You are on page 1of 6

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Paradigma Penelitian Paradigma konstruktivisme memahami bahwa realitas yang ada itu tidak bisa digeneralisasikan terhadap suatu konteks dalam waktu tertentu. Paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti sejajar dengan realitas atau objek yang diteliti dan seterusnya berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang diteliti. Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkunstuksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat membatin, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu (Sani. 2007:1).

13

14 Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruksivisme. Menurut Patton, paradigma konstrusivisme adalah paradigma yang mempelajari beragam

realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruksivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. (Patton, 2002, Hal. 96-97). Paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupan sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial. (Sarantakos, 1993) Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa. 3.2 Metoda Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Studi kasus memberikan gambaran secara mendetil tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersifat umum.

15 3.3 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif. Sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, sifat deskriptif ini memang sudah melekat. Dengan menggunakan sifat deskriptif ini, peneliti dapat mengetahui gambaran lengkap mengenai apa yang diteliti. Sifat Penelitian deskriptif adalah sifat penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Berdasarkan sifat penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan begitu laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

3.4

Narasumber Peneliti menggunakan istilah informan sebagai narasumber dan bukan menyebutnya dengan istilah subjek sebagaimana dilakukan oleh penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih dua orang narasumber yaitu Robert Haryanto dan Marischka Prudence. Robert Haryanto adalah seorang reporter Metro Tv yang baru bekerja selama 1,5 tahun yang juga merupakan pengguna aktif twitter dan memiliki gaya khas tersendiri dalam menyampaikan informasi di jejaring sosial

twitter. Marischka Prudence adalah reporter wanita dari Metro Tv yang sudah bekerja selama 3,5 tahun. Dia juga pengguna aktif twitter dan memiliki 16 gaya bahasa tersendiri dalam menyampaikan informasi di jejaring sosial twitter. Mereka dipilih menjadi informan karena dianggap menguasai permasalahan yang sedang diteliti.

3.5

Teknik Pengumpulan Data Peneliti mengumpulan data penelitian dengan melakukan wawancara mendalam. Dengan wawancara peneliti dapat secara aktif berkomunikasi secara intensif dengan suatu tujuan tertentu dan mengkonstruksikan data tentang kehidupan informan. Menurut Berger adalah percakapan antara priset seorang yang berharap mandapatkan informasi dan informan seoarang yang di asumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Menurut Burhan Bungin, wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama, dengan demikian cirri khas dari wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

3.6

Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh dari wawancara kemudian akan diolah tahap demi tahap. Mengumpulkan data dan informasi kemudian mereduksi atau memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan permasalahan penelitian. Selanjutnya setelah informasi dipilih maka 17 disajikan dalam bentuk uraian penjelasan dan pada tahap terakhir dianalisis secara kualitatif deskriptif berdasarkan studi pustaka untuk menarik kesimpulan.

3.7

Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif secara deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Menurut Lexy J. Moleong, analisis deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Selain itu dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Berdasarkan keterangan dari pakar tersebut, maka menurut peneliti analisis deskriptif adalah analisis data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambar yang dideskriptifkan dengan tulisan ilmiah. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu dikumpulkan data-data atau informasi yang kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.

Data yang diambil peneliti dalam penelitian ini didapat melalui wawancara mendalam (interview), observasi biasa dan studi kepustakaan atau sumber tertulis (library research).

You might also like