Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
3. Bidang pertambangan, dapat melepaskan logam dari sulfide jebakan dengan
menggunakan Thiobachillus ferrooxidans.
4. Bidang Pertanian, pengembangan tanaman transgenik.
Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri
Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang
dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu
bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil
dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk
kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Dengan
kemajuan teknologi yang berkembang secara pesat, banyak jenis tanaman yang dapat
di rekayasa melalui transgenik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas
mengenai tanaman transgenik pada kelapa sawit.
2
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar tanaman transgenik.
2. Untuk memahami pembuatan tanaman kelapa sawit transgenik.
3. Untuk memahami dampak dari pembuatan tanaman transgenik.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar tanaman transgenik.
2. Dapat mengetahui pembuatan tanaman kelapa sawit transgenik.
3. Dapat mengetahui dampak dari tanaman trangenik.
3
BAB 2
TRANSGENIK
4
permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga
menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan
kontroversi masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman
tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan
kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.
5
Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena
memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.Di
dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan
penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah
DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat
diekspresikan tumbuhan.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas
(sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase
tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat
masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.
Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk
mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi
kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan
tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan
pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati. Gen yang telah
diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui
suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari
sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian
ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman
transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain
ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu
atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.
6
Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently
modify the cell or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena berisi transgene tadi,
tanaman itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang
mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms, GMOs).
Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul
tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi
memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang
mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman
jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama.
Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
Proses Transgenik
Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan
tentang plasmid (lihat Bab XI). Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat
terjadi setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa
pun atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti
ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen
sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk membedakan antara kemungkinan pertama
dan kedua dilihat perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang
memperlihatkan dua sifat marker vektor, Seleksi sel rekombinan yang membawa
fragmen yang diinginkan dilakukan dengan mencari fragmen tersebut menggunakan
fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan
teknik reaksi polimerisasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Penjelasan
lebih rinci tentang teknik PCR dapat dilihat pada Bab XII. Pelacakan fragmen yang
diinginkan antara lain dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi
koloni (lihat Bab X). Koloni-koloni sel rekombinan ditransfer ke membran nilon,
dilisis agar isi selnya keluar, dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga
tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di
7
dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak
dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal (master plate). Dengan demikian,
kita bisa menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang membawa fragmen yang
diinginkan.
Susunan materil genetik diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang
unggul ke dalam kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih
dibanding tanaman konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan
cuaca, umur pendek, dll; sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pangan secara cepat dan menghemat devisa akibat penghematan
pemakaian pestisida atau bahan kimia lain serta tanaman transgenik produksi lebih
baik
Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman; yaitu
memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap
cekaman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan; sehingga tanaman
transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional, serta bukan hal
baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat.
8
BAB 3
TRANSGENIK PADA KELAPA SAWIT
9
(Gambar 1 dan 2) yang membawa gen penanda seleksi (bar atau MALS) untuk
ketahanan terhadap herbisida (Glucfosinate atau Bispyribac)
10
Gambar 4 dan 5 menunjukkan hasil transformasi Agrobacterium. Bintik-
bintik hijau muncul pada kedua perlakuan, yaitu pada eksplan yang ditransformasi
menggunakan pBGGN-GFP dan PalSelect-GFP. Bintik-bintik hijau pada perlakuan
pertama, pBGGN-GFP, jauh lebih intens daripada PalSelect-GFP. Munculnya bintik-
bintik hijau ini berlanjut, sebagaimana diperlihatkan pada pengamatan berikutnya,
satu bulan kemudian.
11
Usmani (2011) dalam penelitiannya melakukan pemanfaatan lahan marginal
untuk perkebunan kelapa sawit menuntut ketersedian jenis tanaman sait yang tahan
terhadap cekaman kekeringan. Rekayasa genetika dilakukan dengan cara
menstransformasi gen P5CS pembawa sifat ketahanan terhadap cekaman kekeringan
ke dalam kalus kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mentransformasi rakitan
gen P5CS ke dalam kalus kelapa sawit untuk mendapatkan kalus rekombinan yang
memiliki sifat toleran terhadap kekeringan. Tahapan penelitian diawali dengan
tranformasi plasmid rekombinan pBI-P5CS dari Escheria coli XL1 Blue pBIP5CS ke
Agrobacterium tumefaciens AGL0. Selanjutnya, dilakukan seleksi A.tumefaciens
AGL0 transforman dan deteksi gen P5CS dengan PCR plasmid pBI-P5CS
menggunakan primer P5CS. Metode transfer gen P5CS ke dalam kalus kelapa sawit
melalui A.tumefaciens AGL0. Seleksi kalus transforman dilakukan pada media de
Fossard padat diikuti pengujian adanya gen P5CS di dalam kalus kelapa sawit
menggunakan PCR dengan bantuan gen nptII sebagai gen penanda. Keberhasilan
transformasi plasmid rekombinan pBI-P5CS ke dalam kalus kelapa sawit melalui A.
tumefaciens AGL0 di tunjukkan dengan adanya fragmen gen P5CS berukuran sekitar
2,3 Kb serta keberadaan gen penanda nptII yang berukuran 700 pb.
12
BAB 4
1. Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan
dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama
Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan
produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian,
yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu,
kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya,
apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari
segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga,
13
xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem
cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk
pelanggaran terhadap norma agama.
Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa
menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut.
Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia
sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.
14
4.2.3 Aspek kesehatan
15
2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan
kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya,
berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit
lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat
berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.
Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan
spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat
mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat
diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO
untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan
kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan
kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada
tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung
tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
16
4.2.4 Aspek lingkungan
17
3. Potensi pergeseran ekologi
18
1. Kekhawatiran bahwa tanaman transgenik menimbulkan keracunan
Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman tahan
serangga yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi sebagai
racun terhadap serangga, juga akan berakibat racun pada manusia. Dalam artikel ini,
kehawatiran ini disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja aktif
dan bersifat racun jika bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari golongan
yang sesuai virulensinya.
2. Kekhawatiran terhadap kemungkinan alergi
Sekitar 1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap
makanan. Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean,
gandum, ikan, kacang-kacangan, dan padi. Konsumsi produk makanan dari kedelai
yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut,
diduga menimbulkan alergi terhadap manusia. Hal ini diketahui lewat pengujian skin
prick test yang menunjukkan bahwa kedelai transgenik tersebut memberikan hasil
positif sebagai allergen. Dalam artikel ini, penulis berpendapat bahwa alergi tersebut
belum tentu disebabkan karena konsumsi tanaman transgenik. Hal ini dikarenakan
semua allergen merupakan protein sedangkan semua protein belum tentu allergen.
Allergenmemiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dalam
sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil dan mudah terurai oleh
panas pada suhu >65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi lagi.
Masyarakat tidak perlu bersikap anti terhadap teknologi, namun sebaiknya
dapat menerima dengan sikap kehati-hatian untuk menghindari resiko jangka panjang
1. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka sifat organisme
yang bersangkutan juga berubah.
2. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik yang dampaknya
tidak dapat diperkirakan.
3. Kemungkinan menimbulkan keracunan.
4. Kemungkinan menimbulkan alergi
19
5. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan
antibiotik.
20
BAB 5
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah kami sajikan dapat kami simpulkan bahwa :
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber
yang lebih sedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan
memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
Namun selain itu juga dapat menimbulkan berbagai ke kawatiran, diantaranya yaitu:
1. Terjadinya silang luar
2. Adanya efek kompensasi
3. Munculnya hama target yang tahan terhadap insektisida
4. Munculnya efek samping terhadap hama non target
21
DAFTAR PUSTAKA
Aguzzi A, Brandner S, Isenmann S, Steinbach JP, and Sure U : Transgenic and gene
disruption techniques in the study of neurocarcinogenesis. Glia 1995: 15: 348-364
Jusuf, A.A : Transgenic and gene disruption techniques from a concept to a tool in
studying the basic pathogenesis of various human disease. Medical Journal Of
Indonesia. 1998: 7; 2 : 55-64
Anonim. ( http://ekarielanalis.blogspot.co.id/2016/05/makalah-tanaman-
transgenik.html). Diakses tanggal 14 desember 2017.
Anonim. (https://www.scribd.com/document/350093971/REKAYASA-GENETIKA-
PADA-TUMBUHAN-pdf). Diakses tanggal 14 Desember 2017.
22