You are on page 1of 9

2.

5 Macam-MacamGangguanPemenuhanNutrisi
2.5.1 KekuranganNutrisi
a. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Penyebab dari adanya malnutrisi yaitu meningkatnya kebutuhan kalori
dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat dari penyakit infeksi atau kanker,
adanya kelainan persarafan, penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit
crohnatauin toleransi laktosa, dan nafsu makan menurun.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot,
dan penurunan energy, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva,
adanya penurunan albumin serum, dan penurunan transferring.
Tanda tandanya yaitu hepatomegali ( pembesaran hati), perubahan pada
kulit, wajah, mata, rambut, kelenjar limfe, mulut, gigi, dan status psikologis
(Kurniasari et al, 201 )
Tatalaksana malnutrisi antara lain, (a) Mencegah dan mengatasi
hipoglikemi. Hipoglikemi jika kadar gula <54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh
sangat rendah, kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, dan
pucat, (b) Mencegah dan mengatasi Hipotermi. Jika suhu tubuh anak < 35
derajat Celsius, (c) Mencegah dan mengatasi dehidrasi (d) Mengoreksi
gangguan pada elektrolit (e) Mencegah dan mengatasi infeksi (f) Mulai
memberikan makan (g) Mengoreksi kekurangan zat gizi mikro (h)
Memberikan makanan untuk tubuh kejar (i) Memberikan stimulasi untuk
tumbuh kembang (j) Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah diman BB
atau PB mencapai ISD maka dikatakan sembuh (Hasaroh, 2010 )
b. Maramus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita (Kliegmen, 2007). Hal ini merupakan hasi lakhir dari
tingkat keparahan gizi buruk.
Penyebab marasmus dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab tak
langsung dan penyebab langsung. Penyebab tak langsung antara lain
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, adanya penyakit
infeksi pada klien, adanya cacat bawaan, menderita penyakit kanker.
Sedangkan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga,
perilaku dan pelayanan kesehatan. Ada pula faktor-faktor lain selain factor
kesehatan, tetapi juga termasuk masalah utama gizi buruk antara lain
kemiskinan, rendahnya pendidikan, ketersediaan pangandan minimnya
kesempatan kerja (Liansyah, 2015).
Tanda- tandanya terselihat nampat kurus, badan tinggal tulang terbungkus
kulit, wajah seperti orang tua, perut buncit, banyak mengeluh dan selalu
kelaparan (Aritonang et al, 2006 )
Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,
kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka
seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, bokong baggy pant, dan iga gambang (Staff Pengajar FK UI, 2007).
Penatalaksanaan marasmus antara lain mengoreksi kekurangan zat gizi
mikro contohnya memberikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen
multivitamin, asam folat sebanyak (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2
mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari
sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000 IU).
Kemudian memberikan makanan dengan memodifikasi makanan keluarga
dengan energy dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup
minyak dan protein. Ada pula pemberian stimulasi pada saat makan untuk
proses tumbuh kembang (Liansyah, 2015).
c. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan
protein yang inadekuat. Kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk (Kliegman, 2007).
Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental, padas ebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan maupun
berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita
biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam
dan lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit, pembesaran
hati, anemia ringan, pada biopsihati ditemukan perlemakan (Departemen
Kesehatan RI, 2002).
Gejala kwashiorkor adalah klien tampak sangat kurus dan edema pada
kedua punggung kaki sampai seluruh, pertumbuhan terganggu, perubahan
status mental, gejala gastrointestinal, rambut tipis kemerahan seperti warna
rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, wajah membulat dan
sembab, kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkangaris-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persikan kulit, pembesaran hati serta anemia ringan (Dewi, 2012).
Penatalaksanaan untuk penyakit kwashiorkor dengan memberikan
makanan yang mengandung banyak protein dan kalori Secara keseluruhan,
terurama perawatn yang dimulai sejak awal. Namun sebelum melakukan itu
semua, perlu ditanganj terlebih dahulu masalah kesehatan yang mengancam
nyawa, misalnya dehidrask denhan memberikan cairan dan infeksi dengan
pemberian antibiotik. Setelah kalori ini menyediakan energi, selanjutnya
diberikan makanan tinggi protein dan kalori harus ditingkatkan secara
perlahan karena tubuh perlu penyesuaian diri dengan asupan yang
meningkat,karena sebelumnya kekurngan nutrisi. ( Muhlisin A., )

2.5.2 KelebihanNutrisi
a. Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai


lebih dari 20 berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori.
Penyebab dari penyakit ini karena adanya factor genetik, factor
lingkungan meliputi gaya hidup dan perilaku makan dan faktor hormonal
yaitu menurunnya fungsi kelenjar tyroid dalam metabolime menjadi
berkurang.

Tanda yaitu dagu rangkap, leher relative pendek, dada mengembung,


perut membuncit, dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai kaki
membentuk X( Irwan, 2016 ).

Gejala yang dirasakan akan mengalami rasa kantuk berlebih, merasa


letih, pergerakannya selalu lamban, sering mengalami kedinginan, biasanya
90% mengalami kadar kolesterol tinggi ( Misnadiarly, 2007 ).

Penatalaksanaan penyakit obesitas dengan program menurunkan berat


badan seperti diet yaitu diet bebas dengan pemberian kalori rata rata 900 -
1700 kalori, selain itu dapat juga dengan diet rendah karbohidrat karena dapat
mencegah lipogenesis ( pembentukan lemak ). Progam lain yang dapat
dilakukan dengan metode kelaparan yang dilakukan 2-3 hari secara periodik
agar tidak timbul akibat komplikasi karena kelaparan seperti naiknya asam
urat dalam darah dan lainnya, dapat juga melakukan olahraga dengan tujuan
meningkatkan penggunaan kalori atau tahap akhir dapat dilakukan
pembedahan jika terdapat indikasi seperti morbid obesity atau malignat
obesity ( Misnadiarly, 2007 ).

b. Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang


ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebih.

Penyebab adanya diabetes mellitus karena faktor genetik atau faktor


dari luar seperti kebiasaan hidup seperti tidak terkontrolnya dalam asupan
makanan ( Krisnatuti et al, 2014 )
Tanda tanda yang timbul yaitu sering buang air kecil dalam jumlah
banyak, badan lemas, sering merasa kehausan (polidipsi), nafsu makan
meningkat (polifagi), berat mengalami penurunan, kaki mengalami
kesemuatan atau adanya ulkus yang tak kunjung sembu ( Hartini S, 2009 ).

Gejala yang timbul yaitu, pandangan kabur, mual, pusing, kurangnya


ketahanan selama melakukan olahraga, kurang terkontrol untuk peka
terhadap infeksi ( Krisnatuti et al, 2014 ).

Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus dengan rehidrasi,


pengontrolan gula darah, dan pengawasan status elektrolit selain itu dapat
dengan melibatkan diet dan terapi insulin, dan program dukungan serta
edukasi secara intensif ( Meadow et al, 2002 )

c. Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang menyebabkan


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
daistolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
5 menit dalam keadaan tenang atau istirahat

Penyebab dari adanya hipertensi yaitu, mengonsumsi kalsium,


natrium, dan gaya hidup yang berlebih selain itu dapat terjadi karena adanya
faktor genetik, kebiasan merokok, dan minum minuman beralkohol.

Tanda dari adanya hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah sistolik


lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah daistolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan tenang
atau istirahat

Gejala yang timbul seperti, jantung berdebar- debar, sakit kepala,


mudah lelah, mudah untuk marah, penglihatan kabur, telinga berdenging
(tinnitus), dan mimisan
Penatalaksanaannya dengan menggunakan obat obatan dan
memodifikasi gaya hidup memodifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
membatasi asupan garam tidak lebih dari satu per empat sampai setengah
sendok the ( 6 gram/hari ), menurunkan berat badan, menghindari minuman
berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Pola hidup sehat seperti olah
raga dapat dianjurkan bagi penderita hipertensi dapat berupa jalan, lari,
bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu (
Kemenkes RI, 2003 )

d. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering


disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,
gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, obesitas, dan lain – lain.

Tanda khas yang timbul yaitu stigmata hiperlipidemia yaitu arkus


senilis kornea bermakna pada pasien usia muda, tekanan darah sistemik,
denyut nadi yang tidak normal ( Takikardi ). Gejala dari adanya jantung
koroner yaitu adanya nyeri dada, sesak napas, dan gangguan kesadaran (
Gray et al, 2003 )

Penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan mengubah gaya hidup dan


mengendalikan faktor resiko sehingga dapat mengurangi peluang penyakit
jantung koroner seperti, berhenti merokok dan menghindari asap rokok,
olahraga secara teratur agar mengurangi bobot tubuh dan mengendalikan
kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL yaitu kadar
LDL harus selalu dibawah 150 mg% dan HDL diatas 50 mg%. selain itu
dapat juga mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat dan vitamin
B untuk menurunkan kadar homosistein dalam darah serta mengurangi
minuman beralkohol ( Utami, 2009 )
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Tanaman Obat Untuk Penyakit Anak. EdisiPertama. Jakarta :
PustakaPopulerObor.
https://books.google.co.id/books?id=0h8_wEJGXn8C&pg=PA54&dq=penyebab+peny
akit+anoreksia+nervosa&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj_uJG-
3P3aAhWLRY8KHS4ND_cQ6AEIJzAA#v=onepage&q=penyebab%20penyakit%20a
noreksia%20nervosa&f=false
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Pertama. Yogyakarta : CV Budi
Utomo.
https://books.google.co.id/books?id=3eU3DAAAQBAJ&pg=PA108&dq=tanda+dan+g
ejala+obesitas&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwif35ux4_3aAhUGYo8KHTx4BuMQ6AE
IJzAA#v=onepage&q&f=false.
Hartini, Sri. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!. Cetakan Pertama. Bandung : PT Mizan Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=XNTQ5i458-
cC&printsec=frontcover&dq=tanda+gejala+diabetes+melitus&hl=id&sa=X&ved=0ah
UKEwjOt47-
9P7aAhUMgbwKHcD7CHIQ6AEILDAB#v=onepage&q=tanda%20gejala%20diabetes
%20melitus&f=false
Uripi, Vera. 2002. Menu Untuk Penderita Kanker. Cetakan Pertama. Jakarta : Puspa Swara.
https://books.google.co.id/books?id=LkqjqiP0KAAC&pg=PA13&dq=tanda+dan+gejal
a+kanker&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwil97zR_v7aAhXJXrwKHREHBhMQ6AEIM
DAC#v=onepage&q=tanda%20dan%20gejala%20kanker&f=false.

Krisnani, H., M. B. Santosa, dan D. Putri. 2018. Gangguan Makan Anoreksia Nervosa Dan
Bulimia Nervosa Pada Remaja.
http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/15714/7397.pdf. (Diakses pada 12
Mei 2018 jam 17.15)
Liansyah, T.M. 2015. Malnutrisi Pada Anak Balita. Tita Menawati Liansyah, Malnutrisi Pada
Anak. 2(1):1-12.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=334237&val=6358&title=Malnutri
si.pdf. (Diaksespada 12 Mei 2018 jam 18.30)

Dewi RK, Budiantara IN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur
dengan Pendekatan Regresi Non parametrik Spline. JurnalSains Dan Seni ITS.
2012.1(1):177- 182. (Di akses pada 12 Mei 2018 jam 19.10)
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/1968/323.pdf
Kurniasari, F.Nila., Harti, L. Budhi., Ariestiningsih, A. Dian., Wardhani, Shinta O., Nugroho,
Susanto. 2017. Buku Ajar Gizi & Kanker. Cetakan Pertama. Malang : UB Media.
https://books.google.co.id/books?id=_P5UDwAAQBAJ&pg=PA80&dq=tanda+tanda+k
linis+malnutrisi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjHgZal3oHbAhXGPI8KHch4CvsQ6AE
IJzAA#v=onepage&q=tanda%20tanda%20klinis%20malnutrisi&f=false.
Hasroh, Yunita. 2010. Perubahan Berat Badan Anak Balita Gizi Buruk Yang Di Rawat Di Rsup
.H. Adam Malik Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58900/4/Chapter%20II.pdf.
Aritonang, Irianton., Priharsiwi, Endah. Busung Lapar. 2006. Cetakan Pertama. Yogyakarta :
Media Pressindo.
https://books.google.co.id/books?id=0w2vjCweWdQC&pg=PA25&dq=tanda+tanda+m
arasmus&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwie5_eb64HbAhVFMY8KHUcCBeQQ6AEIKjA
A#v=onepage&q=tanda%20tanda%20marasmus&f=false.
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Penyakit. Edisi Pertama. Jakarta : Pustaka
Obor.
https://books.google.co.id/books?id=epnxDQAAQBAJ&pg=PA42&dq=gejala+Obesita
s&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjglOaT84HbAhXLQo8KHadVB3sQ6AEIMDAC#v=o
nepage&q=gejala%20Obesitas&f=false.

Krisnatuti, Diah., Yenrina, Rina., Rasjmida, Dini. 2014. Diet Sehat Untuk PenderitaDiabetes
Mellitus. Cibubur : Parebar Swadaya.
https://books.google.co.id/books?id=rbtgCAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=penye
bab+diabetes+melitus&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjg1N_D94HbAhUMMI8KHVAG
DF4Q6AEIKzAB#v=onepage&q&f=false.
Meadow, Roy., Newell, Simon. 2002. Pediatrika. Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit Erlangga.
https://books.google.co.id/books?id=EsX3D_3jQnEC&pg=PA226&dq=tatalaksana+dia
betes+melitus&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwihyp-t-4HbAhXKqY8KHVeOC-
4Q6AEIKzAB#v=onepage&q=tatalaksana%20diabetes%20melitus&f=false.
Kemenkes RI. 2003. Hipertensi. Jakarta.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/...hipertensi.pdf

Gray, Huon H., Dawkins, Keith D., Morgan, John M., Simpson, Iain A. 2003. Lecture Notes
Kardiologi. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga.
https://books.google.co.id/books?id=VbLekHPo5CEC&pg=PA107&dq=tatalaksana+pe
nyakit+jantung+Koroner&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiM2YGctoLbAhWBvI8KHda
yAV4Q6AEILDAB#v=onepage&q=tatalaksana%20penyakit%20jantung%20Koroner
&f=false.
Utami, Prapti. 2009. Solusi Sehat MengatasiPenyakit Jantung Koroner. Cetakan Pertama. Jakarta
: Agromedia Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=OsIEJpVJ0OsC&pg=PA10&dq=penanganan+pen
yakit+jantung+koroner&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiV0JD3goXbAhWHFJQKHSaV
BUoQ6AEIMDAC#v=onepage&q=penanganan%20penyakit%20jantung%20koroner&
f=false.

You might also like