You are on page 1of 24

IKD II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PERAWATAN GANGGUAN


SEKSUAL PADA REMAJA

O
L
E
H
KELOMPOK 1 :
1. ADELA NOFITA 161211149
2. ALFINA NORA 161211198
3. ARENA IRAWAN 161211158
4. ASTRI PUTRI UTAMI 161211159
5. DINI RAHMADANI 161211166
6. DWIRA JANUAR 161211167
7. FINNY NAFA RISKUIN 161211174
8. LAMRIANI TOBING 161211182
9. LARASATI AKJULIMA 161211183
10. PEGGY RIVIEA AMASKTA 161211190
11. QORII SURYA VERANTIKA 161211191
12. SHAFIRA HASANAH 161211198

S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis maupun fisiknya. Perubahan psikologis
meliputi kondisi intelektual, emosi dan sosial. Sedangkan perubahan fisik meliputi
perubahan alat-alat reproduksi maupun fungsinya.
Dengan segala perubahan yang terjadi pada masa remaja ini, banyak terjadi masalah-
masalah yang berkaitan dengan seksual. Sexualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek
badaniah, psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan sex dan hubungan
sex manusia.
Dengan demikian maka sex juga bio-psiko-sosial, karena itu pendidikan sex yang
harus diberikan pada remaja ini harus holistik pula. Bila dititikberatkan hanya pada salah
satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan. Umpamanya hanya aspek
biologi saja yang diperhatikan atau hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang
dipertimbangkan. Sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari keluarga untuk
penanganan yang serius. Asuhan keperawatan kepada keluarga dengan remaja yang
mempunyai masalah seksual dilakukan mulai dengan pengkajian kepada seluruh anggota
keluarga dan intervensi yang dilakukan ditujukan kepada remaja pada khususnya dan
keluarga pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengetahui perkembangan masa remaja dan perilakunya?


2. Bagaimana cara mengetahui berbagai masalah seksual yang terjadi pada remaja sebagai
anggota keluarga dan peran keluarga?
3. Bagaimana cara mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan remaja yang
mempunyai masalah seksual?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perkembangan masa remaja dan perilakunya.
2. Mengetahui berbagai masalah seksual yang terjadi pada remaja sebagai anggota
keluarga dan peran keluarga.
3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan remaja yang mempunyai masalah
seksual.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

A. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara pisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa(Hurlock, 1973). Perubahan psikologi
meliputi intelektualnya, kehidupan emosinya, kehidupan sosialnya, sedangkan fisiknya
mencakup juga seksualnya dimana alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan
mulai berfungsi.
WHO menetapkan batas 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dan membagi
kurun usia tersebut dalam dua kelompok usia yaitu usia remaja awal (10-14 tahun) dan usia
remaja akhir (15-20 tahun).
Terdapat ciri-ciri tertentu pada kedua kelompok usia remaja tersebut :

1) Usia remaja awal (13-14 thn)


a) Keadaan perasaan dan emosi

Keadaan perasaan dan emosinya tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan
sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya.

b) Keadaan mental

Kemampuan mental khususnya kemampuan berfikir mulai sempurna atau kritis dan
dapat melakukan abstraksi, mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti
sehingga terjadi pertentangan dengan orang tua, guru maupun orang dewasa
lainnya. Biasanya memasuki kelompok sebaya yang sama jenisnya.

c) Keadaan kemauan

Kemauan atau keinginan untuk mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba
segala hal yang dilakukan orang dewasa. Anak pria mencoba merokok, anak wanita
bersolek mereka ada yang mencoba melakukan hubungan seks.
d) Keadaan moral

Pada awal remaja dorongan seks sudah cenderung memperoleh pemuasan


sehingga mulai berani menunukkan sikap-sikap menarik perhatian (seks
appearl).

2) Usia remaja akhir (15-17 Thn)


a) Keadaan perasaan dan emosi

Emosi dan kestabilannya meningkat, namun sesekali masih tampak luapan


emosinya. Remaja akhir lebih dapat mengadakan penyesuaian diri kedalam
berbagai aspek kehidupan.

b) Keadaan mental

Kemampuan berfikir lebih sempurna, kritis. Kemampuan berfikir secara abstrak


sudah mencapai kesempurnaan.

c) Keadaan kemauan

Kemauannya telah terarah sesuai dengan cita-cita dan kemampuannya. Langkah-


langkah makin terkendal sesuai dengan situasi dan kondisi. Remaja telah dapat
merencanakan langkah-langkah mana yang harus ditempuh.

e) Keadaan moral

Moral sudah pada tingkat post konvensional atau penilaian moral yang prinsip.
Mereka telah melakukan tingkah laku moral yang bertanggung jawab. Remaja akhir
lebih realistis pada keadaan yang senyatanya baik mengenai dirinya, hal-hal umum,
keluarga maupun terhadap benda.
B. Perkembangan
a. Perkembangan Kognitif Remaja
• Abstrak (teoritis), menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna
menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ;
aljabar.
• Idealistik, berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun
masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
• Logika, berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan
untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan
secara runtut, tratur dan sistematis.
b. Perkembangan Psikososial Remaja
Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)
• Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
• Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
• Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
• Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
• Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
c. Perkembangan Identitas Diri
1. Konsep diri
2. Evaluasi diri
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan diri
6. Tanggung jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian

2.2 Masalah Seksual Remaja


Sexualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek badaniah, psikologik dan
kebudayaan yagn berhubungan langsung dengan sex dan hubungan sex
manusia.(Maramis,1998).
Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasai oleh nilai-nilai
kehidupan manusia yang lebih tinggi. Jadi seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan
dari hubungan antar individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah menjadi dasar
kehidupan bersama. Dengan demikian hubungan seksual tidak hanya alat kelamin dan
daerah erogen yang pegang peranan, melainkan juga psikik dan emosi,(Wiknjosastro,1997).
Perilaku sexual yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan
tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan dan
eprtumbuhan yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk
mengembangkan kepribadian individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi
lebih baik.
Dorongan sex seperti dorongan-dorongan lain pada manusia merupakan kejadian yang
normal dan netral. Tergantung pada manusialah dorongan itu akan disalurkan dengan cara
yang bagaimana. Dorongan sex menimbulkan rasa ingin tahu pada remaja dan yang sedang
berkembang. Bila rasa ingin tahu ini tidak dipenuhi secara baik maka anak akan
mendapatkannya dari sumber-sumber lain yang diragukan efek edukatifnya dan yang
senantiasa siap untuk memberi penerangan itu seperti majalh, komik, film dan lain-lain.
Karena itu remaja perlu diberi pendidikan sex.
Masalah-masalah yang banyak dibicarakan dikalangan remaja sendiri diantaranya:

1. Perkosaan
Perkosaan yang terjadi pada remaja akan menimbulkan banyak masalah terkait
dengan aspek fisik maupun psikologisnya. Trauma fisik tentunya akan mempengaruhi
kondisi kesehatannya, apalagi bila sampai terjadi kehamilan resiko terjadi aborsi yang
bisa membahayakan. Sedangkan trauma psikologis akan mengancam timbulnya
berbagai masalah kejiwaan.

2. Masturbasi
Masturbasi ialah menimbulkan rangsangan dan kepuasan sexual pada diri
sendiri.(Maramis,1998). Pemuasan sendiri secara sexual tanpa koitus biasanya dengan
tangan atau benda lain sering dilakukan oleh anak dan muda-mudi dalam
perkembangan fisik dan psikoseksualnya.
Dalam pubertas waktu hormon sex dan ciri-ciri sex sekunder mulai berkembang,
maka rasa ingin tahu lebih besar dan masturbasi bertambah banyak. Masturbasi
menjadi patologik bila dilakukan secara kompulsif sehingga merupakan suatu gejala
gangguan jiwa bukan karena sexual, tetapi karena impulsif.
Penyimpangan ini tidak dilakukan oleh kelainan psikis, akan tetapi sebaliknya
kadang-kadang dapat menimbukan konflik emosional di kemudian hari karena yagn
bersangkutan merasa berbuat salah dan berdosa. Penyuluhan yang bijaksana dapat
menghindari atau menghilangkan konflik.

3. Homoseks
Merupakan hubungan seksual antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah ini
sebenarnya berlaku pula bagi pasangan wanita-wanita. Untuk ini lazim dipakai istilah
lesbianisme. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenal dan mengobati anak-anak
dengan tanda-tanda feminin sebelum terjadi aktivitas seksual. Untuk mengenal ini
perlu diberi penerangan kepada para orang tua, dokter, pendidik dan kaum rohaniwan.

4. Disfungsi seksual
Pada pria disfungsi sexual ini diantaranya impotensi dan ejakulasi dini. Sedangkan
pada wanita meliputi frigiditas, disparenia dan vaginismus.

5. Eksploitasi seksual
Eksploitasi seksual disini bisa berupa senangnya remaja mencoba-coba menikmati
perubahan fisik dan psikologisnya yang terkait dengan seksualitas. Dorongan-
dorongan sex pada remaja timbul dan hal ini adalah normal. Tetapi penyaluran yang
tidak wajar inilah seringkali menimbulkan terajdinya eksploitasi seksual. Jadi remaja
cenderung menyalurkan seksualitas dengan mengeksploitasi dirinya sendiri salah
satunya dengan pergaulan bebas yang cenderung akrab dengan free seks.

2.3 Keluarga dengan anak remaja


1. Peran dan Tanggungjawab Orang Tua

Duvall (1997) mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting pada


masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi
matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1995): bahwa tugas orang tua
selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan
kelebihan mereka dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap
perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka
membentuk pola untuk semacam penerimaan diri yang sama.
Orang tua merasa berkompetisi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi
mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan seks pra nikah
dan pilihan kumpul kebo. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa
yang kontinu bagi remaja dan orang tua untuk mendiskusikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-
anak mereka juga memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua – remaja.

2. Pola Asuh Orang Tua


Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
a) Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
b) Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti mengenai anaknya.
c) Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak
d) Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat
untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara
fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak
mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua
dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang
tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

2) Pola asuh Otoriter


Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan
mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh otoriter
mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.

3) Pola asuh Permisif


Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada
anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono
(1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau dikenal pula
dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah,
menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau
memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
3. Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan
semakin mandiri.
Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau
putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke
arah hubungan yang semakin mandiri. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan
sukses selama tahap ini semua anggota keluarga khususnya orangtua harus
membuat “perubahan sistem” utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-
norma baru dan “membiarkan” remaja.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.


Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai
tanggungjawab sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu
peran utama dalam kehidupan mereka. Akan tetapi di sisi lain karena anak –anak
lebih bertanggungjawab, mereka dapat mulai membangun fondasi untuk tahap
siklus kehidupan keluarga berikutnya.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.


Karena adanya kesenjangan antar generas, komunikasi terbuka seringkali
hanya merupakan suatu cita-cita bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling
tolak-menolak antara orang tua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup.
Memperhatikan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya. Sementara remaja mencari nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan mereka sendiri, adalah sangat penting bagi orangtua untuk
mempertahanan dan mengetatkan prinsip-prinsip dan standar mereka.

1. Konflik – Konflik Remaja Dalam Keluarga (Dariyo, 2004)


a) Konflik Pemilihan Teman atau pacar.
• Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan dapat menjaga diri agar jangan
sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex, narkoba)
• Bila remaja laki-laki; anaknya diharapkan selalu waspada
b) Konflik pemilihan jurusan atau program studi
c) Konflik dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran, percekcokan atau
konflik antara anak yang satu dengan yang lain)
2. Masalah-masalah kesehatan

Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang


tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian
yang relevan.
BAB III

STUDI KASUS

I. Kasus dengan masalah seks bebas pada remaja

Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn. A adalah
sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny. A bekerja sebagai
karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja 08.00 – 14.00, terkadang
lembur hingga malam.
An. Y pelajar kelas 3 SMU sering bermain diluar rumah dengan teman laki-lakinya pulang
sampai larut malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan.
Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari Tn. A
memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nonton VCD porno di rumah, langsung
Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan si anak. Sejak itu percekcokan sering
terjadi antara Tn. A dan An. Y diantara mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka,
sementara itu Ny. A lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras
melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam melihat
anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasang-pasangan.
Sementara itu An. Y mengatakan bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan seks
dengan pacarnya sebanyak 2 kali

II Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Masalah Sexual pada


remaja (seks bebas pada remaja)

A. Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. A
2. Pekerjaan : Karyawan PT Haruka
3. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan 103 Semarang
4. Komposisi keluarga :
No Nama Umur Sex Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.

1. Tn. A 40 th L 4-8-1963 SMA Suami


2. Ibu N 37 th P 5-7-1966 SMA IRT Istri
3. An. Y 17 th P 2-4-1986 SMA kls III Pelajar Anak

Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah

5. Tipe keluarga
Keluarga Bp. H merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan satu orang
anak.
6. Suku bangsa
Tn. A dan Ny. R berasal dari suku yang sama yaitu suku jawa. Budaya keluarga Tn.
A mengikuti kebiasaan serta budaya suku jawa.
7. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.
8. Status sosial ekonomi
Keluarga di lingkungannya tergolong keluarga dengan status sosial kebanyakan
seperti keluarga lain. Sedang status ekonomi cukup dimana Tn. A bekerja sebagai
sopir taksi gelap dan Ny. R sebagai karyawan pabrik.
9. Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang kurang
begitu baik juga masing-masing sibuk dengan urusannya masing-masing.

b. Riwayat tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan dengan anak pertama usia remaja.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh keluarga Tn. A
dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi,
epilepsi dll. Dalam keluarga mereka tidak pernah mengalami kondisi sakit yang
berat, hanya kadang flu serta lemas karena kecapekan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Yn. A merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan adik perempuannya juga
sudah menikah. Hubungan keluarga mereka cukup baik, kalau ada waktu luang
mereka saling berkunjung. Sedang Ny. A anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak
laki-lakinya sudah menikah dengan dua anak sedangkan kakak perempuannya juga
sudah menikah dengan anak satu. Hubungan kekluargaa merak juga baik tetap ada
komunikasi.
c. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. A tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai plester dan semen 25 %( ruang dapur
dan kamar mandi). Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa masuk melalui jendela
maupun pintu. Penerangan dengan menggunakan listrik. Sedangkan air bersih
diperoleh dari PAM. Pengelolaan sampah dilakukan dengan penempatan di tempat
tertutup yang selanjutnya diambil oleh petugas sampah. Limbah keluarga langsung
terbuang melalui selokan di belakang rumah yang mengalir ke sungai. WC terletak
didalam kamar mandi dengan septik tank berada di luar rumah.
Denah rumah :

c b
f e

a
a
d

Keterangan :
a. Ruang tamu
b. Ruang tidur I
c. Ruang tidur II
d. Ruang santai keluarga
e. Ruang makan
f. Ruang dapur
g. Kamar mandi dan WC

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tetangga keluarga Tn. A pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta. Jarak
rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga baik, saling tolong menolong
masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal menetap jadi
belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga dapat saling bertemu pada sore hari setelah anak pulang dari sekolah serta
ibu pulang dari bekerja. Sedangkan malam harinya Tn. A bekerja sebagai sopir taxi.
Untuk mengikuti perkumpulan di limgkungan masyarakat Tn. A menyempatkan diri
sebelum dia bekerja
5. Sistem pendukung keluarga
Seluruh anggota keluarga sekarang ini dalam keadaan yang sehat, jika ada salah satu
dari anggota keluarga yagn sakit maka segera dibawa ke pelayana kesehatan.

d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A saat ini mengalami gangguan, karena ada
masalah komunikasi antara Tn. A dan An. Y. Mereka sama-sama keras dalam
berkomunikasi. Masing-masing merasa benar dengan cara mereka.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga untuk mengendalikan perilaku anak kurang begitu baik. Karena
anak masih dengan perilakunya yagn bertentangan dengan nilai-nilai yang ada yaitu
melakukan pergaulan bebas (free seks).
3. Struktur peran
Tn. A berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya
dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan Ny. A masih bisa berperan sebagai ibu dan
istri selain harus mencari nafkah mambantu suami.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. A percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha
mempertahankan kondisi sehat.

e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang karena
kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan. Persoalan dalam keluarga jarang
dibicarakan bersama sehingga memicu terjadinya masalah komunikasi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan denga mengikuti kegiatan di lingkungan seperti arisan,
kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan sosialisasi
dengan tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga larut malam. An. Y
telah terlibat dalam pergaulan bebas dan keluarga tidak bisa menanamkan
nilai/norma kepada anaknya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu terjadi pada
keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang efektif
sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu keluarga
juga belum dapat mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan dengan
perilaku anaknya. Keluarga merasakan bahwa anaknya keliru dalam pergaulan dan
keluarga takut anaknya nanti hamil karena pergaulan bebas yang mengarah ke free
seks. Keluarga tidak tahu apa yang seharusnya ia sampaikan pada anak sehingga
keluarga belum bisa mengambil keputusan untuk memberikan bimbingan.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun. Rencana untuk
memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai meskipun Ny. A sudah
tidak KB.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya tidak seberapa.

f. Stress dan Koping keluarga


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu komunikasi yang buruk antara ayah dan anak serta
adanya perilaku anak dengan pergaulan bebas yang cenderung ke seks bebas.
Sedang stressor jangka panjang kebutuhan ekonomi yang masih belum sesuai
dengan keinginan keluarga
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
keluarga telah melarang anaknya dari pergaulan bebas, tapi tidak mampu untuk
memberikan pengarahan/bimbingan pada anak. Sedangkan ibu tidak mampu
bersikap atau tidak konsisten dengan perilaku anaknya dengan sering membela bila
ditegur ayahnya.
3. Strategi koping yang digunakan
Tn. A cenderung melampiaskan kekecewaan terhadap anaknya dengan memarahi
anaknya tanpa menggunakan cara yang bijaksana. Sedang anak karena kondisi
rumah yang tidak memuaskan dia lari ke pergaulan yang tidak benar dan teguran
keluarga dihadapi dengan emosi pula dan cenderung melawan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mamapu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi.
Menyadari masalah ada tapi kurang mampu mengambil tindakan.

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Tn. A
Keadaan umum : Baik, tampak sehat.
Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg ; N: 84 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,8C
Kepala : Rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan
normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen,
mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : Bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : Agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas :Tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

Pemeriksaan fisik Ny. A


Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital :TD : 120/80 mmHg ; N: 80 x/menit; RR : 18x/menit; S : 36,5C
Kepala : rambut: hitam, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal; hidung:
bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu mendengar
normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

Pemeriksaan fisik An. Y


Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vita l:TD : 110/90 mmHg ; N: 78 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,6C
Kepala : rambut: merah, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik,
kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal;
hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu
mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : datar, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak

h. Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan masing-
masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.

B. Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1. obyektif : Konflik pada Ketidakmampuan
An.Y mengatakan merasa jengkel keluarga Tn. A keluarga mengenal
karena keluarga terlalu membatasi masalah
pergaulan dan tidak dapat komunikasi
meyakinkan keluarga bahwa
pergaulannya masih wajar.
Keluarga tidak suka dengan tingkah
laku anaknya.
Keluarga mengatakan tidak tahu
kenapa antara Tn. A dan An. Y
selalu ribut bila bertemu.
Obyektif :
Hubungan keluarga dan anak terlihat
kaku
Keluarga berbicara kepada anak
dengan nada tinggi.
2. Subyektif : Resiko terjadi Ketidakmampuan
An. Y mengatakan senang dengan kehamilan pra keluarga
pergaulan bebas karena bagi remaja nikah mengambil
hal itu adalah wajar dan mengatakan tindakan
sering keluar rumah dengan teman mengarahkan
laki-lakinya sampai larut malam. pergaulan yang
Keluarga mengatakan tidak mampu sehat.
untuk memberikan nasehat pada
anak agar tidak terlibat pergaulan
bebas seperti menginap di hotel
bersama temannya.
Obyektif :
Keluarga tampak tidak konsisten
dalam menanggapi masalah
anaknya.

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL :


Konflik pada keluarga TN. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah komunikasi.
Resiko terjadi kehamilan pra nikah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil tindakan mengarahkan pergaulan yang sehat.
SKALA PRIORITAS MASALAH

1. Konflik pada keluarga Tn. A


Kriteria Bobo Perhitungan Pembenaran
t
1.Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan
Aktual (3) masalah aktual, telah terjadi
konflik pada keluarga Tn. A
2.Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Dengan adanya kerjasama
masalah dapat di antar anggota keluarga
rubah : masalah dapat teratasi
sebagian (1)
3.Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena
untuk dicegah : cara komunikasi yang buruk
Cukup (2)
4.Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual dan
Harus ditangani (2) perlu segera ditangani
Skor 3 2/3

2. Resiko terjadi kehamilan pra nikah


Kriteria Bobo Perhitunga Pembenaran
t n
1.Sifat masalah : 1 2/3 x 1 = Hal ini bisa menimbulkan
Ancaman kesehatan 2/3 masalah psikologis dan
kesehatan
2.Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Masalah dapat teratasi bila
masalah dapat di keluarga mampu melakukan
rubah : bimbingan pada anak agar
Sebagian meninggalkan pergaulan bebas.

3.Potensi masalah 1 2/3 x 1 = Dengan timbulnya kesadaran


untuk dicegah : 2/3 pada anak maka pergaulannya
Cukup dapat dikendalikan
4.Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa perlu merubah
: perilaku anaknya tapi tidak tahu
Harus segera cara yang tepat.
ditangani
Skor 31/3

Perencanaan.
1. Diskusikan faktor penyebab
2. Diskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
5. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
6. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
7. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat
alternatif

Implementasi
1. Mendiskusikan faktor penyebab
2. Mendiskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Mendiskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Mendiskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja

Evaluasi
1. Koping individu efektif
2. Perilaku konstruktif
3. Tidak terjadi depresi
4. Nutrisi terpenuhi
5. Tidak terjadi terjadi cedera
DAFTAR PUSTAKA

http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-keluarga-dengan-remaja-askep.html
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-keluarga.html
http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidik-
mengasuh-anak-yang-baik

You might also like