You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Ca Tyroid

Oleh :
Syarkiah
1614901110199

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
I. Konsep Ca Tyroid
I.1 Definisi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak
di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting
untuk metabolisme tubuh.

Karsinoma umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan


dan perjalanan penyakit yang lambat serta morbiditas dan mortalitas yang rendah.
Namun sebagian kecil adapula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan
prognosis yang fatal. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea,
laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena
jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi
semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak
dan hati.

I.2 Etiologi

a. Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia <>45
tahun.
b. Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
c. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada
karsinoma ini.
d. Ras; ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi.
e. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma
nodosa mengalami degenrasi maligna.
f. Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya
menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah
endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
g. Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat
menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.

I.3 Tanda dan gejala

1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras)

di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker

tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat

ditemukan selama pemeriksaan fisik.


5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher

saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.


6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

I.4 Fatofisiologi

Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak
di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting
untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea,
laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain
pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher
sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker
ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun
yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang
bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada
juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat
diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah
bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan
(lymphoma).

Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang


peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative
feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.

I.5 Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium
pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin
dan vma.
b. Radiology
1. foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan
posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
kalsifikasi.
2. dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase
dan pendesakkan trakea.
3. esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
4. pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase
ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi
staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana
metastase terjadi.
c . Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran
kgb. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta
dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.
d . Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar
kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
- memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
- memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul
soliter.
- memperlihatkan retrosternal struma
- mencari occul neoplasma pada tiroid.
- mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
- mengindentifikasi ektopik tiroid.
- mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
- needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab
(biopsy jarum halus).
e . Pemeriksaan potong beku; dengan cara ini diharapkan dapat membedakan
jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan
tindakan operasi definitive.
f. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan definitif atau gold standar.

I.6 Komplilasi
1. Perdarahan

Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan

penggunaan drain pada pasien setelah operasi.

2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan

embolisme udara.

3. Trauma pada nervus laringeus rekurens

ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.

4. Sepsis yang meluas ke mediastinum

Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga

antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi. (Sutjahjo, 2006, hal:86)


I.7 Penatalaksanaan
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :

a. Ismektomi

Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada

ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.

c. Lobektomi Subtotal

Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid

sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram

jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan

jinak tiroid.

Lobektomi Total / Hemitiroidektomi

Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid

seluruhnya pada satu sisi.

Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan

tiroid satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA

menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari

spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total tersebut

sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik

Tiroidektomi Subtotal

Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid

disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5

gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.

Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.

Tiroidektomi hampir Total

Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh

jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid

sisi kontralateral dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut.


Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan

tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga

dapat dilakukan pada karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan

belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.

Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan

pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.

Tiroidektomi Total

Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan

tiroid.

Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai

adanya faktor prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma

tiroid tipe anaplastik yang masih operabel.

2. Non Pembedahan

a.Radioterapi

Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu

bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi

digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga

mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk

metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel

kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun

radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap

radiasi dibandingkan dengan sel kanker.

Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:

1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik

dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan

kemoterapi.

2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi

berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi

lebih kecil dan berhenti menyebar.


3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi

gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat

hidup penderita lebih nyaman.

4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering

disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah

dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.

Jenis radioterapi :

1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).

Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan

jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.

2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).

Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh

darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus

adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan

melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.

b. Kemoterapi

Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun

obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,

kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan

yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat

yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak

terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu

bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum

tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel

biasa dan menyebabkan efek samping.

Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan,

kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan
anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan

rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat.

Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-

obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan

menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat

panas atau sangat dingin.

Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa

terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah

dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara

abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet

(thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti

erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel

darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat,

platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.

c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif

Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya diberikan

terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel

folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.

Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:

1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.

2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa

jaringan tiroid normal.

3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang

dihasilkan hanya oleh sel tiroid.

Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar

hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen

terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.

d. Terapi Supresi L-Tiroksin


Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh

total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian

karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi

adalah 0,01 mU/L.

I.8 Pathway

II. Rencana asuhan klien dengangguan fibrosarkoma


II.1Pengkajian :
II.2Lakukan pengkajian fisik

Diagnosa Keperawatan :

Pre operatif

a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi

stressor yang membebani sumber-sumber individu.


Kriteria Hasil :
Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,

koping.
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari

peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.


3) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.

b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang

tersedia mampu memenuhi kebutuhan metabolik.


Kriteria Hasil :
Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
1) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang

menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.


2) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta

laporkan adanya penurunan.


Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang

cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.


3) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan

gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.


4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi klien.


c. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu

mendemonstrasikan tidak ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol


Kriteria Hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat

dipahami.
Intervensi :
1) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
2) Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan

menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
3)Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan

karena pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa

nyeri.
Post operatif
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas).
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama ... x 24 jam.


Kriteria Hasil :
Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran gas

dan ventilasi tidak berbahaya.


Mudah untuk bernapas.
Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional : pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya

distres pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau

perdarahan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional : ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme

laryngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.


3) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam.
Rasional : Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi

jalan nafas karena adanya edem post operasi.

b. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan

nyeri dan dapat berkurang.


Kriteria hasil :
Tidak ada rintihan
ekspresi wajah rileks
melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas

(skala 0-10), dan lamanya.


Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan

intervensi menentukan efektivitas terapi.


2) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal

kecil.
Rasional : mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas

garis jahitan
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut,

relaksasi progresif.
Rasional : membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan

membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok

rasa nyeri.
c.Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi,

edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan

dan kerusakan saraf laringeal.


Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... x 24 jam.


Kriteria hasil :
Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
Hiperkalemia
Kerusakan saraf laryngeal
Obstruksi jalan nafas
Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi
Intervensi :
Perdarahan:

1) Pantau:

TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.

Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap

8 jam setelahnya.

2) Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai

peningkatan frekuensi nadi & nafas.


3) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila

tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-
kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler,

beritahu dokter.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan

ini menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.


Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
1) Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak tertur

atau tersedak.
Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang

dapat disebabkan oleh perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
3) Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh &

membantu menu-runkan bengkak.


4) Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan

dalam.
Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk

mencegah ate-lektasis.
5) Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Intervensi:
Infeksi luka:
1) Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
2) Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
1) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Rasional : Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
2) Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional : Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf

laringeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.


Intervensi:
Hipokalsemia:
1) Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum

manifestasi ketidak seimbangan kalsium.

2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki,

kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.

Rasional : Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya penggantian

garam kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
1) Pantau kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan

hormon tiroid.
2) Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Rasional : Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik norma

DAFTAR PUSTAKA (10 th terakhir)


Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan Penyakit-
penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK UI
Smeltzer, Suzanne C.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.
Wilkinson, J. M, Dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Banjamasin, Februari 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………. ) (………………………………)

You might also like