You are on page 1of 30

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gerakan-gerakan kerja, baik gerakan manusia, mesin/peralatan, maupun perpindahan material, di dalam suatu pekerjaan akan mempengaruhi waktu standard dan output standard kerja, dan apabila berada pada sistem kerja maka akan mempengaruhi produktivitas pekerja itu sendiri. Untuk itu diperlukan suatu analisa gerakan-gerakan dalam Motion and Time Study yang dilakukan di dalam suatu pekerjaaan, sehingga kita dapat mengetahui sistem kerja yang dilakukan oleh seorang pekerjaan dalam penyelesaian pekerjaannya. Sistem kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja berkaitan dengan waktu dalam melakukan pekerjaan. Melalui Motion and Time Study dilakukan analisis dari operasi yang diperlukan untuk menghasilkan output, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi. Setiap operasi dengan hati-hati dipelajari dan di analisa untuk menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu dan mengurangi waktu produksi dan meningkatkan produktivitas. Motion and Time Study digunakan untuk memberikan usulan bagaimana sistem kerja yang dilakukan agar produktivitas dan output yang dihasilkan memperoleh hasil yang maksimal serta mempermudah pekerja dalam proses kerja. Jika demikian pekerja akan efektif dan waktu kerja yang digunakan lebih efisien (menghemat waktu). Oleh karena itu dalam praktikum kali ini akan mempelajari tentang teknik gerakan dan pengukuran waktu agar praktikan dapat mengerti bagaimana teknik tersebut dapat dilakukan terhadap suatu pekerjaan serta pengaruh terhadap kinerja operator dan mencari metode yang cocok dengan hasil yang optimal.

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari Motion and Time Study adalah: 1. Mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik. Pada umumnya penentuan sistem dan metode yang digunakan dalam sebuah industri sangat bergantung kepada tujuannya, misalnya dalam sebuah manufaktur
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
1

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

memproduksi barang, sebuah bank melayani transaksi dengan nasabah, penjualan susu sapi dari peternakan, dan sebagainya. Setelah itu, dilakukan pendekatanpendekatan peningkatan produktivitas dengan cara problem-solving dan sebagainya. menstandardisasi sistem dan standar tersebut. 2. Menentukan standar waktu. Motion study digunakan untuk mengukur standar waktu normal yang diperlukan operator terlatih dan berpengalaman pada kecepatan normal. Standar waktu tersebut seringkali digunakan untuk perencanaan dan penjadwalan kerja sampai perkiraan biaya produksi, termasuk biaya buruh. 3. Melatih operator. Agar seluruh perencanaan berjalan dengan baik, operator perlu mendapatkan pelatihan. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pelatihan-pelatihan agar standar yang diharapkan dapat tercapai sehingga efektivitas dan efisiensi kerja dapat diperoleh.

1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam laporan praktikum ini adalah pengolahan data dari praktikum Modul 1 Motion and Time Study berupa data yang diperoleh dari hasil pemindahan pin dari dengan lima metode yang pengisian board yang berbeda dengan cara simetri maupun asimetri. Pengisian pinboard dilakukan dengan tangan kanan dan tangan kiri dalam waktu yang bersamaan sehingga dari praktikum ini kita dapat menghitung waktu baku, allowance, waktu siklus, dan waktu normal.

1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam laporan Modul 1 Motion and Time Study adalah : BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang diadakannya Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 : Motion and Time Study, tujuan praktikum, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan dalam praktikum ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


2

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Berisi mengenai teori-teori yang sesuai dan berhubungan dengan praktikum yang melandasi praktikum yaitu pengukuran waktu kerja, prinsip-prinsip ekonomi gerakan, gerakan fundamental, peta kerja, dan pengukuran waktu. BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi data yang dikumpulkan pada percobaan menggunakan pin dan pinboard pada saat praktikum dan data yang telah diolah. BAB IV ANALISIS Analisis berisi analisis terhadap hasil pengolahan data yang didapat dari setiap pengisian lubang pinboard dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara bersamaan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. BAB V PENUTUP Penutup berisi kesimpulan mengenai garis besar yang dapat ditarik dari analisis yang telah diberikan pada bab sebelumnya dan saran dari penyusun untuk pelaksanaan praktikum berikutnya.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


3

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Waktu Kerja Usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja terbaik. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pengukuran waktu kerja adalah adalah penghitungan kuantitatif, agar mendapatkan kriteria yang subyektif. (Dian Kemala Putri, 2005)

2.1.1. Pengukuran Waktu Kerja Langsung Pengukuran waktu dinyatakan langsung karena pengamat berada di tempat objek pengukuran yang sedang diamati secara langsung. Dengan demikian pengamatan langsung merupakan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (objek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaan. (Ade Sri Mariawati, 2011)

Pengukuran ini memiliki keuntungan yaitu lrbih praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan kedalam elemen-elemen pekerjaannya. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pengukuran ini adalah dibutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh data waktu yang banyak, serta biaya lebih mahal. Terdapat dua macam pengukuran waktu kerja langsung, yaitu: Pengukuran waktu dengan Jam Henti (Stop Watch Jam ) Pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak dikenal, dan karenanya paling banyak dipakai. Salah satu yang menyebabkannya adalah kesederhanaan aturan-aturan yang dipakai. Sampling pekerjaan ( Work Sampling )

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


4

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Sampling kerja merupakan suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator sehingga diketahui prosentase waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dan waktu mengganggur. Sampling kerja ini diasumsi dengan kejadian seorang operator akan ditemukan sedang bekerja atau sedang menganggur terjadi secara acak. (Wignjosoebroto, 2000)

2.1.2. Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung Pengukuran waktu kerja tidak langsung adalah pengukuran yang secara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca table-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan dengan salah satu dari cara-cara ini. (T Sophiana, 2010)

Pengukuran ini memiliki kelebihan yaitu waktu relatif singkat, hanya mencatat elemen-elemen gerakan pekerjaan satu kali saja dan biaya lebih murah. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pengukuran ini adalah belum ada data waktu gerakan berupa tabel-tabel waktu gerakan yang menyeluruh dan rinci, tabel yang digunakan adalah untuk orang Eropa tidak cocok untuk orang Indonesia, dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan dan data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan. Terdapat tiga cara pengukuran kerja tak langsung, yaitu: Pengukuran Kerja dengan Metode Standard Data/Formula Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa Regresi Penetapan Waktu dengan Data Waktu Gerakan (Predetermined Motion)

2.2.Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan (Motion Economy) Didalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsipprinsip ekonomi gerakan (the principles of motion economy) yang dapat menganalisa gerakan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
5

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatankegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Ekonomi gerakan adalah analisis yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat

memungkinkan dilakukannya gerakangerakan yang ekonomis. Ekonomi gerakan sangat berhubungan erat dengan studi gerakan yang merupakan analisa yang dilakukan pada bagianbagian badan pekerja dengan harapan agar gerakangerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau juga dihilangkan agar diperoleh penghematan dalam hal waktu kerja dan menghemat pemakaian fasislitasfasilitas yang tersedia dari segi ekonomisnya. Ekonomi Gerakan Berdasarkan Tubuh Manusia dan Gerakannya Manusia memiliki kendali fisik dan struktur tubuh yang memberikan keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja. Kedua tangan jangan menganggur pada waktu yang bersamaan kecuali waktu istirahat. Jika memungkinkan kedua tangan (yang samasama dibutuhkan untuk melakukan seperti halnya dalam proses perakitan) harus memulai dan menyelesaikan gerakannya dalam waktu yang sama. Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah. Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya bagianbagian tubuh yang memang diperlukan saja yang bekerja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan kelelahan (fatigue) yang tidak perlu. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehinnga gerak fokus mata terbatas pada bidang menyenangkan tanpa harus mengubah fokus. Hindari gerakan yang patahpatah karena akan cepat menimbulkan kelelahan. Ekonomi Gerakan Berdasarkan Area Kerja Tempattempat tertentu yang tak sering dipindahpindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin).

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


6

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Letakkan bahan dan peralatan pada jarak dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja agar mengurangi usaha mencaricari yang dapat membuang membuang waktu. Tata letak bahan dan peralatan kerja (mesin, meja kerja, dan lainlain) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Disini prinsipprinsip anthropometri mutlak harus dipelajari dan diaplikasikan pada saat akan merancang fasilitas kerja tersebut. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lainlain yang berkaitan dengan persyaratan ergonomis arus pula diperhatikan benarbenarsehingga dapat diperoleh area kerja yang nyaman, aman, dan mampu menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik. Ekonomi Gerakan Berdasarkan Desain Peralatan Kerja yang Digunakan Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja. Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu seperti pekerjaan mengetik, maka beban untuk masingmasing jari harus dibagi seimbang sesuai dengan energi dan kekuatan yang dimiliki oleh masingmasing jari. Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagi macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan. Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus bersusah payah mencaricari. Desain peralatan juga dibuat sedemikian rupa agar memberi kenyamanan genggaman tangan saat digunakan.

2.3 Gerakan Fundamental (Element Therbligs) Penggolongan elemen kerja ke dalam beberapa kelompok elemen, yang diperkenalkan pertama kali oleh Gilbert. Elemen therblig ini berkaitan dengan pembuatan peta tangan kanan dan tangan kiri. Peta tangan kiri -tangan kanan adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk menganalisis gerakan tangan operator dalam
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
7

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

melakukan pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua kegiatan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun tangan kiri secara detail sesuai dengan eiemen therblig yang membentuk gerakan tersebut. Pada elemen therblig ada 17 gerakan dasar dalam pekerjaan. (Sritomo W , 1995 )

Tabel 2.1. Macam-Macam Elemen Gerakan Therblig

Nama Therblig Search (Mencari) Select (Memilih) Grasp (Memegang) Reach (membawa tanpa beban/menjangkau) Move (membawa dengan beban) Hold (Memegang) Release Load (Melepas) Position (Mengarahkan) Pre-Position (Mengarahkan Awal) Inspection (Memeriksa) Assemble (Merakit) Disassembly (Mengurai Rakit) Use (Memakai) Unavoidable Delay (Keterlambatan yang tak terhindarkan) Avoidable Delay
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lambang Huruf Sh Sl G RE

Kode Warna Black Gray, Light Lake Red Olive Green

Lambang Gambar

M H RL P PP I A DA U

Green Gold Ochre Carmine Red Blue Sky Blue Burn Ochre Violet, Heavy Violet Purple 0

UD

Yellow Ochre

AD

Lemon

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

(Keterlambatan yang dapat dihindarkan) Plan (Merencanakan) Rest to Overcome Fatigue (Istirahat untuk menghilangkann lelah) R Pn

Yellow

Brown

Orange

2.4 Perta Kerja sebagai Alat untuk Menganalisa Aktivitas Kerja Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis untuk menganalisa proses kerja mulai awal sampai akhir. Melalui peta kerja akan diperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja, informasi tersebut antara lain adalah benda kerja berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi ukuran pekerjaan, dan lain-lain. Informasi yang lain yaitu macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan produksi, dan lain-lain. Juga diperoleh informasi tentang waktu operasi untuk setiap proses atau elemen kegiatan dan total waktu penyelesaiannya serta kapasitas mesin (Wignjosoebroto, 2000) Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Informasi-informasi yang didapatkan melalui peta kerja antara lain: 1. Benda kerja berupa gambar kerja, jumlah dan spesifikasi material, dimensi/ukuran pekerjaan, dan lain-lain. 2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan

produksi, tooling, dan lain-lain. 3. Waktu operasi (waktu standar untuk setiap proses atau elemen kegiatan disamping total waktu penyelesaiannya. 4. Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan. Melalui peta kerja kita bisa mengetahui secara jelas proses atau kejadian apa saja yang dialami oleh benda kerja mulai dari bahan masuk pabrik hingga proses operasi, pemeriksaan, transportasi, hingga proses penyimpanan bahan jadi baik itu berupa produk lengkap ataupun bagian dari produk lengkap. Apabila dilakukan studi yang
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
9

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

seksama tentang peta kerja, maka perbaikan sistem kerja dapat dengan mudah dilakukan. Perbaikan tersebut antara lain : Menghilangkan proses yang tidak perlu. Menggabungkan proses yang bisa dilakukan secara bersamaan. Mengurangi waktu menunggu. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut bertujuan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, sehingga peta kerja merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja.

2.4.1. Peta Kerja Keseluruhan Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis yang digunakan untuk menganalisis proses kerja dari awal sampai akhir. Melalui peta kerja kita bisa mengetahui secara jelas proses atau kejadian apa saja yang dialami oleh benda kerja mulai dari bahan masuk pabrik hingga proses operasi, pemeriksaan, transportasi, hingga proses penyimpanan bahan jadi baik itu berupa produk lengkap ataupun bagian dari produk lengkap. Melalui peta-peta ini kita bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja. Peta kerja keseluruhan dapat dibagi menjadi : 1. Peta proses operasi (operation process chart) Peta proses operasi berguna untuk : a. Data kebutuhan (jenis atau mesin yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi kerja dan penganggarannya). b. Data kebutuhan bahan baku dengan perhitungan efisiensi pada setiap elemen operasi. c. Pola tata letak (fasilitas kerja).

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


10

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gambar 2.1 Langkah Langkah sistemats pembuatan Peta Proses Operasi

2.

Peta aliran proses (flow process chart) Peta ini menggambarkan seluruh kegiatan secara delay atau

menggambarkan langkah-langkah yang dalam orang atau bahan selama mengalami proses operasi. Kegunaan dari peta aliran proses adalah : a. Untuk mengetahui aliran bahan baku atau aktifitas orang mulai dari awal hingga akhir suatu proses. b. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses. c. Untuk mengetahui (jumlah kegiatan yang dialami bahan atau yang dilakukan orang). d. Alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan atau metode kerja.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


11

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gambar 2.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

3.

Diagram aliran Diagram aliran merupakan suatu peta menurut skala dari susunan lantai

dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua kegiatan yang terjadi dalam peta aliran proses. Kegunaan dari diagram aliran adalah a. Membantu dalam perbaikan tata letak tempat kerja. b. Memperjelas suatu perta aliran proses.

4.

Peta Proses Produk Banyak (Multi Product Process Chart) Peta ini digunakan untuk menganalisis aliran process dari berbagai macam/banyak produk yang menggunakan mesin proses yang sama tapi dengan urutan proses yang berbeda beda. Tata letak fasilitas dikelompokkan menurut jenis proses (Process layout)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


12

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gambar 2.3 Peta Proses Produk Banyak

2.4.2 Peta Kerja Setempat Peta kerja setempat adalah peta kerja yang menggambarkan kegiatan kerja hanya pada bagian atau proses kerja tertentu. Peta kerja setempat dapat dibagi menjadi peta tangan kiri dan tangan kanan, peta proses kelompok kerja, dan peta pekerja dan mesin. 1. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta tangan kiri dan tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien yaitu gerakangerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini menggambarkan sketsa gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu yang menganggur dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan diantaranya: Mengembangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
13

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Untuk menganalisa letak-letak stasiun kerja. Sebagai alat untuk melatih pekerja lain dengan cara ideal

Gambar 2.4 Pembuatan Peta Operator untuk Menganalisa Gerakan Tangan Kanan dan Tangan Kiri

2.

Peta Proses Kelompok Kerja Peta ini digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan kerja tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Kegunaan peta kelompok kerja adalah sebagai alat untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja.

3.

Peta Pekerja dan Mesin Peta Pekerja dan Mesin digunakan untuk menganalisa

keseimbangan waktu kerja antara kerja manusia (operator) dan kerja mesin. Peta pekerja dan mesin ini disebut juga string diagram. Peta ini

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


14

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

berguna untuk menentukan beban operator / menghitung jumlah mesin yang dapat dilayani tiap operator dan menentukan strategi pengupahan. (Sritomo, 2000)

2.5 Melakukan Pengukuran Waktu Pengukuran kerja merupakan bagian dari penelitian cara kerja. Pengukuran kerja adalah pengukuran kerja dilihat dari waktu kerja pada saat operator melakukan kerja. Pengukuran kerja merupakan metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan output yang akan dihasilkan. Tujuan dari pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu ratarata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator tertentu. Pengukuran kerja dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran kerja langsung dan pengukuran kerja tidak langsung. 2.5.1. Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan oleh proses usaha dalam pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan mulai dari saat pelanggan menyatakan keinginannya terhadap produk atau jasa sebuah perusahaan sampai dengan pelanggan mendapatkan produk dan jasa tersebut dengan memuaskan. Bila perusahaan tersebut bergerak dalam ekspedisi pengiriman barang atau dokumen maka pelanggan akan menginginkan setidaknya dua hal utama, yaitu: paket sampai di tujuan dalam kondisi baik (tidak ada cacat) dan dalam waktu yang singkat sampai di penerima.

2.5.2. Performance Rating dengan Metode Westinghouse House dan Waktu Normal Performans rating (rating performance) adalah aktivitas untuk mengevaluasi kecepatan kerja operator. Fungsinya agar waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja dalam tempo tidak sebagimana mestinya. Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka hal ini akan dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
15

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

waktu pengamatan rata rata dengan faktor penyesuaian/rating P dari faktor ini adalah sebagai berikut: Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran (normal) maka rating faktor ini akan lebih besar dari pada satu (p>1 atau p > 100%). Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan dibawah kewajaran (normal) maka rating faktor akan lebih kecil dari pada satu (p < 1 atau p < 100%). Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating faktor ini diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka waktu yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal. (Wignjosoebroto,1995:202)

Pada Westinghouse House selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) ditambahkan lagi kondisi kerja ditambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan konsistensi dari operator di dalam melakukan kerja. Table performance rating ini berisikan nila-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing- masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka dilakukan dengan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating factor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan operator. Penilaian didasarkan pada faktor-faktor di atas, yaitu: Skill : kemampuan mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan Effort : kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja Condition : kondisi lingkungan fisik lingkungan (pencahayaan, temperature, dan kebisingan ruangan) Consistency : kenyataan bahwa setiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil yang berbeda-beda

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


16

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gambar 2.5 Tabel Performance Rating dengan sistem Westinghouse

Keterangan: Lambang dari masing-masing kategori performance rating dari system

Westinghouse ini menunjukkan peringkat dari masing-masing kategori tersebut. Angka 1 pada lambang tersebut menunujukkan peringkat yang lebih baik dari Angka 2. Sebagai contoh, kategori skill dengan lambang A1 memiliki nilai

penyesuaian yang lebih tinggi daripada A2. Hal ini berarti bahwa skill dari operator yang dikategorikan sebagai A1 lebih baik daripada operator dengan skill A2. 1. Ketrampilan (Skill) Westinghouse, ketrampilan atau skill didefinisikan sebagai

Menurut

kemampuan mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan. Westinghouse membagi kategori ketrampilan ini menjadi enam sub kategori yaitu super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill, dan poor skill. Faktor kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan. Namun meningkatnya faktor kemampuan ini hanya dapat mencapai tingkat tertentu saja. Kemampuan juga dapat menurun apabila suatu pekerjaan terlalu lama tidak dilakukan oleh seorang operator, atau karena kelelahan yang berlebihan, dan pengaruh lingkungan lainnya. Secara psikologis, ketrampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. Berikut ini adalah keterangan masing-masing sub kategori ketrampilan menurut Westinghouse.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


17

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

a.

Super skill Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. Bekerja dengan sempurna. Tampak sekali telah terlatih dengan baik. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen pekerjaan yang lain tidak terlampau terlihat karena lancarnya. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis). Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.

b.

Excellent skill Percaya diri sendiri. Tampak cocok dengan pekerjaannya. Terlihat terlatih dengan baik. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuranpengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan. Menggunakan peralatan dengan baik. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.

c.

Good skill Kualitas hasil baik. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


18

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

d. e.

Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah. Tampak jelas sebagai perkerja yang cakap. Tidak memerlukan banyak pengawasan. Tidak ada keragu-raguan. Bekerjanya stabil. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. Gerakan-gerakannya cepat.

Average skill Tampak adanya kepercayaan diri sendiri. Gerakannya cepat tapi tidak lambat. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang terencana. Tampak sebagai pekerja yang cakap. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiada keragu-raguan. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik. Cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. Bekerjanya cukup teliti. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

Fair skill Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


19

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

f.

Jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, sangat rendah.

outputnya akan

Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

Poor skill Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. Gerakan-gerakannya kaku. Kelihatan ketidakyakinan pada urut-urutan gerakan. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. Sering melakukan kesalahan-kesalahan. Tidak adanya kepercayaan diri sendiri. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kelas-kelas ketrampilan diatas dibedakan menurut keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, dan koordinasi irama gerakan.

2.

Usaha (Effort)

Usaha atau effort menurut Westinghouse adalah suatu kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Westinghouse membagi kategori usaha menjadi enam sub kategori, yaitu excessive effort, excellent effort, good effort, average effort, fair effort, dan poor effort. a. Excessive Effort Kecepatan sangat berlebihan. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat

membahayakan kesehatan. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. b. Excellent Effort Jelas terlihat kecepatan kerja yang tinggi.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


20

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator biasa. Penuh perhatian pada pekerjaannya. Banyak memberi saran-saran. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. Bangga atas kelebihannya. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. Bekerjanya sistematis. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen

yang lain tidak terlihat. c. Good Effort Bekerja berirama. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada. Penuh perhatian pada pekerjaanya. Senang dengan pekerjaannya. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. Menerima saran dan petunjuk dengan senang hati. Dapat memberikan saran untuk perbaikan kerja. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. Memelihara kondisi peralatan dengan baik.

d. Average Effort Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. Bekerja dengan stabil. Menerima saran tetapi tidak melaksanakannya. Set up dilaksanakan dengan baik.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


21

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.

e. Fair Effort Saran perbaikan diterima dengan kesal. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. Kurang bersungguh-sungguh. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja yang terbaik. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada

pekerjaannya. Terlampau hati-hati. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. Gerakan-gerakannya tidak terencana.

f. Poor Effort Banyak membuang waktu. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. Tidak mau menerima saran. Tampak malas dan lambat bekerja. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan. Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi. Tidak peduli dengan cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

3.

Kondisi Kerja (Condition)

Yang dimaksud dengan kondisi kerja menurut Westinghouse adalah kondisi fisik dari lingkungan kerja seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Westinghouse membagi kategori kondisi kerja ini menjadi enam sub kategori yaitu ideal, excellently, good, average, fair, dan poor. Definisi mengenai kondisi kerja untuk tiap-tiap perusahaan dan tiap-tiap area kerja berbeda satu sama lain, tergantung
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
22

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

penilaian dari masing-masing pihak yang terkait. Namun secara umum, yang dimaksud dengan kondisi kerja yang ideal adalah suatu kondisi tempat kerja dimana kondisi tempat kerja tersebut cocok dengan pekerjaan yang akan dijalankan, dimana kondisi tersebut memungkinkan operator untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan performa yang terbaik.

4.

Konsistensi (Consistency)

Kategori yang terakhir dalam faktor penyesuaian Westinghouse adalah konsistensi. Seorang pekerja dapat dikatakan berkerja dengan konsisten apabila mampu menyelesaian pekerjaan yang sama dalam beberapa waktu yang berbeda, dengan kata lain tidak memiliki variabilitas yang tinggi. Westinghouse membagi kategori konsistensi ini menjadi enam sub kategori yaitu perfect, excellent good, average, fair, dan poor. Seorang pekerja dapat dikatakan memiliki konsistensi yang perfect apabila waktu untuk menyelesaian pekerjaan yang sama cenderung tetap.

Tabel 2.2 Menentukan Performance Rating dengan Cara Objektif

Keadaan

La mbang

Penye suaian

Anggota terpakai Jari Pergelangan tangan danjari Lengan tangan dan jari Lengan atas, lengan bawah, dst Badan Mengangkat beban dari lantai dengan kaki D E E2 5 8 10 bawah,pergelangan A B C 0 1 2

Pedal kaki Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki Satu atau dua pedal dengan Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
23

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

sumbu tidak di bawah kaki

Penggunaan tangan Keadaan tangan saling bantu bergantian Kedua tangan mengerjakan 2 H 18 H 0

gerakan yang sama pada saat yang sama Koordinasi tangan Sangat sedikit Cukup dekat Konstan dan dekat Sangat dekat Lebih kecil dari 0,04 cm Peralatan Dapat ditangani dengan mudah Dengan sedikit kontrol Perlu kontrol dan penekanan Perlu penanganan dan hati hati Mudah pecah dan patah mata dengan

0 I J K L M 0 N O P Q R Tanga n kaki B2 1 B2 B3 B4 B5 B1 15 1 13 1 10 1 6 5 1 2 3 5 2 4 7 10

Berat Badan ( kg ) 0,45 0,90 1,35 1,80 2,25 2,70 3,15 3,60 4,05 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

24

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

4,50 4,95 5,40 5,85 6,30

6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14

3 17 4 19 5 20 6 22 7 24 8 25 9 27 10 28 10

Waktu Normal Secara sistematis waktu normal dapat diperoleh dari rumus berikut:
Waktu Normal waktu pengama tan RatingFaktor 0 0 ......................................(1) 100 0 0

Nilai waktu normal di sini belum dapat ditetapkan sebagai waktu baku untuk penyelesaian suatu opeasi kerja, karena di sini faktor-faktor yang berkaitan dengan kelonggaran waktu (allowance time) agar operator bisa bekerja dengan sebaik-baiknya masih belum dikaitkan. (Wignjosoebroto,.1995:207)

2.5.3. Allowance dan Waktu Baku Allowance merupakan waktu yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
25

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

(fatique), dan hambatan-hambatan lain yang tidak dapat dihindarkan. Allowance secara nyata dibutuhkan oleh karyawan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat atau dihitung. Oleh karenanya seusai pengukuran dan setelah mendapatkan Waktu Normal, maka allowance perlu ditambahkan untuk memperloleh Waktu Baku (Standard Time) sebagai dasar penentuan beban kerja. (Workshop Workload Analysis Value,2010)

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Sering disebut sebagai cara sintesa Untuk mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus diketahui terlebih dahulu.

Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Sritomo, 1992)

2.5.4

Langkah Perhitungan Waktu Baku Setelah melakukan pengujian keseragaman data dan kecukupan data,

langkahselanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mendapatkan waktu baku masing-masing operator. Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan waktu baku ini adalahsebagai berikut : Menghitung waktu siklus rata-rata. Menghitung waktu normal, untuk menghitung waktu normal ini

diperlukanfaktor penyesuaian, besarnya faktor penyesuaian ini dihitung dengan cara Westinghouse Menghitung waktu baku, langkah selanjutnya adalah menentukan

besarnyawaktu faktor kelonggaran, dimana faktor kelonggaran ini digunakan untuk menghitung waktu baku

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


26

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

2.6 Learning Curve Learning curve atau kurva pembelajaran adalah konsep pekerjaan yang mengarah pada usaha perbaikan. Konsep ini sangat berguna bagi manajemen operasi perusahaan. Konsep ini memungkinkan perusahaan untuk mengestimasi biaya, penjadwalan, perencanaan kebutuhan, penganggaran maupun penetapan harga. Ada tiga macam learning, yaitu: 1. Informal Learning, yaitu suatu tipe belajar dengan menggunakan imitasi atau mengambil dan mempelajari kemampuan orang lain. 2. Formal Learning, yaitu tipe belajar dalam bentuk penghargaan dan hukuman. 3. Methodical Learning, yaitu tipe belajar dengan berdasarkan cara teknikal dan metode metode tertentu. Fungsi eksponensial learning curve dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: Yn = (Y1)nR Dimana: Yn = waktu yang dibutuhkan utuk memproduksi produk ke-n Y1 = waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi produk pertama N = jumlah unit produk yang dibuat R = Rasio Logaritma dari waktu yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah unit produksi dari waktu produksi standar dibagi dengan log 2 atau log r / log 2 Terdapat dua model dasar Learning Curve yaitu: 1. Model Rata-rata Menunjukkan tingkat percepatan waktu rata-rata untuk membuat setiap unit barang pada learning rate tertentu bila unit yang diproduksi bertambah. Y= a X-b Dimana: Y = variabel dependen a = konstanta X = variabel independen
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro
27

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

-b = eksponen konstanta 2. Model Waktu Total Menunjukkan jumlah waktu yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah barang pada learning rate tertentu.

Gambar 2.6 Learning Curve

Gambar 2.7 Jangkauan Maksimum Manusia Tampak Samping

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


28

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

Gambar 2.8 Jangkauan Maksimum Manusia Pada Stasiun Kerja

(Agni Yudo Adiyanto dkk, 2008)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


29

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 1 Motion and Time Study Kelompok 17

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data 3.2 Pengolahan Data

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

LAMPIRAN

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro


30

You might also like