You are on page 1of 11

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK ACNE VULGARIS

Dosen Pembimbing : Ns. Susri Utami, Skep.

Disusun Oleh : Kelas/ Semester Kelompok : 8SAC/ VI :9

1. Septiana Rahayu 2. Siti Retno Asih 3. Widiatun 4. Wijayanti 5. Zalih Masitoh 6. Spatika Parasdyasih 7. Sri Mulyaningsih 8. Subadriyah 9. Suktiarti 10. Teriza Nur K. PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN-PEKALONGAN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu penyakit kulit yang populer bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya, kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia. Orang yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami jerawat. Dalam dunia medis, jerawat dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan peradangan kronis dari folikel pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dankista.Daerah yang terkena bukan hanya wajah, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan bagian atas. B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk meningkatkan pengetahuan tentang acne vulgaris. 2. Tujuan khusus a) Mengetahui pengertian acne vulgaris. b) Mengetahui etiologi dari acne vulgaris. c) Mengetahui patofisiologi acne vulgaris. d) Mengetahui manifestasi klinis acne vulgaris. e) Mengeteahui komplikasi dari acne vulgaris. f) Mengetahui pengobatan acne vulgaris.

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Akne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. (Arif Mansjoer, hal 126, 2002). Akne (jerawat) adalah penyakit peradangan kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan berkaitan dengan folikel rambut (disebut unit polisebasea). (Elizabeth J. Cowin, hal 598, 2001). Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel polisebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering titemukan di daearah muka, leher serta badan bagian atas. (Bruner & Suddarth, hal 1857, 2002). Akne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. (Sylvia A. Price, hal 1422, 2006). Jadi akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik pada kelenjar sebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.

2. Etiologi Pembentukan sebum dirangsang oleh androgen, terutama testosteron. Peningkatan tajam androgen pada remaja putri dan remaja putra selama pubertas merupakan penyebab munculnya akne dengan tingkat keparahannya. Infeksi bakteri pada folikel yang tersumbat diperparah oleh higiene yang kurang, gizi buruk, dan stres. Sebagai individu mungkin secara genetis rentan terhadap akne, yang mungkin berkaitan dengan sensitivitas berlebihan kelenjar sebasea terhadap androgen. Estrogen melawan aktivitas androgen pada kelenjar sebasea dan mengurangi pembentukan akne. (Elizabeth J. Cowin, hal 598, 2001).

3. Patofisiologi Jerawat merupakan penyakit yang melibatkan folikel pilosebasea (kompleks folikel rambut dan kelenjar sebasea) pada wajah, leher, dada, dan punggung atas. Tiga factor patofisiologi berperan dalam pertumbuhan jerawat yaitu kelebihan produksi sebum, komedogenesis, dan pertumbuhan propionibacterium acnes yang berlebihan. Komedogenesis (pembentukan komedo) menyebabkan lesi non inflamasi yang dapat berupa komedo terbuka (bintil hitam) atau komedo tertutup (bintil putih). Inflamasi terjadi bersamaan dengan proliferasi propionibacterium acnes, organism jinak yang selalu ada di kulit, yang menghasilkan papula, pustule, nodul, dan kista. Perhatian remaja pada penampilan dirinya menggoda mereka untuk memencet, menyentuh, meremas, dan memanipulasi lesi. Hal ini memainkan peranan penting dalam kemunculan jerawat secara terus menerus da kemungkinan menyebabkan infeksi sekunder. Selain itu pemberian krim dan minyak, termasuk dasar riasan wajah yang berat dapat memperburuk jerawat.

4. Manifestasi Klinis Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, atau kista, dan dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental dan padat. Isi kista biasanya pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. (Arif Mansjoer, hal 126, 2002). Pada wanita, akne dapat meningkat sebelum atau selama periode haid sewaktu kadar esterogen rendah. (Elizabeth J. Cowin, hal 599, 2001).

5. Komplikasi Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah. Rasa percaya diri dapat terganggu. (Elizabeth J. Cowin, hal 599, 2001). Infeksi. Kepada pasien wanita yang mendapatkan terapi antibiotik jangka panjang dengan tertasiklin harus disarankan untuk terus mengamati dan melaporkan tanda-tanda serta gejala kandidiasis oral atau vaginal, yaitu suatu infeksi jamur mirip ragi. (Bruner & Suddarth, hal 1862, 2002).

6. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis (adanya komedo) dan ekskohleasi sebum dari komedo dengan alat komedo ekstraktor (sendok unna). 7. Penatalaksanaan Medikamentosa Topikal: Bahan iritan : resorsinol (1-5%), asam vitamin A (0,025-0,1%), sulfur (4-8%). Antibakteri : tetrasiklin 1%, klindamisin 1%, peroksida benzoil 2,5%. Lain-lain : kortikosteroid kekuatan ringan sampai sedang, dan etil laktat 10% dalam gliserin 5-10%. Sistemik : Antibakteri : tetrasiklin 3-4 x 250 mg, minosiklin 2 x 50 mg, linkomisin 3 x 500 mg, klindamisin 2 x 150 mg. Hormonal : estrogen 50 mg/hari selama 21 hari, antiadrogen 2 mg/hari. Retinoid 0,5-1 mg/kg BB/hari, vitain A 3 x 100 mg (untuk akne

nodulokistik/konglobata).

Nonmedikamentosa Pengeluaran sebelum oleh ekstraktor komedo atau bedah listrik, bedah beku, dan suntikan intralesi, perawatan kebersihan kulit, dan diet bagi yang memerlukan. (Arif Mansjoer, hal 126-127, 2002).

8. Pengkajian Melakukan pengkajian fisik Dapatkan riwayat keluarga dan riwayat kesehatan Observasi adanya manifestasi jerawat : 1. Noninflamasi Komedo : massa padat dari keratin ,lipid, asam lemak, dan bakteri yang mendilatasi produksi duktus folikular. Macam-macam komedo yaitu komedo tertutup atau whiteheads (komedo putih) dan komedo terbuka atau blackheads (komedo hitam). 2. Inflamasi Papula, pustula, kodula, kista.

9. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya sekresi, organisme inefektif. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi terhadap lesi wajah. 3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan masalah kulit yang mengganggu.

10. Rencana Kperawatan a. Diagnosa keperawatan I Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya sekresi, organisme inefektif. Tujuan Pasien akan mengalami perbaikan integritas kulit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam. Kriteria hasil Lesi sembuh dengan pembentukan jaringan parut minimal Penurunan jumlah lesi

Intervensi 1. Bersihkan kulit dengan cerrmat menggunakan sabun ringan dan air. Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi 2. Beritahukan pasien untuk tidak memencet, menusuk, atau melakukan bentuk manipulasi lain pada lesi. Rasional : karena dapat memunculkan dan meningkatkan resiko infeksi. 3. Hindari penggunaan zat-zat berminyak pada wajah. Rasional : karena zat-zat tersebut dapat memperberat jerawat karena menyumbat duktuspilosebaseus. 4. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai ketentuan. Rasional : untuk mencegah infeksi. 5. Bantu remaja menemukan mekanisme untuk megurangi stres emosional. Rasional : stres dapat memperberat jerawat.

b. Diagnosa keperawatan II Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi terhadap lesi wajah. Tujuan Pasien tidak akan mengalami gangguan citra tubuh Kriteria hasil Lesi pada wajah berkurang Pasien menjalani pengobatan kulit

Intervensi 1. Dorong pasien untuk melakukan pengobatan pada kulitnya. Rasional : perbaikan pada kulit dapat meningkatkan citra tubuh. 2. Tekankan pentingnya membersihakan kulit secara perlahan. Rasional : membersihkan kulit secara perlahan mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit yang dapat menurunkan citra tubuh. 3. Motivasi pasien untuk menjalani pengobatan secara teratur. Rasional : pengobatan secara teratur mempercepat proses penyembuhan.

c. Diagnosa keperawatan III

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan masalah kulit yang mengganggu. Tujuan Keluarga akan memahami kondisi pasien dan dapat membantu pasien dalam menangani masalahnya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit. Kriteria hasil Keluarga menunjukan sikap empati dan dukungan terhadap pengobatan yang dijalani pasien. Keluarga memahami prosedur pengobatan yang dijalani pasien.

Intervensi 1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai acne vulgaris (jerawat). Rasional : dengan mengetahui informasi tentang jerawat diharapkan keluarga dapat membantu pengobatan yang dijalani pasien. 2. Dorong keluarga unutk memberikan empatinya kepada pasien. Rasional : rasa empati dari keluarga dapat menambah semangat pasien sehingga proses perkembangan pada pasien tidak terganggu. 3. Anjurkan keluarga untuk mengawasi dan membantu pengobatan yang dijalani pasien. Rasional : dengan adanya pengawasan dan bantuan dari keluarga diharapakan pengobatan yang dijalani pasien akan menjadi lebih efisien.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik pada kelenjar sebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. Ditandai dengan erupsi kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, atau kista, dan dapat disertai rasa gatal. Tempat predileksinya adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Disebabkan karena peningkatan hormon androgen yang berlebihan pada remaja putra maupun putri pada saat pubertas. Pengobatannya dengan

medikamentosa secara topikal dan sistemik. Nonmedikamentosa dengan pengeluaran sebelum oleh ekstraktor komedo atau bedah listrik, bedah beku, dan suntikan intralesi, perawatan kebersihan kulit, dan diet bagi yang memerlukan. B. Saran Bagi remaja putri maupun putra agar selalu menjaga dan merawat kebersihan terutama dibagian wajah untuk mencegah timbulnya jerawat.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius. Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Suddarth, Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

You might also like