You are on page 1of 9

Oleh : Yusuf sofyan

http://yusufsofyan.blogspot.com

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens & Leobbecke ; 1998) sedangkan menurut R.K Mautz,Husain A sharaf ;1993 mendefinisikan auditing sebagai rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit butuh penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori. Selanjutnya Mulyadi & Kanaka Puradiredja (1998) mendifinisikan auditing adalah proses sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektip mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Pembicaraan mengenai auditing selalu dikaitkan dengan keberadaan profesi Akuntan Publik, yang dikenal oleh masyarakat sebagai penyedia jasa audit laporan keuangan kepada pemakai informasi keuangan. Para praktisi dan pendidik terkadang timbul suatu pertanyaan teori apakan sebenarnya yang melatar belakangi auditing. Literatur-literatur yang terkait dengan auditing lebih banyak didominasi oleh pembicaraan yang terkait dengan praktek dan teknik audit. Dan sedikit sekali literatur profesional yang mengulas mengenai teori auditing. Beberapa masalah-masalah dalam auditing sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan dan tidak kunjung terpecahkan, misalnya apakah tes dan pengambilan sampel yang biasa dipakai auditor kurang dalam menjustifikasi opininya ?, masalah independensi auditor dan kepentingan auditor terhadap audit fee. Tidak hanya layanan auditor saja yang menjadi perdebatan akan tetapi juga menyangkut tanggung jawab kinerja dan fungsi historisnya. Bagaimana

http://yusufsofyan.blogspot.com

kedudukan auditor mengenai kewajiban untuk mengungkapkan pelanggaran hukum oleh klien, terlebih lagi peranan auditor dalam pelanggaran hukum klien yang sampai saat ini masih diperdebatkan. Pembicaraan mengenai teori auditing sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari sejarah auditing itu sendiri. Auditing pada awalnya dikembangkan sebagai sebuah prosedur dengan pengecekan yang detail sehingga kelihatannya teori tidak diinginkan dan diperlukan, Para auditor jaman dahulu hanya terdorong untuk menginfestigasi kecocokan hal-hal yang diinfestigasi dengan model atau standar, hal ini tidak beda jauh dengan kondisi pada saat ini. Akan tetapi apakah hal demikian benar ? Kami berpendapat bahwa ada teori auditing, yang terdiri dari sejumlah asumsi dasar dan suatu kerangka dari ide-ide yang terintegrasi, pemahaman yang akan banyak membantu secara langsung dalam pengembangan dan praktek seni auditing. Lebih jauh lagi kami percaya,yang akan kami usahakan untuk mendukung kepercayaan kami ini dibagian-bagian berikut, bahwa pemahaman mengenai teori auditing dapat membawa kita ke solusi yang paling masuk akal dari masalahmasalah yang paling tidak menyenangkan yang dihadapi oleh auditing saat ini (Mautz, R. K., and Hussein A. Sharaf ; 1961) Selama bertahun-tahun auditing sibuk menyiapkan kelahirannya dan diterima jika selama bertahun-tahun itu hanya sedikit waktu untuk introspeksi, namun ketika suatu teori menjadi semakin matang maka waktu instrospeksi yang dibutuhkan semakin berkurang. Sungguh ada sesuatu yang tidak layak mengenai profesi dengan tidak ada dukungan yangterlihat dalam bentuk struktur teori yang komprehensip dan terintegrasi, maka diperlukan Filosofi Auditing.

http://yusufsofyan.blogspot.com

B. Perumusan Masalah. Dari latar belakang diatas maka dapat kami tarik suatu kesimpulan masalah sebagai berikut : 1. Mengapa auditing harus mempunyai filosofi ? dan seperti apakah filosofi auditing itu ? 2. Sampai sejauh mana auditor memahami filosofi Auditing sebagai landasan dalam praktik auditnya ? 3. Apakah dengan teorinya Auditing dapat disebut sebuah disiplin Ilmu ?

II. PEMBAHASAN PERMASALAHAN A. Pengertian Filosofi Filosofi adalah prinsip-prinsip yang menggaris bawahi cabang belajar dan sistem untuk membimbing hubungan-hubungan praktis langsung berguna. Menurut petikan dalam kamus filosofi : Philosofi : (Yunani; philain, mencintai, sophia, kebijakan) Ilmu yang paling umum, pitagoras berkata menyebut dirinya sendiri pecinta kebijaksanaan. Namun filosofi dikenal sebagai pencarian kebijaksanaan dan pandangan bijaksana. Byran mengungkapkan terus menerus bertanya Mengapa ? Kerangka pemikiran filosofi menunjukkan adanya penjelasan yang sangat rasional ; prinsi-prinsip umum yang mengatur semua fakta dapat dijelaskan. Dalam hal ini dapat dibedakan dari ilmu, kemudian ilmu dari prinsip-prinsip pertama, pikiran realitas yang tidak terhingga; secara teknis,ilmu dari ilmu-ilmu, kritisme dan sistematissasi atau organisasi dari semua pengetahuan, diturunkan dari ilmu empiris, pembelajaran rasional, pengalaman umum atau lainnya. Phenik (1958) membuat kelas / tingkatan filosofi menjadi 3, yang pertama, Philisopic Great yangtelah memberikan kontribusi utama pada filosofi, Kedua adalah filosofi profesional yangtelah menguasai lapangan dan yang umumnya Arti filosofi bagi indifidu atau masyarakat memakai Semangat yang abadi dari pikiran yang bebas manusia

http://yusufsofyan.blogspot.com

menulis dan mengajar subyek ini, Ketiga ada banyak intelejen-intelejen dan meminta orang-orang serius dengan problem-problem merek, tujuan-tujuan refleksi dan studi untuk menemukan solusi masalah-masalah ini. Karakteristik dari pendekatan filosofi dapat dibedakan dalam 4 bagian : 1. Comprehension (pemahaman) menampakkan pemahaman keseluruhan dari pada pembagian secara indifidual. Filosofi memaksa konsep-konsep umum seperti pikiran, nilai, proses yang konprehensip dalam hal semuanya berpengaruh pada seluruh ranah pengalaman manusia. 2. Perspektif, mengundang pandangan luas yang diperlukan untuk memegang kebenaran dan signifikan penuh dengan beberapa hal. Jadi tidak hanya dari pandangan pembela special akan tetapi dapat membuat judgment yang bagus. 3. Insight (wawasan), menekankan kedalam penyelidikan yang dituju. Pencarian filosofi untuk pandangan hidup 4. Visi, sebagai istilah yang digunakan mistikisme yang tidak rasional. B. Tujuan Teori Alasan untuk penelitian yang serius dan substansial atas kemungkinan dan sifat dasar teori auditing adalah harapan bahwa teori tersebut akan memberi kita solusi, atau setidaknya petunjuk pada solusi dari masalah auditing yang kita anggap sulit saat ini. Jika auditing adalah profesi yang dipelajari, para praktisi audit harus mempunyai rasa keingintahuan tentang auditing. Sebagai profesi, auditor harus mempunyai keingintahuan intelektual yang cukup besar untuk menelusuri batas ilmu pengetahuan sampai tingkat tertentu, dan sebuah ilmu yang tidak hanya mempertanyakan subyek tapi juga pada tingkatan filosofi. Saat ini auditing sudah mencapai tingkat kedewasaan yang akan bertindak tepat dalam menghentikan sedikitnya introspeksi dan penyimpangan preposisi, untuk menggambarkan pendekatan filosofi. Bukan berarti spekulasi yang tidak mendasar dan tidak terkendali atau mengungkap asumsi-asimsi dasar yang menggaris bawahi

http://yusufsofyan.blogspot.com

tujuan dan metode-metodenya. Para auditor tidak perlu segan untuk menfilosofikan auditing. Sesungguhnya lebih baik dari auditor kembali kepada filosofi sebagai upaya menjalankan teori fundamental auditing dan pada para filosof kembali pada auditing. C. Metode Filosofi Setiap lapangan penelitian mempunyai metode penelitian yang khas, dan demikian juga filosofi. Metodenya sama apakah subyeknya filosofi umum atau khusus, salah satu aspek penting dari metode ini adalah digambarkan oleh Horold & Larrabee (1928) cara filosofis memperlakukan pertanyaan . Sangat kontrol dengan caraumum menangani suatu masalah, seperti bertengkar mengenai hal tersebut, mengadakan pemilihan atau berkompromi tentang hal itu. Tidak ada satu metodepun yang memaksa penggunanya untuk : memahami masalah segera. Maka solusi filosofi yang hampir selalu memakan waktu pada mulanya, dan tampak tak menjanjikan umumnya mempunyai dapat bertahan lama, karena tidak begitu dangkal pada akhirnya. Berfilosofi tentang suatu hal menunjukkan suatu usaha keras untuk memahami secara keseluruhan sebisa mungkin sehingga memberikan perlakuan yang paling menggunakan pikiran sebisa kita Dari pendekatan-pendekatan tradisional dalam studi filosofi ditemukan metode Analitis dan Penilaian yang lebih berguna dalam menggembangkan teoti auditing. Auditing peduli dengan tanggung jawab sosial dan tindakan etis sebagaimana juga dengan pengumpulan dan evaluasi bukti, sehingga tiap metode dapat ditetapkan. Dengan sendirinya auditing mengacu pada pendekatan analitis dalam aspek-aspek tertentu juga pada pendekatan penilaian moral. Contohnya penilaian audit berdasarkan pada kualitas kepercayaan yang didapat melalui pengumpulan dan pembuktian bukti audit. Kepercayaan dapat dinilai sejauh orang dapat memberikan alasan dari bukti yang ada. Semakin tepat alasannya, semakin akurat kesimpulannya dan lebih reliabel penilaiannya.

http://yusufsofyan.blogspot.com

D. Filosofi Auditing Apabila ke 4 bagian karakteristik filosofi diatas diterapkan pada auditing,kita harus mencari gagasanyang relatip umum dalam disiplin bidang auditing itu sendiri. Comprehension (pemahaman) akan menunjukkan pemahaman keseluruhan dan bukan hanya bagian-bagian.Dalam Auditing hal ini akan mengarahkan kita pada suatu Pertimbangan dari konsep umum seperti : Bahan Pembuktian, Hal pemeliharaan, Disclosure dan Independensi. Prespektip, para Auditor harus mempunyai wawasan yang sangat luas yang penting untuk mendapatkan kebenaran dan signifikasi akan berbagai hal dalam pembuktian audit. Auditor perlu menyingkirkan dalih-dalih tertentu dan lebih mementingkan kepedulian pribadi dan kepentingan yang ada. Tiap masalah harus ditimbang berdasarkan kepentingan keseluruhan dan percabangnya dibandingkan dengan dari satu ataulebih pandangan lain yang teratur. Insight (Wawasan), auditor harus mampu memberikan asumsi-asumsi yang rasional. Pengungkapan dan penerimaan postulat sebagai dasar auditing penting untuk menghindari bias dan menghilangkan alasan yang tidak jelas. Asumsi-asumsi dasarnya, asal bahan pembuktian, kelemahan dan implikasi-implikasi diungkap dan diuji. Visi, Dalam pendekatan filosofi, auditing harus mempunyai visi ke depan yang jelas . ini akan membantu auditor dalam memberikan keyakinan, melihat jauh kedepan dalam memfisualisasikan prospek-prospek dan tujuan-tujuan. E. Auditing Sebagai Disiplin Banyak dari kita cenderung berfikir bahwa auditing adalah sub divisi akuntansi, mungkin karena itulah carakita berkenalan dengannya saat belajar pertama kali dan karena tiap auditor yang kita ketahui adalah akntan. Faktanya, tidaklah benar menganggap auditing adalah sub divisi akuntansi. Auditingberhubungan sangat erat dengan akuntansi, yang menjelaskan mengapa auditorpertama-tamaadalah akuntan, tapi auditing bukanlah bagian dari akunting.

http://yusufsofyan.blogspot.com

Hubungan akunting dengan auditing sangatlah dekat, namun sifat dasarnya sangat berbeda. Akuntansi terdiri dari pengumpulan, penggolongan, peringkasan dan komunikasi kejadian-kejadian bisnis dan kondisi dimana mereka mempengaruhi dan mewakili entitas lain. Tugas auditing adalah mereview ukuran dan komunikasi akuntansi untuk kelayakan. Auditing itu analitis dan tidak kontruktif, dia kritis, menyelidik, menyangkut dasar pengukuran dan asersi akuntansi. Auditing menekankan bukti, pendukung laporan dan data finansial, maka auditing mempunyai akar utama, bukan dalam akuntansi dimana dia mereview, tapi dalam logika auditing bergantung pada gagasan dan metode-metode. Auditing berkaitan dengan verivikasi, pemeriksaan data finansial untuk tujuan penilaian kejujuran dimana mereka menggambarkan kejadian dan kondisi. Data finansial pada umumnya Asersi dari fakta nonfisik. Verifikasinya membutuhkan aplikasi teknik dan metode bukti. Dengan demikian logika bukan hanya dasar untuk auditing tapi juga untuk hukum, yang menjamin gagasan dan teori bukti dari logika, Kenyataannya, disiplin apapun yang tergantung pada bukti beedasarkan pada logika. Auditing juga merupakan disiplin terapan karena disiplin terapan juga menggambarkan prinsi-prinsipnya atau teori dasar dari beberapa lapangan lain, beberapa lainnya murni. Auditing jarang dapat menolak teorinya, namun karena masih terlalu muda dibanding ilmu lain, mungkin tidak pernah terlalu peduli pada hubungan-hubungannya pada disiplin-disiplin fundamental. III.KESIMPULAN Tibalah kita pada suatu kesimpulan bahwa auditing adalah merupakan bidang ilmu pengatahuan yang khusus dimana auditing membutuhkan jenis studi. Dan bahwa pengembangan dari suatu filosofi yang baik dari auditing adalah suatu tantangan yang sesuai dengan pikiran terbaik yang dimiliki profesi. Auditing berhubungan dengan ide-ide abstrak, auditing mempunyai pondasi dalam tipe-tipe pembelajaran yang paling mendasar, auditing mempunyai struktur yang rasional

http://yusufsofyan.blogspot.com

dari postulat-postulat, konsep-konsep teknik dan persepsi, dapat dimengerti dengan baik. Auditing merupakan studi intelektual yang mendalam yang layak disebut disiplin. Karena auditing menyediakan kesempatan dan bahkan meminta usaha keras intelektual, karena dengan usaha yang keras tersebut teori yang mendasarinya dapat diungkapkan, dikembangkan, dipahami dan digunakan untuk pengembangan profesi. Daftar Pustaka Arent, Alvin A, and James K Loebbacke, (2000), auditing An Integrited Approach, 8th Ed, London : Prentice Hall International. Mautz, R. K and Hussein A Sharaf, (1961), The Philosophy of Auditing, Sarasota : American Accounting Association Mulyadi & Kanaka Puradiredja (1999), Auditing Buku I ; Salemba Empat Jakarta

http://yusufsofyan.blogspot.com

You might also like