You are on page 1of 16

b) Tween 60 / Polisorbat 60 Tween 60 adalah campuran asam stearat dan palmitat dari sorbitol dan anhidratnya berkopolimerisasi dengan

lebih kurang 20 m olekul etilen oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidra sorbitol. Pemerian : Cairan seperti minyak atau semi gel, kuning hingga jingga, berbau khas lemah. Kelarutan : Larut dalam air, dalam etil asetat dan dalam toluene; tidak larut dalam minyak mineral dan dalam minyak nabati. Kegunaan : Emulgator Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. (Anonim, 1979, 508) c) Span 60 / Sorbitum Monostearat Span merupakan ester dari asam lemah (Laurat, Palmitat, Stearat dan Oleat) Pemerian : Berupa padatan malam, bewarna kuning pucat, Dengan minyak yang lemah. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam Alkohol, larut dalam Parafin cair. Kegunaan : Emulgator Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. d) Aquadest Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Kegunaan : PelarutPengembangan Formulasi Emulsi
Definisi Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem dispersi cair-cair minimal terdiri dari 2 fasa yang tidak saling bercampur dan secara termodinamik tidak stabil

Fasa internal: fasa terdispersi -Fasa eksternal: fasa kontinu (pendispersi)


Emulsifikasi adalah suatu proses pembuatan emulsi, di mana paling sedikit satu fasa cair tidak bercampur terdispersi dalam fasa lain dalam bentuk tetesan dengan diameter dapat mencapai 0.1 m. Alasan pengembangan sediaan emulsi Untuk memformulasi (menutup rasa dan bau)

senyawa aktif berupa minyak Mendispersikan minyak ke dalam tetesan halus sehingga meningkatkan absorpsinya Pemberian minyak secara intravena (nutrisi parenteral) Jenis sediaan emulsi dalam farmasi Lotion Krim Tetes (vitamin) Tipe/jenis emulsi Berdasarkan jenis fasa yang terdispersi atau pendispersinya: Emulsi O/W (minyak dalam air) -Emulsi W/O (air dalam minyak) Mendeteksi jenis emulsi Uji tetesan Berdasarkan prinsip bahwa tetesan akan bercampur dengan fasa pendispersi. Dilakukan dengan meneteskan air ke dalam emulsi, jika tetesan bercampur maka tetesan akan menyebar menunjukkan bahwa tipe emulsinya o/w Uji kelarutan zat warna Didasarkan pada prinsip bahwa zat warna akan terdispersi secara homogen ke dalam fasa eksternal. Jika zat warna larut dalam air diteteskan ke dalam emulsi dan menyebar/terdifusi, maka tipe emulsinya o/w Uji kertas saring Dilakukan dengan cara meneteskan emulsi di atas kertas saring bersih. Jika tetesan menyebar dengan cepat melalui kertas saring, maka tipe emulsinya o/w Uji konduktivitas listrik Didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus, sedangkan minyak tidak

Teori emulsifikasi

Teori tegangan permukaan berdasarkan penurunan tegangan permukaan Teori Wedge orientasi lapisan molekular tunggal dari emulgator menyelimuti tetesan fasa internal Teori film antar muka film dari emulgator mencegah kontak tetesan dan mencegah terjadinya koalesensi dari fasa terdispersi EMULGATOR Tujuan emulgator adalah untuk meminimalkan penggabungan globul (koalesensi) yang akhirnya menyebabkan pemisahan fasa (demulsifikasi)

Stabilisasi Emulsi Emulsi distabilisasi dengan penambahan emulgator. Surfaktan sbg Emulgator mempunyai 2 bagian: hidrofilik dan lipofilik Mekanisme emulgator menstabilkan emulsi: teradsorpsi pada antar muka minyak/air untuk memberikan perlindungan di sekitar tetesan yang terdispersi. mengurangi tegangan antar permukaan sistem. memodulasi muatan permukaan tetesan sehingga mengurangi kontak fisik antar tetesan dan menurunkan koalesensi Stabilitas emulsi bergantung pada sifat emulgator dan film antar muka yang terbentuk di antara 2 fasa. Film pada antar muka harus bersifat elastis dan cepat terbentuk selama proses emulsifikasi Jenis Emulgator Surfactant teradsorpsi pada antar muka minyak/air membentuk film lapis tunggal, menghasilkan penurunan tegangan antar permukaan Koloid hidrofilik tipe emulgator ini membentuk film lapis ganda disekeliling partikel terdispersi Partikel padat terbagi halus tipe emulgator ini, partikel halus teradsorpsi pada tetesan (globul) dan membentuk film partikel disekeliling tetesan terdispersi Semua emulgator berfungsi sebagai stabiliser emulsi dengan cara pembentukan FILM/lapisan sterik Syarat emulgator untuk penggunaan farmasi Stabil Tersatukan dengan komponen lain dalam formulasi Tidak toksik Dapat diterima rasa, bau, dan warnanya Tidak mengganggu stabilitas dan efikasi dari bahan aktif

HLB HLB sistem digunakan untuk menentukan karakteristik surfaktan. HLB rendah menunjukkan sedikitnya jumlah gugus hidrofilik pada surfatktan dan surfaktan tersebut lebih bersifat lipofilik. Nilai HLB surfaktan bisa terbentang antara 1 40. Emulgator umumnya mempunyai HLB 1-20. Nilai HLB meningkat dengan semakin meningkatnya hidrofilisitas

Minyak juga mempunyai HLB, akan tetapi HLB ini lebih berkenaan kepada pembentukan emulsi o/w atau w/o yang stabil. Emulgator sebaiknya mempunyai nilai HLB sama dengan HLB butuh minyak agar diperoleh stabilisasi emulsi maksimum. rumus Griffin 30% span (HLB = 4.3) + 70% tween (HLB 15) HLB = (0.3 x 4.3) + (0.7 x 15) = 11.8 Pembuatan Emulsi farmasi Emulsi tidak terjadi secara spontan jika fasa cair dicampurkan. Untuk membuat emulsi perlu energi untuk memecah salah satu fasa cair, menyebabkan peningkatan luas permukaan fasa internal Energi untuk membuat emulsi: pengadukan, ultrasonik, atau panas Emulsi secara umum dibuat dengan manual atau mekanik. Teknik yang terlibat meliputi: mortar-stemper (metoda gom basah), mixer elektrik, homogeniser, pengocokan, dan sonifikasi Metode gom basah (wet gum method) Menggunakan musilago/gom yang dikembangkan Perbandingan minyak:air:emulgator untuk membentu emulsi inti (core emulsion) = 3-4:2:1 Setelah terbentuk emulsi inti, air ditambahkan sedikit demi sedikit diikuti dengan pengadukan cepat sampai terbentuk emulsi akhir yang sempurna (bisa dengan menggunakan mortir atau botol) Metode Gom Kering Perbandingan minyak:air:emulgator 4:1 Gom dicampurkan dalam minyak dan diaduk cepat diikuti dengan penambahan air sampai gom terhidrasi sempurna =emulsi inti Seterusnya sama dengan pembuatan emulsi pada cara basah Cara Panas Fasa minyak dan fasa air masing2 dipanaskan terpisah (60 -70C) F Biasanya digunakan jika emulgatornya sintetis (tween,span). asa internal kemudian ditambahkan ke fasa eksternal, kemudian diaduk kuat. Pengadukan dilanjutan terus selama proses pendinginan

Stabilitas Emulsi 1.Stabilitas fisik 2.Stabilitas kimia (senyawa aktif) Stabilitas fisik emulsi dapat ditingkatkan dengan Menurunkan ukuran globul dari fasa internal Optimalisasi rasio minyak:air Meningkatkan viskositas Hukum Stoke's V = [2 r2(D-d)g]/9 v = kecepatan sedimentasi r = jari-jari partikel g = kecepatan grafitasi D = bj partikel d = bj pembawa = viskositas pembawa

Emulsi dikatakan tidak stabil jika: Fasa internal cenderung membentuk agregat (globul yang lebih besar) Agregat dengan ukuran yang besar berada dipermukaan atau di bagian bawah emulsi dan membentuk lapisan konsentrat dari fasa internal (creaming) Semua atau sebagian fasa internal menjadi tidak teremulsikan pada bagian atas/bawah

Pemisahan fasa internal dari fasa eksternal disebut BREAKING (irreversible)

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau campur, biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari sebuah fase cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan, dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 m.

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal). Komponen emulsi :

Fase dalam (internal) Fase luar (eksternal) Emulsifiying Agent (emulgator)

Flavour dan pengawet yang berada dalam fasa air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan. Emulgator merupakan komponen yang peting untuk memperoleh emulsi yang stabil. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi ke dalam fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern disebut pula dase dispers atau fase discontinue. Penggunaan emulsi dibagi menjadi dua golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untk pemakaian dalam meliputi per oral atau pada injeksi intravena yang untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane mukosa yaitu linemen, losion, cream dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral biasanya mempunyai tipe M/A. emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa tak enak itu. Flavour ditambahkan pada fase ekstern agara rasanya lebih enak. Emulsi juga berpaedah untuk menaikan absorbsi lemak melalui dinding usus. Penggunaan emulsi untuk parenteral dibutuhkan perhatian khusus dalam produksi seperti pemilihan emulgator, ukuran kesamaan butir tetes untuk injeklsi intravena. Lecithin tidak pernah dipakai karena menimbulkan hemolisa. Pembuatan emulsi untuk injeksi dilakukan dengan membuat emulsi kasar lalu dimasukan homogenizer, di tampung dalam botol steril dan disterilkan dalam auto klap dan di periksa sterilitas serta ukuran butir. Untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa digunakan sediaan emulsi tipe M/A atau A/M. emulsi obat dalam dasar salep dapat menurunkan kecepatan absorbsi dan eksintensinya absorbsi melalui kulit dan membrana mukosa. Contoh: suspensi efedrin dalam emulsi M/A bila dipakai pada mukosa hidung di absorbsi lebih lambat si banding larutannya dalam minyak, jadi

diperoleh prolonged action. Tetapi emilsi kadang-kadang dapat menaikan kecepatan absorbsi perkusen dengan kata lain absorbsi kedalam dan melalui kulit . Metode Pembuatan Emulsi

Metode Gom Kering Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan jumlah volume air dan jumlah emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator. Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.

Metode Gom Basah Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.

Metode Botol Disebut pula metode Forbes


(1)

. Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan

menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar. Dalam botol kering, emulgator yang digunakan dari jumlah minyak(2). Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat(1).

Metode Penyabunan In Situ

a. Sabun Kalsium Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuatkuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas. b. Sabun Lunak Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan. c. Pengemulsi Sintetik Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1). Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya dibutuhkan, seperti hand homogenizer . Beberapa sifat emulsi yang penting: - Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit

untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH). - Pengenceran Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

Teori Emulsifikasi
1. Adsorbsi multi molekuler Emulgator koloid lyofil hidrat dapat dianggap surface active karena dapat tampak pada antarmuka M/A dan perbedaannya dengan S.A.A sintetik ialah : a. b. Emulgator koloid lyofil hidrat tidak menurunkan tegangan antar muka Emulgator koloid lyofil membentuk milti molekuler film pada antarmuka

Aksinya sebagai emulgator adalah karena membentuk film multimolekuler yang kuat da mencegah terjadinya koalesens. Efeknya sebagai tambahan yang menambah stabilitas ialah menaikkan viskositas media dispers. Tipe emulsi ditentukan oleh sifat emulgator dan dapat disusun sebagai berikut: 1. emulgator yang larut atau lebih suka air (tween sabun natrium) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A dan emulgator akan larut atau suka minyak (sabun kalsium, span) akan terbentuk tipe emulsi A/M. 2. bagian polar molekul emulgator umumnya lebih baik untuk melindungi kolesen. Maka itu memungkinkan membuat emulsi M/A volume fase intern yang relative tinggi. Sebaliknya emulsi tipe A/M volume fase intern akan terbatas, apabila air cukup banyak akan terjadi inverse. 3. tipe emulsi juga dapat mempengaruhi viskositas tiap fase. Tegangan antar muka dapat di bedakan dengan tiga cara:

a. penambahan surfaktan yang menurunkan tekanan antar muka atau antara dua cairan yang tak tercampur. b. Penambahan substansi yang mneyususn melintangdiantara permukaan dari dua tetes cairan, jadi memegang bersama-sama dengan kekuatan. c. Penambahan zat akan membentuk lapisan film disekeliling butir-butir dari fase dispers, secara mekanis melindungi mereka dari penggabungan butir tetes-tetes. Teori tentang terbentuknya emulsi terdiri dari 1. teori tegangan permukaan teori ini dapat menjelaskan bahwa emulsi terjasi bila di tambah suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara dua cairan yang tak tercampur. 2. teori orientasi bentuk baji teori ini menjelaskan fenomena terbentknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan adanya bagian yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak. 3. teori film plastic teori ini menjelaskan bahwa enulgator ini mengnedap pada permukaan masing-masing butir tetesan fase disper dalam bentuk film yang plastis. Lapisan ini mencegah terjadninya kontak atau berkumpulnya butir-butir tetes cairan yang sama. Efek emulgator disini adalah murni mekanis dan tidak tergantung adanya tegangan permukaan. 3. Adsorbsi partikel padat

Particle padat teabgi halus dibasahi sebagian oleh minyak sebagian oleh air dapat bekerja sebagai emulgator. Serbuk yang suka di basahi oleh air akan membentuk emulsi tipe M/A, sedangkan yang lebih mudah di basahi oleh minyak akan membentuk emulsi tipe A/M.

Stabilitas Fisik Dan Emulsi

1. Creaming dan Hk.Stokes Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m. 2. Penilaian Kestabilan
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolaholah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat . Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua <st1:city w:st="on"><st1:place

w:st="on">gaya, yaitu:

1)

<st1:city w:st="on">Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan <st1:city


w:st="on">gaya <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London-Van Der Waals. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,

2)

<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Gaya tolak-menolak yang disebabkan


oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1. 2. 3. 4. 5.

Tegangan antarmuka rendah Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka Tolakkan listrik double layer Relatifitas phase pendispersi kecil Viskositas tinggi.

Emulsi adalah

dispersi koloidal 2 cairan yang tidak bercampur karena perbedaan kepolaran. globul terdispersi makromolekul (dengan ukuran 100-100.000 m) dalam medium pendispersi.

Tahap penentu pembentukan emulsi:

Tahap pemisahan: disrupsi dan distruksi. Ruahan menjadi globul ditentukan oleh waktu dan kecepatan pengadukkan. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi menggunakan ultraturax sudah pecah (sudah opak seperti susu dan kecepatan diturunkan) masuk ke dalam tahap stabilisasi. Tahap stabilisasi: mekanisme kerja emulgator.

Faktor yang harus diperhatikan dalam proses emulsifikasi: 1. Polidispersi globul sferis tergantung dari pengadukkan fasa terdispersi. 2. Enersi antar muka 2 cairan yang tidak bercampur menyebabkan ketidakstabilan sehingga usaha enersi antar muka minimum. 3. Stabilisator pada antar muka. 4. Bahan peningkat viskositas dapat mengurangi kecepatan penggabungan globul terdispersi. 5. Dibentuk 2 fase stabilisasi dengan fase ketiga adalah emulgator atau multi emulsi (o/w/o, w/o/w) Tujuan Pembentukan Emulsi:
1. Meningkatkan kelarutan

2. 3. 4. 5.

Meningkatkan stabilitas Memperbaiki penampilan Menutupi rasa tidak enak Efek obat diperlambat

Faktor yang Mempengaruhi Proses Emulsifikasi:

Tegangan permukaan 2 fase cair, karena adanya perbedaan polaritas dan zat cair tersebut. Energi bebas permukaan: dapat membentuk koalescen, yaitu penggabungan globul. Emulgator: film antar muka, tolak menolak muatan, dan repulsi sterik untuk emulgator muatan.

Mekanisme Stabilisasi Emulsi:


1. Emulgator surfaktan: membentuk lapisan film monolayer pada antar muka globul.

Macam2 surfaktan: surfaktan kationik, anionik, nonionik (Span dan Tween), dan zwitter ion. Surfaktan harus dipanaskan karena akan meningkatkan asosiasi globul dan menurunkan viskositas fase terdispersi sehingga lebih mudah terbentuk. 2. Emulgator koloid hidrofil: membentuk lapisan film multilayer pada antar muka globul dan dapat meningkatkan viskositas. Contoh koloid hidrofil: gelatin, agar-agar, tragakan, karagenan, gom arab, dan Na-alginat. Koloid hidrofil harus dikembangkan terlebih dahulu. Lapisan film multilayer terbentuk karena adanya air sehingga terbentuk crosslink/struktur 3 dimensi di sekitar globul karena adanya ikatan hidrogen sehingga dapat menjerat air. Selulosa jika digunakan sebagai koloid hidrofil, hati-hati terhadap valensi tinggi karena dapat merusak lapisan multilayer sehingga terbentuk koalescen. Koalescen adalah ukuran lapisannya berkurang karena emulgatornya berkurang. 3. Emulgator partikel halus: membentuk lapisan monolayer pada antar muka globul karena kemampuan partikel halus teradsorpsi pada permukaan. Kekuatan stabilisator pada emulgator partikel halus sangat lemah, tergantung dari keruahan minyak. Tidak terbentuk lapisan multilayer dikarenakan partikel halus teradsorpsi pada permukaan globul. Contoh yang sering digunakan adalah veegum, bentonit, dan PGA. Veegum dan bentonit harus ditambahkan dengan air panas lalu dikocok dengan blender dengan kecepatan tinggi agar partikel dapat dipecah sehingga air bisa berpenetrasi ke dalamnya. PGA dikembangkannya tidak boleh dengan di blender karena nanti polimernya akan terpecah-pecah. Apabila terpecah makan akan tidak dapat membentuk crosslink antar polimer tersebut. Tegangan permukaan yang tinggi distabilkan oleh emulgator. Hal ini diperlukan agar partikel tidak bergabung. Jika partikel bergabung, maka dosis tidak merata. Pengadukkan dapat mendispersikan fase terdispersi. Hal ini disebabkan karena memberikan energi kinetika yang dapat menyebabkan fase terdisperdi terpecah menjadi globul-globul kecil. Untuk membuat antasid tidak disarankan menggunakan koloid hidrofil sebagai suspending agent, karena kapasitas penetralannya asamnya tidak sempurna. Antasid digunakan untuk menetralkan asam lambung akibat gastritis dengan mengadsorpsi asam lambung. Karena mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi sehingga kapasitas penurunanya menurun. Formulasi Dalam Emulsi: 1. Fasa terdispersi 2. Fasa pendispersi 3. Komponen aditif

Ketiga faktor di atas menentukan:

Pembentukan emulsi. Parameter fisikanya adalah: panas, waktu pengadukkan, dan kecepatan pengadukkan. Parameter kimianya: stabilitas kimia (pH) dan penguraian (toksisitas). Pertimbangan formula, tergantung dari konsistensi/viskositas dan rheologi. Pemilihan fasa minyak dilihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, misalnya konsistensi, rasa, dan koefisien partisi zat aktif dengan aditif.

Penentuan koefisien partisi adalah memakai air-oktanol lalu ditambahkan zat kemudian kocok sekian menit. Lalu tentukan konsentrasi fasa minyak dan fasa air. Koefisien partisi = [pada minyak]/[pada air] Aditif dalam sediaan emulsi: 1. 2. 3. 4. Pengawet, misalnya propil paraben (tidak larut baik dalam air) dan metil paraben. Antioksidan Emulgator Flavour

M/A atau A/M, dasar pemilihannya adalah misalnya A/M diperlukan dosis yang besar. Hal ini dikarenakan dilepaskannya sedikit-sedikit. Contoh A/M adalah TPN (Total Parenteral Nutrition). Tipe A/M lebih viskos daripada M/A. Bentuk ketidakstabilan emulsi: 1. Flokulasi: dikarenakan emulgator kurang, lapisan pelindung tidak menutupi semua bagian globul sehingga 2 globul bersatu membentuk aggregat. 2. Koalescens: dikarenakan hilangnya lapisan film dan globul semakin besar dan bersatu. 3. Kriming: dikarenakan adanya pengaruh gravitasi sehingga terjadi pemekatan di permukaan dan di dasar. 4. Inversi fasa: dikarenakan adanya perubahan viskositas. 5. Breaking/demulsifikasi: pecah akibat hilangnya lapisan film karena pengaruh suhu. Mikroemulsi: dispersi cair-cair dalam bentuk miselar dengan ukuran partikel 10-100 nm. Dalam mikroemulsi terjadi solubilisasi miselar dimana misel-misel bergabung dan membutuhkan konsentrasi surfaktan yang tinggi. Faktor yang harus diperhatikan dalam mikroemulsi: 1. 2. 3. 4. Luas permukaan partikel terdispersi: memepengaruhi enersi antar muka. Stabilita fisik dan pembentukan sistem yang spontan. Derajat solubilisasi: misel surfaktan, globul emulsi, dan solubilisasi yang terjadi. Kinetika solubilisasi tergantung dari derajat solubilisasi dan transisi misel surfaktan dan globul emulsi. 5. Pengaruh temperatur dan komposisi mikroemulsi.

Mikroemulsi: partikel lebih kecil, luas permukaan lebih besar tetapi karena adanya konsentrasi surfaktan dan co-surfaktan yang tinggi menyebabkan partikel terselimuti secara rapat sehingga lebih stabil daripada emulsi biasa dan tidak memerlukan pengocokkan yang kuat. Co-surfaktan diperlukan untuk menurunkan hidrofilisitas fase air. Contoh co-surfaktan: etoksidiglikol, poligliseril 6-dioleat, poligliseril 6-isostearat, poligliseril 3-diisostearat. Sifat mikroemulsi:

Ukuran partikel 10-100 nm Stabil Sederhana Ada kekuatan solubilisasi Ada peningkat aktivitas Penampilan: cair dan transparan.

Contoh formula:

Gliserin Trietanolamin Mg-alumunium silikat Metil paraben Air

Pada mikroemulsi, fase minyak memakai yang viskositasnya rendah. Hal ini dikarenakan agar densitasnya tidak naik sehingga mudah dicampur dan tidak kriming. Emulgel: sediaan emulsi yang fase airnya ditingkatkan viskositasnya dengan menambahkan gelling agent. Emulgel mikroemulsi lebih sulit pembuatannya karena konsentrasi surfaktan dan co-surfaktan yang tinggi menyebabkan air sulit berpenetrasi. Formulasi emulsi dengan rasio fase air-minyak:

untuk menilai potensial termodinamika dalam sistem 2 fasa pada T&P konstan adalah energi bebas Gibbs berhubungan dengan HLB. perubahan spontan akan terjadi karena adanya reduksi energi bebas (G < 0) Komposisi tergantung dari 1 komponen independen dalam sistem 2 fasa.

You might also like