You are on page 1of 4

Nama : Ajeng Woro Larasati (2007730008) Dr. Ahsan, Sp.

An

1. Tekanan perfusi serebral (CPP) ialah perbedaan antara tekanan arteri rata-rata (MAP) dan tekanan intrakranial (ICP) 100 mmHg

2. Tanda-tanda obstruksi jalan napas : 3. Antagonis opioid Nalokson antagonis murni opioid dan bekerja pada reseptor mu, delta, kappa, dan sigma. Pemberian nalokson pada pasien setelah mendapat morfin akan terlihat laju napas meningkat, kantuk menghilang, pupil dilatasi, tekanan darah kalau sebelumnya rendah akan meningkat. Stridor (mendengkur, snoring) Napas cuping hidung Retraksi trakea Retraksi torak Tak terasa ada udara ekspirasi

4. Anestetik lokal dibagi menjadi 2 golongan : 1. Golongan ester (-COOC-) Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain, tetrakain, kloroprokain. 2. Golongan amida (-NHCO-) Lidokain (xylocaine), mepivakain, prilokain, bupivacain, etidokain, dibukain, ropivakain, levobupivacaine. Mekanisme kerja Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf.

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja. Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan mac), dipengaruhi oleh : a. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf b. pH (asidosis menghambat blokade saraf) c. frekuensi stimulasi saraf Mula kerja bergantung beberapa faktor, yaitu: a. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasimeningkat dan dapat menembus membran sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat. b. Alkalinisasi anestetika lokal membuat mula kerja cepat c. Konsentrasi obat anestetika lokal Lama kerja dipengaruhi oleh : 1. Ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetika lokal adalah protein 2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi 3. Dipengaruhi oleh ramainya pembuluh darah perifer di daerah pemberian Klasifikasi serabut saraf Serabut saraf A-alfa mielin ++ diameter 6-22 Fungsi Eferen motorik, aferen proprioseptik A-beta ++ 6-22 Eferen motorik, aferen proprioseptik A-gamma ++ 3-6 Eferen kumparan otot (spindle) A-delta B C ++ + 1-4 <3 0,3-1,3 Nyeri, suhu, rabaan Otonomik preganglionik Nyeri, suhu, rabaan Otonomik preganglionik

Farmakokinetik A. Absorpsi sistemik dipengaruhi oleh : 1. Tempat suntikan Kecepatan absorpsi sistemik sebanding dengan ramainya vaskularisasi tempat suntikan : absorpsi intravena > trakeal > interkostal > kaudal > para-servikal > epidural > pleksus brakial > skiatik > subkutan. 2. Penambahan vasokonstriktor Adrenalin 5 mikrogram/ml atau 1 : 200.000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah pada tempat suntikan sehingga dapat memperlambat absorpsi sampai 50% 3. Karakteristik obat anestetik lokal Obat anestetik lokal terikat kuat pada jaringan sehingga dapat di absorpsi secara lambat. B. Distribusi dipengaruhi oleh ambilan organ (organ uptake) dan di tentukan oleh faktor-faktor : 1. Perfusi jaringan 2. Koefisien partisi jaringan / darah Ikatan kuat dengan protein plasma obat lebih lama di darah. Kelarutan dalam lemak tinggi meningkatkan ambilan jaringan. 3. Massa jaringan Otot merupakan tempat reservoir bagi anestetik lokal C. Metabolisme dan ekskresi 1. Golongan ester Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase plasma). Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit di ekskresi melalui urin. 2. Golongan amida Metabolisme terutama oleh enzim mikrosomal di hati. Kecepatan metabolisme tergantung kepada spesifikasi obat anestetik lokal. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa ester. Metabolit di ekskresi lewat urin dan sebagian kecil di ekskresi dalam bentuk utuh. Efek samping terhadap sistem tubuh Sistem kardiovaskuler

1. Depresi automatisasi miokard 2. Depresi kontraktilitas miokard 3. Dilatasi arteriolar 4. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi Sistem pernapasan Relaksi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus, paralise interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas. Sistem saraf pusat SSP rentan terhadap toksisitas anestetika lokal, dengan tanda-tanda awal parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus, pandangan kabur, agitasi, twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf. Imunologi Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan derivat para-amino-benzoic-acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen Sistem muskuloskeletal Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain). Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.

You might also like