You are on page 1of 11

POLA TANAM DI INDONESIA

10:20 PM MASPARY

Salam pertanian! Pertanian di Indonesia terdapat beberapa pola tanam. Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Tumpang sari (intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. 2. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu. 3. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang. 4. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu. Saya kira sampai disini dulu pembahasan tentang pola tanam di Indonesia semoga bisa memberi manfaat bagi anda walaupun postingan kali sangat sangat sedikit. Dan bagi pembaca yang ingin mengoreksi, mengurangi ataupun menambahi silakan tinggalkan pesan pada kolom komentar.

pola tanam
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN ( POLA TANAM ) 1.1 Latar belakang Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistim monokultur, sedang Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena

memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Selain itu ada juga faktor yang harus diperhatikan lagi, yakni sifat fisika maupun kimia dari tanah tersebut. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada maka pelaksanaan pola tanam tentu akan mempunyai hasil yang baik dan nantinya akan berdampak pada hasil ahir dari tanaman tersebut. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian dari pola tanam Untuk mengetahui potensi dan dampak pengenbangan pola tanam Untuk mengetahui macam-macam sistem pola tanam

II.PEMBAHASAN 2.1 Pengertian pola tanam Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Sedangkan tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistim yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam. Pertanian di indonesia memang sudah mengalami beberapa perubahan hingga kini, walaupun belum sepenuhnya petani-petani dapat merubah sistim pertanian mereka. Petani modern yang pada umumnya di kembangkan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi sudah melakukan berbagai perubahan dalam pengelolaanya mereka sudah tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan menggunakan tenaga mesin. Tapi pada masyarakat pedesaan yang berprofesi sebagai petani khususnya golongan menengah kebawah mereka tetap menggunakan tenaga manusia,salah satu penyebanya adalah tidak terjangkaunya harga dari alat-alat pertanian yang biasa di gunakan oleh petani modern. Dalam melaksanakan pola tanam tentu yang juga harus diperhatikan adalah keberhasilan dalam melakukan penanaman,manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani tersebut,banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak hanya dengan beberapa saat sudah dapat menjadi pelaku pertanian yang ada biasanya ini sering terjadi pada masyarakat pedesan, tapi sebaliknya dengan pendidikan yang cukup dan tentunya sudah melakukan berbagai pelatihan dalam pelaksanaan pertanian tentu juga akan mempengaruhi keberhasilan dari tanam tersebut.Selain itu kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan,dengan kemampuan yang tinggi tentu juga akan menghasilkan keberhasilan dalam pelaksanaan tanam tersebut. 2.2 Potensi dan dampak pengembangan pola tanam Pengembangan diversifikasi atau pola usaha tani perlu dilakukan secara dinamis dengan mempertimbangkan pertimbangan lingkungan dan permintaan pasar,agar mendapatkan manfaat yang maksimal dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani.Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha tani)adalah sebagai berikut: Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk permukaan tanah.

Tinggi tempat dari permukaan laut,terutama sehubungan dengan suhu udara,tanah dan ketersediaan air. Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad penggangu. Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan dukungan infrastruktur dan potensi pasar yang memadai. Berdasarkan pada sifat tanah dan tipe iklim, terdapat enam jenis agroekosistem sebagai basis pola pertanaman dalam setahun (annual cropping pattern) (Setjanata, 1983; Karama et al., 1988; Karama, 1989). Keenam jenis agroekosistem dan pola tanam yang potensial adalah sebagai berikut: (1)Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 10-12 bulan: (a) Padi sawah-padi sawah-padi sawah. Pola ini dianjur-kan pada kondisi kesulitan drainase, de-ngan kewajiban menggunakan VUTW dan pengembalian bahan organik tanaman atau pemakaian kompos(b) Padi sawah-padi sawahpalawija/sayuran (2)Lahan sawah irigasi dengan jaminan ketersediaan air irigasi 7-9 bulan: (a) Padi sawah padi sawah walik jerami-palawija/sayuran(b)Padi sawah-palawija/sayuran- palawija/sayuran (3)Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 5-6 bulan: (a) Gogo rancah padi sawah walik jerami-palawija(b) Palawija-padi sawah-palawija/sayuran(c) Padi sawah-palawija/sayuran. (4)Lahan sawah tadah hujan: (a) Gogo rancah-padi sawah-kacang tunggak(b) Padi sawahpalawija/sayuran(c) Gogo rancah palawija-palawija/sayuran dan (c) Budidaya sistem surjan; (5)Lahan pasang surut (khusus Kalimantan Selatan): (a) Padi unggul-padi unggul (untuk daerah tipe A, B, dan C) (b) Padi unggul-padi lokal (untuk daerah tipe A, B, dan C) (c) Padi-palawija (daerah tipe C dan D) (d) Palawija-palawija-palawija (daerah tipe C dan D) (f) Budidaya sistem surjan. (6)Lahan kering: (a) Padi gogo tumpangsari dengan jagung yang ditanam pada awal musim hujan (b) Tanaman substitusi padi gogo seperti kacang tanah atau kedelai (c) Pola tanaman lorong (alley cropping)dengan tanaman pagar (hedgerow) seperti tanaman legume, buah-buahan atau tanaman industri (kelapa dan kopi) (d) Pola tanam dengan mengikutsertakan ta-naman perkebunan dan ternak dalam sistem usahatani lahan kering. 2.3 Sistem pola tanam Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman). Polikultur merupakan pemilihan tanaman dan teknis budidaya yang baik dan tepat. Pada sistem polikultur ini akan memberikan bermacam keuntungan, diantaranya adalah : Dapat menambah kesuburan tanah. Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur. Meminimalkan hama dan penyakit tanaman. Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis. Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu

menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya. Sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah : Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau beragam. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. Dalam pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu : 1. Tumpang Campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau pendampingnya. 2. Tumpang Sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur. 3. Tumpang Gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen. 4. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara. 5. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan. 6. Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman. Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu : Kebutuhan sinar matahari ; pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang, berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan. Kebutuhan unsur hara ; adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-kacangan. Sistem perkaran ; Adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya III.PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa bera. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistim yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam. Manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani tersebut,banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak.Selain itu kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha tani)adalah ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola

distribusi dan jumlah hujan. Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous.2011.http://gurumuda.com/bse/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-danperkembangan-tumbuhan Anonymous.2011.http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanaman_tunggal Anonymous.2011.http://rickyuntukpertanian.blogspot.com/2010/11/blog-post.html Anonymous.2011.http://www.ditlin.hortikultura.deptan.go Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani dalam Usaha Intensifikasi (Proyek Bimas). Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usahatani, Bogor, 20-21 Juni 1983. Pusat Penelitian dan Pengemba-ngan Tanam http://musafaalihyar.blogspot.com/2011/03/pola-tanam.html

Tanam Padi Cara Jajar Legowo di Lahan Sawah Oleh Asep Wahyu Jumat, 05 Februari 2010 09:32 PENDAHULUAN Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia, sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering didukung oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki. LEGOWO Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir kali jarak tanaman pada baris tengah. Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1. Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1

barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal. TUJUAN LEGOWO Tujuan cara tanam legowo adalah : 1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat. 2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya. 3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang. 4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. 5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil. TEKNIK PENERAPAN 1. Pembuatan Baris Tanam Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. 2. Tanam Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari 21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas. Namun apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia. http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=171&Itemid=11

Petani Bahorok Kembangkan Pola Tanam Padi Tumpang Sari


Bahorok, (Analisa). Petani di beberapa desa di kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat memanfaatkan lahan-lahan perkebunan kosong paska peremajaan tanaman keras, dengan menanam padi Huma dan Agogo.

Pola tanam padi tumpang sari yang dilakukan petani itu, meskipun di lahan yang sangat terbatas, namun dapat meningkatkan hasil produksi padi di Bahorok. Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian,Ir.Ruslan Angkat, Kamis (16/2) di Bahorok mengatakan, pemanfaatan lahan perkebunan paska peremajaan tanaman keras dengan menanam berbagai tanaman palawija maupun padi, dapat memberikan nilai tambah bagi para petani. "Tumpang sari tanaman padi dan palawija di lahan perkebunan paska peremajaan tanaman keras dapat memenuhi kebutuhan pangan di wilayah Bahorok.Bahkan, saat ini, Dinas Pertanian Langkat berupaya semaksimal mungkin memanpaatkan lahan tidur untuk meningkatkan produksi pangan di Langkat,"terang Ruslan. Setiap kali melakukan peremajaan tanaman keras, petani dapat memanpaatkanya dengan menanam berbagai tanaman palawija dan padi 2 hingga tiga kali tanam sebelum tanaman keras itu produktif," imbuh Ruslan. Di lahan peremajaan karet, petani dapat menanam padi 2 hingga tiga kali masa panen. Di lahan perkebunan sawit, petani dapat lebih 4 hingga 5 kali masa penen. Untuk mendukung keberhasilan pola tanam padi Agogo atau Huma pada lahan tumpang sari, Ruslan mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan beberapa kelompok tani memberikan bantuan berupa benih dan pupuk. Dijelaskanya, pada musim tanam 2011 areal tanaman padi yang ditanam dengan pola tumpang sari sekira 110 hektar tersebar di Desa Lau Damak, Batu Jongjong dan Tanjung Lenggang serta Kelurahan Pekan Bahorok dan Timbang Lawan.Tingginya animo masyarakat menanam padi jenis agogo atu huma di lahan pertanian darat, disebabkan faktor rasa dan mutu beras yang tergolong alami dan perawatan tidak begitu rumit, terang Ruslan. Ketua Kelompok Tani Setia Tani Budiman Perangin-Angin mengemukakan, minat masyarakat menanam padi huma masih cukup tinggi. Saat ini terdapat 59 petani tergabung di kelompok itu, dengan lahan 33 hektar yang tersebar di beberapa tempat. Seluruh anggota kelompok mengikuti program Sekolah Lapang Pengendalian Tanmaan Terpadu (SLPTT) hingga produksi yang diperoleh diakui Setia sangatlah memuaskan. Kordinator Sensus Kecamatan (KSK) Tajuit mengatakan, saat dilakukan sebelum melakukan pemanenan, pihaknya telah mengambil satu ubin areal berukuran 2,5 M x 2,5 meter . Hasil satu ubin didapati 49 rumpun dengan 19 anakan rumpun dan diperoleh hasil 2,1 Kg. "Dari satu ubin yang kita jadikan sebagai contoh dapat diketahui hasil setiap hektarnya bisa memproduksi 3,36 ton padi kering giling,"ujar Tajuid. http://www.analisadaily.com/news/read/2012/02/17/35954/petani_bahorok_kembangkan_pola_tanam_pa di_tumpang_sari/ Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam

kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir. Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai mina tani. http://blogs.unpad.ac.id/anisyapurnamasari/category/tumpang-sari bedegan penanaman sawi dibuat dengan ukuran 120 cm dan panjang. Sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedegan penanaman ini dibuat sekitar 20-30 cm dengan jarak antar bedegan 30cm. jarak antar bedegan ini berfungsi sebagai tempat lalu lalang pekerja, juga berfungsi sebagai parit drainase. Seminggu sebelum penanaman sawi pada bedegan penanaman ditaburi campuran pupuk kandang, TSP, dan KCL yang dosisnya berturut-turut 10 ton, 100 kg, dan 75 kg per lahan. Selanjutnya pupuk diaduk dengan tanah sampai merata. Jarak tanam dalam bedegan untuk sawi putih dan sawi hijau berturut-turut adalah 40 cm x 40 cm dan 20 cm x 20 cm. dengan demikian pada satu bedegan tanam terdapat 3 baris sawi putih atau 5 baris sawi hijau. Jarak tanam untuk jenis sawi lainnya dapat disesuaikan dengan jarak ini. Untuk sawi yang tajuknya tak terlalu lebar dapat menggunakan jarak tanam antara 20 cm x 20 cm hingga 30 cm x 30 cm. jenis sawi yang tajuknya lebar dapat menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm hingga 40 cm x 40 cm. Pilihlah bibit yang pertumbuhannya baik. Cirinya, batang tumbuh tegak, daun hijau segar mengilap, dan tidak terlihat serangan hama atau penyakit. Pindahkan bibit dengan hati-hati dari persmaian ke kebun. Petani yang berpengalaman, cara ini dilakukan tangan disertai tanah. Namun, jika belum terbiasa dapat menggunakan cetok atau sendok tanaman. Pada tanah berpasir sulit diperoleh hasil pemindahan bibit yang bagus karena tanah yang membalut akar selalu pecah. Langkah selanjutnya adalah penggalian lubang tanam di bedeng penanaman. Penggalian

dilakukan dengan tangan atau cetok apda titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tak perlu terlalu besar, cukup 4-8 cm x 6-10 cm. bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan hati-hati lalu lubang diurug dan tanahnya sedikit ditekan ke arah akarnya. Seperti halnya sawi, penanaman selada dibandingkan dengan sawi ialah pada jarak tanamnya. Jarak tanam untuk selada ialah 20 cm x 20 cm sampai 25 cm x 25 cm sehingga dalam satu baris terdapat 5 tanaman. Untuk penanaman sawi dan selada secara langsung tanpa melalui pembibitan tidak dianjurkan. Apabila terpaksa dilakukan penanaman bening langsung dibedengan maka perlu dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanamnya. Tiap lubang ditanam 2-3 benih. Apabila bibit tumbuh terlalu rapat dilakukan penjarangan agar jarak antartanaman menjadi lebih rapi. Selanjutnya benih yang tumbuh menjadi tanaman muda dipelihara hingga besar.

Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Tumpang Sari Ramah Lingkungan


Posted April 13, 2012 by bengkulu2green in Post. Leave a Comment Pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan untuk jangka panjang serta penggunaan pupuk, pestisida maupun pemberantasan hama secara organik/alami yang ramah lingkungan akan menyelamatkan air tanah/tanah dari pencemaranan bahan pestisida kimia/zat kimia lainnya dan juga untuk menjaga kesehatan manusia serta pemanasan global. Menjadikan kegiatan pertanian sebuah usaha mandiri yang dapat menopang ekonomi keluarga merupakan idaman bagi semua petani, namun untuk menuju kesana diperlukan semangat juang, teknologi yang memadai, kreatifitas serta perencanaan yang matang dalam menentukan budidaya secara efektif dan tepat. Kebutuhan ekonomi keluarga yang berlangsung terus menerus setiap harinya harus dapat diimbangi dengan budidaya yang terencana dan mengarah pada keberlanjutan. Salah satu perencanaan budidaya secara sederhana yang cukup efektif adalah dengan sistem tumpang sari yang ramah lingkungan. Tumpang Sari Ramah Lingkungan merupakan salah satu teknik budidaya dengan beberapa jenis tanaman

yang dikelola secara bersamaan dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Pengertian ramah lingkungan disini, di samping mengurangi penggunaan bahan-bahan anorganik (pupuk kimia, pestisida) dan meningkatkan penggunaan bahan-bahan organik (Kompos, Bokashi, pupuk organik cair dll) serta dalam mengatasi/mengusir hama pun dengan cara alami, dengan pestisida alami, perasan air bawang putih untuk hama kutu putih ataupun dengan kecubung untuk hama pada padi dan tanaman hortikultura serta buah jengkol untuk hama tikus, dsb. Juga berorientasi untuk menjaga keseimbangan antarkomponen ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman spesies (komoditas) serta menjamin kelestarian sumber daya pertanian, seperti lahan air, dan organisme-organisme yang hidup didalamnya yang bermanfaat bagi kestabilan ekosistem. Tujuan dari teknik tersebut diantaranya : Usaha pertanian mempunyai hasil panen yang berkesinambungan Mencoba memaksimalkan pengolahan lahan Mengefektifkan penanggulangan hama dan penyakit Menghemat sarana produki pertanian Menjaga konservasi air dan tanah dari pencemaran zat kimia Mencegah pemanasan global (Global Warming) Menjaga kesehatan manusia

Langkah awal untuk untuk budidaya tumpang sari adalah menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, baik untuk jenis tanaman jangka pendek, atau jangka panjang. Sebagai gambaran, misalkan pada lahan yang dikelola akan dibudidayakan tanaman karet yang merupakan budidaya jangka panjang. Hal ini akan lebih efektif jika diawali dengan pertanian hortikultura untuk budidaya jangka pendek, yaitu dengan budidaya cabai, sawi, tomat, labu, dan jenis sayuran lainnya atau palawija. Sampai tanaman karet kira-kira berumur 2,5 tahun, disela-selanya masih dapat dibudidayakan tanaman hortikultura. Jenis tanaman hortikultura atau sayuran juga masih dapat dilakukan secara tumpang sari dalam pengelolaannya, yaitu dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Misalnya sayuran yang berumur pendek seperti sawi, bayam, kangkung dapat dipadukan atau ditanam secara bersama-sama dengan tanaman sayuran jangka menengah seperti kubis, tomat dan cabai. Menanam cabai, kubis dan sawi secara bersamaan dalam satu lahan dan satu balur merupakan salah satu contoh tumpang sari tanaman sayuran dengan alur masa panen yang berkesinambungan. Tanaman sawi akan habis masa panennya lebih awal antara 25-40 hari, setelah sawi habis maka tanaman kubis yang mempunyai masa panen antara umur 65-80 hari menjadi panen yang kedua. Sedang tanaman cabai yang masa panennya antara umur 3-6 bulan akan mengisi panen yang berikutnya. Dengan adanya pengelolaan yang tepat dalam satu lahan akan menghasilkan tanaman sayuran secara berturut-turut. Gambaran di atas merupakan contoh kecil dalam pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan untuk jangka panjang. Untuk perencanaan tersebut di atas sudah tentu perawatan atau pemeliharaannya dilakukan dengan cara alamiah atau organik, dengan tidak sama sekali menggunakan bahan-bahan kimia serta dalam pemanfaatan lahannya harus dihindarkan penebangan pohon alami secara besar-besaran/liar atau bukan di lahan konservasi/hutan lindung serta tidak menimbulkan bahaya longsor ataupun pembukaan lahan tanpa tebas bakar. Karena hal ini untuk mencegah kerusakan dan terganggunya konservasi atau vegetasi/habitat alami.

Oleh : Handhaka. W http://bengkulu2green.wordpress.com/2012/04/13/pertanian-berkelanjutan-dengan-sistem-tumpang-sariramah-lingkungan/

You might also like