You are on page 1of 62

Kusnandi Rusmil

• Position & Organization:


Current:

– Head Division of Growth-Development & Social Pediatrics, RSHS


/ FK UNPAD

– Member of National of Committe Immunization Technical


Advisory Ministry of Health
– Member of Nasional Committe of Eradication polio Ministry of
Health
– Member of Immunization Task Force,Indonesian Pediatric
Society (IPS)
– Chairman adverse even folowing immunization, West jawa

– Chairman of Children Protection Agency , West Java


– Honorary Chairman of YPAC, Bandung
KEAMANAN VAKSIN CAMPAK RUBELLA

Kusnandi Rusmil
Komda Kipi Jabar
Latar Belakang

• Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi


campak dan pengendalian Rubela/CRS pada tahun
2020
Apakah Campak?
Definisi: penyakit infeksi virus akut,
sangat menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium inkubasi,
prodormal dan erupsi

Penyebab : virus campak Myxovirus


Viridae Measles
Cara penularan : percikan ludah dan
melalui jalan napas.

Komplikasi berat : radang paru,


https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
radang otak, diare, radang telinga,
week/
dehidrasi, kematian
Gejala Campak?
Gejala :

- Demam,
- Bercak kemerahan ,
- Batuk, pilek,
- Konjungtivitis (mata merah)
- Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher, kemudian menyebar
ke tubuh dan tangan serta kaki.

BAB 2 5
Bahaya Penyakit Campak

• sakit berat  kematian


• tidak mau makan minum  gizi buruk
• diare berat
• infeksi paru (pneumonia)  kematian
• memperberat penyakit Tb paru
• radang otak
• Dapat menimbulkan wabah/KLB
Patogenesa Campak
Apakah Rubella?
Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat
menular yang biasanya berupa penyakit ringan
pada anak.

Penyebab : virus Rubella


Cara penularan : melalui saluran napas pada
saat batuk atau bersin

Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil


pada trimester pertama atau awal kehamilan,
dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan
pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai
Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
Courtesy of PGPKT
Gejala Rubella?
Gejala : Bila terjadi pada:

- Demam ringan, Anak sering hanya menimbulkan


-Bercak kemerahan/rash gejala demam ringan atau bahkan
makulopapuler di kulit terutama di tanpa gejala sehingga sering tidak
wajah, lengan dan kult kepala terlaporkan,
mirip campak biasa karenanya Wanita dewasa sering
sering disebut campak Jerman, menimbulkan arthritis atau
-Ruam hanya 2-3 hari dan hilang artharalgia
sendiri (disebut campak 3 hari) Wanita hamil terutama trimester 1
- Pembesaran kelenjar limfe di dapat mengakibatkan abortus atau
belakang terlinga, leher belakang bayi lahir dengan CRS
dan sub oksipital.

10
Apakah Congenital Rubella Syndrome (CRS)?

Definisi: sindrom kecacatan pada bayi


baru lahir yang meliputi kelainan pada
jantung dan mata, ketulian dan
keterlambatan perkembangan

Penyebab : ibu hamil terutama


trimestes 1 yang terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari
janin melalui placenta
Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan
<12 minggu risiko janin tertular 80-90%
Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu,
risiko janin tertular 10-20%
Tujuan Kampanye Imunisasi MR

• Meningkatkan kekebalan masyarakat


terhadap campak dan rubella secara cepat
• Memutuskan transmisi virus campak dan
rubella
• Menurunkan angka kesakitan campak dan
rubella
• Menurunkan angka kejadian CRS
Rencana Strategis
2015-2020
• Penguatan imunisasi rutin campak dengan minimal
cakupan 95% di semua level
• Imunisasi campak lanjutan usia 18 bulan
• Crash program campak pada balita di 183 kab/kota risiko
tinggi bulan Agustus 2016
• Kampanye imunisasi MR (catch up campaign) tahun
2017-2018 untuk anak 9 bulan – <15 tahun
• Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin
tahun 2017-2018
Timeline Kampanye dan Introduksi MR

Fase 1
Fase 2
Kampanye
Imunisasi MR Kampanye
Imunisasi MR
(Jawa )
(luar Jawa)

Agst- Okt Agst- Okt


Sept 2017 Sept 2018
2017 2018

Introduksi Introduksi
ke dalam ke dalam
imunisasi imunisasi
rutin rutin
(Jawa) (luar Jawa)

Sasaran usia 9 bulan - <15 tahun


Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman

VAKSIN  Orang sehat

Standar keamanan yang tinggi

Tanggung jawab NRA(BPOM)

Pra-registrasi: KIPI: KIPI:


Uji Klinis Monitor/ Peninjauan
Investigasi terus menerus
Definisi KIPI (WHO)
• KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah pemberian
imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus
memiliki hubungan sebab akibat dengan
vaksin.
• Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang
membuat tidak nyaman atau tanda klinis
penyakit tertentu, atau hasil laboratorium
yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-
training.org/
Klasifikasi KIPI
• Klasifikasi Lapangan
 untuk petugas kesehatan di lapangan
• Klasifikasi Kausalitas KIPI
 untuk telaah komnas dan komda KIPI
– Kausalitas WHO 2009
– Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan KIPI,
WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (Koinsidens)
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI
Kandungan vaksin

• Komponen aktif
• Adjuvant
• Diluent
• Stabilizer
• Preservative
• Trace component (residual component)
• Buffer
• Surfactant
Komponen Aktif

Komponen aktif vaksin Antigen

Ada beberapa mekanisme untuk mendapatkan


komponen aktif
 Melemahkan virus atau bakteri
Varicella, rotavirus, MMR

 Membunuh virus atau bakteri


 Dibunuh dengan bahan kimia seperti formaldehid
 Hepatitis A, influenza
PENYEBAB KIPI: Komponen dan
Cara Pemberian
Komponen Vaksin:
• Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup
dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4
• Adjuvan: Al
• Antibiotik: neomycin
• Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol

PENANGANAN RUTE PEMBERIAN:


VAKSIN • Oral KIPI
• Intradermal
• Subkutan
• Intramuskular
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUK VAKSIN
Frekuensi Reaksi Vaksin

Sering sekali * > 1/10 > 10%

Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%

Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %

Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%

Sangat jarang < 1/10,000 < 0.01%


sekali *

Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014


Reaksi Ringan
Sering – Sering sekali
Vaksin Reaksi lokal Demam >38oC Rewel, tdk
(nyeri,pembengkakan, enak badan &
kemerahan) gejala sistemik

BCG 90 – 95 % - -
Hib 5 – 15 % 2 – 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 1–6 %
Measles/ ~10 % 5 – 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
(pertusis)
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang – Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2
Hib Tidak diketahui -
Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2
Sindrom Guillain Barré 1-6 minggu 5
Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333
MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1
Polio (OPV) Vaccine-associated paralytic 4-30 hari 0.76-1.3
poliomyelitis (VAPP) (dosispertama)
Risiko meningkat pada dosis 0.17 (dosis
pertama, dewasa, dan berikutnya)
penderita imunokompromais 0.15 (kontak)
Reaksi Berat (2)
Jarang – Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
Tetanus Neuritis brakial 2-28 hari 5-10
Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses steril 1-6 minggu 6-10
Tetanus- Sepert reaksi tetanus -
difteri
DTP Persisten inconsolable 0-24 jam 1000 - 60 000
screaming (>3 jam) 0-3 hari 570
Kejang
Hypotonic,hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE) 0-1 jam 20
Anafilaksis / renjatan 0-3 hari 0-1
Ensefalopati
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESALAHAN
PROSEDUR
Kesalahan Program (1)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Tidak steril Infeksi
• Pemakaian ulang alat suntik / • Abses lokal di daerah
jarum suntikan
• Sterilisasi tidak sempurna • Sepsis, sindrom syok toksik
• Vaksin / pelarut • Infeksi penyakit yang
terkontaminasi ditularkan lewat darah:
• Pemakaian sisa vaksin utk hepatitis, HIV
beberapa sesi vaksinasi • Abses lokal karena kurang
kocok
• Efek negatif obat, mis. insulin
Salah pakai pelarut • Kematian
vaksin • Vaksin tidak efektif
• Pemakaian pelarut vaksin yg
salah
• Memakai obat sbg vaksin
Kesalahan Program (2)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Penyuntikan salah • Reaksi lokal /
tempat abses
• BCG subkutan
• DPT/DT/TT kurang dalam
• Reaksi lokal /
• Suntikan di bokong abses
• Kerusakan Nervus
Transportasi / Isiadikus
penyimpanan • Reaksi lokal
vaksin tidak benar akibat vaksin beku
• Vaksin tidak aktif
Pentingnya Mengenal Indikasi
Kontra
• Mengabaikan indikasi kontra  muncul reaksi
vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
– Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi
untuk memperhatikan instruksi penggunaan vaksin
yang benar,
Contoh Indikasi Kontra
(Kebijakan Imunisasi WHO 2002)
Vaksin Indikasi Kontra
SEMUA vaksin Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya;
demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau terhadap
salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan
imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV
tanpa gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari kehamilan meskipun
belum ditemukan adanya gangguan pada kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
Reaksi yang Berhubungan dengan
Kecemasan
• Reaksi suntikan langsung
– Rasa sakit, bengkak & kemerahan
• Reaksi suntikan tidak langsung
– Rasa takut / cemas
– Nafas tertahan
– Pernafasan sangat cepat  light headedness, dizziness
– Pusing, mual / muntah  anak-anak
– Kejang  kasus jarang
– Pingsan / Sinkope  sering, anak-anak lebih tua & dewasa
– Hysteria massal
Klasifikasi KIPI berdasarkan kausal
(WHO,2014)
3
1 2 4
Reaksi yang
Reaksi yang Reaksi yang Reaksi yang 5
berhubungan
berhubungan berhubungan berhubungan
dengan Koinsiden
dengan dengan defek dengan
kesalahan
produk vaksin kualitas vaksin kecemasan
prosedur
CONTOH
CONTOH
Kegagalan CONTOH
CONTOH Demam
pabrik vaksin
CONTOH Transmisi Vasovagal setelah
untuk
Trombositope infeksi syncope imunisasi
menginaktiva
-nia pasca melalui vial pada (hubungan
si secara
pemberian multidosis seorang sementara)
komplit suatu
vaksin yang dewasa dan parasit
lot vaksin IPV
campak terkontami- muda malaria
yang
nasi setelah yang
menyebabka
imunisasi. diisolasi
n polio
dari darah.
paralitik
Kampanye MR
• Agustus – September 2017
• Anak usia 9 bulan - < 15 tahun
• Walau imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap
• Disuntikkan di lengan kiri atas
• Kontra indikasi:
– Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi
– Wanita hamil
– Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
– Kelainan fungsi ginjal berat
– Decompensatio cordis
– Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
– Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
• Tunda :
– Sedang demam
– Sedang batuk pilek
– Sedang diare
• Vaksin buatan Biofarma Bandung  AMAN dan TERJAMIN kualitasnya
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
• Vaksin MR sangat aman
• Reksi Lokal:
– Nyeri di lokasi suntikan
– Bengkak di lokasi suntikan
– Merah di lokasi suntikan
• Reaksi sistemik:
– Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari  beri obat penurun
panas
– malaise
– kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 – 10 pasca imunisasi) selama 2 – 4 hari

• KIPI serius:
– Anafilaksis
• Penangulangan :
– Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri
– Demam , gelisah : minum sering, baju tipis
– Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR

• Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi


kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan
anafilaksis)
• Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi
wajah yang penuh kecemasan dan pucat disertai
gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala ringan,
pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut
• Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa
diatasi dengan membaringkan penderita secara
terlentang
• KIPI yang koinsiden harus diwaspadai -->
penapisan status kesehatan anak penting
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Reaksi Onset interval Frekuensi kejadian Persentase reaksi
(per jumlah dosis)

Nyeri ringan di lokasi suntikan ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)

Demam ringan dan adenofati lokal ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)

Demam > 39.4 C 7-12 hari 1 per 20 (5%)

Ruam atau rash 6-12 hari ~1 per 50 (~2%)

Kejang demam 7-10 hari 1 per 3,000 (~0.033%)

Trombositopeni Purpura 15-35 hari 1 per 30,000 (~0.0033%)

Reaksi anafilaksis 0-2 jam ~1 per 100,000 (~0.0001%)

Atralgia pada anak 7-21 hari ~1 per 33 0-3%


KIPI Vaksin Rubela
(* Plotkin 2013)
Pengenalan syok anafilaktik
• Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius
• Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari
penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di
tempat kejadian, dan setelah stabil baru
dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.
• Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas
generalisata atau sistemik yang terjadi dengan
cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan)
serius dan mengancam jiwa.
• Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok
anafilaktik.
Pengenalan syok anafilaktik

• Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan


(eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau
bawah.
• Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas,
pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.
• Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin
berat keadaan penderita.
• Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis)
tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak
pada keadaan anafilaktik.
Gejala Anafilaktik

Perjalanan Klinis Tanda dan gejala anafilaktik

Cepat, tanda peringatan awal  Gatal pada kulit, kemerahan (rash) dan bengkak sekitar lokasi
suntikan
 Pusing, rasa hangat
 Pembengkakan yang tidak sakit pada bagian tubuh seperti:
muka atau mulut.
 Muka kemerahan, kulit gatal, hidung tersumbat, bersin, mata
berair.
 Suara serak, mual, muntah
 Pembengkakan pada pada kerongkongan, sulit bernafas,
nyeri perut

Lambat, gejala mengancam jiwa  Nafas berbunyi mengi (wheezing), nafas berbunyi seperti
ngorok, sulit bernafas, pingsan, tekanan darah rendah, denyut
nadi lemah dan tidak teratur (irregular)
Isi Kit Anafilaktik
Bagaimana imunisasi rutin,
setelah kampanye MR?
• Imunisasi rutin : lanjutkan sesuai jadwal
– Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh
– Untuk mempertahankan populasi yang kebal

• Imunisasi lebih banyak dari jadwal ?


– Tidak berbahaya
– Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh

• Imunisasi terlambat ? Tidak ada


istilah terlambat
– Asal belum terkena penyakitnya belum terlambat
Kalau banyak orang tua
menolak imunisasi ?
• Banyak bayi dan balita : kekebalannya rendah
• Mudah tertular penyakit berat dan berbahaya
• Sakit berat, cacat, meninggal
• Menyebarkan ke anak-anak lain  wabah !
• Kerugian masyarakat
– anak sakit, cacat, kematian
– Biaya pengobatan
– Gangguan jam kerja, jam sekolah
– Gangguan penghasilan keluarga dll
• Melanggar Hak-hak anak, UU Perlindungan Anak, UU
Kesehatan, UU Wabah
Ayo lindungi semua adik, anak, keponakan, cucu,
tetangga kita

• Dari penyakit menular yang berbahaya


• Yang bisa menyebabkan cacat atau mati
• Dengan Imunisasi Dasar dan Lanjutan yang
lengkap :
– Hepatitis B, Polio, BCG, DPT-HB-Hib, IPV dan MR
• Dan Kampanye MR
Mekanisme Pelaporan KIPI

1.Berdasarkan pada individu, Antigen, Dilaporkan secara bertahap ;


1)Puskesmas
2)Kabupaten/Kota
3)Propinsi
4)Nasional
2.KIPI Ringan dilaporkan secara teratur setiap bulan
3.KIPI Berat/Serius dilaporkan setiap ada kejadian
Jenis Laporan KIPI
Jenis laporan KIPI ada dua:
1) Serius/Berat, SAE (Serius Adverse Event)
2) Non Serius/Ringan

KIPI Serius/Berat
Lap diduga KIPI yg tunggal/ berkelompok, sakit dg rawat
inap, kecacatan yg menetap, mengancam kehidupan atau
kematian, kekuatiran masyarakat
KIPI Non Serius/Ringan
Suatu peristiwa yg tidak "serius" & tidak menimbulkan risiko
potensial trhdp kesehatan penerima.
Alur Pelaporan KIPI Non Serius
SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP DAN PL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Setiap tanggal 15

DINAS KESEHATAN PROVINSI

Setiap tanggal 10

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/ KOTA

Setiap tanggal 5

PUSKESMAS

Alur Pelaporan
Umpan Balik
Formulir RR KIPI Ringan

27/03/2018
Formulir RR KIPI Serius

Dilanjutkan dg
Investigasi &
Kajian Komda /
Komnas PP KIPI

27/03/2018
Alur Pelaporan KIPI Serius
Gambar 1. Alur pelaporan dan pelacakan KIPI Serius

Menteri Kesehatan

Komnas PP-KIPI Ditjen PP & PL BPOM


Cq. Subdit Imunisasi
Produsen
Vaksin
Website Keamanan Vaksin

Komda PP-KIPI Dinas Kesehatan Balai POM


Provinsi

Dinas Kesehatan Rumah Sakit


Kabupaten/Kota

Puskesmas
Memberikan laporan
Mengirimkan laporan
Form KIPI Serius
Pelacakan
Masyarakat
Koordinasi Form Investigasi

3/27/2018 55
Pelaporan KIPI Serius
• Puskesmas (Pelayanan)  Segera
• Dinkes Kab/Kota  24 Jam setelah laporan
• Dinkes Prov 24-72 Jam
• Komda & Komnas PP KIPI  24 – 72 Jam
Kurun waktu pelaporan KIPI
serius
yang mener ima l apo r an

Jen jang Adm in i s t r asi Kurun wak tu d i t e r imanya l apo ran

Dinas Keseha tan Kabupa ten /Ko ta 24 j am da r i saa t penemuan kasus

Dinas Keseha tan Prov ins i / Komda 24 - 72 jam dar i saa t penemuan
PP-K IP I Me la lu i webs i t e kasus
keamananvaks in

Sub D i rek to ra t . Imuni sas i / Komnas 24 jam – 7 har i da r i saa t penemuan


PP-K IP I Me la lu i webs i t e kasus
keamananvaks in
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGANALISIS HUBUNGAN
SEBAB AKIBAT REAKSI SIMPANG PADA SUATU INDIVIDU
Langkah 1: Langkah 2: Daftar
kelayakan Langkah 3: L Langkah 4:
Tilik Algoritma
Klasifikasi
Mengkaji
secara Menetapkan
Apakah KIPI kecenderunga Mengkategorisasi
yang terjadi sistematis
semua data n berdasar hubungan kasual
sudah informasi yang antara KIPI dgn
yang
memenuhi berhubungan didapat dari vaksin atau imunisasi
kriteria dan tersedia daftar tilik berdasar
minimum untuk kecenderungan yg
hubungan menentukan didapat dari algoritma
sebab kemungkinan
akibat? aspek
penyebab KIPI
tersebut.
Website keamanan vaksin
Pelaporan & Kajian KIPI secara Online

Untuk Pencatatan Pelaporan dan Kajian KIPI


Fungsi Website Keamanan Vaksin
1) Me keamanan vaksin dgn mempercepat
penyelesaian permasalahan KIPI
2) Mempercepat pelaporan yang timbul dalam
pelaksanaan program imunisasi, kajian dan
penetapan KIPI serius/berat
3) Komunikasi dan informasi imunisasi dan KIPI
(Forum,artikel,elearning WHO, Imunisasi media)
4) Pelaporan KIPI ringan
5) Pengunduhan formulir laporan dan investigasi
KIPI melalui website keamanan vaksin
(http/www.keamananvaksin.com)
Pesan
• Cakupan tinggi & merata, KIPI serius rendah,
persepsi masy thd keamanan vaksin tinggi 
• Feedback &Rekomendasi  cepat
• KIPI merupakan konsekwensi normal dlm
penyelenggaraan imunisasi

You might also like