You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Kecelakaan lalu lintas

di Indonesia oleh World Health Organization (WHO) dinilai menjadi pembunuh

terbesar ketiga, dibawah penyakit coroner dan tuberculosis (TBC). WHO

mencatat 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya dalam kecelakaan lalu lintas

dan 50 juta orang korban kecelakaan lalu lintas mengalami luka serius cacat tetap,

umumnya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas berusia 15 sampai 44 tahun,

dan 77 % adalah laki-laki (WHO, 2011 dalam Ratnasari, 2014).

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana

seseorang memerlukan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan

pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan

kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat

antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung,

tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang, pendarahan, kasus

stroke dan kejang, keracunan dan korban bencana (Asculap M, 2007 dalam

Mawu, 2016).

Pelayanan gawat darurat bertujuan menyelamatkan kehidupan penderita,

hingga sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama

dan bahkan pelayanan rawat jalan. Penyebab tingginya angka kematian dan

kecacatan akibat kegawat daruratan adalah tingkat keparahan akibat kecelakaan,


kurangnya pengetahuan perawat terhadap peran dalam penanganan pasien gawat

darurat kecelakaan lalu lintas kurang memadainya peralatan dan sikap perawat

UGD dalam menangani pasien gawat darurat kecelakaan lalu lintas (Humardani,

2013).

World Health Organization (WHO), (2014) menunjukkan india

menempati urutan pertama Negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat

kecelakaan lalu lintas, sementara Indonesia menempati urutan kelima. Namun

yang mencengangkan, Indonesia justru menempati urutan pertama peningkatan

kecelakaan menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan

WHO. Indonesia diaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas

hingga lebih dari 80 pesen.

WHO, (2015) melaporkan sebanyak 1,25 juta orang meninggal setiap

tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Di kawasan Asia Tenggara

kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 316.000 korban tewas dengan rata-rata 17,0

korban tewas. Penggunaan jalan yang rentan (penggunaan kendaraan bermotor

roda dua, roda tiga, pejalan kaki dan pesepeda) menyumbangkan hampir setengah

(50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu lintas. Semakin meningkatnya

kendaraan bermotor dan pembangunan ekonomi adalah faktor utama penyebab

meningkatnya angka kematian kecelakaan lalu lintas di Negara berpendapatan

menengah.

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama cedera di Indonesia,

hampir 50 % cedera yang ada pada tahun 2013 disebab kan oleh kecelakaan lalu

lintas. Selain itu dilihat dari tempat kejadian cedera, lebih dari 40 % terjadi di
jalan raya. Beberapa faktor resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas disebabkan

oleh faktor manusia yang terlihat dari perilakunya dalam berkendara dan kondisi

fisik serta mentalnya, kondisi kendaraan, kondisi jalan serta faktor cuaca

(DepKes, 2013).

Data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan pada tahun 2012

terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak

27.441 orang (Badan Intelegen Nasional, 2013).

Terkait kecelakaan di Indonesia, menurut validnews didapat data

Korlantas polri, bahwa sejak april hingga juni tahun 2017 tercatat ada 25.148

kasus kecelakaan yang terjadi dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak

5.609 orang.

Data yang diperoleh dari Diktorat Lalu Lintas Polda Sumsel, pada tahun

2016 jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat 1.182 kejadian kecelakaan lalu lintas,

tercatat sebanyak 525 orang korban meninggal dunia, 644 orang mengalami luka

berat, dan 941 orang mengalami luka ringan.

Berdasarkan data dari Kasatlantas Polres Musi Banyuasin (2018), angka

kasus kecelakaan lalu lintas dari bulan januari sampai desember pada tahun 2015

terdapat 113 kasus kecelakaan, tercatat sebanyak 96 orang korban meninggal, 62

orang mengalami luka berat, 86 orang mengalami luka ringan. Lalu pada tahun

2016 terdapat 119 kasus, tercatat sebanyak 119 orang korban meninggal, 106

orang mengalami luka berat, 45 orang mengalami luka ringan. Menurut hasil

wawancara dengan unit kecelakaan angka kecelakaan lalu lintas di kabupaten

Musi Banyuasin masih mengalami tingakat kecelakan yang tinggi serta


mengalami angka kematian yang pasang surut disetiap tahunnya. Hal ini

disebabkan oleh factor jalan seperti jalan yang rusak, dan cuaca buruk seperti saat

turun hujan merupakan penyebab kecelakaan lalu lintas, ditambah dengan factor

kesalahan manusia yang paling banyak menyebabkan kecelakaan, seperti

mengendara dengan ugal-ugalan, membawa kendaraan dalam keadaan

mengantuk, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas serta pengendara tidak

menggunakan helm untuk pengendara beroda dua dan sabuk pengaman utuk

pengendara beroda empat sebagai alat perlindungan berkendara. Roda dua serta

berbagai truk yang mendominasi dalam kecelakaan yang biasa terjadi, meski

kendaraan pribadi tidak menutup kemungkinan juga terjadi.

Secara teori, karakteristik perawat mempengaruhi motivasi dalam

melakukan suatu pekerjaan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada

hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja dengan

motivasi kerja perawat (Sitepu, 2012).

Menurut hasil penelitian Mawu, Bidjuni, Hamel, (2016) didapat kan data

dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05) didapatkan nilai p=0,094 untuk umur,

p=0,703 untuk jenis kelamin, p=1000 untuk tingkat pendidikan, dan p=0,001

untuk masa kerja. Simpulan : tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin,

dan tingkat pendidikan dengan penanganan pertolongan pertama pada pasien

kegawatan muskuloskletal. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan

penanganan pertama pada pasien kegawatan muskuloskletal di Istalasi Gawat

Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


Data awal yang diperoleh peneliti dari hasil pendokumentasian di IGD

RSUD Sekayu data kecelakaan lalu lintas dua tahun terakhir selalu mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2016, jumlah klien kecelakaan lalu lintas mencapai

1.325 orang. Dan data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017, jumlah klien

kecelakaan lalu lintas mencapai 1.453 orang. Data tersebut sudah termasuk klien

kecelakaan lalu lintas yang dirujuk dari Puskesmas daerah serta klien yang harus

di rujuk ke rumah sakit provinsi untuk diberikan perawatan yang lebih intensif.

Berdasarkan hasil uraian dan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Hubungan Karakteristik Perawat Dalam

Penanganan Pertama Pada Kecelkaan Lalu Lintas Di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Sekayu Tahun 2018”.

You might also like