You are on page 1of 2

Teknologi Pemanfaatan Bagasse Sugar Ash Paling tidak lebih dari 10 juta ton ampas tebu dihasilkan oleh

industri gula setiap musim panen dan gilingnya. Konsumsi masyarakat terhadap gula pasir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Diprediksi pada tahun 2010 saja konsumsi gula masyarakat mencapai 220.000 ton dengan rata-rata nasional 12 kg per kapita per tahun dan akan terus melonjak. Bahkan jumlah industri gula yang terus berkembang di negara kita masih belum mampu mengakomodasi tingkat kebutuhan masyarakat terhadap gula. Namun, dibalik itu semua industri gula di Indonesia sebenarnya menyimpan prospek ekonomi baru yang cukup menjanjikan melalui pemanfaatan bagasse sugar ash atau abu ampas tebu secara optimal. Jika diperkirakan sebanyak 72 pabrik gula tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan kurang lebih 30% bobot tebu merupakan ampas yang terbuang, maka akan sangat banyak ampas tebu yang dihasilkan. Ampas tebu biasanya hanya dibakar (sintering) dengan suhu tinggi untuk menjadikannya abu atau arang agar lebih mudah dibuang dan terdegradasi. Lainnya, beberapa pabrik memanfaaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar boiler. Padahal ampas tebu sebagai bahan bakar boiler hanyalah sebatas pembantu dan tidak memberikan efisiensi tinggi. Ampas tebu merupakan hasil samping dari ekstrasi cairan tebu yang mengandung serat selulosa dalam jumlah yang tinggi, karbon serta senyawaan anorganik lainnya seperti silika dan titanium oksida. Pengolahan secara tepat dan bertahap mampu memberikan nilai ekonomi baru bagi industri gula. Analisis difraksi sinar X terhadap abu ampas tebu menunjukkan kandungan karbon dan silika karbon yang sangat tinggi dengan intensitas relatif mencapai 99%. Dapat dibayangkan jika hasil pembakaran ampas tebu dibuang begitu saja ke lingkungan, senyawaan anorganik, logam dan karbon yang mungkin saja terbentuk dari hasil pembakaran tidak sempurna masuk dalam sirkulasi udara dan pernapasan manusia. Tidak ada yang dapat menjamin toksisitas senyawaan tersebut. Karbon silika dapat dipisahkan untuk dimanfaatkan dalam industri bahan bangunan, seperti semen dan beton. Impregnasi silika sebagai material pendukung pada bahan bangunan mampu meningkatkan kekuatan dan kualitas bangunan. Selain itu, karena sifat dasar ampas tebu berupa serat dengan logam-logam didalamnya, terutama silika sangat potensial serat tersebut dijadikan pula absorben alami untuk beragam pengotor. Baik digunakan dalam industri gula itu sendiri untuk pemurnian maupun dijual ke pasaran. Metode pemisahan dengan efektivitas kurang dari 100% tidak perlu dikhawatirkan akan kembali menghasilkan buangan. Kandungan oksida titanium yang terdapat pada abu ampas tebu sisanya inilah yang belum sama sekali termaksimalkan, bahkan belum dilirik penggerak industri. Oksidaan titanium dapat diubah menjadi senyawa anorganik titanium dioksida yang bersifat fotokatalitik. Oksidaan titanium dapat dipisahkan dengan mudah dari senyawaan logam lainnya pada limbah karena oksida titanium tidak larut dalam air panas, kemudian dapat dilakukan penyaringan untuk pengolahannya lebih lanjut. Menurut penelitan, film atau lapisan tipis sol titanium dioksida merupakan agen swabersih -superhidrofilik dan superhidrofobik-. Pemanfaatannya sangat luas. Bagian-bagian permukaan suatu gedung seperti lantai, jendela atau dinding keramik mudah sekali kotor karena selalu mengalami kontak dengan udara yang mengandung partikel debu atau polutan lain. Bila saja permukaan tersebut merupakan bahan yang bisa bersih sendiri (swabersih) dengan bantuan air, misalnya saat hujan, tentu akan mengurangi biaya pemeliharaan karena bahan tersebut akan selalu bersih dan jernih. Hal tersebut dapat dibuat dengan melapiskan film TiO2 pada permukaan kaca, plastik dan material lain. Film

TiO2 mampu menurunkan sudut kontak permukaan jika terkena sinar UV (matahari), sangat cocok bagi negara dengan iklim tropis seperti Indonesia yang memperoleh intensitas UV cukup tinggi. Pada akhirnya sudut kontak air akan mendekati 0o, dan pada kondisi ini permukaan bahan mampu membuat sifat antikabut. Dengan adanya sifat antikabut, air akan menyebar dan tidak membentuk tetesan-tetesan air yang membuat buram permukaan kaca. Sangat aplikatif ketika diterapkan pada kaca spion, cermin kamar mandi dan kaca helm. Selain nilai estetika juga menambah tingkat keamanannya. Pengolahan oksidaan titanium tidaklah sulit. Untuk mengubahnya menjadi film yang dapat dilapiskan dengan mudah cukup mengubahnya menjadi sol-gel melalui reaksi asam nitrat dan polietilenglikol (PEG) bobot molekul tinggi tanpa membutuhkan kalsinasi suhu tinggi sehingga menghemat bahan bakar maupun penggunaan listrik. Bahan-bahan seperti asam nitrat dan PEG pun mudah diperoleh. Masyarakat juga tidak perlu khawatir karena film TiO2 ini bersifat transparan dan tidak merusak fungsi dari material justru menambah mutunya, tidak pula membahayakan lingkungan. Dengan sedikit inovasi dan adanya pemikiran kritis, pemanfaaatan abu ampas tebu secara tepat guna dan berkesinambungan mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, keindahan, nilai jual produk industri hilir bahan bangunan, nilai ekonomi baru bagi industri gula tebu serta ramah lingkungan.>/p>
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/2398

Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagas (limbah padat industri gula). Indonesia memiliki potensi limbah biomassa yang sangat melimpah seperti bagas. Industri gula khususnya di luar jawa menghasilkan bagas yang cukup melimpah. Teknologi pembuatan papan partikel dari ampas tebu PSUH 94-3 merupakan komponen teknologi pemanfaatan hasil samping tebu. Kompo-sisi bahan dan teknologi pembuatan papan partikel telah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) seperti terlihat pada tabel hasil uji coba. Papan partikel dari ampas tebu dibuat dengan cara pengeringan, penggilingan, dan penyaringan ampas, pencampuran ampas dengan perekat, resin dan parafin wax serta pencetakan dengan tekanan hidrolik pada kondisi tekanan 10 kg per cm2, suhu 150?C selama 15 menit. Perekat terdiri dari urea formaldehide, hardener, ammonia, dan air. Sumber : http://lordbroken.wordpress.com/2010/01/14/pemanfaatan-limbah-pabrik-gula/

You might also like