You are on page 1of 12

BAB

2
KEKISI BALIK

Pada bab ini dipelajari bagaimana menentukan struktur kristal. Suatu hal yang
mustahil bagi kita untuk dapat melihat susunan atom dalam kristal dengan mata telanjang.
Hal ini dapat kita pahami mengingat kepekaan mata manusia terhadap cahaya rata-rata
pada panjang gelombang 600 nm, sedangkan atom mempunyai ukuran dalam orde (1-10)
Ǻ atau (0.1-1) nm. Sehingga struktur kristal dapat ditentukan dengan mempelajari pola
difraksi berkas radiasi yang dijatuhkan pada kristal. Ada tiga macam radiasi yang dapat
digunakan yaitu: sinar-X, netron, dan elektron. Namun yang dibahas dalam bab ini hanya
pada difraksi sinar-X.
Karena pola difraksi kristal yang terekam merupakan peta dari kekisi balik kristal,
maka bab ini diberi judul kekisi balik. Konsep difraksi dan kekisi balik ini merupakan
dasar untuk memahami konsep vibrasi kekisi pada bab 4.

2.1 Difraksi Sinar-X

Susunan atom dalam kristal dapat kita runut dengan menggunakan partikel dengan
panjang gelombang de Broglie 1 Ǻ. Partikel-partikel itu adalah: netron, elektron, dan
sinar-X. Karena baik netron, elektron, ataupun sinar-X ternyata menunjukkan gejala yang
sama ketika digunakan sebagai berkas penembak saat percobaan, maka hanya dibahas
difraksi sinar-X pada bab ini.

Hukum Bragg.
Bila atom-atom pada kristal ditumbuk oleh partikel yang ukurannya seorde dengan
ukuran atom, maka partikel tersebut akan dipantulkan dengan sudut yang tidak dapat
dipastikan arahnya. Sehingga yang terjadi adalah peristiwa hamburan atau difraksi.
Dengan menganggap kristal sebagai pusat-pusat hamburan yang menempati titik-titik
kekisi, kita dapat menentukan dhkl sebagai berikut.
16

A (hkl)

dhkl
C D (hkl)
B

Gambar 2.1 Hamburan sinar-X pada kristal

Gambar 2.1 adalah model hamburan dengan memandang kristal sebagai kumpulan
bidang-bidang kristal. Agar terjadi interferensi maksimum maka beda jalan yang ditempuh
oleh berkas-berkas sinar adalah merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombangnya. Ini
berarti:
Beda jalan = n, n = 1,2,3,… (2.1)
Dengan  adalah panjang gelombang dan n adalah bilangan bulat positif. Beda jalan antara
berkas 1 dan 2 dalam gambar adalah
CB + BD = n
atau
2d hkl sin  n (2.2)
Bilangan bulat n = 1, 2, 3,… menentukan orde refleksi Bragg.

Produksi Sinar-X
Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang berorde 1
Ǻ. Sinar-X dibangkitkan dalam tabung hampa sinar-X (Gambar 2.2). Pemanasan pada
filamen di katoda mengakibatkan elektron keluar dari katoda. Elektron ini akan dipercepat
oleh sumber tegangan tinggi menuju logam anoda.

Gambar 2.2 Pembangkit Sinar-X


17

Ada dua kejadian saat elektron dengan kecepatan tinggi sampai di anoda yaitu:
a. Radiasi kontinyu.
Interaksi elektron berkecepatan tinggi dengan elektron-elektron luar dari atom
bahan anoda yang akan mengalami perlambatan, sehingga mengeluarkan radiasi.
Setiap muatan yang mengalami percepatan atau perlambatan akan mengeluarkan
radiasi yang beragam panjang gelombangnya. Karena proses bremsstrahlung dapat
dialami elektron berulang kali maka spektrumnya bersifat kontinyu.

elektron
E

E’<E
bremsstrahlung

Gambar 2.3 Proses bremsstrahlung

b. Radiasi diskrit
Interaksi elektron berkecepatan tinggi dengan elektron-elektron dalam (kulit K) dari
atom bahan anoda berupa tumbukan tak lenting sempurna, akan mengakibatkan
elektron-K terlepas dari kulitnya sehingga atom berada dalam keadaan tereksitasi dan
bersifat tidak stabil. Dalam waktu 10-8 sekon akan terjadi pengisian kembali
kekosongan itu oleh elektron-elektron dari kulit-kulit yang lebih luar. Perpindahan
elektron dari kulit luar ke kulit dalam ini akan disertai pancaran radiasi dengan panjang
gelombang tertentu atau diskrit. Penamaan radiasinya mengikuti kaidah seleksi untuk
dipol listrik.
Radiasi yang dihasilkan transisi ke kulit K disebut KKK dst. Sedangkan , ,
dan  menunjukkan tempat asal kulit elektron yang bertransisi, berturut-turut L, M, dan
N. Panjang gelombangnya dihitung dengan menggunakan rumus:
hc
  (2.3)

Intensitas radiasi yang terjadi tergantung kepada kemungkinan transisi yang bersangkutan.
Sebaliknya, kemungkinan transisi ditentukan oleh makin kecilnya ‘loncatan’ dalam energi.
Jadi:
18

IK> IK

3p5/2 3p3/2
M 3p3/2 3p1/2
3s1/2

III 2p1/2 - 0.933


L II 2p1/2 - 0.955
I 2s1/2 - 1.098

2s1/2 - 9.990

Gambar 2.4 Skema tingkat energi

2.2 Vektor-Vektor Kekisi Balik

Vektor-vektor kekisi balik didefinisikan dari:


a 2 x a3
b1  2π
a1 .a 2 x a 3
a 3 x a1
b 2  2π (2.4)
a1 .a 2 x a 3
a1 x a 2
b 3  2π
a1 .a 2 x a 3
dengan a1, a2, a3 vektor-vektor primitif kekisi kristal, sedangkan b1, b2, b3 vektor-vektor
kekisi baliknya. Karena vektor kekisi balik tegak lurus terhadap dua vektor kekisi
primitifnya, maka b1, b2, b3 bersifat
bi .a j  2 ij (2.5)

dengan ij =1 jika i = j dan ij = 0 jika i ≠ j.


Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap struktur kristal memiliki dua
kekisi yaitu kekisi primitif kristal (a1, a2, a3) dan kekisi balik (b1, b2, b3). Vektor-vektor
satuan kekisi primitif berdimensi [L], sedangkan kekisi balik [1/L].
19

Konsep kekisi balik sangat berguna di dalam fisika zat padat. Salah satunya adalah
dalam difraksi sinar-X, sebagai syarat terjadinya difraksi maksimum. Syarat ini tidak boleh
bertentangan dengan hukum Bragg. Untuk membuktikan pernyataan itu diperlukan dua
sifat kekisi balik yaitu:
a. Ghkl // dhkl
2
b. Ghkl 
d hkl
dengan Ghkl = hb1 + kb2 + lb3 adalah vektor translasi kekisi balik, sedangkan h, k, dan l
adalah bilangan bulat.

2.3 Hamburan Pada Kristal

Pola interferensi yang dikemukakan oleh Bragg tidak dapat kita saksikan secara
langsung dengan mudah. Hal ini bukan berarti kegagalan tafsiran Bragg, tetapi karena
keadaan kristal riil, dimana setiap titik kekisi yang ditempati atom disitu juga terdapat
sejumlah Z elektron yang membentuk awan muatan kontinyu. Selain itu atom-atom yang
tersusun dalam sel satuan ternyata sel satuannya tidak selalu berupa sel primitif, sehingga
sinar-X hasil difraksi pada kristal yang diterima detektor merupakan hasil interferensi dari
tiga kawasan:
a. interferensi kawasan atom, diperhitungkan melalui faktor hamburan atom fa
b. interferensi kawasan sel satuan, dengan faktor struktur geometris F
c. interferensi kawasan kristal, dengan faktor struktur kekisi S.
Ketiga faktor di atas dapat dihitung dengan ketentuan bahwa interferensi yang dihasilkan
berasal dari pusat hamburan berupa titik, seperti diperlihatkan pada gamabar 2.5. Dan
faktor interferensi sistem N pusat hamburan dihitung berdasarkan rumus:


N
 
ir j .k
f  fe e (2.6)
j 1

  
k k k

ko 2

ko

Gambar 2.5 Pusat hamburan, (a) hamburan titik (b) vektor gelombang.
20

Faktor Hamburan Atom fa


N
Untuk sejumlah  elektron dalam suatu atom faktor hamburan atomiknya adalah:
j 1

e
N
 
ir j .k
fa  (2.7)
j 1

N
Karena distribusi muatan di dalam atom merupakan fungsi kontinyu maka tanda  harus
j 1

diganti dengan
  (r)dV , sehingga persamaan (2.7) lebih tepat menjadi:

  
fa   (r )e dV ir .k
(2.8)
Vatom

dengan (r) adalah rapat muatan dalam atom dan dV adalah elemen volume. Persamaan
(2.8) mempunyai arti fisis bahwa interferensi dalam kawasan atom selalu terjadi atau tidak
pernah nol untuk semua jenis atom.

Faktor Struktur Kekisi S dan Geometri F


Penerapan persamaan (2.6) pada seluruh pusat hamburan yang ada pada kristal
akan menghsilkan faktor hamburan kristal fkr sebesar:


N 

f kr  e ir .k (2.9)
 1


N

dengan N = jumlah atom dalam kristal dan rl = vektor posisi elektron. Ternyata dapat

dipecah-pecah mengingat elektron dalam kristal tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan


merupakan bagian dari suatu struktur. Dengan kata lain, elektron yang berada dalam
kawasan atom juga berada dalam sel satuan membentuk kristal (gambar 2.6). Sehingga:

   
r  R t  s  rj (2.10)

dengan: rj = vektor posisi elektron dalam atom ke-j

 s = vektor posisi atom dalam sel satuan ke-s



R t = vektor posisi sel satuan ke-t.

Substitusi persamaan (2.10) ke (2.9) dapat dikondisikan menjadi:

 
  
f kr  e iRt .k fa.e i s .k (2.11)
t s
21

 
  
dengan F  fa s .e i s .k adalah faktor struktur geometri dan S  e iRt .k adalah faktor
s t

struktur kekisi.


rj

s


r

Rt

Gambar 2.6 Posisi elektron dalam kristal

Bila kita menghitung S, akan menghasilkan syarat maksimum dari Van Laue.
Adakah kesesuaian syarat Van Laue dengan hukum Bragg? Tahun 1912 Laue melakukan
eksperimen untuk membuktikan keteraturan susunan kristal. Dengan mengarahkan sinar-X
pada kristal dan menggunakan film sebagai detektor yang diletakkan dibelakangnya,
ternyata didapatkan noda hitam pada film di beberapa tempat. Dari tempat noda-noda itu
maka dapat ditentukan jarak-jarak atom dalam kristal karena bercak noda menunjukkan
terpenuhinya syarat maksimum pola difraksi. Syarat supaya di suatu arah terjadi
maksimum adalah:
a(cos  cos o )  h. (2.12)

dengan: a jarak kekisi,  sudut datang, o sudut difraksi dan h adalah bilang bulat.
Generalisasi persamaan (2.12) untuk kekisi 3D pada sistem kubus akan menghasilkan:

cos  cos o  h1
a

cos   cos  o  h2 (2.13)
a

cos  cos o  h3
a

Setelah mengkuadratkan dan menjumlahkan persamaan (2.13) maka akan didapatkan


persamaan:
22


sin  h12  h2 2  h3 2 (2.14)
2a
dengan 2 adalah sudut antara sinar masuk dan sinar defraksi.

Perbandingan Metode Laue dan Bragg


Arah suatu maksimum pada tafsiran Laue ditentukan oleh tiga tingkat h1h2h3
sedangkan tafsiran Bragg oleh tingkat n dan indeks Miller dhkl dari bidang pantul kekisi.
Bila dipersuaikan maka ketiga besaran tigkat lenturan Laue sama dengan ketiga indeks
bidang pemantul pada Bragg, sehingga: h1  nh ; h2  nk dan h3  nl . Dapat pula
dituliskan sebagai:
h1 : h2 : h3  h : k : l (2.15)
Buktikan persamaan 2.15.

Analisis Kualitatif
Dalam penurunan hukum Bragg dan syarat maksimum Van Laue dapat
disimpulkan bahwa difraksi maksimum ditentukan oleh adanya satu pusat hamburan dalam
sel satuan, jadi sel satuan bersifat primitip. Bagaimana bila sel satuannya bersifat non
primitip atau didalamnya terdapat lebih dari 1 pusat hamburan bahkan lebih dari 1 atom?
Pada kasus ini harus diperhitungkan interferensi dalam kawasan sel dan atom. Oleh karena
itu rumus yang digunakan adalah:



F fa s .e i s .k
s

dengan:
   
δ s  us a  vs b  ws c dan
   
k  hA  kB  lC .
Sehingga rumusnya menjadi:

      
Fhkl  fas . exp i[(u s a  vs b  ws c).(hA  kB  lC)] atau
s

Fhkl   fa .exp[2i(u h  v k  w l)] .


s
s s s s (2.16)
23

Bila Fhkl = 0 berarti bahwa bidang-bidang (hkl) di dalam struktur kristal itu tidak
menghasilkan difraksi. Intensitas yang semestinya ada menurut hukum Bragg, ternyata
hilang. Hilangnya beberapa garis difraksi ditentukan oleh struktur kristal yang
bersangkutan. Kita dapat mempelajari pola garis-garis difraksi yang hilang dan yang
tampak untuk menentukan struktur kristal, sehingga rumus ini dapat digunakan sebagai
dasar Analisis Kualitatif dengan XRD.
Sebagai contoh akan dilakukan analisis berdasarkan Fhkl pada kristal yang
berbentuk kubus dengan 3 kekisi Bravaisnya.
1. Kristal kubus sederhana. Jumlah atom dalam sel satuannya hanya 1 dengan posisi
atom pada 000, maka:
Fhkl = fa exp(ush+vsk+wsl)
= 1.
Jadi semua bidang (hkl) akan menghasilkan difraksi maksimum karena tidak pernah
berharga nol.
2. Kristal kubus pusat badan. Jumlah atom setiap sel satuan 2 yang terletak pada
posisi 000 dan ½ ½ ½ . Bila kedua atom sejenis maka fa1 = fa2 = f, sehingga:

 fa .exp[2i(u h  v k  w l)]
2

Fhkl  s s s s
s 1

= f + f ei(h+k+l)
= f (1+ ei(h+k+l)).
Karena (h+k+l) adalah bilangan bulat maka:
Fhkl = 0 bila (h+k+l) = ganjil yang menunjukkan bahwa pada bidang ini tidak
tejadi difraksi.
Fhkl = 2f bila (h+k+l) = genap yang berarti terjadi maksimum pada bidang (hkl).
3. Kristal kubus pusat sisi. Jumlah atom dalam setiap selnya ada 4 dengan posisi 000,
½ ½ 0, ½ 0 ½ , dan 0 ½ ½ . Untuk menyederhanakan persoalan diasumsikan
atomnya sejenis sehingga fa1 = fa2 = fa3 = fa4 = f.

 fa .exp 2i(u h  v k  w l)
4

Fhkl  s s s s
s 1

= f [1 + ei(h+k) + ei(h+l) + ei(k+l)]


Dengan demikian maka:
24

Fhkl = 0 bila salah satu diantara hkl merupakan bilangan ganjil sedangkan yang dua
lainnya genap, atau sebaliknya dua diantaranya bilangan ganjil sedangkan
yang ketiga genap. Dapat juga dikatakan bahwa Fhkl = 0 bila h, k, dan l
berupa bilangan bulat campuran
Fhkl = 4f harga maksimum dicapai bila h, k, dan l bukan berupa bilangan bulat
campuran, melainkan ketiga-tiganya genap atau ganjil.

Menentukan Struktur Kristal


Kita juga dapat menyelidiki struktur kristal kubus berdasarkan perumusan Bragg
dengan cara berikut. Maksimum yang terjadi pada suatu arah sedemikian sehingga
n
persamaan (2.2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk : d hkl  . Sehingga pada
2 sin
tingkatan n yang sama rumusnya menjadi:
1 1 1
d100 : d110 : d111  : : . (2.17)
sin100 sin110 sin111

Untuk menguji persamaan (2.17) ini, maka perlu dihitung perbandingan jarak
antara bidang-bidang 100, 110 dan 111 pada kekisi kubus sederhana, kekisi kubus pusat
badan dan kekisi pusat sisi berdasarkan struktur kekisinya sebagai berikut.

1. Kekisi kubus sederhana

1 1
d100 : d110 : d111  a : a 2 : a 3
2 3
1 1
d100 : d110 : d111  1 : 2: 3
2 3
d100 : d110 : d111  1 : 0.707 : 0.578

2. Kekisi kubus pusat sisi


1 1 1
d100 : d110 : d111  a : a 2 : a 3
2 4 3
1 2
d100 : d110 : d111  1 : 2: 3
2 3
d100 : d110 : d111  1 : 0.707 : 1.155
25

3. Kekisi kubus pusat badan

1 1 1
d100 : d110 : d111  a : a 2 : a 3
2 2 6
1
d100 : d110 : d111  1 : 2 : 3
3
d100 : d110 : d111  1 : 1.414 : 0.578

Data berikut ini adalah produk tabulasi berdasarkan sudut maksimum yang terjadi
dari hasil eksperimen metode Bragg dengan sample NaCl. Bagaimana menentukan struktur
kristal NaCl dengan memanfaatkan data ini?

Tabel 2.1 Hasil eksperimen sample NaCl

 (o)
(hkl)
n=1 n=2 n=3
100 5.9 11.8 18.2
110 8.4 17 -
111 5.2 10.4 -

Kita coba menghitung untuk n = 1


1 1 1
d100 : d110 : d111  : :
sin 5.9 sin 8.4 sin 5.2o
o o

d100 : d110 : d111  1 : 0.706 : 1.133


ini hampir mendekati
d100 : d110 : d111  1 : 0.707 : 1.155
Jadi kekisi NaCl merupakan kekisi kubus pusat sisi. Cobalah menghitung kembali dengan
n yang lain! Kemudian bandingkan hasilnya!
26

SOAL-SOAL

1. Suatu kekisi mempunyai vektor-vektor translasi sebagai berikut:


a = 2a(i + j)
b = 2a(j + k)
c = 2a(i + k)
Tentukanlah : a) Volume sel satuan.
b) Volume kekisi balik!

2. Kristal dalam sistem kubus dengan a = 2,62 Å. Berapakah sudut defraksi yang
disebabkan oleh bidang-bidang (100), (200) dan (300) apabila digunakan sinar-X
berpanjang gelombang 1,5 Å ? Jelaskan kesimpulan dari hasil-hasil tersebut!

3. Berkas elektron dengan energi 150 eV dipakai dalam eksperimen difraksi pada cuplikan
Ni berbentuk serbuk. Bila diketahui bahwa Ni berstruktur fcc (a = 3,25 Å). Berapakah
sudut Bragg terkecil akan menghasilkan refleksi maksimum ?

You might also like