You are on page 1of 22

PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.

S FK
UKRIDA

Struktur dan Mekanisme Ginjal


Jessica Tiffani Novaria Sinaga
102013226
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: tiffany_jessica@ymail.com

Pendahuluan
Keberlangsungan hidup serta fungsi sel secara normal bergantung pada pemeliharaan
konsentrasi garam, asam, dan juga elektrolit didalam cairan internal sel tersebut. Kelangsungan
hidup sel juga bergantung pada pengeluaran sisa-sisa metabolisme yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri. Untuk melakukan hal itu semua tubuh kita memerlukan adanya ginjal yang berperan
penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi plasma, elektrolit dan
juga air. Saat ginjal memfiltrasi plasma, zat-zat yang masih diperlukan akan dipertahankan
sedangkan zat-zat yang tidak terpakai lagi oleh tubuh atau berlebihan jumlahnya akan dibuang
memalalui urin.
Dalam hal ini yang paling penting adalah kemampuan ginjal mengatur volume dan
osmolaritas lingkungan cairan internal dengan control keseimbangan air dan juga garam, selain
itu kemampuan ginjal untuk membantu mengatur perubahan pH dengan mengontrol asam dan
basa yang akan dikeluarkan dari tubuh.
Dengan menyesuaikan jumlah air dan berbagai komposisi plasma yang akan disimpan
dalam tubuh atau dikeluarkan memalalui urin, ginjal mampu mempertahankan keseimbangan air
dan elektrolit dalam waktu yang relative singkat sesuai kebutuhan mahkluk hidup tersebut. Oleh
karena itu jika ada salah satu komponen ginjal mengalami kerusakan akan dapat menyebabkan
terganggunya proses homeostasis tubuh, karena itu maka dalam makalah ini akan membantu
pembaca mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang ginjal baik itu struktur dan fungsinya.
Isi
Struktur makroskopis dan topografi ginjal
Ren atau ginjal berbentuk seperti kacang merah dan terletak retroperitoneal yaitu
diantara peritoneum parietale dan fascia transversa abdominis. Ginjal kiri terletak setinggi costa

1
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ginjal kanan terletak setinggi costa XII atau vetebra
lumbal 3-4. Di ginjal ada jaraknya yaitu, jarak antara extremitas superior ginjal kanan dan kiri
yaitu 7 cm, jarak antara extremitas inferior ginjal kanan dan kiri yaitu 11 cm, dan jarak antara
extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm. Mempunyai panjang 11 cm, lebar 6 cm dan
tebal 4 cm. Ginjal mempunyai berat 130-150 gram. Pada ginjal juga terdapat 2 kutub yaitu kutub
atas yang berada di Th.XII (di bawah iga ke -12) dan kutub bawah yang berada 2cm di atas
bidang transumbilical. Mempunyai permukaan depan dan belakang serta tepi medial dan lateral
juga mempunyai hilus setinggi bidang transpylorik. 1

Gambar 1. Letak Ginjal.


Sumber: https://www.google.com/search?q=letak+ginjal&source=lnms&tb=renc
Ginjal memiliki:
1. Dua extremitas yaitu extremitas superior dan extremitas inferior. Kedua extremitas
superior ditempati oleh glandula suprarenalis (anak ginjal) yang dipisahkan dari ginjal oleh
lemak perirenalis.
2. Dua margo yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang
berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat pintu yang disebut hilus renalis dan
merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, saraf, lymphe dan ureter. Hilus
renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut sinus renalis
3. Dua facies yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior yang
berbentuk pipih. 1

2
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Gambar 2. Batas-batas Ginjal.


Sumber : https://www.google.com/search?q=batas+batas+ginjal
Ginjal dibungkus oleh:
1. Capsula fibrosa
Capsula fibrosa melekat pada ginjal dan mudah dilepas. Capsula fibrosa hanya
membungkus ginjal.
2. Capsula adiposa
Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal dan anak ginjal
(glandula suprarenalis). Capsula adiposa bagian depan lebih tipis daripada bagian
belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa.
3. Fascia renalis
Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia
prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di belakang ginjal. Kedua ginjal.1

3
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Gambar 3. Pembungkus Ginjal.


Sumber : https://www.google.com/search?q=pembungkus+fibrosa&source=lnms&tbm
Bagian-bagian ginjal:

 Korteks

 yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat korpus renalis atau badan malpighi
yang terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman, tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis. Glomelurus adalah kumpulan cabang – cabang yang halus
atau anyaman pembuluh darah kapiler di bagian korteks, sedangkan kapsula bowman
adalah lapisan yang melingkupi glomelurus, bentuknya seperti cawan dan berdinding
ganda. Didalam korteks terjadi proses penyaringan darah yang akan menghasilkan fltrat
yang nantinya akan menjadi urin.2
 Medulla
 berbentuk kerucut atau renal pyramid dengan jumlah 9-14. Medulla merupakan
tempat berkumpulnya pembuluh darah kapiler dari kapsula Bowman. Didalam
medulla akan terjadi proses reabsorbsi dan augmentasi oleh tubulus proksimal dan
tubulus distal. Lengkung henle juga merupakan bagian dari yang menghubungkan
tubulus proksimal dengan tubulus distal.2
 Columna renalis
 yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Hilus renalis
 yaitu suatu bagian di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki atau
meninggalkan ginjal.

4
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

 Papilla renalis
 yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
 Calix minor
 yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major
 yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis
 disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.2

Gambar 4. Bagian-bagian Ginjal.


Sumber : https://www.google.com/search?q=bagian+bagian&source=ginjal&tbm
Perdarahan Ginjal

Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal
dan masuk ke hilus melalui cabang arteri segmentalis anterior dan posterior. Arteri segmentalis
anterior dan posterior akan mengalir di antara piramida-piramida ginjal sebagai arteri
interlobaris. Arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arkuata. Arteri arkuata berada di
perbatasan antara korteks dan medula.2,3

Arteri arkuata akan berjalan menuju korteks dan bercabang menjadi arteri interlobularis.
Arteri interlobularis akan bercabang enjadi arteriol aferen. Satu arteriol aferen membentuk

5
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus. Arteriol eferen meninggalkan setiap glomerulus
dan membentuk jaring-jaring kapiler lain, yaitu kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus
kontortus proksimal dan distal.2,3

Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron yukstaglomerular memiliki perpanjangan


pembuluh kapilar panjang yang lurus disebut vasa rekta yang berdescenden ke dalam piramida
medula. Lekukan vasa rekta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa Henle.
Lengkungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa Henle dan kapilar serta
memegang peranan dalam konsentrasi urin.2,3

Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan
membentuk vena interlobularis. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena
arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena
renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena cava inferior.2,3

Gambar 5. Vaskularisasi Ginjal.


Sumber : https://www.google.com/search?q=vaskularisasi+ginjal&source=lnms&tb=renc
Persarafan Ginjal

Persarafan ginjal dibentuk oleh plexus renalis yang merupakan cabang dari plexus
coeliacus. Plexus ini terdiri dari dua saraf yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf
simpatis vasomotorikbersama visceral aferen yang akan mengalirkan rasa nyeri pada segmen T4-
T12, sedangkan saraf parasimpatis dari nervus vagus.4

6
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Struktur Mikroskopik Ginjal

Medulla

Medula pada ginjal yang dibentuk dari struktur piramidal yang dikenal sebagai piramida
ginjal. Medula terletak di dekat sisi cekung ginjal. Puncak piramida dikenal sebagai papilla.
Papilla memenuhi kelopak, sebuah cabang dari pelvis ginjal. Basal bagian dari struktur piramida
memanjang dan memperluas saat mereka tumbuh menuju korteks. Ruang antara piramida ginjal
dikenal sebagai kolom ginjal.5

Korteks

Korteks ginjal yang terdiri dari dua jenis jaringan, sinar meduler dan ‘labirin Ludwig’
atau ‘substansi kortikal proper. Sinar meduler, juga dikenal sebagai ‘Henle’ Berbentuk silinder
dan selaras sejajar satu sama lain. Sinar meduler adalah ekstensi struktur piramidal, sedangkan
substansi yang tepat kortikal diselingi antara mereka. Labirin Ludwig berisi struktur kecil yang
dikenal sebagai glomeruli atau Malphigi tubulus. Ruang antara korteks dan medula mengandung
pembuluh darah yang merupakan bentuk Arkade. Pembuluh darah ini berjalan sejajar dengan
permukaan korteks.5

Pelvis ginjal atau Arteri

Arteri ginjal memasuki sisi cekung ginjal melalui hilus. Cabang renal pelvis keluar ketika
bergerak menuju bagian kortikal pada ginjal. Cabang arteri di sudut kanan atau dengan cara yang
miring. Cabang-cabang di dasar pelvis ginjal dikenal sebagai kelopak utama, sedangkan, yang
lebih kecil dengan diameter dan jauh dari itu, adalah kelopak kecil.5

Jaringan ikat

Bahan hadir antara bagian utama dari ginjal yang dibentuk dari pembuluh darah, stroma
dan tubulus pengumpul. Bagian-bagian dari ginjal tampak lebih seperti zat koloid sama sekali.5

7
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Tubulus ginjal

Tubulus ginjal adalah tabung kecil yang memiliki diameter 0.2mm. Tabung baik
mengikuti lintasan lurus atau memelintir di sekitar mereka. Setiap tubulus ginjal berasal dari
struktur seperti kantung hadir di sekitar glomerulus. Struktur ini dikenal sebagai kapsul
Bowman.5

Nefron
Nefron adalah unit penting dari ginjal yang menyaring darah untuk mengontrol dan
mengatur konsentrasi zat, seperti air dan garam natrium. Tubulus ginjal dalam nefron
mengeluarkan bahan limbah, sementara sel-sel ginjal (dalam nefron) menyerap zat yang
diperlukan. Nefron mengatur tekanan darah dan volume darah. Mereka dikendalikan oleh sistem
endokrin. Hormon-hormon seperti aldosteron, hormon paratiroid dan antidiuretik membantu
hormon dalam regulasi fungsi nefron. Nefron kortikal dan nefron juxtamedullary adalah dua
jenis nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas glomelurus,
tubulus kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes.6

Gambar 6. Nefron.
Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

8
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Korpus malphigi

Korpus Malphigi terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul ini
menyelubungi kapiler glomerulus disebut lapisan visceral. Lapisan luar membentuk batas luar
korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula Bowman. Antara kedua lapis ini terdapat
ruang urinarius yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan
visceral. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vascular tempat masuknya arteriol aferen dan
keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal
berasal.6

Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina
basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius epitelnya berubah menjadi selapis
kuboid atau silindris rendah.6

Gambar 7. Korpus Malphigi.


Sumber: Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

9
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Sel-sel lapisan visceral disebut podosit. Di antara sel-sel endotel bertingkap dan kapiler
glomerulus dan podosit yang menutup permukaan luarnya, terdapat membrane basal yang tebal.
Lapisan ini berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius.
Dengan bantuan mikroskop electron dapat dibedakan lapisan tengah yang padat electron (lamina
densa) dan lapisan electron yang lebih lusen pada masing-masing sisi (lamina rara). Selain sel
endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang melekat pada
dindingnya.6

Gambar 8 Macula Densa.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

Gambar 9. Sel podosit.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

10
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Tubulus-tubulus nefron yang terdapat pada korteks antara lain tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berukuran lebih besar
dengan inti sel epitelnya tersusun berjarak. Tubulus ini memiliki banyak mikrovili pada
lumennya yang membentuk brush border. Tubulus kontortus distal memiliki bentuk yang lebih
bulat dengan inti sel epitelnya tersusun rapat yang terkadang akan membentuk suatu bentukan
yang disebut macula densa pada apparatus juxtaglomerular.6

Gambar 10. Tubulus Kontortus Proksimal.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

Tubulus Kontortus Proksimal, panjangnya mencapai 15mm dan sangat berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan
mikrovilus (brush border) dan mamperluas area permukaan lumen.6

Pada bagian medulla dapat ditemui ansa Henle segmen tipis, ansa Henle segmen tebal
pars asendens, ansa Henle segmen tebal pars desendens, dan duktus koligens.6
Ansa Henle, tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang
masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke
atas membentuk tungkai asenden ansa Henle.6

11
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Gambar 11. Ansa Henle.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed.Saunders; 2007. h.300-99

Gambar 12. Tubulus Kontortus Distal.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk
segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol
aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel ermodifikasi yang
disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh
penurunan ion natrium.6

12
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot
polos termodifikasi yang disebur sel jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan
tekanan darah untuk memproduksi renin. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium
saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam
pengaturan tekanan darah.6

Gambar 13. Ducktus Koligen.


Sumber : Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology 3rd ed. Saunders; 2007. h.300-99.

Gambar di atas merupakan gambar duktus Koligens dengan ciri khasnya yaitu epitelnya yang
berbatas tegas dan sangat jelas.6

Fungsi Ginjal 7

1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.


2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O. Fungsi ini pentung untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau
keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel
yang merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstraseluler, termasuk
natrium (Na+), klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (PO43-), sulfat (SO42-), dan magnesium (Mg2+). Bahkan fluktuasi kecil
konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam cairan ekstraseluler dapat berpengaruh besar,

13
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal
dalam keseimbangan garam dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6. Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan
kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-bahan sisa ini menjadi racunm terutama
bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat aditif makanan, pestisida, dan bahan
eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritropoetrin suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang
penting dalam penghematan garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Mekanisme Kerja Ginjal

Secara garis besar ada tiga mekanisme utama kerja ginjal yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan
sekresi. Dimana ketiganya bekerja dalam proses pembentukan urin.7

1. Filtrasi
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam glomerulus, sehingga disebut filtrasi glomerulus.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Selain itu membran Glomerulus seratus kali lipat lebih
permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain. Beberapa faktor yang mempermudah proses
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Tekanan
darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi filtrasi
glomerulus.7

Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung

14
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

protein. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.7

 Mekanisme kerja Filtrasi Glomerulus :


Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk
kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligetes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan
akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan
epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus,
terjadi filtrasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul Bowman.
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati 3 lapisan yang
membentuk membran glomerulus :7

1. Dinding kapiler Glomerulus


2. Membran basal
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.

Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang
menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain yg
memiliki ukuran molekul lebih kecil. Melalui Filtrasi Glomerulus, setiap hari terbentuk rata-rata
180 liter ( sekitar 47,5 galon ) filtrat glomerulus. Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-
zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan
bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus ( lumen tubulus ) ke dalam darah ini
disebut reabsorpsi tubulus.7

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan
menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupun
direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan
waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.7

15
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih
rendah dibandingkan pada pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain
ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang
terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh
adanya berbagai tekanan sebagai berikut:

a. Tekanan darah kapiler pada glomerulus 55 mm Hg


b. Tekanan hidrostatik kapsula bowman 15 mmHg
c. Tekanan osmotik koloid plasma 30 mmHg

Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada capsula bowman. serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin
rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.7

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi GFR, diantaranya:


a. Tekanan glomerulus
Semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi, semakin tinggi
tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan
capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b. Aliran darah ginjal
Semakin cepat aliran darah ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi.
c. Perubahan arteriol aferen
Apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabkan aliran darah ke
glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun
begitupun sebaliknya.
d. Perubahan arteriol efferent
Pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan laju filtrasi
glomerulus begitupun sebaliknya.
e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus.

16
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan


menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.

Komposisi Filtrat Glomerulus


Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200
protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat dalam
cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrat glomerulus hampir
sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrat tersebut
direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.7

2. Reabsorpsi
Reabsorpsi ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat selektif, bervariasi,
dan sangat luar biasa. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi
diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali
diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, rata-rata 178,5 liter diserap kembali
dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Semua
konstituen plasma, kecuali protein, secara nondiskriminatif difiltrasi bersama-sama melintasi
kapiler glomerulus.7

Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan disreabsorpsi kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat
sisa dan urea. Direabsorpsinya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino
direabsorpsi melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin,
kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi
maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan
ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya urea.7

17
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

 Mekanisme Reabsorpsi Tubulus :


Ada 5 langkah yang terjadi didalam reabsorpsi tubulus, yaitu :

1. Bahan-bahan yang akan direabsorpsi kecuali H2O harus meninggalkan cairan tubulus dengan
melintasi membran luminal sel tubulus.

2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.

3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.

4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan intertisium.

5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.

Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus yaitu :


a. Reabsorpsi Aktif : memerlukan energi.
 Zat-zat yang mengalami reabsorpsi aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+,
PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino.
b. Reabsorpsi Pasif : Tidak memerlukan energi.
 Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen
tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrat
dan perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami reabsorpsi
pasif, misalnya urea,sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis.6

Reabsorpsi glukosa

Glukosa adalah bahan yang direabsorpsi secara aktif dan terjadi di tubulus kontortus
proksimal. Konsentrasi glukosa plasma normal adalah 100 mg glukosa/ 100 ml plasma.
Karena glukosa terfiltrasi secara bebas di glomerulus makan bahan ini melewati kapsula
bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi di plasma. Karena itu terdapat 100
mg glukosa untuk setiap 100 ml plasma yang difiltrasi. Dengan 125 ml plasma yang difiltrasi
secara normal setiap hari (LFG / laju filtrasi glomerulus rata rata = 125 ml/ menit ) maka 125
mg glukosa akan melewati kapsula bowman dengan filtrat ini setiap menit. Jumlah setiap

18
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

bahan yang difiltrasi per menit dikenal sebagai jumlah terfiltrasi yang dapat dihitung sebagai
berikut :8
Jumlah filtrasi suatu bahan = konsentrasi plasma bahan x LFG bahan
= 100 mg/100 ml x 125 ml/ menit
= 125 mg/ menit
Pada LFG tetap jumlah filtrasi glukosa berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa
plasma.
Maksimum tubulus ( Tm) untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/ menit yaitu mekanisme
pengangkut glukosa mampu secara aktif mereabsorbsi hingga 375 mg glukosa per menit
sebelum mencapai kemampuan transpor maksimalnya. Pada konsentrasi glukosa normal 100
mg/ 100 ml, 125 mg glukosa yang tersaring permenit dapat cepat direabsorbsi oleh mekanisme
pengangkut glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm untuk glukosa. Karena
itu biasanya tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Glukosa muncul dalam urin jika jumlah
glukosa yang difiltrasi melebihi Tm 375 mg/ menit.7
Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin disebut
ambang ginjal. Pada Tm rata-rata 375 mg/ menit dan LFG 125 ml/ menit dan ambang ginjal
untuk glukosa adalah 180 mg/ml. Contoh, pada konsentrasi glukosa plasma 400 mg/ ml,
jumlah glukosa yang difiltrasi adalah 500 mg/menit dan 375 mg/menit diantaranya dapat
direabsorpsi (senilai Tm) dan 125 mg/menit diekskresikan di urin. 7

Gambar 14. Reabsorpsi Glukosa.


Sumber : https://www.google.com/search?q=reabsorbsi+glukosa
19
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

3. Sekresi
Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah
dalam kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan
dalam urin. Zat-zat seperti hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir metabolisme kreatinin
dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu (penisilin) secara aktif disekresi ke dalam tubulus.7
Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal
dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hidrogen dan amonium
membantu dalam pengaturan ph plasma dan keseimbangan asam basa cairan tubuh. Sekresi
tubular merupaka suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing atau
yang tidak diinginkan.8

Gambar 13 Mekanisme Kerja Ginjal.


Sumber : https://www.google.com/search?q=mekanisme+kerja&source=ginjal&tb=renc

Proses pembentukan batu ginjal

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyce
ginjal atau di saluran kemih. Batu ginjal di saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan,

20
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitialis).9

Didalam urin terdapat kristal – kristal yang berasal dari pengendapan dari zat – zat yang
tidak bisa di reabsorbsi, jika Kristal tersebut dibiarkan menumpuk atau mengendap di calyx
mayor ataupun minor mengakibatkan penumpukan semakin besar dan menjadi keras, sedangkan
proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi tetap berlanjut, maka semakin besar dan keras lah kristal –
kristal tersebut sehingga membentuk batu ginjal.9

Penutup

Kesimpulan

Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh
terutama keseimbangan cairan tubuh. Proses ginjal dalam menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh meliputi tiga proses utama yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Oleh karena itu jika ada
kerusakan pada salah satu bagian dari ginjal akan menyebabkan terganggunya proses
homeostasis pada keseimbangan cairan dalam tubuh dan mekanisme kerja ginjal. Seperti halnya
pada kasus seorang laki – laki berumur 40 tahun mengalami nyeri hebat pada perut yang disebabkan oleh
batu ginjal yang terjadi karena pengendapan kristal – kristal di calyx mayor ataupun minor sehingga
terjadi penumpukkan semakin besar dan menjadi keras yang bernama batu ginjal.

21
PBL Blok 10 – Jessica Tiffani N.S FK
UKRIDA

Daftar pustaka

1. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi 2. Jakarta: FK Ukrida; 2012. h. 20-3.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h. 318-37.
3. Basmajian JV, Slonecker CE. Metode anatomi berorientasi pada klinik. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2003. h. 57.
4. Ethel s. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h.318.
5. Don W, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. h.650-
5.
6. Junqueira LC, Carneiro J. Teks dan Atlas Histologi Dasar Ed. 10. Penerbit buku kedokteran
EGC; 2007. h. 340-5.
7. Sherwood L. Fisiologi untuk manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.h.553-75.
8. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta: EGC;
2004.
9. Hardi soenanto, sri kuncoro. Hancurkan batu ginjal dengan ramuan herbal. Jakarta: Niaga
Swadya; 2005.h.7.

22

You might also like