You are on page 1of 8

PENDAHULUAN Gondong (mumps) adalah penyakit menular akut yang ditandai dengan pembesaran nonsuporatif salah satu atau

kedua kelenjar air liur. Virus gondong terutama menyebabkan penyakit kanak-kanak yang ringan, tetapi pada orang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan orkitis umum terjadi. Lebih dari sepertiga seluruh infeksi gondong bersifat asimptomatik. 1 Virus penyebab penyakit ini telah berhasil diisolasi oleh Jonhson dan Goodpasture pada tahun 1934. Virus tersebut masuk dalam genus Paramyxo virus. Penyakit gondong atau mumps sering juga disebut penyakit parotitis epidemika. Penyakit ini dapat timbul secara endemik atau epidemik, tersebar di seluruh dunia dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyak. Dewasa ini insidens parotitis cenderung menurun sejak doperkenalkan vaksin MMR (measies, mumps,rubella). Manifestasi klinis parotitis epidemika bervariasi mulai dari asimptomatik sapai menmbulkan menifestasi klinis yang berat hingga terjadi penyulit. Meskipun secara klinis diagnosismudah ditegakkan tetapi pada kasus tertentu harus dibedakan dengan beberapa penyakit yang memberikan gambaran hampir sama.2 ETIOLOGI Virus mumps atau gondongan (parotitis) merupakan salah satu dari kelompok paramyxo virus. Selain virus parotitis, virus lain yang termasuk Paramyxo virus adalah virus campak , parainfluenza dan Respiratory Syncytial virus. Parteikel virus parotitis terdiri dari untaian RNA tunggal yang terbungkus dalam selubung protein dan lemak dengan beberapa sifat sebagai berikut : 1. Morfologi dan biokimia Partikel virus parotitis adalah khas menurut morfologi paramyxo virus. Khas juga pada sifat-sifat biologiknya dalam hemaglunitasi neurominidase dan hemolisin. Hemaglutinasi dapat dihambat oleh serum anti khusus terhadap virus parotitis dan hambatan ini dapat digunakan untuk mengukur respon antibodi. Demikian pula, nukleokapsid partikel virus merupakan komponen utama antigen S yang dapat larut dan mengikat komplomen. 2. Reaksi terhadap keadaan fisik dan zat kimia Hemaglitunasi, hemolisin dan infektifitas virus dirusak melalui pemansan pada 560C selama 20 menit atau pada penyinaran dengan ultraviolet.

3. Kepekaan binatang dan pertumbuhan virus Pada monyet virus gondong dapat menyebabkan penyakt yang hampir sama dengan yang terdapat pada manusia. Parotitis timbul karena masuknya virus ke dalam duktus stensen atau langsung ke dalam kelenjar melalui suntikan. Dengan menggunakan antibodi flouresensi, virus dapat dilokalisasi dalam sitoplasma sel asinar. Virus tumbuh pula dengan baik pada dalam telur berembrio dan dalam biakan sel. Virus parotitis tubuh pula dalam biakan sel yang akan menghasilkan sel raksasa berinti banyak (syncytia). 4. Uji kulit Suatu antigen uji kulit untuk menentukan hipersensitivitas terhadap virus gondong sudah tersedia. Dianggap positif bila timbul eritema dan indurasi lebih dari 15 mm pada 24-48 jam setelah penyuntikan. EPIDEMIOLOGI Gondong muncul secara endemik di seluruh dunia. Kasus-kasus muncul sepanjang tahun di daerah beriklim panas serta memuncak pada musim dingin dan musim semi di daerah beriklim sedang. Wabah terjadi bila kepadatan membantu penyebaran virus. Ondong terutama merupakan infeksi pada anak. Penyakit ini mencapai insiden tertinggi pada anak usia 5-9 tahun, tetapi epidemi dapat terjadi di bangsal tentara. Pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Gondong umumnya dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas tanpa parotitis. Gondong sangat menular, individu yang paling rentan dalam rumah tangga akan mendapatkan infeksi dari anggota keluarga yang terinfeksi. Virus ditatka melalui kontak lansung, droplets yang tersebar di udara, atau peralatan rumah tangga yang terkontaminasi ole saliva atau urine. Masa penularan dari sekitar 2 hari sebelum hingga sekitar 9 hari sesudah muncul gelajala. Namun, kontak yang lebih berat dibutuhkan untuk penularan gondong daripada penularan campak atau varisela. Sekitar sepertiga jumlah infeksi oleh virus gondong tidak telihat. Pada masa infeksi yang tidak terlihat, pasien dapat menularkan virus ke orng lain. Individu dengan gondong subklinis mendapat kekebalan. Secara keseluruhan, angka mortalitas gondong rendah (1-3,8 kematian pe 10.000 kasus d Amerika Serikat), sebagian besar akibat ensefalitis. Insiden gondong dan komplikasi yang ditimbulkan telah menurun secara bermakna sejak adanya vaksin virus hidup.

PATOGENESIS DAN PATOLOGI Manusia adalah satu-satunya pejamu alamiah untuk virus gondong. Replikasi primer terjadi pada sel epitel hidung atau saluran napas atas. Viremia kemudian menyebarkan virus ke kelenjar liur dan sistem organ utama lain. Keterlibatan kelenjar parotis bukan merupakan tahap wajib dalam proses infeksius. Masa inkubasi dapat berkisar dari 2 minggu hingga 4 minggu tetapi khasnya sekitar 16-18 hari. Virus ditemukan di dalam saliva dari sekitar 2 hari sebelum hingga 9 hari setelah awitan pembengkakan kelenjar liur. Sekitar sepertiga individu yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata tetapi dapt menularkan infeksi. Sulit untuk mengendalikan karena masa inkubasi yang bervariasi, adanya virus di dalam saliva sebelum muncul gejala klinis, dan banyaknya jumlah kasus infeksius yang asimptomatik. Virus sering menginfeksi ginjal dan dapat dideteksi di dalam urin sebagaian bessar pasien. Viruria dapat menetap hingga 14 hari setelah awitan gejala klinis. Susunan saraf pusat juga sering terinfeksi dan dapat terlibat walaupun tidak terjadi parotitis. Pada kelenjar parotitis terutama pada saluran ludah terdapat kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Terdapat 2 teori patogenesis parotitis epidemika : 1. Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus Stensen kelnjar parotitis dan terjadi multiplikasi pertama pada kelenjar ini, kemudian diikuti oleh viremia umum, dan lokalisasi yang dituju adalah testis, ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung dan otak. 2. Replikasi primer terjadi dalam epitel permukaan saluran nafas kemudian diikuti oleh viremia umum dan lokalisasi serentak dalam kelenjar saliva dan alat tubuh lainnya. Pembengkakan kelenjar parotitis yang terinfeksi mungkin terjadi sebagai akibat dari suatu reaksi hipersensitivitas terhadap virus yang sedang bermultiplikasi secara lokal. Pada kenyataannya, asinus kelenjar parotitis masih tetap dipertahankan dengan baik, hanya terdapat edema periduktal dan inflitrasi limfosit ke dlam jaringan ikat. Keusakan utama terjadi di sel epitel desertai jumlah sel polimorfonuklear di dalam lumen hingga terjadi dekuamasi epitel yang sempurna dan lumen yang melebar berisi debris. Perubahan ini terjadi pada testis melalui biopsi yang diakukan dalam 1 atau 2 hari setelah timbul rasa nyeri, bervariasi mulai dari edema intersisial ringan tanpa gangguan spermatogenesis

(pada kebanyakan kasus) hingga kerusakan epitel lokal disertai infiltrasi limfosit di daerah perivaskular. GEJALA KLINIS Masa tunas 14-24 hari. Dimulai dengan stadium prodormal, lamanya 1-2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,50C-39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelanjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatau yang asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Di daerah parotis, kulit tanpak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan, bagian bawah daun telinga terangkat ke atas. Kadang-kadang disertai trimus dan disfagia. Di rongga mulut pada muara duktus Stenson tampak kemerahan dan edeam. Pembengkakan kelenjar berlangsung 3 hari dan kemudian mengempis. Kadang-kadang kelejar submandibularis dan sublingual juga dapat terkena.5

Gambar saliva glands

1. Parotid gland 2. Submandibular gland 3. Sublingual gland

DIAGNOSIS 1. Anamnesis Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam.

2. Klinik a. Panas ringan sampai tinggi (38,5 39,5)C. b. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak disertai pembesaran. c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas. d. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi 1424 hari). e. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit berat. f. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid). 3. Laboratorium a. Darah rutin Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang b. Amilase Serum Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. c. Pemeriksaaan serologis Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis. Neutralization (NT) test Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal. Complement Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu. d. Pemeriksaan Virologi Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

PENATALAKSAAN Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif. 1. Penderita Rawat Jalan Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup baik. a. Istirahat yang cukup b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup c. Medikamentosa Analgetik-antipiretik bila perlu : - metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari - parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis 2. Penderita Rawat Inap Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi. a. Diet lunak, cair dan TKTP b. Analgetik-antipiretik c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.

PENCEGAHAN Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif. 1. Pasif Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi. 2. Aktif Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurangkurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan, limfoma, sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam situasi ini.

PENUTUP

Parotitis epidemika merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan paramyxovirus dengan tanda khas pembengkakan kelenjar parotis yang disertai nyeri yang kadang mengenai kelenjar gonad, pankreas dan organ lain, Penyakit ini dapat dicegah secara pasif dengan pemberian gamaglobulin atau secara aktif dengan vaksinasi. Gejala klinis dimulai dengan masa tunas 14 sampai 24 hari, dengan stadium prodromal 1 sampai 2 hari dengan gejala, demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri

otot. Kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat bilateral. Pembengkakan terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan. Terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala yang khas untuk parotitis epidemika. Diagnosis ini ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium tidak spesifik sehingga tidak bisa dijadikan patokan bila gejala fisik tidak jelas maka diagnosis didasarkan atas pemeriksaan serologis, amilase dan virologi. Penatalaksanaan penyakit ini bersifat simptomatik dan suportif, karena tidak ada terapi spesifik untuk infeksi virus mumps. Prognosis baik, kematian yang terjadi akibat parotitis epidemika sangat jarang terjadi, sterilitas dan ketulian yang permanen juga sangat jarang terjadi.

You might also like