6. Kontrol dan Melepas Perban Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir, hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter. Lakukan kontrol rutin ke dokter yang mengkhitan pada hari ketiga dan pada hari kelima-ketujuh apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, teteskan baby oil atau minyak kelapa pada perban secukupnya. Kulit luka dan perban akan melunak, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri. (Hana, 2008)

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Orang Tua: Faktor yang mempengaruhi Sumber informasi Tingkat pendidikan Lingkungan Budaya Sirkumsisi Pada Anak

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan para orang tua tentang sirkumsisi. Data responden dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu: baik dan sedang. Dengan perincian nilai sebagai berikut : a. Baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75% atau nilai total 24-32.

b. Sedang : apabila nilai yang diperoleh responden > 50% atau nilai total 16-23. Skala ukur : Skala kategorikal yaitu skala ordinal. Setiap orang tua menjawab kuesioner dengan benar akan diberi nilai 2 sedangkan yang menjawab kuesioner dengan salah akan diberi nilai 1. 3.2.2. Orang Tua Para orang tua yang nantinya akan diberi kuesioner dan menjadi responden. 3.2.3. Sirkumsisi Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis,

ataupun oleh dukun sunat. (Purnomo, 2003). Sirkumsisi adalah membuang prepusium dari ujung glans penis sampai melewati pangkal glans dengan batas tertentu. Sirkumsisi tidak memiliki batasan umur dan untuk di Indonesia sendiri sirkumsisi sudah dilakukan sebanyak 85% (8,7 juta) dari laki-laki umur 15 tahun atau lebih.

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional untuk melihat tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi pada anak laki-laki baik manfaat, tindakan, dan lainnya.

4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Pangkalan Mansur Kecamatan Medan Johor. Penelitian berlangsung pada bulan Maret-Desember dengan pengumpulan data pada bulan Mei-Juni.

4.3. Populasi Penelitian 4.3.1. Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah orang tua. 4.3.2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi pada anak laki-laki di Kelurahan Pangkalan Mansur Kecamatan Medan Johor tahun 2011.

4.4. Kriteria Penelitian 4.4.1. Kriteria Inklusi Orang tua yang mempunyai anak laki-laki. Orang tua yang bertempat tinggal di Kelurahan Pangkalan Mansur Kecamatan Medan Johor.

4.4.2. Kriteria Eksklusi Orang-orang kesehatan seperti dokter,perawat, dan lain-lain. Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik probability sistematic sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sudah menentukan jumlah sampel.

n
n N d

N .Z 2 .1 / 2P.1 P N 1d 2 Z 21 / 2.P.1 P
= Besar sampel minimum = Populasi = Kesalahan yang dapat ditolerir

Z 1/2

= Nilai distribusi normal baku

N .Z 2 .1 / 2 P.1 P n N 1d 2 Z 2 1 / 2.P.1 P 202.1,96.0,50,5 . n 2010,01 1,960,50,5 .

n = 40 orang Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak kurang lebih 40 atau yang akurat adalah 50 orang. Pada penelitian ini, sampelnya ditentukan dengan membagi jumlah populasi sebanyak 202 dengan jumlah sampel sebanyak 50 dan hasilnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel (Wahyuni 2007).

4.5. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sampling. Data penelitian ini diambil dengan kuesioner secara lisan dengan memilih orang tua yang memiliki anak laki-laki.

4.6. Pengelolahan Dan Analisis Data Data telah di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuisioner akan di olah dengan langkah-langkah, sebagai berikut : 1. Editing Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden. 2. Coding Data yang telah diediting dirubah kedalam bentuk angka (kode). Nama responden dirubah menjadi nomor kode responden 01, 02,..... 3. Tabulating Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi. 4. Scoring Memberikan scoring terhadap jawaban-jawaban responden. Pada kuisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelumnya menentukan kategori baik, sedang, buruk sebagai tolak ukur yang akan dijadikan pemantauan pengukuran. Setelah membuat kuesioner selanjutnya kita menghitung korelasi skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Untuk menentukan apakah suatu kuesioner itu valid atau tidak selain kita menentukan validitas kita juga menentukan berapa reliabilitasnya. Menentukan validitas dan reliabilitasnya peneliti menggunakan program SPSS.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Variabel Nomor Pertanyaan Total Pearson Correlation Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 -0.821 0.859 -0.746 -0.789 0.856 0.777 -0.654 -0.668 -0.678 0.702 -0.719 -0.725 -0.705 0.736 0.644 0.784 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0.804 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Status Alpha Status

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Pangkalan Masyur Kecamatan Medan Johor. Adapun Batas batas wilayah dari Kecamatan Medan Johor, yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Padang Bulan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Polonia. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Amplas.

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden Hasil penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 , kuesioner diberikan kepada 50 orang tua yang mempunyai anak laki-laki. Hasilnya dapat diterangkan sebagai berikut : A. Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak LakiLaki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Sebagian besar orang tua di Kecamatan Medan Johor yang mengikuti penelitian ini, berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (70%), dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (30%). Hal ini terlihat di tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak LakiLaki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan Total Frekuensi (n) 15 35 50 Persen(%) 30 70 100

B. Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Sebagian besar orang tua di Kecamatan Medan Johor yang mengikuti penelitian ini, berumur 31-40 tahun sebanyak 23 orang (44%), yang berumur 4150 tahun sebanyak 16 orang (34%) dan sebagian kecil berumur 51-60 tahun sebanyak 5 orang (10%). Hal ini terlihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Umur Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Umur Frequency 31-40 41-50 51-60 61-70 Total 22 17 5 6 50 Percent 44 34 10 12 100.0

C. Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak LakiLaki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Sebagian besar orang tua di Kecamatan Medan Johor yang mengikuti penelitian ini, berpendidikan S1 sebanyak 23 orang (30%), dan sebagian kecil berpendidikan SD sebanyak 1 orang (12%). Hal ini terlihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Pendidikan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Karakteristik SD SMP SMA D-I D-III S1 TOTAL Frekuensi(n) 1 7 15 2 2 23 50 Persen(%) 2 14 30 4 4 46 100

5.2 Hasil Analisa Data 5.2.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner, didapatkan distribusi tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi pada anak laki-laki di Kecamatan Medan Johor tahun 2011.

Tabel 5.4 Distribusi Jenis Kelamin Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Pengetahuan Sedang JK Laki - laki Perempuan Total 0 7(100%) 7(100%) Baik 15(34,88%) 28(65,12%) 43(100%) Total 15 35 50

Berdasarkan tabel 5.4, laki-laki berpengetahuan baik sebanyak 15 orang (34,88%) dan perempuan berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (65,12%), sementara yang berpengetahuan sedang sebanyak 7 orang (100%). Menurut analisa penulis, responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang berpengetahuan baik, karena pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan.

Tabel 5.5 Distribusi Umur Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Pengetahuan Sedang Umur 31-40 6(85,72%) Baik 16(37,21%) Total 22

41-50 51-60 61-70 Total 0

0 1(14,28%)

17(39,53%) 4(9,3%) 6(13,95%)

17 5 6 50

7(100%)

43(100%)

Berdasarkan tabel 5.5, Umur 31 tahun memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 10 orang (23,26%). Yang memiliki pengetahuan sedang yaitu pada umur 39 dan 51 tahun sebanyak 1 orang (14,29%), umur 38 tahun sebanyak 3 orang (42,86%) dan umur 37 tahun sebanyak 2 orang (28,57%). Menurut analisa penulis, kelompok umur yang lebih muda pada penelitian ini masih memiliki ingatan yang baik dan masih sering mencari informasi mengenai sirkumsisi itu sendiri, sementara pada kelompok umur yang lebih tua seringkali didapati oleh penulis, bahwa kebanyakan dari mereka ingatannya telah berkurang dan sudah tidak pernah lagi mencari infomasi-infomasi yang berkaitan dengan sirkumsisi.

Tabel 5.6 Distribusi Pendidikan Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Pengetahuan Sedang Pendidikan SD SMP SMA D-I D-III S1 Total 1(14,29%) 6(85,71%) 0 0 0 0 7(100%) Baik 0 1(2,33%) 15(34,88%) 2(4,65%) 2(4,65%) 23(53,49%) 43(100%) Total 1 7 15 2 2 23 50

Berdasarkan tabel 5.6, pendidikan S1 memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 23 orang (53,49%) dan yang memiliki pengetahuan sedang paling banyak, yaitu pada jenjang pendidikan SMP sebanyak 6 orang (85,71%). Menurut penulis, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Dalam Lembar Kuesioner No Pertanyaan Jumlah Responden yang menjawab benar 1 Anda pernah mendengar/melihat sunat 2 Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah 3 Apa yang menjadi manfaat dari sunat 4 Apa yang menjadi indikasi untuk melakukan sunat 5 Orang yang bisa melakukan sunat : 6 Yang menjadi indikasi medis untuk melakukan sunat 7 Selain kelainan pada kulit penis, apalagi yang menjadi indikasi medis untuk sunat 8 Menurut Anda yang menjadi kontraindikasi dari sunat 25 25 20 30 28 22 36 14 49 1 43 7 50 50 Jumlah Responden yang menjawab salah -

Kelainan letak lubang penis atau hipospadi (Kelainan letak lubang buang air kecil), yang bisa menyunat dalam keadaan ini adalah

43

10

Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali

37

13

11

Hal apa yang ditanyakan sebelum melakukan sunat

42

12

Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat

36

24

13

Bagaimana cara membuat agar penis tetap bersih dan kering

43

14

Berapa lama minum antibiotik setelah disunat

38

12

15

Berapa lama anak dilakukan penggantian perban setelah disunat

43

16

Kapan kita bisa bersihkan dengan air hangat

43

Dari tabel 5.7, dapat dilihat bahwa responden berpengetahuan sedang masih banyak yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui informasi tentang sirkumsisi. Dari pertanyaan nomor 7, dapat dilihat bahwa responden paling banyak yang menjawab dengan salah, yaitu sebanyak 30 orang (60%). Hal ini

menunjukkan bahwa pengetahuan para orang tua tentang indikasi masih kurang.

sirkumsisi

5.3 Pembahasan 5.3.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak LakiLaki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 Dari penelitian ini, didapati bahwa tingkat pengetahuan orang tua di Kecamatan Medan Johor yang paling banyak adalah baik sebanyak 43 orang (86%), sedangkan yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 7 orang (14%). Menurut penulis, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan para orang tua yang rata-rata tinggi di Kecamatan Medan Johor dan kemauan yang tinggi untuk mencari informasi sendiri untuk menambah pengetahuan mereka. Dengan mengetahui apakah responden pernah melihat atau mendengar tentang sunat, maka kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan responden. Sebab kita lebih mudah mengingat apabila kita melihat daripada mendengar. Sebagian besar responden menjawab pernah melihat untuk pertanyaan ini. Salah satu yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah mengenai pengertian dari maksud sunat itu sendiri. Sebagian besar responden menjawab benar untuk pertanyaan ini, yaitu membuang kulit penis sehingga kulit penis menjadi terbuka. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengerti apa yang dimaksud dengan sunat dan akan lebih mempercayai anaknya untuk disunat. Pada pertanyaan nomor 8, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah, yaitu penis kecil dan Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis). Sedangkan yang menjawab benar, yaitu kelainan darah. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak orang tua yang tidak tahu apa saja yang menjadi kontraindikasi dari sunat. Oleh sebab itu, diharapkan kepada para petugas kesehatan untuk lebih banyak lagi memberikan informasi kepada orang tua agar para orang tua mengetahui kontraindikasi pada tindakan sirkumsisi. Kelainan hemostatis adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi

trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika pada pasien terdapat kelainan, dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelainan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia, dan penyakit kelainan hemostasis lainnya ( Herman ,tahun 2000). Pada pertanyaan nomor 6, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar atau bernilai 2 sebanyak 28 orang yaitu Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis). Sedangkan yang menjawab salah atau bernilai 1 hanya 22 orang (46%) yaitu susah buang air kecil atau susah buang air kecil dan fimosis. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua sudah mengetahui salah satu indikasi medis untuk melakukan tindakan sirkumsisi. Artinya orang tua tidak akan ragu lagi ketika anaknya akan di sunat apabila menjumpai kondisi seperti ini. Pada 95% bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.Pada umur 3 tahun anak yang fimosis sebanyak 10% (Ikatan dokter Anak Indoneisa,tahun 2008). Pada Pertanyaan nomor 13, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar sebanyak 43 orang yaitu membersihkan bekas luka dengan menggunakan kassa steril dengan air yang hangat. Sedangkan yang menjawab salah hanya 7 orang yaitu membersihkan bekas luka dengan cara mencucinya menggunakan air sabun. Hal ini menunjukan bahwa banyak orang tua yang tahu tindakan yang harus dilakukan untuk membersihkan dan mengeringkan penis pasca sunat dan menunjukan tingginya pengetahuan akan tindakan yang akan dilakukan setelah para anaknya di sunat. Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan bekas darah tersebut sampai terlepas (Hana, tahun 2008). Berdasarkan tabel 5.4, laki-laki berpengetahuan baik sebanyak 15 orang (34,88%) dan perempuan berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (65,12%), sementara yang berpengetahuan sedang sebanyak 7 orang (100%). Menurut analisa penulis, responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak

yang berpengetahuan baik, karena pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan. Berdasarkan tabel 5.5, Umur 31 tahun memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 10 orang (23,26%). Yang memiliki pengetahuan sedang yaitu pada umur 39 dan 51 tahun sebanyak 1 orang (14,29%), umur 38 tahun sebanyak 3 orang (42,86%) dan umur 37 tahun sebanyak 2 orang (28,57%). Menurut analisa penulis, kelompok umur yang lebih muda pada penelitian ini masih memiliki ingatan yang baik dan masih sering mencari informasi mengenai sirkumsisi itu sendiri, sementara pada kelompok umur yang lebih tua seringkali didapati oleh penulis, bahwa kebanyakan dari mereka ingatannya telah berkurang dan sudah tidak pernah lagi mencari infomasi-infomasi yang berkaitan dengan sirkumsisi. Berdasarkan tabel 5.6, pendidikan S1 memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 23 orang (53,49%) dan yang memiliki pengetahuan sedang paling banyak, yaitu pada jenjang pendidikan SMP sebanyak 6 orang (85,71%). Menurut analisa penulis, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Sunat Pada Anak Laki-Laki di Kecamatan Medan Johor Tahun 2011 serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Laki-laki yang berpengetahuan baik sebanyak 15 orang (34,88%) dan perempuan berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (65,12%), sementara yang berpengetahuan sedang sebanyak 7 orang (100%). Dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki pengetahuan lebih baik daripada perempuan. 2. Umur 31 tahun memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 10 orang (23,26%) dan yang memiliki pengetahuan sedang yaitu pada umur 39 dan 51 tahun sebanyak 1 orang (14,29%). Dari hasil

penelitian bisa dilihat umur juga memiliki pengaruh untuk pengetahuan. Dapat dilihat umur 31 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada tingkat umur lainnya. 3. Pendidikan S1 memiliki pengetahuan baik yang paling banyak, yaitu sebanyak 23 orang (53,49%) dan yang memiliki pengetahuan sedang paling banyak, yaitu pada jenjang pendidikan SMP sebanyak 6 orang (85,71%), dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuannya.

6.2 Saran 1. Disarankan kepada orang tua agar lebih banyak mencari informasi dari berbagai sumber. 2. Kepada petugas kesehatan agar lebih banyak membuat penyuluhan ke setiap daerah. 3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih banyak lagi membuat sampelnya dan lebih memperbaharui informasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric, 2010, Circumcision, Available from: http://www.aap.com [Accessed 12 April 2011]. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta. Bachsinar, B, 1993. Sirkumsisi, Edisi Keempat, Penerbit : Hipokrates, Jakarta. Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from: http://www.kaahil.wordpress.com [Accessed 15 March 2011] Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis dan Praktis, Cetakan Pertama, Penerbit : Widya Medika, Jakarta. Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta. Pranata, Y, dkk, 2008. Sirkumsisi yang Aman & Efisien, Cetakan Pertama, Penerbit : Sagung Seto, Jakarta. Purnomo, B, 2003. Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua, Penerbit : Sagung Seto, Jakarta. Waloyo, J, dkk, 2008. Neonatologi, Edisi Pertama, Penerbit : IDAI, Jakarta. World Health Organization, 2007. Male circumcision: global trends and determinants of prevalence, safety and acceptability, Available from : http://www.who.intl[Accessed 12 April 2011].

LAMPIRAN LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Umur Alamat Telp/HP

: : : : Tingkat

Setelah mendapat

penjelasan dari peneliti

tentang Penelitian

Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi di Kecamatan Medan Johor Kelurahan Pangkalan Mansur Tahun 2011 maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ................... 2011 Partisipan Peneliti

(Muhammad Aripandi Wira)

LEMBAR KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI-LAKI DI KECAMATAN MEDAN JOHOR KELURAHAN PANGKALAN MANSUR TAHUN 2011

Nama Umur Pendidikan

: : :

Jenis Kelamin : (P/L) Agama Alamat : :

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda centang () pada pertanyaan dibawah ini. 1. Apakah Anda pernah mendengar/melihat sunat? ( ) Ya ( ) Tidak 2. Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah : ( ) Membuang kulit penis sehingga kulit penis menjadi terbuka ( ) Melukai penis 3. Apa yang menjadi manfaat dari sunat? ( ) Menjaga penis agar tetap bersih ( ) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan suami istri 4. Apa yang menjadi indikasi untuk melakukan sunat? ( ) Agama ( ) Agama dan medis

5. Orang yang bisa melakukan sunat adalah : ( ) Dokter ( ) Dukun sunat ( ) Keduanya benar 6. Dibawah ini yang menjadi indikasi medis untuk melakukan sunat, adalah : ( ) Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis) ( ) Susah buang air kecil ( ) Keduanya benar 7. Selain kelainan pada kulit penis, apalagi yang menjadi indikasi medis untuk melakukan sunat? ( ) AIDS ( ) Kutil ( ) Keduanya benar 8. Menurut Anda yang menjadi kontraindikasi dari sunat adalah : ( ) Fimosis (penyempitan pada kulit penis yang berada di ujung penis) ( ) Kelainan darah 9. Kelainan letak lubang penis atau hipospadi (Kelainan letak lubang buang air kecil), yang bisa menyunat dalam keadaan ini adalah : ( ) Perawat ( ) Dokter bedah 10. Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali? ( ) Dibersihkan penisnya ( ) Disuntik 11. Hal apa yang ditanyakan sebelum melakukan sunat? ( ) Riwayat penyakit ( ) Pasien beragama apa

12. Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat? ( ) Daging ( ) Makanan yang pedas ( ) Telur 13. Bagaimana cara membuat agar penis tetap bersih dan kering setelah selesai disunat? ( ) Cuci dengan air sabun ( ) Menggunakan kassa steril dengan air yang hangat ( ) Keduanya benar 14. Berapa lama anak minum antibiotic setelah disunat? ( ) 1-5 hari ( ) 15-20 hari 15. Berapa lama anak dilakukan penggantian perban setelah disunat? ( ) 2-3 hari ( ) setelah sembuh 16. Kapan penis bisa dibersihkan dengan air hangat ? ( ) Setelah selesai sirkumsisi ( ) 2-3 hari

Tabel Uji Reliabilitas Cronbach`s Alpha .804 N of Items 16

Tabel Uji Validitas


P1 P1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 10 .761* . 011 10 .904** . 000 10 10 .571 . 085 10 10 1 P2 -.634 . 049 10 1 P3 .634* . 049 10 .810** . 005 10 1 P4 .725* . 018 10 .725* . 018 10 -.477 .164 10 P5 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 -.761* . 011 10 P6 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 P7 .904** . 000 10 .904** . 000 10 .904** . 000 10 P8 .571 . 085 10 .571 . 085 10 .571 . 085 10 P9 .725* . 018 10 .634* . 049 10 .725* . 018 10 P10 -.645* . 044 10 -.645* . 044 10 -.645* . 044 10 P11 .810** . 005 10 .725* . 018 10 .810** . 005 10 P12 .494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147 10 P13 .477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164 10 P14 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 P15 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 P16 -.678** . 031 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 Total -.821** . 004 10 .859** . 001 10 -.746** .13 10

P4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.494 .147 10

.477 .164 10

-.810** . 005 10

-.678** . 031

-.810** . 005 10

.904** . 000 10

.571 . 085 10

.634* . 049 10

-.645* . 044 10

.725* . 018 10

.494 .147 10

.477 .164 10

-.810** . 005 10

-.494 .147 10

-.761* . 011 10

-.789* . 007 10

10

10

P5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

-.725* . 018 10 -.494 .147 10 -.645* . 044 10 .725* . 018 10 .810** . 005 10 -.634 . 049 10 -.494 .147

-.477 .164 10 -.678** . 031 10 .725* . 018 10 .477 .164 10 .494 .147 10 .634* . 049 10 -.678** . 031

.725* . 018 10 .761* . 011 10 .494 .147 10 -.678** . 031 10 .477 .164 10 .725* . 018 10 .761* . 011

-.494 .147 10 -.725* . 018 10 .477 .164 10 .494 .147 10 -.645* . 044 10 -.761* . 011 10 -.725* . 018

-.810** . 005

.904** . 000 10 .904** . 000

.571 . 085 10 .571 . 085 10 .571 . 085

.725* . 018 10 .634* . 049 10 .725* . 018 10 .634* . 049

-.645* . 044 10 -.645* . 044 10 -.645* . 044 10 -.645* . 044 10 -.645* . 044

.810** . 005 10 .725* . 018 10 .810** . 005 10 .725* . 018 10 .810** . 005 10 .725* . 018

.494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147 10 .494 .147

.477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164 10 .477 .164

-.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005 10 -.810** . 005

-.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147

-.678** . 031 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031

.856** .002 10 .777* . 008 10 -.654* . 040 10 -.668* . 035 10 -.678* . 031 10 .702* . 024 10 -.719* . 019

10 .571 . 085 10 -.810** . 005 10 .571 . 085 10 -.678** . 031 10 -.810** . 005 10 -.477 .164

10 1

10 -.494 .147 10 .725* . 018 10 -.725* . 018 10 .904** . 000 10 .725* . 018

10 1

10 .477 .164 10 .477 .164 10 .571 . 085 10 .494 .147

10 1

10 .761* . 011 10 .725* . 018 10 .571 . 085

10 1

10 -.645* . 044 10 .725* . 018

10 1

10 -.678** . 031

10 1

N P12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total

10 -.678** . 031 10 -.678** . 031 10 -.810** . 005 10 -.725* . 018 10 -.725* . 018 10 -.821** . 004 10

10 .494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.477 .164 10 -.477 .164 10 .859** . 001 10

10 .571 . 085 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 .725* . 018 10 .725* . 018 10 -.746* . 013 10

10 .725* . 018 10 .761* . 011 10 .761* . 011 10 .477 .164 10 .477 .164 10 -.789** . 007 10

10 .477 .164 10 -.725* . 018 10 -.725* . 018 10 -.678** . 031 10 -.678** . 031 10 .856** . 002 10

10 -.810** . 005 10 -.477 .164 10 .571 . 085 10 .904** . 000 10 .494 .147 10 .777** . 008 10

10 -.494 .147 10 .571 . 085 10 .725* . 018 10 -.494 .147 10 .725* . 018 10 -.654* . 040 10

10 -.761* . 011 10 .725* . 018 10 .477 .164 10 -.761* . 011 10 .477 .164 10 -.668* . 035 10

10 .761* . 011 10 .477 .164 10 -.810** . 005 10 .761* . 011 10 -.678** . 031 10 -.678* . 031 10

10 -.725* . 018 10 -.810** . 005 10 .904** . 000 10 .571 . 085 10 .904** . 000 10 .702* . 024 10

10 -.477 .164 10 .904** . 000 10 -.494 .147 10 .725* . 018 10 .761* . 011 10 -.719* . 019 10

10 1

10 .477 .164

10 -.810** . 005 10 -.810** . 005

10 -.494 .147 10 -.494 .147 10 -.494 .147

10 -.761* . 011 10 -.678** . 031 10 -.761* . 011 10 -.678** . 031

10 -.725* . 018 10 -.705* . 023 10 .736* . 015 10 .664* . 045 10 .784** . 007

10 -.494 .147 10 -.761* . 011 10 .477 .164 10 -.725* . 018 10 -.725* . 018 10

10 1

10 .761* . 011 10 -.810** . 005 10 .761* . 011 10 -.705* . 023 10

10 1

10 .761* . 011 10 -.810** . 005 10 .736* . 015 10

10 1

10 .571 . 085 10 .644* . 045 10

10 1

10 .784** . 007 10

10 1

10

Frekuensi
Jenis Kelamin
Statistics JK N Valid Missing 50 0

JK Cumulative Frequency Valid Laki - laki Perempuan Total 15 35 50 Percent 30.0 70.0 100.0 Valid Percent 30.0 70.0 100.0 Percent 30.0 100.0

Statistics Umur N Valid Missing 50 0

Umur Cumulative Frequency Valid 31 32 33 37 38 39 40 43 44 46 48 49 50 51 57 58 59 63 64 65 10 1 1 2 3 2 3 1 1 1 6 7 1 1 1 2 1 1 1 4 Percent 20.0 2.0 2.0 4.0 6.0 4.0 6.0 2.0 2.0 2.0 12.0 14.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 2.0 8.0 Valid Percent 20.0 2.0 2.0 4.0 6.0 4.0 6.0 2.0 2.0 2.0 12.0 14.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 2.0 8.0 Percent 20.0 22.0 24.0 28.0 34.0 38.0 44.0 46.0 48.0 50.0 62.0 76.0 78.0 80.0 82.0 86.0 88.0 90.0 92.0 100.0

Umur Cumulative Frequency Valid 31 32 33 37 38 39 40 43 44 46 48 49 50 51 57 58 59 63 64 65 Total 10 1 1 2 3 2 3 1 1 1 6 7 1 1 1 2 1 1 1 4 50 Percent 20.0 2.0 2.0 4.0 6.0 4.0 6.0 2.0 2.0 2.0 12.0 14.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 2.0 8.0 100.0 Valid Percent 20.0 2.0 2.0 4.0 6.0 4.0 6.0 2.0 2.0 2.0 12.0 14.0 2.0 2.0 2.0 4.0 2.0 2.0 2.0 8.0 100.0 Percent 20.0 22.0 24.0 28.0 34.0 38.0 44.0 46.0 48.0 50.0 62.0 76.0 78.0 80.0 82.0 86.0 88.0 90.0 92.0 100.0

Statistics Pendidikan N Valid Missing 50 0

Pendidikan Cumulative Frequency Valid SD SMP SMA D-I D-III S1 Total 1 7 15 2 2 23 50 Percent 2.0 14.0 30.0 4.0 4.0 46.0 100.0 Valid Percent 2.0 14.0 30.0 4.0 4.0 46.0 100.0 Percent 2.0 16.0 46.0 50.0 54.0 100.0

Statistics p1 N Valid Missing 50 0

p1 Cumulative Frequency Valid 2 50 Percent 100.0 Valid Percent 100.0 Percent 100.0

Statistics p2 N Valid Missing 50 0

p2 Cumulative Frequency Valid 2 50 Percent 100.0 Valid Percent 100.0 Percent 100.0

Statistics p3 N Valid Missing 50 0

p3 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 7 43 50 Percent 14.0 86.0 100.0 Valid Percent 14.0 86.0 100.0 Percent 14.0 100.0

Statistics p4 N Valid Missing 50 0

p4 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 1 49 50 Percent 2.0 98.0 100.0 Valid Percent 2.0 98.0 100.0 Percent 2.0 100.0

Statistics p5 N Valid Missing 50 0

p5 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 14 36 50 Percent 28.0 72.0 100.0 Valid Percent 28.0 72.0 100.0 Percent 28.0 100.0

Statistics p6 N Valid Missing 50 0

p6 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 22 28 50 Percent 44.0 56.0 100.0 Valid Percent 44.0 56.0 100.0 Percent 44.0 100.0

Statistics p7 N Valid Missing 50 0

p7 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 30 20 50 Percent 60.0 40.0 100.0 Valid Percent 60.0 40.0 100.0 Percent 60.0 100.0

Statistics p8 N Valid Missing 50 0

p8 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 25 25 50 Percent 50.0 50.0 100.0 Valid Percent 50.0 50.0 100.0 Percent 50.0 100.0

Statistics p9 N Valid Missing 50 0

p9 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 7 43 50 Percent 14.0 86.0 100.0 Valid Percent 14.0 86.0 100.0 Percent 14.0 100.0

Statistics p10 N Valid Missing 50 0

p10 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 13 37 50 Percent 26.0 74.0 100.0 Valid Percent 26.0 74.0 100.0 Percent 26.0 100.0

Statistics p11 N Valid Missing 50 0

p11 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 8 42 50 Percent 16.0 84.0 100.0 Valid Percent 16.0 84.0 100.0 Percent 16.0 100.0

Statistics p12 N Valid Missing 50 0

p12 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 24 26 50 Percent 48.0 52.0 100.0 Valid Percent 48.0 52.0 100.0 Percent 48.0 100.0

Statistics p13 N Valid Missing 50 0

p13 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 7 43 50 Percent 14.0 86.0 100.0 Valid Percent 14.0 86.0 100.0 Percent 14.0 100.0

Statistics p14 N Valid Missing 50 0

p14 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 12 38 50 Percent 24.0 76.0 100.0 Valid Percent 24.0 76.0 100.0 Percent 24.0 100.0

Statistics p15 N Valid Missing 50 0

p15 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 7 43 50 Percent 14.0 86.0 100.0 Valid Percent 14.0 86.0 100.0 Percent 14.0 100.0

Statistics p16 N Valid Missing 50 0

p16 Cumulative Frequency Valid 1 2 Total 7 43 50 Percent 14.0 86.0 100.0 Valid Percent 14.0 86.0 100.0 Percent 14.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary Cases Valid N JK * Pengetahuan 50 Percent 100.0% N 0 Missing Percent .0% N 50 Total Percent 100.0%

JK * Pengetahuan Crosstabulation Count Pengetahuan Sedang JK Laki - laki Perempuan Total 0 7 7 Baik 15 28 43 Total 15 35 50

Case Processing Summary Cases Valid N Umur * Pengetahuan 50 Percent 100.0% N 0 Missing Percent .0% N 50 Total Percent 100.0%

Umur * Pengetahuan Crosstabulation Count Pengetahuan Sedang Umur 31 32 33 37 38 39 40 43 44 46 48 49 50 51 57 58 59 63 64 0 0 0 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 Baik 10 1 1 0 0 1 3 1 1 1 6 7 1 0 1 2 1 1 1 Total 10 1 1 2 3 2 3 1 1 1 6 7 1 1 1 2 1 1 1

65 Total

0 7

4 43

4 50

Case Processing Summary Cases Valid N Pendidikan * Pengetahuan 50 Percent 100.0% N 0 Missing Percent .0% N 50 Total Percent 100.0%

Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation Count Pengetahuan Sedang Pendidikan SD SMP SMA D-I D-III S1 Total 1 6 0 0 0 0 7 Baik 0 1 15 2 2 23 43 Total 1 7 15 2 2 23 50

You might also like