You are on page 1of 10

PENYAKIT HIPERTENSI

View clicks

Posted April 24th, 2008 by muhaimin

Kedokteran

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/penyakit-hipertensi-0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih di dominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium(GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah gizi lebih yang terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan.Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pemilihan makanan yang cenderung menyukai makanan siap saji dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat , tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat , rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan kearah tidak seimbang. Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi. Ditengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung lemak dan perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit sebagai imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan bermunculan semakin banyak. Salah satu penyakit tersebut adalah Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi. Adapun latar belakang dari pembuatan peper ini adalah agar dapat mengetahui penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi sebagai akibat mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi dan merupakan imbas dari perubahan gaya hidup dengan pola makanan yang

rendah karbohidrat , rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga mutu makanan kearah tidak seimbang. 1.2 Tujuan Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dari pembuatan paper ini adalah : 1. Bagaimana definisi penyakit hipertensi ? 2. Bagaimana klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa ? 3. Bagaimana gejala terjadinya penyakit hipertensi? 4. Bagaimana mekanisme terjadinya hipertensi? 5. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya penyakit hipertensi ? 6. Bagaimana segitiga epidemiologi dari penyakit hipertensi? 7. Bagaimana jaring-jaring sebab akibat dari penyakit hipertensi? 8. Bagaimana penyakit hipertensi menurut teori HL. Blum ? 9. Bagaimana pengendalian tekanan darah? 1.3 Manfaat Manfaat dari pembuatan paper agar memahami dan memperdalam dari materi kuliah Epidemiologi dan Sueveilans Gizi khususnya mengenai penyakit hipertensi. BAB II ISI 2.1 Definisi Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.

hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal 120 mmHg - 130 mmHg 85 mmHg - 95 mmHg Untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal. Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan. Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu: Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg. 2.3 Gejala Terjadinya Penyakit Hipertensi Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer karena dua hal, yaitu: Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit kepala jantung berdebar- debar kelelahan mual muntah sesak nafas sering buang air kecil terutama di malam hari telinga berdenging gelisah pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. 2.4 Mekanisme terjadinya hipertensi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. 2.5 Penyebab Terjadinya Penyakit Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis : 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Para pakar menunjuk stres sebagai tertuduh utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi , dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik ) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan , kelainan metabolisme intra seluler , dan faktor faktor Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma 3. Obat-obatan Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab Lainnya Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut. 2.6 Segitiga Epidemiologi Dari Penyakit Hipertensi Segitiga epidemiologi ( The Epidemiologic Triangle) HOST (Penjamu) AGENT ENVIRONTMENT (Penyebab Penyakit) (Lingkungan) Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor , maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka , yang berakibat akan bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. - Host (Penjamu) Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu: 1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit. Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi. 2. Genetis Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. 3. Umur Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian tentang penyebaran menurut umur tersebut, seperti dapat dilihat pada tabel 1 : Tabel 1. Frekuensi Hipertensi Menurut Golongan Umur No. Golongan Umur (Tahun ) Prevalensi (%) 1. 20 29 6,10 2. 30 -- 39 6,70 3. 40 -- 49 10,10 4. 50 -- 59 10,20 5 di atas 60 13,00 Seluruh umur 8,60 *) Dikutip dan disederhanakan dari: Survai hipertensi pada suatu pedesaan; Boedi Rahardjo dkk, 1974. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60

tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan umur. 4. Jenis Kelamin Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia > 50 tahun Pria > wanita pada usia < 50 tahun 5. Adat Kebiasaan Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti: - gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi , padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi. - Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain). - Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih. 6. Pekerjaan Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya lebih longgar tanggung jawabnya . Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. 7. Ras/ Suku Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi. - Agent (Penyebab Penyakit) Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah : 1. Faktor Nutrisi - Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. - Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam. Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. - Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi - Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan makanan cepat saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ). Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi mempunya berat badan berlebih. 2. Faktor Kimia Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid ,Siklosporin.Eritropoietin, Penyalahgunaan alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar). 3. Faktor Biologi - Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. - Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten. - Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi hipertensi. 4. Faktor Fisik - Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. - Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada orangorang memiliki kepekaan yang diturunkan - Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi. - Environment (Lingkungan) Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke

aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan. Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan. 2.7 Belum ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2.8 Penyakit hipertensi menurut teori HL. Blum Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas menurut teori HL Blum yaitu : Faktor Genetik Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten. Riwayat penyakit yang di derita, bagi keturunan penderita hipertensi Jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, walaupun belum adanya tes genetik secara konsisten terhadap penyakit hipertensi tetaplah berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik yang sama. Faktor Prilaku Faktor perilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti pengkonsumsian makanan cepat saji yang kaya daging dan minuman bersoda, memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi,Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), gaya hidup stres,stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein dan beralkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Serta kebiasaan merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi. Faktor lingkungan Faktor lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya), seperti : Indra perasa kita yang sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain). Faktor Pelayananan Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam usaha pencegahan penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah secara teratur,kurangnya perencanaan program mengenai pencegahan penyakit hipertensi dari provider (pelayanan

kesehatan) di puskesmas mengenai pencegahan penyakit hipertensi dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja sama dengan berbagai sektor terkait guna pencegahan terjadinya penyakit hipertensi , serta kurangnya penilaian,pengawasan dan pengendalian mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di puskesmas. BAB III KESIMPULAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia. Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua menderita hipertensi. . Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi. Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti, misalnya Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi memang dapat mengakibatkan kejadian dengan konsekwensi yang serius, namun hipertensi dapat di diagnosa dengan mudah dan di kendalikan dengan modifikasi pola hidup sehat dan medikasi. Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. seperti aktif berolahraga, Mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alcohol dan rokok.

You might also like