You are on page 1of 4

Manusia diciptakan beraneka ragam bentuk, sifat, minat, bakat, dan lain sebagainya.

Keanekaragaman hasil ciptaan Tuhan ini adalah sunatullah yang harus disyukuri. Betapa tidak, andai saja manusia diciptakan seragam, dapat dibayangkan alangkah susahnya proses interaksi antarmanusia. Penyebabnya adalah bisa jadi antarmanusia tersebut tidak saling mengenal ciri khas satu sama lain. Sehingga sangat sulit membedakan antara Si A dan Si B.

Dalam konteks pendidikan, keanekaragaman tersebut dapat ditemui dalam hal tipe-tipe belajar siswa. Para ahli di bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu siswa memiliki tipe belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut cenderung berbeda satu sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi para guru dalam menentukan metode pembelajaran apa yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi penting mengingat sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di dalamnya. Alangkah tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode mengajar saja secara monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru tersebut terindikasi hanya mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe belajar siswanya.

Untuk itu, guru profesional adalah guru yang mengajar dengan multimetode dan multigaya. Namun demikian, penerapan multimetode pengajaran tidak bisa sembarangan. Guru profesional tetap harus melakukan pengidentifikasian dahulu terhadap tipe-tipe belajar siswanya. Pengidentifikasian ini pada awalnya bisa menyulitkan, namun akan menjadi mudah jika telah terbiasa. Berikut adalah sedikit panduan mengidentifikasi tipe-tipe belajar siswa melalui pengenalan ciri dan sifatnya.

Tipe Belajar Visual Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / ititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran ersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Ciri-ciri Tipe Belajar Visual : Bicara agak cepat Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi Tidak mudah terganggu oleh keributan Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

Lebih suka membaca dari pada dibacakan Pembaca cepat dan tekun Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato Lebih suka musik dari pada seni Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya Mengingat dengan Asosiasi Visual

Tipe Belajar Auditif Siswa yang bertipe auditif mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.

Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif : Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri Penampilan rapi Mudah terganggu oleh keributan Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat Senang membaca dengan keras dan mendengarkan Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca Biasanya ia pembicara yang fasih Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagianbagian hingga sesuai satu sama lain

Berbicara dalam irama yang terpola Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Tipe Belajar Kinestetik Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik : Berbicara perlahan Penampilan rapi Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan Belajar melalui memanipulasi dan praktek Menghafal dengan cara berjalan dan melihat Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca Menyukai permainan yang menyibukkan Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Tipe Belajar Taktil Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit. Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)

Tipe Belajar Olfaktoris

Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan. Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium

Tipe Belajar Gustative Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.

Tipe Belajar Kombinatif Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar. Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.

Catatan Penting! Adakalanya siswa terlihat bosan mengikuti pembelajaran dikelas. Kenapa demikian? Salah satunya disebabkan ketidakselarasan antara metode pengajaran dengan tipe belajar yang dimiliki siswa. Kemajemukan tipe belajar siswa bukan berarti guru harus menggunakan beraneka macam metode mengajar dalam satu kali tatap muka. Cukup satu atau dua namun bervariasi sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Keberhasilan belajar tidak dapat dinilai hanya pada hasil belajar, melainkan juga proses belajar yang menyertainya. Ini sekaligus mendidik agar siswa tidak terkontaminasi mindset serba instan.

You might also like