You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keadaan masa nifas sangat mempengaruhi kesehatan terutama kaum wanita. Selama masa nifas dapat terjadi 4 masalah utama: 1. Pendarahan pasca persalinan, 2. Infeksi masa nifas, 3. Tromboemboli, 4. Depresi pasca persalinan. Keempat masalah tersebut dapat menyebabkan mortalitas dan morbilitas bagi ibu post partum. Oleh karena itu, kami membuat makalah disertai contoh kasus nifas patologis.

1.2 Tujuan Penulisan Tujuan asuhan masa nifas yaitu : 1. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 2. siap menghadapi problema problema medis di dalam masyarakat 3. mengurangi mortilitas dan morbilitas pada ibu post partum. 1.3 Metode Penulisan Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa referensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Menurut Prof.Dr.Rustam Muchtar.MPN perdarahan postpartum

sekunder terjadi setelah 24 jam,biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. 2.2 Penyebab Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah : 1) Robekan jalan lahir: Robekan vagina Robekan perineum Robekan serviks Robekan uterus (Ruptura uteri)

2) Sisa plasenta atau membran

2.2.1

Robekan Vagina Robekan vagina yang hanya mengenai vagina pertiga-tengah dan atas,

tanpa disertai laserasi perineum dan serviks lebih jarang terjadi. Penyebab Robekan Vagina 1. Persalinan lama atau macet: apabila serviks terjepit diantara kepala bayi dan simpisis pubis, sisi anterior dapat membengkak, tidak teregang dengan baik, dan kemungkinan akan ruptur. 2. Kelahiran yang mengunakan forsep atau ekstraksi vakum. 3. Persalinan presipitatus/persalinan terlalu cepat (secara spontan atau distimulasi dengan oksitosik) 4. Trauma waktu manipulasi/eksplorasi jalan lahir (misalnya waktu mengeluarkan plasenta secara manual). Biasanya robekan terjadi pada: a. Vagina bagian atas,

Robekan vagina bagian atas ialah apabila robekan terjadi pada dua pertiga bagian atas vagina. Penatalaksanaan Robekan Vagina bagian atas : 1. Bantu ibu untuk berbaring terlentang dengan lutut menekuk 2. Bersihkan perineum, vulva dan vagina dengan larutan antiseptik. 3. Gosok tangan dan gunakan sarung tangan steril jika tersedia 4. Pampang robekan pada vagina. 5. Setelah menginfiltrasi dengan anestasi lokal, jahit robekan dengan jahitan kontinu atau jahitan terputus. Lakukan penjahitan jaringan robekan terdalam, bukan hanya pada garis robekan vagina karena robekan pada vagina sering kali disertai dengan luka pada jaringan dibawahnya. Jika robekan terjadi pada sepertiga bagian atas vagina maka berhati-hatilah karena ureter terletak 1,5 cm di atas foniks lateral vagina. Hindari tusukan jarum yang terlalu dalam pada bagian ini. 6. Gunakan pembalut steril pada perineum.

b. Vagina bagian dalam/robekan forniks (kolporeksis), Robekan vagina bagian dalam adalah suatu keadaan dimana terjadi robekan pada bagian atas atau dalam vagina (Regiofornices) sehingga sebagai serviks uteri dan mungkin sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan yang terjadi dapat memanjang atau melintang. Penatalaksanaan Robekan vagina bagian dalam: Eksplorasi dan Reparasi segera dengan cara Laparatomi. 2.3 Penatalaksanaan PPH Sekunder 1. Masukan ibu kerumah sakit sebagai salah satu kasus kedaruratan. 2. Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada uterus jika uterus masih dapat teraba. 3. Kaji kondisi ibu dan jika pada daerah yang terpencil,mulailah penatalaksanaan sebelum pemindahan,jika memungkinkan.

4. Berikan oksitosin 10 IU IV atau ergometrin 0,5 mg IV. Berikan secara IM jika IV tidak tersedia. 5. Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan pencocokan silang. 6. Pasang infus IV. Gunakan normal salin atau natrium laktat terlebih dahulu. Jika ibu mengalami syok, alirkan dengan cepat (1 Liter dalam 15 menit) sampai kondisi ibu stabil. 7. Jika terjadi pendarahan yang lebih, tambahkan 40 IU oksitosin perliter pada infus IV dan alirkan sebanyak 40 tetes permenit. 8. Pada kasus syok yang parah, gunakan plasma ekspander atau transfusi darah jika tersedia. 9. Mulai berikan antibiotik berspektrum luas dengan dosis tinggi: Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap enam jam + gentamisin 100 mg stat IM, kemudian 80 mg setiap 8 jam + metronidazol 400 atau 500 mg secara oral setiap 8 jam. Atau ampisilin 1 gr IV diikuti 500 mg secara IM setiap 6 jam + metronidazol 400 atau 500 mg secara oralsetiap 8 jam. Atau bezilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam + gentamisin 100 mg stat IM lalu 80 mg setiap 8 jam. Atau benzilpensilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam + kloramfenikol 500 mg secara IU setiap 6 jam

BAB III TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologis Terhadap Ny. F dengan Postpartum Haemoragic Sekunder dengan Robekan Vagina Bagian Dalam di BPS Violet I. Pengumpulan Data Dasar A. Identitas Nama Ibu Umur Agama Pekerjaan Suku Pendidikan Alamat B. Anamnesa Dilakukan pada tanggal 28-07-2011 Pukul 16.00 WIB 1. Keluhan Utama Ibu dengan G1P1A0 Postpartum hari ke-3, Partus tanggal 25-07-2011 Pukul 10.00 WIB ditolong oleh Bidan mengeluh badannya terasa lemas. Sekarang ibu masih mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada kemaluannya.
5

: Ny. F : 23 tahun : Islam : Ibu Rumah Tangga : Jawa : SMA : Jl. Sudirman 14

Nama Umur Agama Pekerjaan Suku Pendidikan Alamat

: Tn. N : 25 tahun : Islam : Wiraswasta : Jawa : SMA : Jl. Sudirman 14

2. Riwayat Persalinan Kala I : Berlangsung Pukul 05.00 WIB tanggal 25-07-2011. Pengeluaran pervaginam berupa blood slim, ketuban pecah spontan. Tidak didapati penyulit. Kala II : Bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, BB 3000 gram, PB 50 cm, bayi langsung menangis, tidak ada cacat bawaan, lahir normal tidak ada penyulit pada pukul 10.00 WIB. Pendarahan 50 cc. Kala III : Plasenta lahir spontan, berat 500 gram, panjang tali pusat 40 cm. Plasenta lahir pukul 10.20 WIB, jumlah perdarahan 150 cc, flish dan kotiledon lengkap. Kala IV : Pengawasan selama 2 jam berlangsung normal, kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan 150 cc, ibu tampak letih. Lama Persalinan: Kala I sampai dengan Kala IV 7 jam 20 menit dengan jumlah perdarahan 150 cc. 3. Pola Kehidupan Sehari-hari Nutrisi Sebelum melahirkan: Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, ibu minum air putih 6-8 gelas / hari. Sesudah melahirkan Ibu makan 2 kali sehari dengan porsi sedang, ibu minum air putih 5-7 gelas / hari. Eliminasi BAB Sebelum melahirkan: Ibu mengatakan bahwa sebelum hamil ia BAB 1 kali sehari. Sesudah melahirkan: Ibu mengatakan sesudah 3 hari melahirkan ia baru 1 kali BAB. BAK Sebelum melahirkan: Ibu mengatakan sebelum lahir ia biasa BAK 5-6 kali sehari. Sesudah melahirkan:
6

Ibu mengatakan setelah melahirkan ia hanya BAK 4 kali sehari. Pola Istirahat Sebelum melahirkan: Ibu mengatakan sebelum hamil tidur malam antara 7-8 jam sehari. Setelah melahirkan: Ibu mengatakan 2 hari setelah melahirkan ia sulit tidur karena ibu marasa nyeri dan sakit pada kemaluannya sampai ibu takut bergerak. Personal Hygiene Sebelum melahirkan: Ibu mengatakan mandi 2 hari sehari, membersihkan daerah genetalia dan menggosok gigi. Setelah melahirkan: Ibu mandi 2 kali dengan dilap, ganti pakaian 2 kali setiap hari tetapi takut untuk membersihkan derah genetalia karena rasa sakit. Aktifitas Sebelum melahirkan: Sebelum melahirkan ibu biasa melakukan aktifitas atau kegiatan rumah tangga sendiri tampa bantuan dari orang lain. Sesudah melahirkan: Ibu masih ditempat tidur, takut untuk berjalan karena rasa nyeri atau sakit pada daerah genetalianya sehingga untuk aktifitas sehari-hari perlu dibantu. 4. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan. Kebiasaan keluarga berobat ke puskesmas dan tenaga kesehatan. 5. Keadaan Psikososial Ibu mengatakan senang dan bahagia dengan kelahiran bayi pertamanya, begitu pula dengan suami dan keluarganya. C. Pemeriksaan Fisik Postpartum 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Kesadaran : Lemah : Composmentis

2. Tanda-tanda Vital Tekanan darah Nadi Pernapasan Temperatur 3. Pemeriksaan Fisik Rambut Wajah / muka gravidarum. Mata : Conjungtiva agak pucat, fungsi penglihatan : Kusam, kotor dan sedikit ada ketombe. : Inspeksi : wajah pucat, tidak ada cloasma : 90/70 mmHg : 80 x / menit : 25 x / menit : 38 C

baik, simetris kiri dan kanan, sklera putih, tidak ada oedema pada kelompak mata, reflek pupil baik. Telinga Hidung baik, keadaan bersih. Mulut Leher jugularis. Dada Abdomen terdapat striae. Ekstremitas: Atas : Sedikit tremor, ujung-ujung jari tangan agak : Payudara bersih, simetris kiri dan kanan, tidak : Bibir pecah-pecah dan kering, lidah sedikit : Bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran

baik, simetris kiri dan kanan. : Tidak ada polip, simetris, fungsi penciuman

kotor, gigi tidak ada caries, fungsi pengecapan baik. : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena

ada kelainan, putting susu menonjol, aerola hitam, asi sudah keluar. : TFU pusat symphisis, uterus teraba keras,

dingin dan pucat, tidak ada oedema, simetris kiri dan kanan. Bawah : Simetris kiri dan kanan, reflek patela positif,

tidak ada cacat, tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik dan tersa dingin. Genetalia : Tidak ada heacting, vulva merah muda, tidak

ada pembesaran kelenjar bartholini, pengeluaran pervaginam darah encer, anus tidak haemoroid dan kotor. 4. Pemeriksaan Penunjang
8

Hb Golongan darah II. Interprestasi Data Dasar A. Diagnosa

: 9,5 gr % : A, Rhesus +

Ibu postpartum hari ke-3 dengan robekan vagina bagian dalam. Data subjektif : 1. Ibu mengatakan nyeri pada daerah genetalia. 2. Ibu mengatakan masih banyak mengeluarkan darah dari kemaluannya sehingga harus ganti pembalut tiap 2 jam sekali. 3. Ibu merasa lemas. Data objektif : 1. Partus spontan pukul 10.00 WIB pada tanggal 25-07-2011 2. Kontraksi uterus teraba keras. 3. TFU Pusat symphisis 4. Hb 9,5 gr % B. Masalah 1. Keterbatasan Aktifitas Data Subjektif : 1) Ibu masih ditempat tidur 2) Adanya rasa sakit pada daerah ginetalia sehingga ibu takut bergerak. Data Objektif : 1) Ibu tampak lemah 2) Fungsi ekstremitas lemah 2. Personal hygiene yang kurang Data Subjektif : Ibu takut membersihkan daerah genetalia karena rasa sakit Data Objektif: Daerah genitalia tampak kotor.

3. Gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi Data Subjektif : Ibu mengatakan setelah melahirkan makan hanya 2 kali sehari dengan porsi sedang dan minum hanya 5-7 gelas sehari. Data Objektif : Keadaan umum ibu lemah. Ibu pucat dan bibir pecah-pecah

C. Kebutuhan 1. Kebutuhan pemenuhan cairan dan nutrisi Data Subjektif:


9

1) Ibu mengatakan badannya terasa lemas. 2) Ibu mengatakan makan 2 kali dengan porsi sedang. 3) Ibu mengatakan minum 5-7gelas sehari. Data Objektif: 1) TD 90/70 mmHg 2) Keadaan umum ibu lemah 3) Konjungtiva pucat 2. Penyuluhan tentang Personal Hygiene Data Subjektif: 1) Adanya rasa sakit pada daerah genetalia 2) Ibu takut membersihkan daerah genetalia Data Objektif: Daerah genitalia tampak kotor

3. Penyuluhan dengan keadaan ibu yaitu pendarahan Data Subjektif: 1) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan keadaan sekarang 2) Ibu mengatakan darahnya keluar terus. Data Subjektif: 1) TD 90/70 mmHg 2) Keadaan umum ibu lemah 3) Pengeluaran darah lebih dari 500 cc III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial Potensial terjadi syok hemoragi dan anemia berat Dasar Data Subjektif : 1) Ibu mengatakan masih mengeluarkan banyak darah setelah 3 hari melahirkan. 2) Ibu merasa lemas. Data Objektif: 1) TD 90/70 mmHg. 2) Hb 9,5 gr %. 3) Ibu tampak lemah. 4) Perdarahan lebih dari 500 cc IV. Tindakan Segera Dan Kolaborasi
10

1. Pemasangan infus RL 40 tetes / menit. 2. Kosongkan kandung kemih. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan laparatomi. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi antibiotic. V. Rencana Manajemen 1. Ibu postpartum hari ke-3 dengan robekan vagina bagian dalam a. Jelaskan kondisi ibu saat ini pada ibu dan keluarga b. Berikan dukungan emosional agar ibu dan keluarga tidak cemas c. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang bahaya robekan vagina bagian dalam d. Observasi proses involusi pada ibu e. Observasi robekan vagina bagian dalam dan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan eksplorasi dan reparasi segera dengan cara laparatomi dan untuk pemberian terapi 2. Gangguan aktifitas sehari-hari a. Anjuran ibu untuk mobilisasi dini b. Libatkan keluarga dalam melakukan mobilisasi dini dan beri dukungan emosi. c. Evaluasi kondisi ibu dan keterlibatan keluarga d. Observasi aktifitas ibu 3. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi a. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan cairan dan nutrisi yang diperlukan saat ini b. Anjuran ibu untuk banyak minum dan makan yang bergizi c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi d. Evaluasi pola makan dan minum ibu e. Observasi tanda vital 4. Personal Hygiene a. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene b. Jelaskan pada ibu pentingnya personal hygiene c. Anjurkan ibu untuk membersihkan daerah genetalia sehabis mandi, BAB dan BAK. VI. Implementasi 1. Ibu postpartum hari ke-3 dengan robekan vagian bagian dalam
11

a. Menjelaskan kondisi ibu bahwa ibu mengalami kondisi yang mengarah tanda-tanda syok haemorogie yang memerlukan pengobatan dan perawatan sehingga diharapkan ibu mau bekerjasama dalam setiap tindakan yang dilakukan. b. Menjelaskan pada ibu tentang bahaya robekan vagina bagian dalam yang dialami untuk segera dilakukan tindakan dan pengobatan sesuai kolaborasi dengan dokter. c. Mengobservasi proses involusi pada ibu: 1) Melakukan pengukuran tinggi furdus uteri 2) Memeriksa kandung kemih 3) Melakukan observasi kontraksi uterus d. Merujuk ibu ketempat yang memiliki fasilitas yang memadai untuk tindakan eksplorasi dan reparasi segera dengan cara laparatomi. 2. Gangguan aktifitas sehari-hari a. Mengajarkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini agar : 1) Ibu cepat sehat dan kuat 2) Mencegah terjadinya dekubitas b. Melibatkan keluarga dalam membantu ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan memberikan dukungan emosional sehingga ibu siap untuk menjadi ibu serta bisa menjalani kewajibannya. c. Mengevaluasi kondisi ibu dan keterlibatan keluarga dalam membantu melakukan mobilisasi dini agar ibu tidak kelelahan dan tetap bersemangat 3. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi ibu a. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan cairan dan nutrisi yang diperlukan ibu saat ini. b. Menganjurkan ibu untuk banyak minum 8-12 gelas perhari. Dan menganjurkan ibu untuk mengkonsusmi makanan yang bergizi dengan menu seimbang, makan 3x sehari dengan sayur dan lauk pauk yang berganti-ganti serta buah dan susu jika ada. c. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi : membantu ibu menyiapkan makanan yang bergizi dan menu seimbang serta menyiapkan cairan yang diperlukan ibu. d. Mengevaluasi pola makan ibu apakah sudah sesuai dengan yang dianjurkan 3x sehari dan menu makanan yang bergizi.
12

e. Mengobservasi tanda vital: 1) Melakukan pengukuran tekanan darah 2) Melakukan pemeriksan nadi. 3) Melakukan pemeriksaan pernafasan. 4) Melakukan pemeriksaan suhu badan. 4. Personal hygiene Menjelaskan pada ibu pentingnya personal hygiene untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyakit. VII. Evaluasi

1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini dan mau melakukan kerjasama dalam setiap tindakan yang dilakukan, pemasangan infus dan merujuk ibu untuk tindakan eksplorasi dan reparasi segera dengan cara laparotomi. 2. Keluarga mendukung tindakan yang dilakukan dan mau membantu serta bekerja sama dalam merawat dan mengawasi keadaan ibu. 3. Infus RL sudah terpasang dengan jumlah tetesan 40 tetes / menit. 4. Bidan sudah melakukan kolaborasi dengan dokter. 5. Keadaan umum ibu masih lemah. 6. Ibu dan keluarga mengerti tentang kebutuhan gizi untuk pemilihan kesehatan dan berjanji akan mengatur pola makan dengan menu yang seimbang agar ibu lekas sembuh. Catatan Perkembangan Kunjungan I: Tanggal 31-07-2011, Pukul : 07.00 Wib (6 hari post partum) Subjektif: a. Ibu mengatakan nyeri dan sakit di daerah kemaluan masih terasa. b. Ibu mengatakan sudah tidak lemas lagi. c. Ibu mengatakan daerah luka laparotomi masih agak basah. Objektif: a. Keadaan umum ibu baik. b. Kesadaran composmentis. c. Tanda - tanda vital: 1) TD 2) RR : 110/70 mmHg : 22 x/mnt
13

3) Nadi 4) Temperatur

: 80 x/mnt : 36,70C

d. Involusi uterus baik, kontraksi baik. e. Tinggi fundus uteri 2 jari di atas sympisis. f. Pengeluaran ASI banyak. g. Loceha rubra berwarna merah seperti darah segar. h. Eliminasi: 1) BAK 2) BAB : 4 x sehari : 1 x sehari

i. Luka bekas laparotomi masih agak basah Assesment a. Diagnosa Dasar : ibu post partum hari ke 6 :

1. Ibu partus tanggal 25-07-2011 2. Pengeluaran pervaginam lochea rubra 3. TFU 3 jari atas symphisis, kontraksi uterus baik b. Masalah Dasar : Ganggguan integritas kulit. :

1. Luka bekas laparotomi masih agak basah. 2. Ibu masih takut beraktivitas. c. Kebutuhan : Konseling ASI eksklusif Planning a. Jelaskan kondisi ibu b. Observasi ibu untuk tetap menjaga personal hygiene. c. Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup. d. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan. e. Kunjungan ulang Kunjungan II: Tanggal 08-08-2007 Pukul 16.00 Wib (2 minggu psot partum) Subjektif a. Ibu mengatakan nyeri dan sakit pada daerah kemaluan sudah mulai berkurang. b. Ibu mengatakan luka bekas laparatomi mulai kering. c. Ibu mengatakan telah beristirahat cukup
14

Objektif a. Keadaan umum ibu baik. b. Kesadaran composmentis. c. Tanda-tanda vital 1) TD 2) RR 3) Nadi 4) Temperatur : : 110/70 mmHg : 21 x/mnt : 78 x/mnt : 36,50C

d. TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik. e. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. f. ASI sudah banyak keluar. g. Eliminasi: 1) BAK 2) BAB : 5-6 x/hari :1 x/hari

h. Luka bekas laparatomi mulai kering dan bersih Assesment a. Diagnosa Dasar b. Kebutuhan Planning a. Jelaskan kondisi ibu saat ini b. Observasi tanda-tanda vital meliputi: 1) Tekanan darah 2) Nadi 3) Pernapasan 4) Temperatur c. Ajarkan senam nifas. d. Berikan penyuluhan tentang perawatan BBL sehari-hari. e. Jadwal kunjungan ulang : ibu 2 minggu post partum. : TFU tidak teraba. :

Senam nifas Konseling perawatan BBL

Kunjungan III: Tanggal 03-09-2011, Pukul 16.00 Wib (6 minggu post partum)
15

Subjektif a. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di daerah kemaluannya. b. Ibu mengatakan bayinya minum ASI dengan lahap. c. Ibu mengatakan luka bekas laparatomi sudah kering dan bersih Objektif a. Keadaan umum ibu baik. b. Kesadaran composmentis. c. Tanda-tanda vital 1) TD 2) RR 3) Nadi 4) Temperatur : : 120/80 mmHg : 20 x/mnt : 80 x/mnt : 36,50C

d. TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik. e. Lochea alba : cairan putih. f. ASI sudah banyak keluar. g. Eliminasi: 1) BAK 2) BAB : 5-6 x/hari : 1 x/hari

h. Luka bekas laparatomi mulai kering dan bersih Assasment a. Diagnosa Dasar b. Kebutuhan Planning a. Jelaskan kondisi ibu saat ini. b. Lakukan konseling KB c. Libatkan keluarga dalam kegiatan KB : ibu 6 minggu post partum. : TFU tidak teraba : konseling KB

16

BAB IV PEMBAHASAN

Tinjauan pada Ny.F, dari hasil pemeriksaan bahwa Ny. F ternyata mengalami haemoragic sekunder karena adanya robekan pada vagina bagian dalam. Hal ini di lihat dari hasil anamnese ibu yang mengatakan nyeri pada daerah genitalia. Ibu juga mengatakan masih banyak mengeluarkan darah dari kemaluannya sehingga harus ganti pembalut tiap 2 jam sekali dan ibu merasa lemas. Selain itu hasil dari pemeriksaan yang memperoleh data objektif, seperti; keadaan umum ibu lemah. Tekanan darah ibu 90/70 (hipotensi), kontraksi uterus teraba keras, TFU Pusat symphisis, Hb 9,5 gr %. Asuhan yang diberikan kepada Ny.F yaitu kolaborasi dengan dokter untuk tindakan laparatomi karena robekan vagina bagian dalam bukan wewenang bidan dan harus segera ditangani karena dapat mengakibatkan kematian, penanganannya dilakukan oleh ahlinya sesuai dengan prosedur. Kemudian amati tekanan darah dan nadi ibu untuk mengetahui ada tidaknya syok akibat perdarahan. Lakukan kolaborasi dengan dokter kandungan untuk berspektrum luas dengan dosis tinggi. mulai diberikan antibiotik

17

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam,biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Salah satu penyebab utama perdarahan postpartum sekunder yaitu robekan jalan lahir. Seperti robekan pada vagina, ada dua macam robekan pada vagina, yaitu robekan vagina bagian atas ialah apabila robekan terjadi pada dua pertiga bagian atas vagina. Sementara itu, robekan vagina bagian dalam adalah suatu keadaan dimana terjadi robekan pada bagian atas atau dalam vagina (Regiofornices) sehingga sebagai serviks uteri dan mungkin sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan yang terjadi dapat memanjang atau melintang. Apabila terjadi robekan vagina bagian dalam segera kolaborasi dengan dokter untuk tindakan laparatomi karena robekan vagina bagian dalam bukan wewenang bidan dan harus segera ditangani karena dapat mengakibatkan kematian, penanganannya dilakukan oleh ahlinya sesuai dengan prosedur. Kemudian amati tekanan darah dan nadi ibu untuk mengetahui ada tidaknya syok akibat perdarahan. Lakukan kolaborasi dengan dokter kandungan untuk mulai diberikan antibiotik berspektrum luas dengan dosis tinggi. 5.2 Saran Dari kesimpulan di atas, maka pada akhir bab ini, penyusun menyampaikan saran sebagai sumbangan pikiran: 1. Khususnya bagi para petugas kesehatan untuk dapat melakukan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pasien. 2. Memantau keadaan ibu pasca persalinan 3. Memberikan konseling yang menyeluruh mengenai keadaan ibu kepada ibu dan keluarga.

18

You might also like