You are on page 1of 12

PROGRAM AUDIT INTERNAL SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN FIELD WORK Oleh : Tedi Rustendi (2006) I. Pendahuluan.

Field work (selanjutnya disebut : pekerjaan lapangan) adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit, kemudian mengevaluasinya untuk (1) memastikan bahwa operasi/kegiatan yang dimaksud sesuai dengan standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta ; (2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen. Pekerjaan lapangan dilakukan setelah survey pendahuluan diselesaikan dan program audit disusun/ dikembangkan/disiapkan. Seluruh bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Metode yang umum digunakan (sebagai prosedur audit)/teknik pengujian dalam melaksanakan pekerjaan lapangan ada 6 (enam), yaitu : 1) Observasi 2) Konfirmasi (pada teknik pengujian digunakan kuesioner/interview) 3) Verifikasi 4) Investigasi 5) Analysis 6) Evaluasi Prosedur audit dalam pekerjaan lapangan disusun berdasarkan tujuan audit yang hendak dicapai. Dalam hal ini, tujuan audit yang dimaksud dirancang untuk menentukan apakah tujuan operasi tertentu (yang ditetapkan oleh manajemen) dapat dicapai atau tidak. Tujuan audit harus bersifat khusus untuk setiap langkah yang dilakukan auditor dan dijabarkan dalam bentuk prosedur audit untuk mencapainya. Penetapan tujuan audit dan prosedur audit merupakan unsur utama sebuah program audit, oleh karena itu keberhasilan pekerjaan lapangan dalam mengumpulkan bukti audit bergantung kepada baik buruknya sebuah program audit yang digunakan. Hal tersebut dapat dipahami mengingat suatu program audit pada dasarnya merupakan abstraksi dari perencanaan audit yang berisi rencana langkah kerja sistematis untuk memperoleh bukti audit yang diperlukan dalam pencapaian tujuan audit. Guna mengarahkan pekerjaan audit di lapangan, program audit berperan sebagai pedoman pelaksanaan audit sekaligus merupakan alat pengendalian agar pekerjaan audit secara keseluruhan berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Permasalahan umum yang dihadapi oleh auditor internal adalah bagaimana menyusun dan mengembangkan program audit yang baik ? II. Pembahasan. 2.1. Rencana Audit. Sebelum melaksanakan pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai : 1) Pedoman pelaksanaan audit 2) Dasar untuk menyusun anggaran

3) Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen 4) Alat untuk menetapkan standar 5) Alat pengendalian 6) Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh perusahaan. Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud dengan auditee adalah entitas organisasi, atau ; bagian/unit organisasi, atau ; operasi dan program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu : 1) Systematic selection Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih. 2) Ad Hoc Audits Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal untuk mengaudit bidang/area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditror internal. 3) Auditee Requests Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya. Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1) Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit. 2) Review atas file audit Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan. 3) Menyeleksi tim audit Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggungjawab yang akan dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-bidang tertentu. 4) Komunikasi pendahuluan dengan auditee dan pihak lain yang berkepentingan Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap

fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait. 5) Mempersiapkan program audit pendahuluan Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur audit yang akan digunakan, dan buktibukti yang akan diuji. 6) Merencanakan laporan audit Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir mengenai bagaimana laporan akan disusun, kapan akan diberikan/dikirimkan, dan siapa yang akan menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi detail (rincian) yang akan disajikan dalam laporan dan untuk mengembangkan beberapa parameter dasar. 7) Persetujuan atas program audit dari kepala bagian audit internal Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan, sasaran, dan ruang lingkup audit. 2.2. Program Audit. Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit. Dengan demikian program audit merupakan rencana langkah kerja yang harus dilaksanakan berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya program audit merupakan rencana tertulis untuk mengarahkan audit, dan oleh karena itu merupakan salah satu alat pengendalian audit (Secara singkat program audit digunakan untuk menjawab : what is to be done, when it is to be done, how it is to be done, who will do it, dan how long it will take) Penyusunan program audit harus disesuaikan dengan kondisi organisasi/bidang/ area fungsional yang akan diaudit. Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan program audit adalah : 1) Menyusun program audit selama tahap persiapan audit 2) Menyusun program audit setelah melaksanakan survai pendahuluan 3) Menggunakan program audit standar untuk operasi yang spesifik. Berdasarkan kepada sifat operasi yang akan diaudit, program audit dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 1) Program audit individual (tailored/individual audit program), yaitu program audit yang disusun tersendiri untuk masing-masing audit, dan tidak menggunakan bentuk standar, serta disusun setelah melaksanakan survai pendahuluan. 2) Program audit proforma, yaitu program audit yang dikembangkan untuk berbagai tujuan dan disiapkan guna mengumpulkan informasi yang sama dari beberapa periode untuk melihat kecenderungan/trend dan perubahanperubahannya. Program audit proforma disiapkan sebelum survai pendahuluan dilaksanakan, dan dapat direvisi bila hasil survai pendahuluan menunjukkan adanya perubahan-perubahan dari kegiatan-kegiatan yang diaudit. Program audit disiapkan oleh Ketua Tim Audit Internal dan disetujui oleh Kepala Bagian Audit Internal. Program audit yang baik harus memuat informasi mengenai :

1) Tujuan audit Tujuan audit yang dimaksud dalam program audit adalah tujuan yang bersifat khusus (bukan tujuan umum seperti yang terdapat pada batasan dan ruang lingkup audit internal). Tujuan audit yang bersifat khusus tersebut dikaitkan dengan tujuan operasi yang akan diauditnya, dimana tujuan audit ditetapkan untuk menentukan apakan sistem operasi yang dirancang dan diimplementasikan dapat mencapai tujuannya atau tidak. 2) Daftar Pengendalian yang ada atau yang diperlukan. Daftar pengendalian yang ada/diperlukan/semestinya ada pada operasi yang diaudit digunakan sebagai kriteria untuk menguji/mengevaluasi bidang/area yang diaudit. Dalam hal ini prosedur audit dikembangkan berdasarkan kriteria tersebut. 3) Prosedur audit. Prosedur audit merupakan suatu teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti audit yang akan digunakan untuk menentukan (melalui uji dan evaluasi) apakah tujuan operasi yang diaudit dapat tercapai atau tidak. 4) Staf pelaksana. 5) Komentar atas hasil pengujian. Agar efektif, program audit harus terfokus kepada apa yang esensial (terpenting) dari suatu operasi yang diaudit guna mencapai tujuannya, dan bukan terfokus kepada apa yang menarik dari suatu operasi yang diaudit. Sebagai contoh : pada aktivitas pembelian bahan baku, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh barang dengan harga yang benar, oleh karena itu yang terpenting dari aktivitas pembelian untuk mencapai tujuan tersebut adalah apakah ada mekanisme penawaran yang terbuka dan kompetitif ?, dan bila ada apakah mekanisme tersebut dilaksanakan ?, Itulah yang harus menjadi fokus dalam program audit, dan bukan kondisi yang mungkin menarik misalnya bahwa salah satu dari supliernya memiliki hubungan keluarga dengan manajer logistik. Beberapa aktivitas/kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka penyusunan program audit antara lain : 1) Review atas laporan audit, program audit, dan kertas kerja audit periode sebelumnya, serta dokumen lain dari audit sebelumnya termasuk hal-hal yang masih memerlukan tindak lanjut audit. Hal tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk menentukan ruang lingkup audit yang akan dilaksanakan. 2) Melaksanakan survey pendahuluan untuk mengetahui tujuan dan pelaksanaan dari operasi/kegiatan, tingkat risiko (aktual dan atau potensi), serta pengendaliannya. 3) Review atas kebijakan dan prosedur dari fungsi yang diaudit guna menentukan area/bidang yang memungkinkan dapat diukur dan dinilai, dan menentukan apakah fungsi tersebut berjalan/beroperasi sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen. 4) Review atas literatur audit internal yang berkenaan dengan area yang diaudit. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi terbaru mengenai teknik pengujian yang dapat diterapkan pada aktivitas yang diaudit. 5) Menyusun bagan arus dari operasi/aktivitas yang diaudit untuk mengidentifikasi kelemahan sistem, dan untuk melakukan analisis visual atas proses transaksi.

6) Review atas standar kinerja (internal atau eksternal/industri (bila ada)) untuk memperoleh tolok ukur guna menguji dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasi yang diaudit dan menentukan apakah operasi yang dimaksud mengacu kepada standar yang telah ditetapkan. 7) Melakukan interview dengan auditee dan menyampaikan tujuan dan ruang lingkup audit untuk memperoleh kesepahaman (menghindari kesalahpahaman) dengan auditee. 8) Menyusun anggaran yang merinci sumber daya yang diperlukan, guna menggambarkan estimasi mengenai jumlah staf dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan audit. 9) Melakukan interview dengan pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan fungsi yang diaudit untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai operasi dan mengidentifikasi masalah yang mungkin ada, serta untuk menjalin koordinasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan fungsi yang diaudit. 10) Membuat daftar mengenai risiko yang material yang harus dipertimbangkan untuk memastikan bahwa bidang/area yang paling rentan terhadap ancaman (terjadinya kesalahan/penyimpangan) mendapat perhatian yang tepat/khusus. 11) Untuk setiap risiko yang teridentifikasi, ditetapkan pengendaliannya dan dipastikan apakah pengendalian yang dimaksud memadai. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah pengendalian yang ada dapat mengurangi/menekan risiko yang teridentifikasi tersebut atau tidak. 12) Menentukan substansi dari masalah untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan dalam pelaksanaan audit. Program audit perlu memperhatikan kriteria tertentu agar tujuan audit yang ditetapkan dapat tercapai. Kriteria yang dimaksud antara lain : 1) Tujuan dari suatu operasi yang diaudit harus dinyatakan secara hati-hati dan disetujui oleh auditee, sehingga tujuan audit atas operasi yang dimaksud dapat ditetapkan dengan tepat. 2) Program audit harus disesuaikan dengan penugasan auditnya, dan tidak bersifat memaksakan/mendikte. 3) Setiap langkah kerja yang diprogram harus memperlihatkan alasan yang kuat (yaitu berdasarkan tujuan operasi yang diaudit dan pengendalian yang diuji). 4) Langkah kerja diungkapkan dalam bentuk instruksi positif (bukan dalam bentuk pertanyaan ya atau tidak atau dangkal serta bias). 5) Program audit harus mengindikasikan skala prioritas dari langkah kerja (upaya untuk memperoleh bukti audit utama harus didahulukan). 6) Program Audit harus fleksibel. 7) Program audit harus fisibel untuk dilaksanakan, baik dari aspek anggaran, staf pelaksana, maupun (rentang) waktunya. 8) Program audit hanya memuat informasi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan audit (ringkas, jelas, dan fokus). 9) Program audit harus memuat bukti persetujuan Pimpinan Bagian Auidt Internal sebelum dilaksanakan, termasuk perubahannya.

Ilustrasi mengenai program audit untuk pekerjaan lapangan disajikan di bawah ini dengan mengambil fungsi pembelian sebagai bidang/area yang diaudit : Tabel 2.1. Program Audit
Program Audit Field Work Bag./Fungsi : Pengadaan Barang Staf Auditor : 2 orang Waktu : 10 hari kerja No Tujuan Audit Pengendalian Kriteria 1 Untuk menentukan Departemen Pemakai apakah order pembelian (misalnya Bag diterbitkan hanya untuk Produksi atau Bag membeli barang yang Penjualan) menyiapkan dibutuhkan saja. permintaan atas barang yang dibutuhkan.

Untuk menentukan apakah penawaran kompetitif benar-benar dilakukan pada saat dibutuhkan dan apakah kegagalan untuk memperoleh penawaran dapat dijelaskan dengan tepat, apakah order pembelian secara matematis sudah benar dan diterima setelah adanya persetujuan. Selain itu juga untuk menentukan apakah order pembelian dilaksanakan secara tepat. Untuk menentukan apakah semua tagihan yang diterima dicatat pada buku harian, dan dipantau selama prosesnya berlangsung, serta menentukan apakah manajemen memiliki kesiapan atas suatu penundaan yang tidak beralasan.

Bagian Pembelian melakukan penawaran kompetitif untuk semua pembelian yang meliputi harga yang ditetapkan, berikut memberikan alasan tertulis untuk setiap kegagalan dalam penawaran.

Prosedur Audit Review sampel order pembelian untuk mengetahui apakah order pembelian tersebut dilengkapi dengan dokumen permintaan barang yang ditandatangani, dan apakah karakteristik barang yang dibeli berikut kuantitasnya sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Verifikasi bukti audit berdasarkan sampel mengenai penawaran yang diterima untuk mengetahui apakah kegagalan penawaran dijelaskan dengan alasan yang kuat.

w/

Komentar

Mencatat semua tagihan pada buku harian, dan prosesnya dipantau melalui laporan periodik.

Review suatu sampel tagihan yang telah dibayar untuk menentukan apakah tagihan-tagihan tersebut tercatat pada buku harian, dan apakah tagihantagihan tersebut diproses pada waktu yang tepat dengan alasan yang tepat (jatuh tempo atau memanfaatkan potongan tunai yang

Untuk menentukan apakah tagihan yang sah dibayar dengan jumlah yang seharusnya.

Manajemen menetapkan secara tepat tahap-tahap pemeriksanaan atas tagihan, termasuk mekanisme pembandingan dengan kebijakan perusahaan. Selain itu juga menetapkan suatu sistem review dan persetujuan bertingkat berdasarkan nilai tagihannya. Manajemen menetapkan mekanisme penghitungan, penimbangan, dan pengukuran barang yang diterima, serta memberikan tanda atas hasilnya. Selain itu juga menetapkan prosedur sampling yang diijinkan secara layak/pantas. Manajemen menetapkan prosedur inspeksi atas barang yang dipesan, dan pembandingan sampel barang dengan spesifikasi yang ditetapkan. Semua perubahan spesifikasi harus dikirim secepatnya kepada Bag Penerimaan/Inspeksi.

Untuk menentukan apakah hanya barang yang dipesan saja yang diterima dan dalam jumlah yang dipesan.

Untuk menentukan apakah barang dengan kualitas yang telah ditetapkan saja yang diterima, dan apakah barang yang ditolak dikembalikan (segera) kepada suplier.

menguntungkan). Periksa laporan yang ditujuan kepada manajemen atas tagihan yang diproses untuk menentukan keakuratan dan ketepatan waktunya. Untuk sampel yang dipilih, cek (hitung kembali) apakah pembayaran secara matematis sudah benar, verifikasi untuk menentukan kepatuhannya kepada kebijakan perusahaan, periksa tanda tangan pada tempat yang disediakan untuk menentukan apakah mendukung bukti adanya mekanisme review dan persetujuan Review sampel yang representatif dari Laporan Penerimaan Barang untuk memperoleh bukti mengenai jumlah, timbangan, dan ukuran. Selanjutnya varifikasi ke catatan persediaan (bin card/stores records) untuk mengetahui apakah jumlah yang tercatat sama dengan Laporan Penerimaan Barang. Untuk sampel yang dipilih, review bukti inspeksi. Review bukti pengembalian barang yang ditolak (tanda terima pengembalian barang). Analisis catatan sisa barang untuk mengetahui apakah barang inferior dipesan atau diterima.

III. Penutup. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan program audit merupakan hal yang bersifat mutlak dalam proses audit dan merupakan pedoman untuk melaksanakan pekerjaan lapangan guna memperoleh bukti audit yang akan

dijadikan sebagai dasar pengembangan temuan audit. Disamping itu selama proses audit berjalan, program audit merupakan instrumen untuk mengendalikan pekerjaan audit secara keseluruhan. Perencanaan yang sistematis yang dijabarkan dari rencana audit tahunan merupakan dasar yang kuat untuk menyusun rencana audit pada bagian/fungsi organisasi yang menjadi target pada periode berjalan. Kemampuan mengidentifikasi risiko untuk menentukan skala prioritas bidang/area yang harus diaudit merupakan titik awal dalam menetapkan fokus audit. Selanjutnya, pemahaman auditor mengenai bidang yang diaudit, dan kemampuan/keahlian/kecakapan yang memadai baik sebagai atribut maupun kompetensi organisasional auditor internal akan menentukan bagaimana suatu program audit disusun dan dikembangkan. Dengan demikian, kunci penyusunan program audit terletak kepada kemampuan auditor internal dalam menjawab secara sistematis pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar, yaitu : Apa yang harus dilakukan dalam audit? ; Kapan melakukan auditnya ? ; Bagaimana audit tersebut harus dilakukan ? ; Siapa yang akan melakukannya ?, dan ; Berapa lama pekerjaan audit tersebut harus diselesaikan ?. Referensi : Amin Widjaja Tunggal. 2005. Audit Kecurangan, Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit : Harvarindo. Arens, Alvin A., and J. K. Loebbecke, 2002. Auditing, An Integrated Approach, 8th edt. Englewood Cliff New Jersey : Prentice Hall Int. Inc. Hiro Tugiman. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta. Penerbit : Kanisius (Anggota IKAPI) Moeller, Robert R. 2004, New Internal Auditing Rules, Hoboken New Jersey : Jhon Willey And Sons Inc. Pei, K. W., Buck, and Frederick G. Davis, 1989. The Impact of Organizational Structure on Internal Auditor Organizational Profesional Conflict and Role Stress ; An Exploration of Linkages. Auditng, A Journal of Practice And Theory, Vol 8 No 2. Spring. Ratliff L., Richard, and Wanda A. Walace,and J. K. Loebbecke, and W. G. McFarland, 1996. Internal Auditing ; Principles And Techniques. Altamonte Spring Florida : IIA. Sawyer, Lawrence B., and Mortimer D Dittenhofer, and James H. Scheiner.2003. Sawyers Internal Auditing ; The Practice Of Modern Internal Auditing, 5th edt., Altamonte Spring Florida : IIA. Spencer, K.H., Pickett. 2004. The Internal Auditor At Work ; A Practical Guide To Everyday Challenges, Hoboken New Jersey : Jhon Willey And Sons Inc.

PROGRAM AUDIT INTERNAL SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN FIELD WORK

Oleh : Tedi Rustendi, S.E., M.Si NIK : 411 293 161

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2006


PROGRAM AUDIT INTERNAL SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN FIELD WORK

Oleh : Tedi Rustendi, S.E., M.Si NIK : 411 293 161

Disetujui Oleh : Ketua Jurusan Akuntansi,

Iman Pirman Hidayat, S.E., M.Si NIK. 411 296 181

Mengetahui : a.n. D e k a n, Pembantu Dekan I,

Dr. Deden Mulyana, SE., MSi. NIK. 411 287 053

KATA PENGANTAR

Puji sukur hanyalah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kekuatan dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk dalam penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki ketertarikan dalam bidang Internal Auditing, terutama yang berkenaan dengan program audit. Makalah ini memaparkan dan menjelaskan mengenai program audit internal baik yang disusun pada tahapan perencanaan,maupun yang disusun setelah melakukan survey pendahuluan. Pemaparan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana seorang auditor harus mengembangkan program auditnya berdasarkan pendekatan yang dipilih. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini memiliki banyak kekurangan, baik dari aspek penggunaan bahasa maupun dari aspek isi pembahasan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan sebagai bentuk kepedulian pembaca dalam memperbaiki dan menyempurnakan karya ilmiah ini. Mudah-mudahan karya ilmiah ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan dalam bidang Internal Auditing, dan menjadi pemicu lahirnya karya ilmiah lain yang lebih berbobot, serta melahirkan gagasan aplikatif dalam bidang yang relevan. Tasikmalaya, Juli 2006, Penulis, Tedi Rustendi, S.E., M.Si.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I II III Pendahuluan Pembahasan 2.1. Rencana Audit 2.2. Program Audit Penutup

Hal. i ii 1 1 1 3 8 14

DAFTAR PUSTAKA

ii

You might also like