Professional Documents
Culture Documents
O
L
E
H
KELOMPOK 1 :
1. ADELA NOFITA 161211149
2. ALFINA NORA 161211198
3. ARENA IRAWAN 161211158
4. ASTRI PUTRI UTAMI 161211159
5. DINI RAHMADANI 161211166
6. DWIRA JANUAR 161211167
7. FINNY NAFA RISKUIN 161211174
8. LAMRIANI TOBING 161211182
9. LARASATI AKJULIMA 161211183
10. PEGGY RIVIEA AMASKTA 161211190
11. QORII SURYA VERANTIKA 161211191
12. SHAFIRA HASANAH 161211198
S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis maupun fisiknya. Perubahan psikologis
meliputi kondisi intelektual, emosi dan sosial. Sedangkan perubahan fisik meliputi
perubahan alat-alat reproduksi maupun fungsinya.
Dengan segala perubahan yang terjadi pada masa remaja ini, banyak terjadi masalah-
masalah yang berkaitan dengan seksual. Sexualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek
badaniah, psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan sex dan hubungan
sex manusia.
Dengan demikian maka sex juga bio-psiko-sosial, karena itu pendidikan sex yang
harus diberikan pada remaja ini harus holistik pula. Bila dititikberatkan hanya pada salah
satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan. Umpamanya hanya aspek
biologi saja yang diperhatikan atau hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang
dipertimbangkan. Sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari keluarga untuk
penanganan yang serius. Asuhan keperawatan kepada keluarga dengan remaja yang
mempunyai masalah seksual dilakukan mulai dengan pengkajian kepada seluruh anggota
keluarga dan intervensi yang dilakukan ditujukan kepada remaja pada khususnya dan
keluarga pada umumnya.
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
A. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara pisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa(Hurlock, 1973). Perubahan psikologi
meliputi intelektualnya, kehidupan emosinya, kehidupan sosialnya, sedangkan fisiknya
mencakup juga seksualnya dimana alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan
mulai berfungsi.
WHO menetapkan batas 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dan membagi
kurun usia tersebut dalam dua kelompok usia yaitu usia remaja awal (10-14 tahun) dan usia
remaja akhir (15-20 tahun).
Terdapat ciri-ciri tertentu pada kedua kelompok usia remaja tersebut :
Keadaan perasaan dan emosinya tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan
sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya.
b) Keadaan mental
Kemampuan mental khususnya kemampuan berfikir mulai sempurna atau kritis dan
dapat melakukan abstraksi, mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti
sehingga terjadi pertentangan dengan orang tua, guru maupun orang dewasa
lainnya. Biasanya memasuki kelompok sebaya yang sama jenisnya.
c) Keadaan kemauan
Kemauan atau keinginan untuk mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba
segala hal yang dilakukan orang dewasa. Anak pria mencoba merokok, anak wanita
bersolek mereka ada yang mencoba melakukan hubungan seks.
d) Keadaan moral
b) Keadaan mental
c) Keadaan kemauan
e) Keadaan moral
Moral sudah pada tingkat post konvensional atau penilaian moral yang prinsip.
Mereka telah melakukan tingkah laku moral yang bertanggung jawab. Remaja akhir
lebih realistis pada keadaan yang senyatanya baik mengenai dirinya, hal-hal umum,
keluarga maupun terhadap benda.
B. Perkembangan
a. Perkembangan Kognitif Remaja
• Abstrak (teoritis), menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna
menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ;
aljabar.
• Idealistik, berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun
masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
• Logika, berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan
untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan
secara runtut, tratur dan sistematis.
b. Perkembangan Psikososial Remaja
Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)
• Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
• Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
• Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
• Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
• Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
c. Perkembangan Identitas Diri
1. Konsep diri
2. Evaluasi diri
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan diri
6. Tanggung jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian
1. Perkosaan
Perkosaan yang terjadi pada remaja akan menimbulkan banyak masalah terkait
dengan aspek fisik maupun psikologisnya. Trauma fisik tentunya akan mempengaruhi
kondisi kesehatannya, apalagi bila sampai terjadi kehamilan resiko terjadi aborsi yang
bisa membahayakan. Sedangkan trauma psikologis akan mengancam timbulnya
berbagai masalah kejiwaan.
2. Masturbasi
Masturbasi ialah menimbulkan rangsangan dan kepuasan sexual pada diri
sendiri.(Maramis,1998). Pemuasan sendiri secara sexual tanpa koitus biasanya dengan
tangan atau benda lain sering dilakukan oleh anak dan muda-mudi dalam
perkembangan fisik dan psikoseksualnya.
Dalam pubertas waktu hormon sex dan ciri-ciri sex sekunder mulai berkembang,
maka rasa ingin tahu lebih besar dan masturbasi bertambah banyak. Masturbasi
menjadi patologik bila dilakukan secara kompulsif sehingga merupakan suatu gejala
gangguan jiwa bukan karena sexual, tetapi karena impulsif.
Penyimpangan ini tidak dilakukan oleh kelainan psikis, akan tetapi sebaliknya
kadang-kadang dapat menimbukan konflik emosional di kemudian hari karena yagn
bersangkutan merasa berbuat salah dan berdosa. Penyuluhan yang bijaksana dapat
menghindari atau menghilangkan konflik.
3. Homoseks
Merupakan hubungan seksual antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah ini
sebenarnya berlaku pula bagi pasangan wanita-wanita. Untuk ini lazim dipakai istilah
lesbianisme. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenal dan mengobati anak-anak
dengan tanda-tanda feminin sebelum terjadi aktivitas seksual. Untuk mengenal ini
perlu diberi penerangan kepada para orang tua, dokter, pendidik dan kaum rohaniwan.
4. Disfungsi seksual
Pada pria disfungsi sexual ini diantaranya impotensi dan ejakulasi dini. Sedangkan
pada wanita meliputi frigiditas, disparenia dan vaginismus.
5. Eksploitasi seksual
Eksploitasi seksual disini bisa berupa senangnya remaja mencoba-coba menikmati
perubahan fisik dan psikologisnya yang terkait dengan seksualitas. Dorongan-
dorongan sex pada remaja timbul dan hal ini adalah normal. Tetapi penyaluran yang
tidak wajar inilah seringkali menimbulkan terajdinya eksploitasi seksual. Jadi remaja
cenderung menyalurkan seksualitas dengan mengeksploitasi dirinya sendiri salah
satunya dengan pergaulan bebas yang cenderung akrab dengan free seks.
Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua
dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang
tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
STUDI KASUS
Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn. A adalah
sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny. A bekerja sebagai
karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja 08.00 – 14.00, terkadang
lembur hingga malam.
An. Y pelajar kelas 3 SMU sering bermain diluar rumah dengan teman laki-lakinya pulang
sampai larut malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan.
Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari Tn. A
memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nonton VCD porno di rumah, langsung
Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan si anak. Sejak itu percekcokan sering
terjadi antara Tn. A dan An. Y diantara mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka,
sementara itu Ny. A lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras
melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam melihat
anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasang-pasangan.
Sementara itu An. Y mengatakan bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan seks
dengan pacarnya sebanyak 2 kali
A. Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. A
2. Pekerjaan : Karyawan PT Haruka
3. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan 103 Semarang
4. Komposisi keluarga :
No Nama Umur Sex Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
5. Tipe keluarga
Keluarga Bp. H merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan satu orang
anak.
6. Suku bangsa
Tn. A dan Ny. R berasal dari suku yang sama yaitu suku jawa. Budaya keluarga Tn.
A mengikuti kebiasaan serta budaya suku jawa.
7. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.
8. Status sosial ekonomi
Keluarga di lingkungannya tergolong keluarga dengan status sosial kebanyakan
seperti keluarga lain. Sedang status ekonomi cukup dimana Tn. A bekerja sebagai
sopir taksi gelap dan Ny. R sebagai karyawan pabrik.
9. Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang kurang
begitu baik juga masing-masing sibuk dengan urusannya masing-masing.
c b
f e
a
a
d
Keterangan :
a. Ruang tamu
b. Ruang tidur I
c. Ruang tidur II
d. Ruang santai keluarga
e. Ruang makan
f. Ruang dapur
g. Kamar mandi dan WC
d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A saat ini mengalami gangguan, karena ada
masalah komunikasi antara Tn. A dan An. Y. Mereka sama-sama keras dalam
berkomunikasi. Masing-masing merasa benar dengan cara mereka.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga untuk mengendalikan perilaku anak kurang begitu baik. Karena
anak masih dengan perilakunya yagn bertentangan dengan nilai-nilai yang ada yaitu
melakukan pergaulan bebas (free seks).
3. Struktur peran
Tn. A berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya
dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan Ny. A masih bisa berperan sebagai ibu dan
istri selain harus mencari nafkah mambantu suami.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. A percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha
mempertahankan kondisi sehat.
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang karena
kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan. Persoalan dalam keluarga jarang
dibicarakan bersama sehingga memicu terjadinya masalah komunikasi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan denga mengikuti kegiatan di lingkungan seperti arisan,
kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan sosialisasi
dengan tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga larut malam. An. Y
telah terlibat dalam pergaulan bebas dan keluarga tidak bisa menanamkan
nilai/norma kepada anaknya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu terjadi pada
keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang efektif
sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu keluarga
juga belum dapat mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan dengan
perilaku anaknya. Keluarga merasakan bahwa anaknya keliru dalam pergaulan dan
keluarga takut anaknya nanti hamil karena pergaulan bebas yang mengarah ke free
seks. Keluarga tidak tahu apa yang seharusnya ia sampaikan pada anak sehingga
keluarga belum bisa mengambil keputusan untuk memberikan bimbingan.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun. Rencana untuk
memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai meskipun Ny. A sudah
tidak KB.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya tidak seberapa.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Tn. A
Keadaan umum : Baik, tampak sehat.
Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg ; N: 84 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,8C
Kepala : Rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan
normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen,
mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : Bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : Agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas :Tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.
h. Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan masing-
masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.
B. Analisa Data
Perencanaan.
1. Diskusikan faktor penyebab
2. Diskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
5. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
6. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
7. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat
alternatif
Implementasi
1. Mendiskusikan faktor penyebab
2. Mendiskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Mendiskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Mendiskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
Evaluasi
1. Koping individu efektif
2. Perilaku konstruktif
3. Tidak terjadi depresi
4. Nutrisi terpenuhi
5. Tidak terjadi terjadi cedera
DAFTAR PUSTAKA
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-keluarga-dengan-remaja-askep.html
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-keluarga.html
http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidik-
mengasuh-anak-yang-baik