Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
1 - 32
dampak langsung dari erupsi gunungapi berupa material piroklastik dan
awan panas atau merupakan dampak dari bahaya primer gunungapi.
Pasca erupsi meninggalkan tumpukan material vulkanik/sedimen dalam
jumlah yang sangat besar. Sedang kurang lebih 4 bulan kedepan adalah
mulai masuk musim hujan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap
ancaman bahaya sekunder dari Merapi, berupa eliran sedimen atau aliran
lahsr yang mempunyai daya rusak yang luar biasa. Bahaya sekunder ini
jangkauannya bisa lebih jauh dibanding bahaya primer. Hal ini dikarenakan
aliran yang terjadi akan mengalir melalui K.Gendol, sehingga daerah
sepanjang aliran tersebut akan terancam.
Berdasarkan dampak bahaya, terutama bahaya sekunder yang dapat
mengancam kehidrpan manusia dan juga lingkungan, maka perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mengurangi dampak dari bahay Merapi tersebut. Untuk itu
perlu dilakukan suatu studi secara terpadu dan menyeluruh tentang
penanganan banjir lahar di Kali Gendol.
1 - 32
membahas banyak di Kabupaten Sleman, karena memang yang berpotensi
untuk pembangunan Sabo Dam tersebut.
Secara topografi letak gunung Merapi bisa dilihat pada Gambar berikut :
Kali Gendol
1 - 32
Gambar 1.2 Letak Aliran Lahar Gunung Merapi
1.4. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Kegiatan
Untuk memenuhi maksud dan tujuan seperti tersebut diatas, maka kegiatan
yang akan dilaksanakan meliputi :
1.Membuat laporan hasil studi tentang penanganan banjir lahar;
2.Melakukan analisa penyebab;
3.Melakukan analisa penanganan yang terpadu dan menyeluruh (integrated)
serta berwawasan lingkungan;
4.Membuat perencanaan (plan)',
5.Menyusun rencana kerja pelaksanaan;
6.Menyiapkan / membuat bahan tayangan (power point)',
7.Melaksanakan seminar.
1 - 32
2006 lalu. Dalam laporan ini Daerah Model yang ditentukan dalam
pekerjaan Studi Penanganan Banjir Lahar Di Kali Gendol Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah Kecamatan Cangkringan.
Luas
Keluraha
No Desa Desa Jumlah
n
(km2)
1 Glagaharjo 7.95 3,365 423.270
2 Kepuharjo 8.75 2,668 304.914
3 Wukirsari 14.56 9,555 656.250
4 Umbulharjo 8.26 3,969 480.508
5 Sindumartani 4.44 7,296 1643.243
6 Bimomartani 6.02 6,687 1110.797
Jumlah 149.98 33,540 671 .068
Sumber: Kec. Cangkringan Dalam Angka 2004 dan Kec. Ngemplak
2004
1 - 32
- Petani lahan Kering
Untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk menanam jagung, singkong
dan ubi manis. Jagung dengan demikian, singkong atau ubi manis sebagai
bahan makanan pokok.
- Peternak Susu Sapi
Kegiatan ekonomi warga di daerah model area merapi juga ditunjang dari
aktivitas warga untuk berternak, ternak yang banyak diminati oleh
warga menurut data tabel di atas adalah ternak sapi potong, sapi perah
dan kambing, sehingga perlu dipikirkan dalam model area merapi dalam
hal ISDM ini adalah lahan untuk menanam rumput, sehingga keperluan
warga dapat terpenuhi dengan baik.
- Penambangan Pasir
Pekerjaan penambangan pasir disamping memberi lapangan pekerjaan
namun juga apabila penambangan tidak diarahkan dengan baik dan benar
akan membahayakan bangunan SABO, di daerah model area ada 425
penambang pasir dan 70 penambang batu. Dengan jumlah tersebut
perlu ada pengendalian terradap penambang (terutama penambangan
yang dilakuan di sungai) agar bangunan Sabo tetap aman/ berfungsi
sebagaimana mestinya. Pengendalian penambang bukanlah masalah yang
mudah, untuk itu perlu pengawasan yang kontinyu dan perlu dibuat
manual penembangah yarg baku sehingga untuk selalu menumbuhkan
kesadaran pada para penambang untuk mematuhi ketentuan atau prosedur
baku penambangan yang baik sehingga lingkungan hidup tetap terjaga
dengan baik.
- Pendidikan dan keagamaan
Jumlah sarana pendidikan keseluruhan sebesar 47 Unit. Dari jumlah
tersebut 33 Unit dapat difungsi dan sebagai tempat pengungsian
sementara apabila terjadi bencana.
1 - 32
Tabel 1.2 Penggunaan Lahan Desa di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman
Tanah
Tanah Bangunan/
No Desa Kering/ Lainnya Jumlah
Sawah Pekarangan
Kebun
1.5.5. Infrastructure
a. Supply air
Masyarakat atau penduduk didaerah model area merapi, dalam
kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan air bersih [ada beberapa
desa yaitu Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo mengandakan dari
mata air, sedangkan yang sudah rnemanfaatkan air ledeng ada dua desa
yaitu Desa Wukirsari dan Desa Bimomartani dan beberapa desa pada
umumnya rnemanfaatkan sumur perigi kecuali Desa Kepuharjo.
b. Listrik dan Jalan Desa
Pada 1992 listrik telah masuk desa. Yang berjalan dibawah program
penyebaran lisrik Indonesia. Meskipun tidak semua rumahtangga menjadi
pelanggan, tetapi suplly tenaga listrik telah siap di daerah model tersebut. Di
tahun 1978 pemerintah daerah mengalokasikan sukungan terhadap
1 - 32
pengembangan acces jalan desa dan jalan kampong yang sudah relative
bagus.
c. Sistem Irigasi
Free-intake irigasi dan system saluran dala area kecil pada model area
berlokasi di fasilitas Sabo.
d. Fasilitas Sabo
Fasilitas Sabo berada di dasar sungai akan di rencanakan dengan
pertimbangan ataupun asumsi yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
e. Sarana Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan (puskesmas, pustu) 6 Unit. Jumlah ini masih jauh
dari kebutuhan untuk penangajjian apabila terjadi bencana, pada saat
bencana dan pascabencana.
f. Sarana Lain
Namun demikian kelompok 2 mencermati bahwa apa yang ada dalam KAK masih
ada yang belum rinci dan perlu penjelasan dan penelitian lebih lanjut yaitu :
1 - 32
1. Latar Belakang
Pada Latar Belakang, telah dijelaskan bahwa pasca erupsi pada juni 2006
gunung Merapi telah meninggalkan material vulkanik / sediment dalam jumlah
yang sangat besar. Namun demikian belum dijelaskan nilai yang pasti jumlah
material tersebut. Hal ini penting khususnya untuk menghitung dan merancang
bangunan pengendali sediment di sepanjang kali gendol yang diperlukan. Oleh
karena itu kelompok 2 mengusulkan perlunya estimasi jumlah volumetric
material di puncak yang rawan longsor dan yang menimbulkan banjir sediment.
Demikian pula rentang waktu selama 2 tahun sejak erupsi tahun 2006 sampai
sekarang juga memerlukan studi perilkau sedimentasi material sepanjang kali
ngedndol. Oleh karena itu latar belakang yang hanya menyajikan data primer
Volumetrik saja perlu diperdalam dengan data data yang lain.
2. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan telah disebutkan yaitu pada kali gendol. Kelompok 2
mencermati bahwa penyelesaian sediment akibat tumpukan material hasil erupsi
tahun 2006 tidak diselesaikan pada sepanjang kali gendol. Oleh karena itu
batasan panjang seungai yang diharapkan untuk menangani sedimentasi
tersebut perlu dibatasi. Namun demikian kelompok 2 akan mencoba untuk
melakukan analisa dan studi penanganan sedimentasi yang paling efektif
dengan melakukan multi kajian.
3. Lingkup Kegiatan
Dalam lingkup kegiatan telah disampaikan ketugasan “Studi Penanganan Banjir
Lahar”. Menurut kelompok 2, juga perlu disampaikan studi kondisi eksisting. Hal
ini penting karena dari studi eksisting inilah kerangka berrfikir penyelesaian
masalah dimulai.
4. Metodologi
Metodologi yang disampaikan dalam KAK hanya menugaskan 2 item penting
saja yaitu pada dampak dan alternative penyelesian. Menurut kelompok 2 perlu
juga kajian yang lebih hulu yaitu variabel variabel penyebab terjadinya banjir
lahar dan kajian kondisi yang mempengaruhi perilaku banjir lahar.
1 - 32
Jangka waktu pelaksanaan studi yang hanya 5 hari sangat terbatas sehingga
hasil kajian banyak dipenuhi oleh asumsi asumsi yang mungkin sekali tidak
tepat.
6. Tanaga Ahli
Tenaga Ahli yang diminta sebagian besar memang berkaitan dengan tugas ini
namun demikian masih perlu ditambah dengan ahli Geodesi ( pengukuran ) dan
Topografi. Hal ini mengingat pentingnya data ukur sungai dan data ukur lahan
yang akan diamankan akibat banjir lahar. Satu lagi Ahli Konstruksi Bangunan
Sabo diperlukan yaitu Sarjana Teknik Sipil Konstruksi Bangunan Sabo.
7. Lain lain
Data Sosial ekonomi perlu pencermatan lebih mendalam untuk kajian sosial
ekonomi.
3 PERUMUSAN MASALAH
3.1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka tim studi berusaha
untuk merumuskan permasalahan yang ada melalui beberapa tahapan
seperti di bawah ini:
a. Pengenalan Masalah.
Setelah melalui diskusi kelompok maka tim berdasarkan dari kondisi latar
belakang yang ada, maka permasalahan yang timbul dari kasus tersebut
adalah : ”Bahaya lahar paska erupsi Gunung Merapi di Kali Gendol”.
b. Pemilahan Masalah.
Dari masalah yang telah dikenali tim merumuskan dua masalah yang
timbul, yaitu:
• Endapan lepas piroklastik yang tersebar tertinggal berada di lereng
gunung. Endapan ini diperkirakan mempunyai volume sebesar 8 juta
m3. Dari volume sebesar ini sebagian telah turun memenuhi lereng-
lereng dibawahnya dan alur Kali Gendol karena disebabkan curah
hujan, gravitasi dari tumpukan debris itu sendiri, sebesar 3 juta m 3.
Jadi endapan yang tersisa diperkirakan sejumlah 5 juta m3.
1 - 32
• Endapan lepas piroklastik yang berada tertahan di alur K. Gendol di
sebelah hulu. Endapan yang tertahan ini disebabkan oleh
keberadaan beberapa sabo dam dari seluruh sistem sabo di K.
Gendol yang telah dibangun dan telah memenuhi kapasitas dari
beberapa dam sabo tersebut. Dari beberapa kejadian erupsi G.
Merapi volume dari endapan ini diperkirakan sejumlah 12.740. 000
m3. Perkiraan volume endapan ini berdasar pada perhitungan empiris
bahwa tinggi endapan 26 m dikalikan lebar K. Gendol 70 meter
dikalikan panjang endapan memenuhi panjang K. Gendol sebelah
hulu 7 km (7000 m).
1 - 32
Tabel 3.1. Paramater Skala Prioritas Permasalahan
No. Uraian U S G Bobot
1 Endapan yang tertinggal di lereng
gunung
- Bahaya yg timbul akibat musim 2 2 3 7
hujan yang akan datang 4
bulan lagi
- Besarnya volume debris 2 3 3 8
- Jarak sumber debris terhadap 1 1 2 4
pemukiman
- Adanya reduksi terhadap sumber 1 2 3 6
produksi debris ke pemukiman
(adanya, pepohonan, tanggul
bentuk topografi, dll)
- Besarnya kerugian ekonomi 2 2 2 6
yang ditimbulkan
- Besarnya kerugian jiwa yang 3 3 3 9
ditimbulkan
Total Bobot 40
2 Endapan yang berada di alur K.
Gendol
- Bahaya yg timbul akibat musim 3 3 3 9
hujan yang akan datang 4
bulan lagi
- Besarnya volume debris 3 3 3 9
- Jarak sumber debris terhadap 3 2 3 8
pemukiman
- Adanya reduksi terhadap sumber 3 3 3 9
produksi debris ke pemukiman
(adanya : tanggul bentuk
topografi, dll)
- Besarnya kerugian ekonomi 3 3 3 9
yang ditimbulkan
- Besarnya kerugian jiwa yang 3 3 3 9
ditimbulkan
Total Bobot 54
Dari hasil analisis di atas maka didapat bahwa permasalahan yang harus
mendapatkan prioritas terlebih dahulu untuk dihasilkan rekomendasi
solusi terlebih dahulu adalah : “Adanya bahaya endapan lepas
piroklastik yang berada tertahan di alur K. Gendol di sebelah hulu”.
1 - 32
.
Endapan lepas piroklastik yang tersebar Endapan lepas piroklastik yang berada
tertinggal berada di lereng gunung tertahan di alur K. Gendol Di sebelah hulu
Analisis USG
Bahaya yg timbul akibat musim hujan yang Analisis SWOT
akan datang 4 bulan lagi
Besarnya volume debris
Jarak sumber debris terhadap pemukiman
Adanya reduksi terhadap sumber produksi
debris ke pemukiman (adanya :
pepohonan, tanggul bentuk topografi, dll)
Besarnya kerugian ekonomi yang
ditimbulkan
Besarnya kerugian jiwa yang ditimbulkan Rekomendasi Solusi
1 - 32
Dari hasil tim konsultan menyimak KAK pada studi kasus, dari menganalisis
studi tersebut konsultan menyimpulkan terdapat beberapa pembatasan dan
keterbatasan studi kasus sebagai berikut :
a. Dalam perencanaan penanggulangan bencana aliran debris di K. Gendol
dianggap bahwa seluruh rangkaian sabo dam yang telah dibangun
sebelumnya tidak ada atau belum pernah dibangun.
b. Tidak adanya data topografi, peta penggunaan lahan, secara overall area
dan spot plan menyulitkan untuk menentukan titik kontrol sistem sabo dan
pemilihan lokasi sabo dam.
c. Data-data lainnya yang dipergunakan untuk perencanaan bersifat
pendekatan.
d. Keterbatasan waktu pelatihan dan penyelesaian laporan, menjadikan
hasil akhir dari laporan ini tidak sempurna.
4 PENYELESAIAN MASALAH
FAKTOR INTERNAL
Indikato Strengths Indikato Weaknesess
r r
1 - 32
erupsi ( dilereng gunung dan DIPA
di alur S. Gendol) yang sudah
dapat diperkirakan.
FAKTOR EKSTERNAL
Indikato Opportunities Indikato Threats
r r
O1 Tersedianya tenaga ahli T1 Hujan yang akan turun 4
konsultan dalam bidang bulan lagi
penanggulangan bencana
sedimen dan debris.
O2 Adanya kemauan stake T2 Adanya ancaman luruhan
holder yang mendukung lahar dari potensi debris di
penang- gulangan bencana lereng gunung
debris G. Merapi.
O3 Adanya kerjasama teknis T3 Adanya ancaman luruhan
dengan pihak luar lahar dari potensi debris di
alur S. Gendol
Dari faktor – faktor yang teridentifikasi maka didapat faktor kunci keberhasilan
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Faktor Penilaian Keberhasilan
ALTERNATIF
No FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
REKOMENDASI
1 Tersedianya material Adanya ancaman Pembuatan Sabo Dam
alam yang melimpah luruhan lahar dari dengan Slit dari suatu
(batu dan pasir) potensi debris di rangkaian sistem Sabo di K.
lereng gunung Gendol
2 Tersedianya tenaga Adanya ancaman Pembuatan Sabo Dam
ahli konsultan dalam luruhan lahar dari tertutup dari suatu rangkaian
1 - 32
bidang potensi debris di alur sistem Sabo di K. Gendol
penanggulangan S. Gendol
bencana sedimen
dan debris.
0,60.(2,7 − 1)
tan θ d
=
0,3.(2,7 − 1) + (1 + 1 / 0,90)
× 0,0534
tan θ d
= 0,0174 < 0,0534 ► aliran debris
1 - 32
4.2.3. Potensi Sedimen
Data potensi sediment yang dipakai sebagai dasar analisis memakai data
dari Laporan Tim OJT ISDM Mempi Tahun 2005 yaitu sebesar : 7.243.000 m3.
Akumulasi aliran Sedimen dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah banjir
sebanyak 10 kali dengan akumulasi curah hujan 3150 mm.
3
R1TH. A.10 Cd. F
VS = x
1-λ 1 - Cd
Dimana :
R1th = 3.150 mm
A = 89.819 km2
λ = 0,4
Cd = 0,6 Konsentrasi aliran debris
Fr = 2,78 hasil perhitungan
Vs = 2.949.544 m3
1 - 32
5 REKOMENDASI
Ambang Pelimpas
Dam Utama
Sayap
Dinding tepi
Apron
Sub Dam
PENDAHULUAN
2. INVESTIGASI LAPANGAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI
SURVAI
survey.investigasi dan design
PETA TOPOGRAFI (SID)
1 : 50.000 seperti
ATAU ditentukan dalam lingkup kegiatan
LEBIH BAIK.
• Sabo dam harus didesain menjadi satu kesatuan dari sistem sabo di K.
TIDAK
5. PERTIMBANGAN
4. SISTEM SABO ALTERNATIF
Gendol, supaya sistem sabo di K.
DILAKSANAKAN? Gendol dapat bertahan dalam
PERENCANAAN waktu
SELAIN
SISTEM SABO
yang panjang.
• Desain sabo
6. INVESTIGASI dam harus
LAPANGAN RINCI ditekankan pada fungsinya
UNTUK PERENCANAAN bukan
DASAR SABO pada bentuk.
• Sejauh mungkin desain sabo bersifat menyatu dengan alam.
7. PEMILIHAN TITIK-TITIK KONTROL RENCANA
• Meminimukan biaya pemeliharaan sepanjang umur dari bangunan sabo
8. PERHITUNGAN KELEBIHAN SEDIMEN RENCANA PADA TITIK KONTROL
tersebut. INVESTIGASI
TIDAK
13. KELAYAKAN ?
DESAIN RINCI
( SURVAI RINCI, STRUKTUR BANGUNAN SABO, DSB )
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
DESAIN
YA
1 - 32
• Data dan peta dibutuhkan antara lain:Peta Topografi Skala 1: 25.000
atau 1:50.000
• Foto Citra Landsat Skala 1:25.000 atau 1:50.000
• Batas dan luas DAS
• Alur sungai, order, percabangan, dan batas daerah alluvial dari K.
Gendol.
• Profil memanjang, melintang sungai serta morfologi sungai.
• Posisi titk kontrol dan penempatan basic point bangunan sistem sabo
di K. Gendol dan perkiraan awal penempatan fasilitas sabo.
• Sediment hazardous area
• Kondisi land use secara makro dan sistem drainasi.
b. Geologi
Data geologi didapat dari peta geologi dan survey lapangan untuk
memperoleh karqakteristik batuan, data tanah dan struktur potensi
sedimen.
c. Hidrologi
Untuk mendapatkan data curah hujan dan perhitungan debit K. Gendol.
d. Geodesi
• Untuk menentukan spot plan dan overall area sungai.
• Untuk master plan diperlukan pengukuran sepanjang alur sungai
dengan peta skala 1:2.500. Untuk potongan melintang diperlukan
peta dengan skala 1:500.
• Untuk spot plan pengukuran memanjang cukup 400 m disetiap
bangunan
1 - 32
i. Runtuhan baru lembah atau tebing sungai.
ii. Daerah yang diperkirakan akan runtuh.
iii. Material runtuhan lama dan runtuhan baru ukuran butiran yang
tertimbun di lembah, yang diperkirakan dapat meluncur memasuki
alur sungai.
Lama
Baru
Baru
waduk waduk
perumahan perumahan
han
Lama
Baru
Endapan sedimen
runtuhan lama
Endapan sediman
di dasar sungai
waduk waduk
perumahan perumahan
5.1.2. Investigasi
Meninjau beberapa alternatif pemecahan masalah, dengan memperhatikan
kawasan lingkungan sekitarnya. Melakukan pengkajian untuk mendapatkan
beberapa alternatif letak bangunan sabo dengan urutan kegiatan
mempertimbangkan alternatif desain konstruksi baik struktur maupun non
struktur (berdasarkan dari hasil survey yang dilakukan maupun analisa yang
dibuat) dan melakukan kajian keuntungan dan kerugian setiap alternatif baik
dari segi teknis (bangunan struktur maupun non struktur, sosial, lingkungan
dan ekonomi).
1 - 32
5.1.3. Desain
Prosedur Perencanaan Dasar Sistem Sabo untuk Mengendalikan
sedimentasi waduk.
1. Menghitung sedimen rencana (sediment yield) yang dapat memasuki
waduk.
2. Menghitung volume sedimen yang harus dikelola (manageable sediment)
untuk menetapkan banyaknya komponen/bangunan Sabo yang
diperlukan.
3. Merencanakan lokasi setiap dam Sabo untuk perhitungan biaya.
1 - 32
2. Kriterion kedua adalah kemiringan dasar alur yang sangat berpengaruh
pada kapasitas/volume tampungan kolam hulu. Kemiringan yang lebih
landai, dengan ketinggian dam yang sama akan memberikan volume
tampung yang lebih besar. Dengan alasan ini SBP lebih baik diletakkan
di bawah titik apex.
TDS TDS.1:
tikungan sungai
TDS 2 potensi limpasan
TDS 1 .
TDS.2:
di mulut lembah
sbg ttk appex
Sawah
BP TDS.1 BPSBP/:
Jalan dasar perhitungan
sedimen ijin
Tikungan thd sistem sungai induk
yang sudah ada
Limpasan aliran dan
WADUK
keamanan Infrastruktur
Merusak di hilir
infrastruktur
1 - 32
5.1.4. Pelaksaanaan
Pelaksanaan konstruksi terdiri dari tiga tahaoan sebagai berikut :
• Penetapan Program Pelaksanaan.
• Desain Rinci, termasuk didalamnya adalah kegiatan survei untuk
pelaksanan teknis dan desain dari struktur sabo dam.
• Pelaksanaa Pembangunan
1 - 32
5.1.5. Operation & Maintenance (Operasi dan Pemeliharaan)
Dengan melakukan optimasi pemeliharaannya, diharapkan akan tercapai
umur layan yang direncanakan bagi bangunan dam Sabo tersebut. Strategi
pemeliharaan perlu disusun untuk melakukan optimasi pemeliharaan
bangunan dam Sabo ini:
i. Dam Sabo rentan terhadap ancaman kerusakan (oleh pengaruh alam)
karena berfungsi sebagai prasarana penanggulangan bencana alam.
ii. Dam Sabo mempunyai beberapa fungsi (penanggulangan bencana aliran
debris, mitigasi debit banjir tertentu, lokasi penambangan pasir)
iii. Dam Sabo dapat gagal disebabkan oleh banyak sebab / cara baik pada
kegagalan struktural dan fungsional
iv. Banyak pelaku / stake holder yang terlibat (pemerintah, pemanfaat)
1 - 32
Strategi umum
Korektif ; Preventif :
Berdasar kegagalan Berdasar penggunaan
Special maintenance Berdasar kondisi
Pemeliharaan Pemeliharaan
kualitatif kuantitatif
Pada tabel di bawah ini tertera rencana kegiatan pemeliharaan dam Sabo
sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan
prioritas menghadapi kekurangan dana yang dialokasikan
1 - 32
Tabel 5.1 Rencana Kegiatan Pemeliharaan Sabo Dam
Prio Bagian bangunan Kerusakan & Pemeliharaan Konsekuensi
ritas Pemeliharaan
1 Pondasi turun tidak merata Special Stabilitas
maintenance bangunan
terganggu
2 Sayap dan tubuh Retak / miring Special Stabilitas
bendung maintenance bangunan
terganggu
3 Dinding tepi Pecah / tumbang Special Stabilitas
maintenance bangunan
terganggu
4 Lantai apron / Pecah Korektif / Stabilitas
kolam peredam special bangunan
enerji (apron hilir) meintenance terganggu
beserta sub dam
5 Tebing hulu / hilir Longsor Preventif Stabilitas
bangunan
terganggu
6 Lapis pelindung Rusak / hancur Preventif / Kerusakan
arus pusar di kaki korektif menjalar ke
sub dam di ujung apron
apron
7 Celah dam i. tersumbat Preventif Erosi hilir
sedimen bangunan dan
/debris degradasi ruas
vegetasi sungai hilir
ii. abrasi lapisan Berkembangnya
anti aus
Preventif abrasi ke tubuh
bendung
1 - 32
5.2. Rekomendasi Pelaksanaan ISDM
ISDM (integrated Sediment Disaster Management) for volcanic area adalah
rekayasa teknologi pencegahan bencana sedimen (terutama terhadap aliran
lahar) telah berkembang sejak 1970 (teknologi Sabo).
ISDM ini mewujudkan suatu keterpaduan penanggulangan bencana alam
sedimen secara non fisik sebagai kegiatan utama dengan penanggulangan
bencana yang bersifat fisik; koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah di
tingkat pusat dengan pemerintah tingkat daerah; kolaborasi antara pihak
administrasi dengan masyarakat dengan berpedoman pada Rencana Operasi
dan Pemeliharaan Dam Sabo di K. Gendol. Penanganan dan pengelolaan
resiko bencana yang mengikut sertakan para pihak terkait / stakeholder
yang terdiri dari :
i. Pemanfaat yaitu masyarakat yang mendapat manfaat / menerima akibat
dampak secara langsung maupun tidak langsung
ii. Kelompok penengah atau perorangan yang akan dapat menjembatani
kepentingan masyrakat dengan pemerintah dan memberikan
pertimbangan atau fasilitasi dalam tindakan penanggulangan bencana
antara lain konsultan pakar LSM dan para profesional dalam bidang
terkait.
iii. Penentu kebijakan /pengambil keputusan yang berwenang membuat
keputusan dan landasan hukum seperti lembaga pemerintahan.
Konsep dasar ISDM dapat diuraikan sbb.:
a. Keterlibatan masyarakat sejak awal proses penanggulangan bencana
sangat diutamakan sehingga teknisi dan instansi terkait dan masyarakat
setempat akan bekerjasama dalam setiap kegiatan.
b. Biaya yang murah dengan kegiatan non fisik menjadi pilihan utama.
c. Jika harus melakukan kegiatan yang bersifat fisik, maka harus
mengutamakan struktur yang multi guna sehingga tidak hanya berfungsi
untuk mengurangi kerusakan ketika bencana sedimen terjadi, namun
juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat ketika kondisi normal
d. Berorientasi pada pengembangan daerah setempat.
1 - 32
upaya konservasi SDA yang dalam kegiatan pembangunannya bersifat
menyeluruh mencakup perencanaan dan pembangunan sistem sungai (in
stream dan off stream) yang terpadu dengan sistem manajemen pengelolaan
DAS, lingkungan dan masyarakat , terpadu dan berkesinambungan yang ke
depan harus diwujudkan dalam suatu rencana (master plan) jangka panjang.
Dari rencana kegiatan pembuatan dam Sabo di Kali Gendol, tim konsultan
menyusun bagan alir untuk acuan alur pembuatan UKL dan UPL sebagai
tertera di bawah ini :
1 - 32
Lahan kritis + Pembuatan sistem
deposit Lahar hujan Sabo
piroklastik
Gangguan
Keamanan Aliran lahar migrasi biota
&transportasi terkendali sungai
membaik
Peluang
penambangan
galian C Deposit material
pada bang2 Sabo
Kesempatan Pasokan
berusaha sedimen ke hilir
berkurang Volume akifer
hulu&hilir
bertambah
Pertumbuhan Degradasi
ekonomi setempat sungai hilir
Ancaman
Kapasitas aliran stabilitas
bertambah bangunan2
Penurunan hilir&Sabo
permukaan
akifer
Pemanfaatan air
Ancaman bahaya tanah dapat
Daya serap hujan banjir berkurang meningkat
pd lembah
bertambah
Kelengasan zona
akar bertambah
Huruf merah adalah Air domestik
dampak negatif lebih terjamin
Pertumbuhan
vegetasi lebih
baik Pembebasan
lahan
Gambar 5.7. Bagan Alir Identifikasi
Manfaat Sistem Sabo
1 - 32
5.4. Kesimpulan
Dari seluruh uraian diatas maka pada studi kasus ini dapat disimpulkan:
1. Sabo dam dengan kemampuannya yang telah terbukti dalam
menanggulangi ancaman bencana sedimen sangat sesuai untuk
mengendalikan bahaya ancaman lahar G. Merapi paska erupsi
1 - 32