Professional Documents
Culture Documents
Petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah ini merupakan revisi
dari petunjuk pelaksanaan yang dibuat sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah atau pengukuran
kadastral. Revisi ini dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek baik teknis maupun non-
teknis yang berkembang di lapangan dan mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Revisi ini
ditujukan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan adanya buku petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
ini diharapkan pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dapat
dilaksanakan semakin baik di masa mendatang dan terdapat keseragaman dalam penyajian
hasil pengukuran.
Dalam penyusunan buku petunjuk pelaksanaan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran terbuka bagi penyempurnaan buku ini.
1. PENDAHULUAN 3
2. DASAR HUKUM 4
4. KOMPONEN TERKAIT 6
7. BIAYA 16
Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah ini berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/Ka.BPN) Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
untuk luas bidang tanah sampai dengan 10 Ha, Kantor Wilayah BPN Provinsi untuk luas
bidang tanah 10 Ha s/d 1.000 Ha, dan BPN RI untuk bidang tanah dengan luasan diatas
1.000 Ha. Pengukuran kadastral ini di BPN RI dilaksanakan oleh Sub-Direktorat Batas
Bidang Tanah, Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang (Dit. PB2TR), Deputi
Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah.
Dalam pelaksanaannya, pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di BPN RI dapat
dilimpahkan kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi, demikian juga dari Kantor Wilayah
BPN Provinsi kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan pertimbangan hal-hal
sebagai beikut :
Produk dari pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah adalah Peta Bidang Tanah
(PBT). Sebagai salah satu kegiatan dalam rangka pendaftaran tanah, PBT bukan
merupakan bukti kepemilikan tanah oleh karena produk akhir dari kegiatan pendaftaran
tanah dan sebagai bukti yang kuat atas hak atas tanah adalah sertipikat. Batas-batas
bidang tanah yang tergambar pada PBT merupakan batas-batas yang dimohon oleh
Peta Bidang tanah merupakan media dasar bagi panitia pemeriksaan tanah dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan tanah untuk mengklarifikasi kebenaran batas-batas
bidang tanah di lapangan, apakah telah sesuai dengan fakta penguasaan tanahnya atau
adanya penguasaan pihak lain di lapangan. PBT terlebih dahulu harus diverifikasi oleh
panitia pemeriksa tanah “B” sebelum di kutip sebagai surat ukur untuk lampiran
sertipikat. PBT dapat direvisi atau bahkan dapat dibatalkan apabila berdasarkan
pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah “B”atau berdasarkan bukti-bukti yang
sah menurut hukum di dalamnya terdapat penguasaan atau pemilikan pihak lain.
Mengingat bahwa pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah yang dilaksanakan
adalah dalam rangka pendaftaran tanah, maka PBT yang diterbitkan dalam rangka
permohonan HGU dalam waktu lima tahun harus ditindak lajuti dengan permohonan
haknya. Batas-batas yang tergambar pada PBT yang lebih dari lima tahun dapat
berubah oleh karena kejadian alam atau perbuatan manusia sehingga perlu dicek
kembali kesesuaiannya apabila lebih dari masa tersebut. Oleh karena itu, PBT yang telah
melebihi batas waktu berlakunya harus diperbaharui atau direvisi dengan dilengkapi
persyaratan dan ketentuan sebagaimana permohonan baru. PBT dapat dibatalkan
apabila dalam pemeriksaan tanahnya ditemukan bahwa bidang yang dimohon tidak
disertai bukti perolehan tanah. Selain itu PBT dapat batal dengan sendirinya apabila izin
lokasinya telah berakhir/dicabut namun pemohon tidak melakukan perolehan tanah
sama sekali atau terjadi perubahan batas penguasaan atau pemilikan.
2. DASAR HUKUM
Peraturan yang melandasi pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
adalah sebagai berikut :
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional.
4. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.
Pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dalam rangka pendaftaran tanah dengan
kekuatan bukti harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Data pengukuran (data ukur lapangan, gambar ukur, peta bidang, peta dasar
pendaftaran, surat ukur) yang diperoleh harus dapat mengkonstruksi kembali
(rekonstruksi) batas-batas bidang tanah yang bersangkutan di lapangan; dan
b. Batas-batas bidang tanah ditetapkan dengan persetujuan pemilik yang berbatasan
(contradicture delimitasi).
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang memenuhi kriteria diatas, pengukuran dan
pemetaan batas bidang tanah harus diikatkan pada titik dasar teknik atau witness marks
(titik obyek tetap yang dapat diidentifikasi di kemudian hari, dapat berupa obyek alami
maupun titik tetap buatan manusia) agar dapat direkonstruksi kembali batas-batasnya.
Disamping itu, pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah harus dilaksanakan
dengan standar ketelitian yang ditetapkan, seperti dengan melakukan jumlah
pengamatan tertentu, membuka tutupan kanopi atau lainya yang dapat menyebabkan
multipath, dan lain sebagainya.
Untuk menghindari terjadinya penerbitan sertipikat pada lokasi yang sama, hasil
pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah harus dipetakan pada peta dasar
pendaftaran tanah. Yang dimaksud peta dasar pendaftaran tanah adalah peta rupa bumi
yang digunakan sebagai media dasar untuk memetakan bidang-bidang tanah yang telah
bersertipikat/terdaftar. Dalam satu Kantor Pertanahan, peta dasar yang digunakan untuk
pemetaan bidang-bidang tanah harus tunggal yang mencakup seluruh wilayah
administrasi. Peta dasar yang digunakan untuk pemetaan bidang-bidang tanah biasanya
peta skala dasar skala 1/1.000 atau 1/2.500 untuk pemetaan bidang-bidang tanah yang
luasnya kecil dan 1/10.000 atau 1/25.000 untuk pemetaan bidang-bidang tanah yang
4. KOMPONEN-KOMPONEN TERKAIT
Komponen-komponen yang terkait dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas
bidang tanah adalah :
a. Unit Pelaksana pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah :
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, unit pelaksana pengukuran dan pemetaan
batas bidang tanah adalah :
- Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk bidang tanah dengan luas di bawah 10
Ha.
- Kantor Wilayah BPN Provinsi untuk bidang tanah dengan luas 10 Ha s/d 1000 Ha.
- Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk bidang tanah dengan luas
di atas 1000 Ha.
b. Subyek pemohon pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
Subyek Hak Atas Tanah yang boleh mengajukan permohonan pengukuran dan
pemetaan batas bidang tanah berdasarkan pasal 20, 30, 36 UUPA adalah :
- Warga Negara Indonesia
- Badan Hukum yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Khusus untuk permohonan Hak Pakai, berdasarkan Pasal 42 UUPA, selain subyek hak
tersebut di atas, Hak Pakai dapat diberikan kepada orang asing atau badan hukum
asing yang berkedudukan di Indonesia.
c. Obyek hak atas tanah yang dapat diajukan permohonan pengukuran dan pemetaan
batas bidang tanahnya berdasarkan UUPA adalah :
- Tanah adat
- Tanah negara
Terkait dengan permohonan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dalam
rangka permohonan Hak Guna Usaha, pemohon wajib memperoleh ijin lokasi dari
Bupati, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2 Tahun 1999. Dalam peraturan tersebut juga diatur mengenai batas
luas maksimum penguasaan tanah yang dapat diberikan ijin lokasi untuk hak guna usaha
di bidang perkebunan untuk semua komoditas, yaitu 20.000 Ha dalam satu provinsi
untuk semua komoditas kecuali tebu, 60.000 Ha untuk komoditas tebu, 100 Ha untuk
bidang usaha tambak di Jawa dan 200 Ha untuk bidang usaha tambak di luar pulau Jawa.
Apabila tanah yang diajukan permohonan tersebut merupakan kawasan hutan, maka
terhadap tanah tersebut perlu adanya pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala
2. Perhitungan biaya
Prosedur yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah :
2.a. Memeriksa dokumen ijin lokasi
2.b. Melakukan telaah areal yang dimohon dengan memanfaatkan database Peta
Bidang Tanah yang telah diterbitkan, peta Ijin Lokasi, peta RTRW, peta
Kehutanan, dll.
2.c. Menghitung besarnya biaya pengukuran berdasarkan PP 13 Tahun 2010
berdasarkan Peta Telaah di atas.
2.d. Membuat Surat Perintah Setor dalam hal pengukuran dilaksanakan oleh BPN RI
atau Surat Pelimpahan Pengukuran dalam hal pengukuran dilimpahkan kepada
Kantor Wilayah.
4. Persiapan pengukuran
Sebelum melaksanakan pengukuran, tim pengukuran menyiapkan Peta Rencana
Pengukuran yang merupakan hasil telaah beberapa data yang ada seperti; Peta
Permohonan, Peta Ijin Lokasi, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Peta Tata
Guna Hutan Kesepakatan, Peta Pelepasan Kawasan Hutan, database bidang tanah
BPN dan data lain yang penting. Peta Rencana Pengukuran dan dokumen yang ada
selanjutnya disampaikan oleh Tim Pengukuran bersama dengan Pemohon melalui
ekspose rencana pengukuran yang dilaksanakan berjenjang dari BPN RI, Kantor
Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan. Prosedur ini juga berlaku terhadap
permohonan pengukuran yang merupakan pelimpahan dari mulai BPN RI kepada
Kantor Wilayah BPN. Karena pelaksana pengukuran adalah dari Kantor Wilayah maka
ekspose rencana pengukuran dilaksanakan hanya dilaksanakan di Kantor Wilayah
dan Kantor Pertanahan.
5. Pengukuran lapangan
Prosedur ini mencakup koordinasi dengan instansi setempat, pelaksanaan
pengukuran, pembuatan gambar ukur dan penyampaian hasil pengukuran di Kantor
Pertanahan Kabupaten, Kantor Wilayah BPN dan BPN RI. Dalam melaksanakan
pengukuran, Petugas ukur melaksanakan pekerjaan sesuai dengan penunjukan
batas-batas bidang tanah yang ditunjuk oleh Petugas Penunjuk Batas dari Pemohon.
Pengukuran batas bidang tanah ini wajib diikatkan pada Titik Dasar Teknis yang
merupakan jaringan Titik Kerangka Dasar Kadastral Nasional Orde II atau III.
Metode pengukuran batas bidang tanah dapat dilakukan dengan metode terrestrial
(sudut dan jarak) atau metode pengamatan satelit (GPS,Glonass). Penggunaan
beberapa metode tersebut disesuaikan dengan luas dan kondisi lapangan. Untuk
metode terestrial dilakukan apabila luas bidang tanah yang dimohonkan tidak terlalu
luas sehingga tidak membutuhkan waktu pengukuran yang lama. Pengukuran dengan
metode pengamatan satelit dilakukan terhadap bidang tanah yang luas.
Metode yang digunakan adalah Rapid Static Positioning atau Real Time Stop and Go.
Lama pengamatan bergantung pada panjang baseline (jarak titik batas ke titik
referensi), jumlah/geometri satelit dan jarak antar epoch. Berbasiskan differential
positioning dengan menggunakan data fase dan harus diperoleh fixed ambiguity
resolution. Ketelitian pengukuran posisi dengan GPS adalah 5 cm. Jarak antar Patok
Batas maksimal 500 meter.
Seluruh data pengukuran dan pemetaan tersebut wajib ditampilkan pada Gambar
Ukur dan ditandatangani oleh seluruh Petugas Ukur, Penunjuk Batas, para Kepala
Desa dan Pemohon.
Prosedur yang dilakukan dalam tahap ini dapat dilihat dalam diagram berikut ini :
Mulai
Pelaksanaan BA Penundaan
Tim Pengukuran Pengukuran Pengukuran Data Pengamatan
Tidak
Ya
Selesai
Mulai
Tidak
Toleransi?
Ya
Daftar koordinat
Pembuatan Daftar (hardcopy)
Petugas Perhitungan Koordinat File softcopy *.xls ;
*.csv ; *.scr
Selesai
Mulai
Direktur Menerbitkan
Surat Tugas
Petugas
Surat Tugas
Penggambaran Menerima Surat Tugas
Petugas
Memenuhi
Penggambaran Syarat ?
Tidak
Ya
Melakukan pengolahan
Petugas pengolahan data
data
Memenuhi
Syarat ?
Tidak
Ya
dan
Tim Pemeriksa
Memenuhi
Tidak B
Syarat ?
Ya
Koordinator, Petugas
penggambaran, Kasi/
Menandatangani peta Peta Bidang Tanah
Pemeriksa, Kasubdit,
Direktur
Menyerahkan peta
Petugas penggambaran kepada bagian Peta Bidang Tanah
penyajian
Selesai
Untuk menghasilkan Peta Bidang Tanah yang sesuai standar pemetaan di seluruh
lingkungan Badan Pertanahanan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah BPN
Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, maka dalam proses pembuatan
peta digunakan Standarisasi Layer yang dibuat oleh Pusat Data dan Informasi BPN RI.
Layer-layer standar yang digunakan dalam pembuatan peta dimaksud dapat dilihat
pada Lampiran.
9. Pembuatan Laporan
Laporan berisi informasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh tim petugas ukur dan
eksisting keadaan lapangan yang ditemukan pada saat dilakukan pengukuran
termasuk informasi tentang permasalahan/sengketa tanah yang terjadi areal/objek
pengukuran (apabila ada).
Dalam laporan tersebut disampaikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mulai
tahap awal hingga tahap akhir, antara lain :
a. Persiapan dan perencanaan pekerjaan, antara lain penyampaian data/dokumen,
tim pengukuran, peralatan.
b. Deskripsi mengenai kondisi lapangan
c. Teknis pelaksanaan pekerjaan
d. Hasil pengukuran, diinformasikan hasil perincian bidang tanah yang telah diukur
beserta luasnya. Selain itu juga dapat dilaporkan beberapa hal penting mengenai
kondisi maupun permasalahan yang ditemukan di lapangan untuk ditindaklanjuti
dan menjadi pertimbangan pada saat penerbitan Peta Bidang Tanah maupun
pada Sidang Panitia B.
e. Lampiran, meliputi daftar koordinat tugu batas, dokumen/warkah, dan data lain
yang perlu dilampirkan.
Keterangan :
- 𝐓𝐔 adalah Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam rangka
Penetapan Batas.
- L adalah luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).
- 𝐇𝐒𝐁𝐊 𝐔 adalah Harga Satuan Biaya Khusus kegiatan pengukuran yang berlaku untuk
tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor yang terkait dengan
keluaran (output) kegiatan.
Contoh :
Permohonan pengukuran bidang tanah seluas 1.882,42 Ha terdiri atas 2 (dua) bidang
yaitu Bidang I seluas 1.700,04 Ha dan Bidang 2 seluas 182,38 Ha. Maka sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (bila HSBKu provinsi adalah 50.000), biaya permohonannya adalah :
= Rp 255.799.500,-
Setelah dilaksanakan pengukuran bidang tanah terdapat perbedaan luas dan perbedaan
jumlah bidang tanah yaitu Bidang A seluas 1.730,22 Ha, Bidang B seluas 473,52 Ha dan
Bidang C 189,19 Ha. Biaya pengukuran sesuai dengan penyesuaian tarif adalah :
Rp 37.648.750,- = 331.349.750,-
Rp 75.550.250,-
a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), yang selanjutnya dirinci dalam Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK), merupakan dokumen pelaksanaan anggaran
berdasarkan Undang-Undang APBN yang diantaranya menetapkan besaran alokasi /
batas pagu belanja yang dapat digunakan dan dicairkan dalam tahun anggaran
bersangkutan.
Selanjutnya porsi penggunaan dana PNBP diatur pula dalam Surat Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor: 2194/2.1-100/VI/2011 tanggal 28 Juni 2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana PNBP dan juga Surat Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor: 312/2.1-100/I/2012 tanggal 30 Januari 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan APBN TA 2012 di Lingkungan BPN-RI .
Dalam kedua surat tersebut dijelaskan bahwa Untuk kegiatan pelayanan yang
operasionalnya memerlukan pekerjaan lapang, besaran anggaran operasional
pelayanan pertanahan adalah maksimum sebesar 80% (delapan puluh persen) dari ijin
penggunaan maksimum PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan ( 80% x 85,54% x
SSBP). Pola belanja dihitung secara proporsional sesuai realisasi penerimaan dengan
tetap mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK sedangkan besarnya
volume satuan menyesuaikan jumlah penerimaan.
Contoh :
Penerimaan PNBP
Maka biaya paling tinggi yang dapat digunakan dalam operasional layanan adalah
sebesar :
Belanja operasional tersebut dalam POK tahun 2012 telah terbagi menjadi :
Biaya Pekerjaan pengukuran lapangan dengan alokasi MAK 521219 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya yang proporsional dari tarif pengukuran digunakan untuk honor
petugas ukur, uang lapangan (transportasi lokal di areal pengukuran, akomodasi di
lapangan, perlengkapan petugas ukur dan pembantu ukur, upah tukang rintis dan lain-
lain pengeluaran di lapangan) dan honor penunjuk batas/aparat desa.
Dalam rangka pencairan tersebut dipersiapkan Surat tugas Direktur Penetapan Batas
Bidang Tanah dan Ruang kepada tim pengukuran dengan jumlah anggota tim
didasarkan kepada Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 17/KEP-
300.16.16.1/I/2012 Tanggal 9 Januari 2012 untuk jumlah petugas ukur yang akan
ditugaskan dalam rangka pengukuran di lapangan. Terhadap pekerjaan lapangan ini
biaya tersebut langsung dibayarkan ke petugas ukur dengan pembiayaan berupa paket
kegiatan dengan proporsi koordinator pengukuran 1,5 kali petugas ukur. Satu Tim
pengukuran dari BPN RI minimal terdiri dari 2 (dua) orang yang terdiri dari 1 (satu)
orang koordinator pengukuran dan 1 (satu) orang petugas ukur. Koordinator
pengukuran mempunyai tanggung jawab mempersiapkan tim, pengukuran lapangan,
mengkoordinir kegiatan lapangan, mengolah data dan melaporkan hasil pengukuran.
Oleh karena itu Koordinator Pengukuran memperoleh porsi 1,5 kali petugas ukur.
Untuk porsi pengolahan data dan pengelolaan yang dapat digunakan dan dicairkan
dibatasi oleh dan mengacu kepada :
Untuk menghasilkan Peta Bidang Tanah yang sesuai standar pemetaan di seluruh
lingkungan Badan Pertanahanan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah BPN
Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, maka perlu diatur format standar Peta
Bidang Tanah dimaksud. Format standar yang digunakan dalam Peta Bidang Tanah
menggunakan standar pemetaan yang telah ditetapkan oleh Pusat Data dan Informasi
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (Pusdatin). Standar tersebut mengatur
tentang :
1. Standarisasi layer yang digunakan,
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi BPN RI telah melaksanakan
GeoKKP untuk menyusun data spasial pertanahan yang terintegrasi dan terstandar
sehingga memudahkan dalam pengelolaan informasi pertanahan, salah satunya di
bidang pengukuran pemetaan. Pada penggambaran peta bidang tanah telah
dibuatkan standarisasi terkait dengan penyajian informasi antara lain; format
lembar peta, skala peta, kotak keterangan, dan simbol peta.
Dengan adanya Aplikasi GeoKKP maka pembuatan Peta Bidang Tanah harus dibuat
dengan metode digital, oleh karena itu ada ketentuan standarisasi pada data digital
hasil kartografi maupun pencetakan dalam lembar peta. Hal-hal yang perlu
ditambahkan khusus standarisasi pada data digital diantaranya adalah memasukkan
simbol-simbol/data peta dalam layer sesuai standar. Dengan melalui standarisasi ini
maka warna, bentuk, ukuran akan menjadi standar dan petugas gambar perlu untuk
menyesuaikan simbol-simbol yang terdapat pada peta tersebut (misalnya jalan,
sungai teks) dengan skala petanya. Hasil dari standarisasi data digital menghasilkan
plotting/pencetakan peta bidang tanah yang sesuai dengan standar.
2. Standarisasi format dan cara penulisan catatan dalam Peta Bidang Tanah,
Pada lembar muka peta perlu dicantumkan catatan yang berisi informasi tentang :
1) Dasar-dasar dilaksanakannya pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
dalam rangka pengajuan hak guna usaha, antara lain berupa ijin lokasi, dan Izin
Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan untuk bidang tanah yang
terletak dalam kawasan hutan. Untuk pengukuran diatas 1.000 Ha yang
pelaksanaan pengukurannya dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Provinsi harus
A B C D
A : Nomor Urut/Index Penerbitan Peta
B : Kode Provinsi
C : Kode Kabupaten/Kota
D : Tahun Penerbitan Peta Bidang Tanah
A B C D E
A : dua angka untuk kode provinsi
B : dua angka untuk kabupaten
C : dua angka untuk kode kecamatan, pada bidang tanah HGU diberi kode “00”
D : dua angka kode desa, pada bidang tanah HGU diberi kode “00”
E : lima angka untuk Nomor Identifikasi Bidang
Pejabat yang berwenang mengesahkan pada Peta Bidang Tanah tersebut dapat dilihat
pada kolom dibawah ini.
1. BPN RI
Catatan :
Demikian petunjuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah (pengukuran
kadastral) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
OBJEK LINIER
UNSUR ADMINISTRASI
UNSUR KADASTRAL
UNSUR PERAIRAN
UNSUR TRANSPORTASI
2 Batas Jalan Tanah tebal 0,00; spasi 0,1‰ x fs; ACAD_ISO03W100 20 040400
3 Batas Jalan Setapak tebal 0,00; spasi 0,1‰ x fs; ACAD_ISO07W100 20 040800
UNSUR TEMATIK
2 Batas Rencana Tata Ruang Wilayah tebal 0,00; spasi 5‰ x fs; FENCELINE1 80 090400
3 Batas Pelepasan Kawasan Hutan tebal 0,00; spasi 5‰ x fs; FENCELINE1 80 090400
OBJEK TEKS
UNSUR ADMINISTRASI
1 Desa Nama Desa/Kelurahan tebal 0.25; ukuran 2.5‰ x fs ; font Arial 42 080105
2 Kecamatan Nama Kecamatan tebal 0.25; ukuran 3‰ x fs; font Arial 42 080104
3 Kabupaten Nama Kabupaten/Kota tebal 0.25; ukuran 3.5‰ x fs; font Arial 42 080103
4 Provinsi Nama Provinsi tebal 0.25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 42 080102
5 Negara Nama Negara tebal 0.25; ukuran 4.5‰ x fs; font Arial 42 080101
NO SYMBOL NAMA UKURAN WARNA LAYER
UNSUR KADASTRAL
1 14.06.00.00.00234 Nomor Identifikasi Bidang tebal 0.25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 255 080201
2 PT.PERUSAHAAN Nama Pemilik HGU/Nomor Peta tebal 0.25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 255 080204
UNSUR PERAIRAN
1 S.Nama Nama Sungai tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Italic 160 080301
2 Saluran Nama Saluran tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Italic 140 080302
3 D. Nama Nama Danau tebal 0.09; ukuran 2.5‰ x fs; font Italic 50 080303
4 Rawa Nama Rawa tebal 0.09; ukuran 2.5‰ x fs; font Italic 150 080304
UNSUR TRANSPORTASI
1 Jl.Nama Nama Jalan diperkeras tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080401
2 Jl.Nama Nama Jalan Tanah tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080402
3 Jl.Nama Nama Jalan Setapak tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080404
4 Nama Rel Kereta Api tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 10 080405
5 Nama Rel Lori tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080406
6 Nama Nama Jembatan tebal 0.09; ukuran 2‰ x fs; font Romans 20 080407
UNSUR TEMATIK
1 Enclave Nama Enclave tebal 0,25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 255 080204
2 Plasma Nama Kebun tebal 0,25; ukuran 2.5‰ x fs; font Arial 70 080901
3 APL Nama Areal Kehutanan tebal 0,25; ukuran 4‰ x fs; font Arial 80 080904
UNSUR KADASTRAL
1 012 Nama Titik Dasar Teknik Orde 0 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080601
2 012 Nama Titik Dasar Teknik Orde 1 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080602
3 01234 Nama Titik Dasar Teknik Orde 2 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080603
4 0123456 Nama Titik Dasar Teknik Orde 3 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080604
5 2 Nama Titik Dasar Teknik Orde 4 tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080605
6 2 Nama Titik Perapatan tebal 0.13; ukuran 1.5‰ x fs; font Arial 1 080606
7 Nama Titik Pengukuran tebal 0.13; ukuran 2‰ x fs; font Arial 1 080608
OBJEK TITIK
UNSUR KADASTRAL
UNSUR TEMATIK
UNSUR PETA
Keterangan :
‰ : 1/1000
KODE KANTOR