You are on page 1of 9

Bab I

Pendahuluan

I.A Latar Belakang Masalah

Menurut Prof Dr. H.J.J Leenen, hukum kesehatan adalah suatu bidang
hukum yang mencakup seluruh aturan hukum yang berhubungan langsung dengan
bidang pemeliharaan kesehatan/ pelayanan kesehatan dan penetapan dari hukum
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana dalam hubungan tersebut.
Sedangkan Hukum Kedokteran dalam arti luas yakni medical law yaitu ketentuan-
ketentuan hukum yang menyangkut bidang medis baik profesi medis dokter
maupun tenaga medis dan para medis lainnya. Hukum Kedokteran dalam arti
sempit yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang hanya berkaitan dengan profesi
dokter saja, dan biasa disebut dengan Hukum Profesi Dokter.

Pandangan pertama berpendapat bahwa profesi kedokteran harus dibiarkan


bebas untuk mengatur dirinya. Tidak ada kewenangan dari luar kalangan profesi
kedokteran untuk turut campur menangani profesi kedokteran ini. Pandangan
kedua berpendapat bahwa dokter tidak dapat dibiarkan bebas mengatur dan
menentukan yang terbaik dalam hubungannya dengan pasien. Ada juga dokter
junior yang menggunakan izin praktek dokter senior dalam memberikan tindakan
medis kepada pasien. Ini jelas melakukan praktek tanpa izin.

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktek Kedokteran. Untuk meminimalisir kasus dokter yang melaksanakan
praktek tanpa surat izin (SIP). Untuk itu penulis berusah mengangkat judul
“Praktik dokter tanpa izin” dalam undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran di Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesian Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik Dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

1
I.B Rumusan masalah

1. Apa sebenarnya pengertian hukum kesehatan dan hukum kedokteran ?


2. Bagaimana pengaturan tentang praktek kedokteran menurut hukum
pidana dan undang – undang ?
3. Sampai kapan masa berlaku SIP dan STR ?

I.C Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui seperti apa hubungan hukum kesehatan dan hukum
kedokteran.
2. Untuk lebih memahami undang – undang dan hukum pidana yang
mengatur tentang izin praktik kedokteran.
3. Mengetahui masa berlakunya Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Praktik Kedokteran.

2
Bab II

Pembahasan

II.1. Hukum Kesehatan dan Hukum Kedokteran

Anggaran Dasar PERHUKI menyebutkan, hukum Kesehatan adalah


semua yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban sebagai penerima pelayanan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek
organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis nasional/internasional,hukum di
bidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kesehatan-
kedokteran. Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu atau masyarakat yang menerima upaya kesehatan
tersebut dalam segala aspeknya yaitu aspek promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan diperhatikan pula aspek organisasi dan sarana.Pedoman-pedoman
medis international, hukum kebiasaan dan hukum otonom di bidang kesehatan,
ilmu pengetahuan dan literature medis merupakan pula sumber hukum kesehatan.

Rumusan Tim Pengkajian Hukum Kesehatan BPHN Depkeh RI


menyebutkan: Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam
melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu atau masyarakat yang
menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya yaitu aspek promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan diperhatikan pula aspek organisasi dan
sarana.Pedoman-pedoman medis international, hukum kebiasaan dan hukum
otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literature medis merupakan
pula sumber hukum kesehatan. Hukum Kedokteran dalam arti luas yaitu medical
law yaitu ketentuan - ketentuan hukum yang menyangkut bidang medis baik
profesi medis dokter maupun tenaga medis dan para medis lainnya.

3
II.2. Undang – undang dan hukum pidana Praktik Kedokteran
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran

Bagian kesatu,surat izin paktik. Undang-undang Republik Indonesia Nomor


29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 36 menyatakan bahwa setiap
dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
melakukan surat izin praktik. Pada pasal 37 ayat (1) menjelaskan surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dikeluarkan oleh pejabat kesehatan
yang berwenang di kabupaten atau kota tempat praktik kedokteran atau dokter
gigi dilaksanakan. Pada ayat (3) menjelaskan 1 (satu) suarat izin praktik hanya
berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik. Kemudian pada pasal 38 ayat (1) yaitu,
untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36
dokter atau dokter gigi harus :

a. Memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter
gigi yang masih berlaku.
b. Mempunyai tempat praktik.
c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

Bagian kedua, pelaksanaan praktik. Pasal 39 menerangkan bahwa praktik


kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter dan
dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pada pasal 41ayat (1) menjelaskan, dokter atau dokter gigi yang telah
mempunyai suat izin praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam pasal 36
wajib memasang papan nama dalam praktik kedokteran, pada ayat (2)
menjelaskan dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik disarana pelayanan
kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter
atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran. Kemudian pada pasal 42
menjelaskan bahwa pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan

4
dokter atau dokter gigi yang tidak mempunyai surat izin praktik untuk melakukan
praktik kedokteran disarana pelayanan kesehatan tersebut.

Undang-Undang ini hanya mengatur dengan jelas mengenai sanksi pidana


bagi para pesaing yaitu dokter yang bekerja tanpa memiliki surat tanda registrasi
dan/atau surat izin praktek, dan juga sanksi pidana bagi dokter asing tanpa izin
praktek. Mengenai sanksi pidana yang dikenakan kepada para dokter pesaing yang
melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi diatur
didalam pasal 75 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran, dimana akan dipidana 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sedangkan pada ayat berikutnya disebutkan
bahwa bagi setiap dokter atau dokter gigi asing yang melakukan praktek tanpa
memiliki surat registrasi sementara, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dan pada pasal
75 ayat 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
diatur mengenai ketentuan pidana bagi setiap dokter atau dokter gigi asing yang
melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat,
dimana akan dikenakan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Selanjutnya didalam pasal
76 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran diatur
mengenai sanksi pidana bagi setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan
praktek kedokteran tanpa memiliki surat izin praktek, dimana sanksi yang
dikenakan adalah pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Namun didalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran tidaklah diatur mengenai
sanksi pidana bagi para dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi serta surat izin praktek tetapi melakukan tindakan merugikan pasien atau
malapraktek.

Dalam pasal 80 ayat (1) menjelaskan bahwa setiap orang yang dengan
sengaja memperkejakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 juta. Pada ayat (2) dalam hal tindak

5
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka
pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.
Kemudian pada pasal 81 menjelaskan pada saat diundangkannya Undang-Undang
ini semua peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan praktik kedokteran, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini. Pada pasal 82 ayat (1)
dokter dan dokter gigi yang telah memiliki surat penugasan atau surat izin praktik
berdaasarkan Undang-Undang ini. Dalam ayat (2) menjelaskan tentang penugasan
dan surat izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disesuaikan
dengan surat tanda registrasi dokter, surat tanda registrasi dokter gigi, dan surat
izin praktik berdasarkan Undang-Undang ini paling lama 2 tahun setelah Konsil
Kedokteran Indonesia terbentuk.

II.3. Masa Berlaku Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktek

Masa berlaku Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktek menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesian Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011
Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran

Pasal 13

(1) SIP dokter, SIP dokter gigi, SIP dokter spesialis, dan SIP dokter gigi
spesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku untuk 5
(lima) tahun.
(2) SIP Internsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) berlaku untuk
1 (satu) tahun.
(3) SIP dokter atau SIP dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) berlaku selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) atau Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) dengan
selama-lamanya 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang dengan tata cara
yang sama.
(4) SIP dokter dengan kewenangan tambahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (4) berlaku untuk 5 (lima) tahun.

6
Pasal 14

(1) SIP berlaku sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai
dengan yang tercantum dalam SIP, dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
(2) Perpanjangan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah
diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku SIP berakhir.
(3) Dalam keadaan STR habis masa berlakunya, SIP dapat diperpanjang
apabila permohonan perpanjangan STR telah diproses yang dibuktikan
dengan tanda terima pengurusan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
dengan masa berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

Bab III

Kesimpulan

7
A. Hubungan antara hukum kesehatan dan hukum kedokteran yaitu, dua
aspek tersebut sama-sama menyinggung tenteng hukum yang ada dalam
bidang kesehatan, hanya saja bila kesehatan lebih mengatur pada hak dan
kewajiban pihak-pihak yang bersangkutan dengan kesehatan, baik itu
pasien atau dokter dan tenaga kesehatan lainnya, sedangkan hukum
kedokteran adalah hukum yang mengatur bidang medis baik profesi medis
dokter maupun tenaga medis dan para medis lainnya, seperti praktik
kedokteran dan kewajiban dokter terhadap pasien.
B. Dalam melaksanakan praktik kedokteran harus memiliki Surat Izin
Praktik, dan untuk memiliki Surat tersebut dokter harus memiliki Surat
Tanda Registrasi. Surat tanda registrasi didapatkan dokter dari kepala
dinas, dan dokter harus mengituti seminar-seminar dsebagai syarat
memperpanjang surat tanda registrasi. Semua telah diatur dalam Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.
C. Masa berlaku Surat tanda registrasi dan surat izin praktik sudah dijelaskan
secara jelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2052/Menkes/Per/x/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran, Surat tnda registrasi hanya berlaku selama 6 bulan
saja, dan surat izin praktik berlaku selama 5 tahun. Untuk memperpanjang
surat izin praktik haruslah surat tanda registrasi dalam keadaan aktif pula.
Memperpanjang SIP dan STR bisa kepada kepala dinas

DAFTAR PUSTAKA

Indra N, Caesario. 2011. Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malpraktek


Dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Di
Indonesia. Skripsi. Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara. Medan
Menteri Kesehatan Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

8
Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Tunggal, Hadi S. 2013. Perundang – unangan Kesehatan, Praktik Kedokteran dan
Rumah Sakit. Harvarindo. Yogyakarta

You might also like