You are on page 1of 5

Diagnosis dan Tatalalaksana Pada Pasien

dengan Demam Tifoid


Putri Primastuti Handayani1, Suzanna Ndraha2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Divisi Gastroenteropatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan : Demam tifoid atau Tifus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, khususnya
sore hingga malam hari yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi.

Ilustrasi kasus: Tn. NP demam sejak 3 hari SMRS. Demam tinggi dirasakan terutama pada
malam hari. Dua hari pertama demam pasien semakin meningkat. Mual (+). muntah 1x sehari
pada hari ke 2 sejak demam dimulai. BAB konstipasi (+), Pusing (+). Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, RR 20 x/menit, nadi 75 x/menit, suhu 36,80C. Nyeri
tekan epigastrium dan hipokondrium kanan (+). Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Thypi
O 1/320, Thypi H negatif, Paratyphi AH negatif, Paratyphi BH negatif. Hb 11.4 g/dl, Leukosit
9200/mm3.
Diskusi : Diagnosis pada kasus ini di tegakkan karena terdapat beberapa temuan yaitu Demam
naik turun terutama pada malam hari dan hasil pemeriksaan Thypi O 1/320, yang sesuai dengan
gambaran Demam Tifoid. Tatalaksana diberikan bertujuan untuk menurunkan demam, mual
serta memberikan antibiotik. Pasien harus Istirahat, dengan pemberian Infus RL, Paracetamol
3x500mg, Ceftriaxon 2 x 1 gram IV, Ondansentron 3x1 tablet, dan direncanakan Pemeriksaan
ulang H2TL (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit) tiap pagi, serta pemeriksaan widal.

Kesimpulan : diagnosis ini merupakan Demam Tifoid dimana didapatkan beberapa temuan yaitu
Demam naik turun terutama pada malam hari dan hasil pemeriksaan Thypi O 1/320, yang sesuai
dengan gambaran Demam Tifoid.

Kata kunci : Demam Tifoid, Sallmonella typhi

1
PENDAHULUAN
Demam Tifoid adalah Demam akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Sallmonella
Thphi, dimana demam naik secara bertangga pada minggu pertama, lalu demam menetap atau
kontinu pada minggu ke-2. Demam tertutama sore atau malam hari.1
Agen penyebab dari demam tifoid, yaitu S.typhi dan S.paratyphi serotipe A, B dan C
tidak memiliki host lain selain manusia. Umumnya, penularan terjadi melalui makanan ataupun
air yang tercemar kuman tersebut, yang bersumber dari kontaminasi fecal oleh penderita demam
tifoid atau karier kronik asimptomatik. Pekerja kesehatan kadang mendapat demam tifoid setelah
mendapat paparan dari pasien yang terinfeksi atau selama memproses specimen klinis atau
kultur.2
Dengan perbaikan dalam menangani kebersihan makanan dan air, demam tifoid sudah
menjadi jarang dalam negara berkembang. Tetapi di dunia, terdapat kira-kira 27 juta kasus
demam tifoid, dengan 200000 – 600000 orang meninggal. Insiden tahunan tertinggi yaitu terjadi
di Asia Tenggara (>100 kasus per 100000 populasi), dan Asia sisanya berkisar 10-100 kasus per
100000 populasi. Tingginya insidens berkaitan dengan buruknya sanitasi dan kurangnya akses
terhadap air minum yang bersih. Pada daerah endemik, demam tifoid lebih banyak terjadi di
perkotaan disbanding pedesaan dan kebanyakan terjadi pada anak-anak dan remaja. Faktor
resikonya adalah air dan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri S.typhi maupun S.paratyphi,
dan kurang higinis dalam mencuci tangan. Multidrug-resistant (MDR) strain dari S.typhi muncul
pada tahun 1980 di China dan Asia Tenggara, kemudian tersebar secara luas. Sekitar 300 kasus
demam tifoid dan 150 kasus paratifoid dilaporkan setiap tahunnya di Amerika Serikat. 13%
S.typhi di Amerika Serikat telah resisten terhadap ampisilin, kloramfenikol, dan trimethoprim-
sulfamethoxazole.2
Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemic dan sporadik, terpencar-pencar disuatu
daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Penyebaran
utama adalah melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri S.typhi, dan tanpa
disadari dapat juga melalui bakteri yang berasal dari penderita kronik karier (pasien karier adalah
orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi S. typhi dalam tinja). 2,3

2
ILUSTRASI KASUS

Tn. NP 15 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam tinggi
dirasakan terutama pada malam hari. Dua hari pertama demam pasien semakin meningkat. Mual
(+) sampai saat ini. OS muntah 1x sehari pada hari ke 2 sejak demam dimulai. BAB konstipasi
(+), BAK dalam batas normal. Pusing (+). Keluhan lainnya disangkal.OS tidak memiliki riwayat
penyakit jantung, DM, maupun hipertensi.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, RR 20 x/menit, nadi 75
x/menit, suhu 36,80C. Nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium kanan (+). Hasil pemeriksaan
penunjang yang bermakna adalah Thypi O 1/320, Thypi H negatif, Paratyphi AH negatif,
Paratyphi BH negatif. Hb menurun, leukosit menurun, Ht dan trombosit dalam batas normal.
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah Demam Tifoid yang disebabkan oleh masuknya
kuman typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam tubuh. Direncanakan
pemeriksaan SGOT/SGPT dan bilirubin total, Serologi virus hepatitis, IgM dan IgG anti-dengue,
Periksa ulang darah perifer lengkap (Hb, hematokrit, leukosit, dan trombosit) dan widal.
Tatalaksana untuk pasien dengan Demam Tifoid adalah dengan pemberian Infus RL 28 tetes per
menit, Ceftriaxon 2 x 1 gram IV, PCT 3 x 500 mg, B complex 3 x 1 tablet, Ondansetron 3 x 1
tablet, Diet bubur kasa, direncanakan pemeriksaan ulang H2TL (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit)
tiap pagi, serta Periksa widal 3 hari kemudian.

Diskusi
Demam Tifoid adalah Demam akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Sallmonella
Thphi, dimana demam naik secara bertangga pada minggu pertama, lalu demam menetap atau
kontinu pada minggu ke-2. Demam tertutama sore atau malam hari.3
Gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga malam hari. Dalam minggu
kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif (bradikardi realtif
adalah peningkatan suhu 1◦C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali permenit),
lidah yang berselaput ( kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor ), hepatomegali,

3
splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium,
atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.2,4,6
Masuknya kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke
dalam tubuh manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian
kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman
akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina
propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.
Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak
Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.4
Pada kasus temuan gejala klinis yang muncul pada anamnesis yaitu demam tinggi 3 hari
dirasakan terutama pada malam hari. Dua hari pertama demam pasien semakin meningkat. Mual
(+) sampai saat ini. OS muntah 1x sehari pada hari ke 2 sejak demam dimulai. BAB konstipasi
(+), BAK dalam batas normal. Pusing (+). Keluhan lainnya disangkal.OS tidak memiliki riwayat
penyakit jantung, DM, maupun hipertensi.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, RR 20 x/menit,
nadi 75 x/menit, suhu 36,80C. Nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium kanan (+).Hasil
pemeriksaan penunjang yang bermakna adalah Thypi O 1/320, Thypi H negatif, Paratyphi AH
negatif, Paratyphi BH negatif. Hb menurun, leukosit menurun, Ht dan trombosit dalam batas
normal.
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam
biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan
dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan
sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan
feses.3,4
Tatalaksana Demam Tifoid Dan Tifoid Karier trilogi penatalaksanaan demam tifoid yaitu
Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif) dengan tujuan mengembalikan rasa
nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.4

4
KESIMPULAN
Diagnosis ini merupakan Demam Tifoid dimana didapatkan beberapa temuan yaitu Demam
naik turun terutama pada malam hari dan hasil pemeriksaan Thypi O 1/320, yang sesuai dengan
gambaran Demam Tifoid.

DAFTAR PUSTAKA

1. 1. Ndraha S. Panduan pelayanan klinis penyakit dalam. RSUD KOJA : 2017;hal.80


2. Kasper DL, Hauser SL, Lameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th edition. McGraw Hill Education; 2015. p.1049-54.
3. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis, edisi 1. 2002. Jakarta : BP FKUI.
4. Widodo, Djoko. Demam Tifoid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III.
2006. Jakarta : IPD FKUI.
5. SudoyoAW,SetiyohadiB,AlwiI, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.2797-806.
6. Lifshitz, Edward I. Travel trouble: Typhoid fever--a case presentation and review.
Journal of American College Health, 07448481, Vol. 45, Issue 3.

You might also like