You are on page 1of 64

cahaya hat

Minggu, 16 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN KETUBAN PECAH DINI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyulit dalam
persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan
termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap
kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD). Yang sampai saat ini masih banyak
ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian tersebut mendekat 10% dari semua persalinan.

Menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan angka kematan Ibu lebih
dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematan Ibu di
Indonesia masih yang tertnggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara
lain sepert Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu
satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar
persalinan premature dengan berbagai akibatnya.

Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya
bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir
semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas,
ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.

Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tdak diketahui. Banyak penelitan yang telah
dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomats dan nescheria
gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput
amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakat
sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual dan pemeriksaan dalam

Penelitan mengenai kematan ibu dan kematan bayi cukup tnggi terutama kematan perinatal, yang
disebabkan karena kematan akibat kurang bulan (prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena
partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada
penanganan konservatf.

Penatalaksanaan KPD memerlukan tndakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan
prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya kematan pada ibu dan anak dengan adanya masalah
tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan persalinan
secara komprehensif sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan yang optmal.

Angka kematan ibu di propinsi Jambi tahun 2010 yaitu 116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab
perdarahan 72 orang (62,07%), ketuban pecah dini 30 orang (10,23%), eklampsia 19 orang (16,38%),
infeksi 5 orang (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%). Berdasarkan catatan medis medical record
rumah sakit umum daerah jambi Raden Mattaher , pada 6 bulan terakhir, jumlah pasien yang dirawat di
bangsal kebidanan sebanyak 356 orang dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 21 orang
dengan perincian dari bulan November 2011 sampai januari 2012, sebanyak 12 kasus dan bulan februari
sampai juli 2012 sebanyak 9 kasus.

Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multpel, trauma, hidroamnion,
dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sindrom distress pernapasan,
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionits (radang pada korion dan amnion). Oleh sebab
itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatan serta secara teratur
dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan
demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematan ibu dan bayinya. Dari uraian di atas
penulisan merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD. RADEN MATTAHER JAMBI”

B. Rumusan masalah

Dari paparan di atas, maka permasalahannya adalah Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien Ny. S
pada ketuban pecah dini di ruang VK RSUD. Raden Mattaher JAMBI.
C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran secara umum proses keperawatan pada klien

dengan ketuban pecah dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher JAMBI.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan ketuban pecah dini di Ruang VK RSUD.Raden
Mattaher Jambi.

b. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
ketuban pecah dini ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.

c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK
RSUD.Raden Mattaher Jambi.

d. Dapat melaksanakan tndakan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini di ruang VK
RSUD.Raden Mattaher Jambi.

e. Dapat mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang diberikan pada klien dengan ketuban pecah
dini di ruang VK RSUD.Raden Mattaher Jambi.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi fisiologi

1. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris

Di dalam amnio yang diliput oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan selaput ketuban
(amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii). Volume air ketuban
pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta amempunyai bau yang khas, agak amis
dan manis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam
anorganik serta bahan organic dan bila di telit benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari
bayi). Protein ini ditemukan rata-rata 2,6% perliter,sebagian besar sebagai albumin.

Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur meconium (kotoran pertama yang
dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Berat jenis liquor ini berasal belum diketahui dengan
past,masih dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Telah banyakteori ditemukakan mengenai hal ini,antara
lain bahwa kebutuhan ini berasal dari lapisan amnio, terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain
mengemukakan kemungkinan berasal dari plasenta.

Air ketuban (liquor amni) makin banyak menarik perhatan untuk pembuatan diagnosis mengenai kelaina
atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah A, B, AB, dan O, janin dalam rhesus
isoimunisasi , apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam kelainan genetc dan lain-lain. Untuk
membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam air ketuban dengan melakuakan
fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk memperoleh sampel cairan
ketuban (amniocentesis). Dewasa ini lebih sering dilaksanakan melalui perut (transabdominal).
Umumnya pada kehamilan minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak
plasenta, untuk menghindari plasenta ditembus. Fungsi melaluui plasenta dapat menimbulkan
perdarahan dan pencemaran liquir amnii oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada
janin. Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan kemungkinan sensitve
(sensitzaton), dan abortus,meskipun ini jarang diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya
hanyaa dikerjakan bila ada indikasi yang tepat.

Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :

a. Melindungi janin terhadap trauma luar

b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

c. Melindungi suhu tubuh janin

d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.

e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi keadaan
di dalam vagina, sehingga bayi tdak mengalami infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian dikeluarkan
melalui kencing.

2. Fisiologi selaput ketuban

Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang
menutupi permukaan dorsal embrio. Ketka amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini meliput
embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi kantong amnion
akhirnya mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian didalam ketuban (interior korion) ,
dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian
di dalam ketuban (entrior korion), dan dekat akhir trimestet pertama mengakibatkan menghilangnya alat
tubuh atau rongga karena penyakit (obliterasi), amnion dan korion, walaupun sedikit menempel tdak
pernah berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu attern.
Amnion normal mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm.

Tidak ditemukannya pembuluh-pembuluh darah atau saraf dalam amnion pada berbagai stadium
perkembangan, dan meskipun diduga terdapat ruang-ruang di dalam lapisan fibrolastk dan
spongiosium, tdak dapat ditemukan saluran-saluran limfatk yang jelas.

B. Konsep dasar

1. Definisi

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multpara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu 1 jam
belum dimulai tanda persalinan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan mult para kurang dari 5
cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.

2. Etologi

Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara past. Penyebab ketuban pecah dini
mempunyai dimensi mult factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Serviks inkompeten
b. Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion

c. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang

d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP

e. Selaput bawaan dari selaput ketuban

f. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
memudahkan ketuban pecah

g. Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik

h. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis KPD adalah :

a. Perut ibu kelihatan kurang membesar.

b. Ibu merasa nyeri diperut pada setap pergerakan anak.

c. Persalinan lebih lama dari biasanya.

d. Sewaktu HIS akan terasa sakit sekali.

4. Patogenesis

Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan selaput korion
lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion. Makin tua usia
kehamilan semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada
tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban tdak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi, bila pembukaan serviks,maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah. Ketuban
pecah dini belum diketahui penyebabnya yang jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan ha-hal
berikutnya :

a. Adanya hiper mortlitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.

b. Ketuban terlalu tpis (kelainan ketuban)

c. Infeksi (amnionits/khorioamnionits)

d. Faktor-faktor predisposisi sepert : multpara,dll


5. Pengaruh Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan

a. Pengaruh Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi
intra uteri lebih dulu terjadi (amnionits,vaskulits) sebelum gejala pada ibu dirasakan.

b. Pengaruh Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila terlalu sering dilakukan
periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonits dan siptkemi.

6. Prognosa

Prognosa yang tmbul pada kasus ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

Di tentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin tmbul serta umur dari
kehamilan. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan syntocinon drips gagal, maka
dilakukan tndakan operasi.

Jadi pada ketuban pecah dini penyelesaian persalinan bisa partus spontan, ekstraksi vakum, ekstrasi
forsep. Embriotomi bila anak sudah meninggal, seksio sesarea bila ada indkasi.

7. Komplikasi yang tmbul

Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat
pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionits (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.
8. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu
maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini
memerlukan tndakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan
infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tndakan yang perlu
diperhatkan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim
yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.

Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionits yang menjadi pemicu sepsis, meningits janin, dan
persalinan prematuritas.

c. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortkosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

d. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu
di pertmbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tdak dapat di
selamatkan.

e. Pemeriksaan yang pentng dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan
aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :

a. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi

b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, serta
jumlah air ketuban.

c. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.

A. Asuhan Keperawatan KPD

Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama sepert pada kasus umum terdiri dari
beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian

a. Biodata

Meliput: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, nama suami,
agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah

b. Sirkulasi

Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung sebelumnya)

c. Integritas Ego

Adanya ansietas sedang

d. Makanan atau cairan

Ketdakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.

e. Nyeri atau ketdaknyamanan

Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detk
dalam 30-60 menit.

f. Keamanan

Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)

g. Interaksi Sosial

Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.

h. Penyuluhan atau pembelajaran

Ketdakadekuatan atau tdak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau lebih dari 40
tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietlstbesterol (DES)

i. Pemeriksaan Leopold

Leopold I :

1) Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil

2) Menentukan tnggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus

3) Konsistensi uterus

Leopold II

1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri


2) Menentukan letak punggung janin

3) Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin

Leopold III

1) Menentukan bagian terbawah janin

2) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang

Leopold IV

1) Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil

2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul

j. Pemeriksaan Diagnostk

a. Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)

b. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positf
palsu

c. Jumlah sel darah puth : peningkatan menandakan adanya infeksi

d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK

e. Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentfikasikan infeksi

f. Amniosenteusis : rasio lesitn terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi fosfatdigliserol (PG) untuk
maturitasparu janin atau amniotc

g. Pemantauan elektronik : menvalidasi aktvitas uterus atau status janin

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin tmbul pada klien dengan ketuban pecah dini adalah :

a. Risiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

b. Risiko tnggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan

c. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus

e. Risiko tnggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia


3. Perencanaan

a. Risiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi

Kriteria Hasil :

1) Cairan amnion ibu tdak menyengat

2) Hindari pemeriksaan pervagina

3) Observasi drainaseamnitk teradap warna jumlah dan baunya tap 2 sampai 4 jam.

Intervensi:

1) Kaji Kondisi Ketuban

2) Pantau tanda-tanda infeksi

3) Dengarkan DJJ

4) Kolaborasi pemberian Antbiotk

Rasionalisasi :

1) Untuk mencegah terjadinya infeksi

2) Untuk mengetahui keadaan janin

3) Perihal pemberian antbiotk

b. Risiko tnggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tndakan pada persalinan

Tujuan ; Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi maternal.

Kriteria hasil :

1) Persalinan normal

2) Tidak ada komplikasi

Rencana tndakan :

1) Mengkaji frekuensi kontraksi uterus


2) Menyarankan ambulasi atau perubahan posisi

3) Memonitor pertambahan pembukaan servik

4) Memonitor intake dan output

Rasionalisasi :

1) Untuk mencegah terjadinya komplikasi

2) Tindakan yang dapat mendorong aktvitas uterus

3) Untuk mengetahui waktu kelahiran

4) Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.

c. Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan kebutuhan yang
diakibatkan persalinan.

Tujuan : cemas tdak ada lagi

Kriteria Hasil :cemas berkurang

Rencana tndakan :

1) Memberi saran-saran, memelihara informasi peningkatan

2) Menyarankan mengungkapkan perasaan

3) Memperlihatkn pilihan atau perawatan yang memungkinkan

Rasionalisasi :

1) Menjamin dan informasi yang mengurangi kecemasan

2) Menanbah pemahaman terhadap klien

3) Dapat mengubah perasaab kien dalam mengontrol situasi

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus

Tujuan : nyeri teratasi

Kriteria Hasil :

1) nyeri berkurang
2) klien tampak tenang

3) keadaan umum baik

intervensi :

1) kaji skala nyeri

2) beritahu pasien penyebab rasa nyeri

3) anjurkan pasien miring kekiri

4) kolaborasi dengan dokter pemberian terapi

rasionalisasi :

1) untuk menetukan tngkat aktvitas dan bantuan yang akan dilakukan

2) bantuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien

3) aktvitas bertahap untuk mencegah terjadinya konraktur

e. Gangguan pola tdur berhubungan dengan kehamilan

Tujuan : kebutuhan tdur klien dapat terpenuhi

kriteria hasil :

1) Menjelaskan factor-faktor penghambat atau pencegah tdur

2) Melaporkan keseimbangan yang optmal antara aktvitas dan istrahat

Rencana tndakan :

1) Ubah posisi untuk kenyamanan dan menurangi tekanan harus dilakukan sedkitya setap dua jam

2) Kaji koordinasi antara ekstremitas atas dan bawah

Rasionalisasi :

1) Untuk mempertahankan posisi klien

2) Untuk mengetahui keadaan klien


4. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :

a. Memberi dukungan kepada klien

b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya

c. Rasa nyeri teratasi

d. Dapat melakukan aktvitas

e. Trauma tdak terjadi

f. Pola tdur normal

5. Evaluasi

Evaluasi dari ketuban pecah dini adalah :

a. Infeksi tdak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal

b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya

c. Rasa nyeri teratasi

d. Dapat melakukan aktvitas

e. Trauma tdak terjadi

f. Pola tdur normal


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian : 6 november 2012

Tanggal masuk : 6 november 2012

Tanggal pengkajian : 6 November 2012

Jam masuk : 03.00

Ruangan/kelas : VK

Diagnose medis : Ketuban Pecah Dini

a. Biodata

Nama ibu : Ny.S

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Suku/bangsa : Melayu/Indonesia

Alamat rumah : Mekarsari (MA. Jambi )

Nama suami : Tn.A

Agama : islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku/bangsa : Melayu/Indonesia

Alamat rumah : Mekarsari ( MA. Jambi )


b. Riwayat kesehatan

1) Alasan masuk rumah sakit

Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam berwarna puth keruh ±
1 hari. klien mengatakan usia kehamilan ± 9 bulan (36 – 37 minggu).

2) Riwayat masuk sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri berkurang di saat istrahat, dan nyeri meningkat
apabila klien melakukan pergerakan atau aktvitas. Dan merupakan kehamilan primi gravida, dengan usia
kehamilan 37 minggu.

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan belum pernah mengalami kejadian sepert ini karena ini adalah kehamilan pertama
(primi gravida) selain itu klien tdak pernah mengalami penyakit kronis.

4) Riwayat haid

Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar darah haid, sebanyak
3-4 kali gant pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas – mulas. HPHT 16-03-2012

5) Riwayat kontasepsi

Klien mengatakn belum pernah mengguankan alat kontrasepsi sebelum nya.

6) Riwayat kehamilan

Usia kehamilan ± 9 bulan ( 36 – 37 minggu)

Gravida: 1 partus : 0 abortus :0

c. Keadaan umum

Keadaan umum : baik, kesadaran : composments

Tanda – tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I, suhu 36 °C

d. Pemeriksaan fisik

1) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.

2) Rambut

Rambut merta, rambut warna hitam, tdak mudah dicabut, tdak berketombe.

3) Leher

Bentuk leher simetris, tdak ada pembesaran kelenjar troid dan vena jugularis

4) Mata

Konjungtva warna merah, an anemia, sclera an ikterik.

5) Gigi dan mulut

Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tdak ada, keadaan mulut bersih.

6) Dada

Simetris kiri , tdak sesak napas

7) Payudara

Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu menonjol, tdak ada
pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.colostrum keluar sejak usia
kehamilan 8 bulan.

8) Ekstremitas atas dan bawah

Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + ½ amp piton gtt: 8 tetes/menit sedangkan
ekstremitas bawah varises oedema tdak ada.

9) Abdomen

a) Inspeksi

Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan

b) Palpasi

Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:

Leopold I : Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus xypodseus atau 32 cm dari simpisis
pubis sampai procesus xypoideus.

Leopold II : Letak janin punggung kanan ( PUKA )

Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala


Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil dari kepala
turun kedalam rongga panggul.

c) Auskultasi

Dengan mwenggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit teratur )

d) Genetalia

Pada vulva terdapat oedema, tdak terdapat varises serta tdak ditemukan tanda tanda infeksi tapi keluar
cairan pervaginam berwarna puth keabu - abuan.

e. Data biologis

1) Istrahat dan tdur

Klien mnegatakan tdak biasa istrahat karena rasa mulas yang kadang – kadang hilang tmbul, dank
arena air yang keluar, bokong basah, sehingga mengganggu rasa nyaman klien, lama tdur ± 5 jam perhari
selama dirawat.

2) Makan dan minum

Klien mnegatakan tdak ada keluhan dengan nafsu makan, klkien mengatakan tdak ada makanan
pantangan, minum 8-9 gelas/hari.

3) Pola eliminasi

a) BAB

Frekuensi BAB 1x/hari, konsitensi lunak, warna kuning kecoklatan

b) BAK

Frekuensi BAK 6-7 kali/hari

c) Seksual

Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tdak pernah melakukan hubungan seksual.

f. Data psikologis

1) Status perkawinan

Klien mengatakan menikah 12 bulan, dan ini adlah pernikahan pertamanya.


2) Perilaku verbal

Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang penyakitnya

3) Perilaku non verbal

Perilaku non verbal baik, tampak terkoordianasi

4) Pola komunikasi

Pola komunikasi baik, komunikasi dua arah

5) Orang yang memberi rasa aman

Klien mengatakan orang yang sangat berart bagi dirinya adalah suaminya dan orang tuanya.bersama
suami klien merasa dilindungi.

g. Data penunjang

1) Pemeriksaan diagnostc

a) Laboratorium

Tanggal 6-11-2012

a. HB 11gr% ( wanita 12-16gr/dl)

b. Golongan darah A

b) Therapi/pengobatan

Tanggal 6-11-2012

Infus RL + ½ ampul piton gtt : 8 tetes/menit

Tanggal 6-11-2012

Amoxcan 1 cc (IV)

Oral : seloxy : 2x1 tablet / hari

Duphaston : 3x1 tablet/hari

Trosyd : salep

Buvadilon : 3x1 tablet/ hari


h. Analisa data

no

Data

penyebab

masalah

Ds : klien mengatakan usia kehamilan 9 bln, os mengatakan keluarnya cairan pervaginam 18 jam sebelum
di rujuk ke rumah sakit

Do : keadaan umum lemah, pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tdak ada, pembukaan 3-4 cm

Kontraksi uterus

Resiko tnggi terhadap infeksi

Ds : klien mengatakan nyeri pada bagian perut, klien mengatakan nyeri sepert ditusuk-tusuk

Do : ekspresi wajah tampak meringis ,klien menahan sakit, keadaan umum lemah, klien menunjukkan
skala nyeri 4

Ketuban pecah
Gangguan rasa nyaman nyeri

Ds : - klien mengatakan tdak dapat turun dari tempat tdur

-klien mengatakan tdak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

-klien merasa nyeri yang hilang tmbul

Do : -aktfitas kebutuhan sehari-hari ibantu orang lain

-klien tdak dapat melakukan aktfitas tanpa bantuan orang lain.

Rasa nyeri

Intoleransi aktfitas

2. Diagnosa keperawatan

a. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya
cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan, pada pemeriksaan dalam
ketuban sudah tdak ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan sakit, keadaan umum
lemah.

c. Inroleransi aktvitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan klien
mengatakan tdak dapat turun dari tempat tdur, klien mengatakan tdak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari, aktvitas kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain, klien tdak dapat melakukan aktvitas
tanpa bantuan orang lain, klien merasakan nyeri yang hilang tmbul, air masih keluar.

3. Perencanaan

a. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya
cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan, pada pemeriksaan dalam
ketuban sudah tdak ada, pembukaan 3-4 cm.

Tujuan : infeksi tdak terjadi

Kriteria hasil :

(1) Tidak ada tanda-tanda infeksi

(2) Keadaan umum baik

(3) Persalinan normal

Intervensi :

1) Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tndakan

2) Dengarkan denyut jantung jann dengan dopler setap 1-4 jam

3) Jangan terlalu sering melakukan pemeriksaan pervaginam

4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi

Rasionalisasi :

1) Untuk mencegah terjadinya infeksi

2) Untuk mengetahui keadaan janin didalam Rahim ibu

3) Untuk mencegah terjadinya infeksi didalam Rahim

4) Perihal pemberian obat antbiotc


b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien
menyatakan nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7, ekspresi wajah meringis, klien tampak
menahan sakit, keadaan umum lemah.

Tujuan ; bayi lahir dengan segera

Kriteria hasil ;

1) Rasa nyeri berkurang

2) Klien tampak tenang

3) Keadaan umum baik

Intervensi ;

1) Kaji skala nyeri

2) Beritahu klien penyebab rasa nyeri

3) Atur posisi yang menyenangkan

4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi

Rasionalisasi ;

1) Untuk menentukan tngkat aktvitas dan bantuan yang akan dilakukan

2) Bantuan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien

3) Aktfitas bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur

4. implementasi (terlampir)

5. evaluasi (terlampir)

2. Pembahasan

Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny. B serta
menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan dengan teori yang
telah penulis paparkan pada bab II.
1. Pengkajian

Pada pengkajian secara teorits ditemukan data, resiko tnggi, infeksi, nyeri, intoleransi akifitas.
Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara teorits, hanya saja tdak semua data
pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B perbedaan tersebut penulis dapat memberikan analisa
bahwa terdapat resiko tnggi trauma maternal, resiko tnggi trauma fetal, tdak ditemukan pada klien
karena klien pada waktu hamil dengan keadaan ketuban pecah dini janin belum lahir. Pada waktu
melakukan pengkajian klien belum mengalami persalinan.

2. Diagnosa Keperawatan

Secara teorits diagnose yang mungkin tmbul pada klien ketuban pecah dini adalah:

a. Risiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecahn dini

b. Resiko tnggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan

c. Cemas berhubungan dengan ancaman kehilangan janin

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

e. Resiko tnggi dengan trauma fetal berhubungan dengan hypoxia

f. Intoleran aktfitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

g. Gangguan pola tdur berhubungan dengan kehamilan

Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :

a. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

c. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

Dari ketujuh masalah yang muncu, urutan masalah adalah :

a. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena terjadi masalah ini
berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi perlu penanganan yang baik dari perawat.
Hal ini yang mendasari untuk ditegakan diagnose ini. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini
menjadi prioritas pertama.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. termasuk kedalamkebutuhan
rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas kedua.
c. Intoleren aktfitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh yang lemah,
segala aktfitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang lain, hal ini yang mendasari
ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan keluarga sangat dominan untuk membantu kebutuhan
klien. Masalah ini menjadi prioritas ketga.

Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai dengan
teorits, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teorits tdak munculpada klien, alas an yang dapat
penulis berikan adalah :

a. Pada diagnose keperawatan resiko tnggi trauma maternal dan fetal tdak muncul karena tdak ada
data senjang yang menunjang.

b. Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tdur tdak muncl karena klien sudah bisa tdur setelah
klien beberapa hari persalinan dapat istrahat.

Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tdak terdapat secara teorits yakni
diagnose intoleran aktfitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang yang menunjang. Sehingga
perlu dilakukan intervensi.

3. Perencanaan

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B selanjutnya berdasarkan :

a. Kebutuhan dasrar menurut maslow

b. Derjat masalah yang tmbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen)

c. Tingkat kebutuhan pengobatan atau prosedur medic

d. Pertmbangan kemampuan dan kemauan pasien

e. Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatkan sarana dan prasarana yang ada

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tndakan. Tidak semua rencana dapat dilakukan
karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tngkat kemampuan klien sendiri.

Adapun pelaksanaan tndakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :

a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah melakukan
cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tndakan, periksa dalam dengan memakai hand scone
yang steril, menggant perban dibawah bokong setap dua jam sekali, memantau vital sign, tndakan
tersebut sesuai dengan konsep teorits yang ada dan pelaksanaannya tdak ada hambatan,

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tndakannya adalah
menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital sign, memberikan
analgetk jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tndakan ini susuai dengan konsep dasar teorits
yang ada. Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan, karena tndakan tersebut mandiri dari
perawat serta tdak tergantung alat-alat.

c. Intoleransi aktfitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah


mengobservasi tngkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari, memotfasi keluarga untuk selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.

5. Evaluasi

Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tndakan yang telah
dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:

a. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

Evaluasi :

Tidak ada tanda-tanda infeksi

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

Evaluasi :

1) Klien mengatakan tdak nyeri lagi

2) Klien tampak lebih nyaman

c. Intoleran aktfitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

Evaluasi :

Klien dapat melakukan aktfitas


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. S ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan penyebab dari
ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah dini adalah perut ibu
kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih lama dari biasanya dan waktu his terasa
sakit.

Dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Ny. S maka penulis dapat mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian

Pengkajian pada Ny. S ditemukan data resiko tnggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri,
intoleran aktvitas, dan pemeriksaan penunjang hanya pemeriksaan darah (HB dan golongan darah).

2. Diagnose keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Ny. S dapat dirumuskan 7 diagnosa keperawatan, dimana 3 diagnosa sesuai
dengan teorits yaitu resiko tnggi terhadap infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi aktvitas,
sedangkan 4 diagnosa tdak sesuai dengan teorits karena adanya data yang menunjang yaitu resiko
tnggi trauma maternal, resiko trauma fetal, gangguan pola tdur, dan ansietas

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan telah disusun masalah menurut prioritas sesuai dengan data kondisi klien
dengan berpedoman kepada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dan tngkat
kepentngan.

4. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tndakan pada klien Ny. S sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dilakukan
oleh penulis sendiri, perawat ruangan dan keluarga klien.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, ada beberapa masalah teratasi sesuai dengan
tujuan, criteria hasil sepert masalah nyeri, gangguan psikologi cemas.

B. Saran

1. Untuk Rumah Sakit

a. Meningkatkan mutu pendidikan baik tap-tap perawatnya dimana dalam hal ini tdak hanya
dibutuhkan skill dalam tap tndakan yang akan dilakukan naming intelegensi tap tndakan hendaknya
dilakukan juga.

b. Mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.

2. Untuk Insttusi Pendidikan

a. Memperdalam materi pada setap mahasiswa dalam pemahaman materi ketuban pecah dini.

b. Memperbanyak literatul tentang ketuban pecah


Lampiran II

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny.B

Ruangan : VK

NO

TANGGAL

DIANGNOSA KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN

PARAF

6 November 2012

Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini

S:-

O : - cairan pervaginam masih keluar

- pada pemeriksaan dalam tdak teraba lagi selaput ketuban.

A : resiko terhadap infeksi

P:

- lakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tndakan

- dengarkan denyut jantung janin dengan

doplet 1-4 jam


i. Hindari pemeriksaan pervaginam

Terlalu sering

ii. Gant perban dibawah bokong tap 24

Jam

-kolaborasi dalam pemberian antbiotk

I:

- melakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tndakan

- mendengarkan denyut jantung janin dengan

doplet 1-4 jam

iii. menghindari pemeriksaan pervaginam

iv. mengant perban dibawah bokong pam

E : masalah belum teratasi

R : lanjutkan tndakan keperawatan

6 november 2012

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan konstruksi uterus

S : klien mengatakan nyeri pada bagian perut

O : ekspresi wajah tampak meringis, klien merasa sakit, keadaan umum lemah

A : gangguan rasa nyaman nyeri

P:
- kaji tngkat nyeri

- beri tahu klien penyebab rasa nyeri

v. atur posisi yang menyenangkan

vi. kolaborasi dengan dokter pemberian

obat

I:

- mengkaji tngkat nyeri

- memberi tahu klien penyebab rasa nyeri

vii. mengatur posisi yang menyenangkan

viii. berkolaborasi dengan dokter

pemberian obat ant biotk

E : masalah belum teratasi

R : lanjutkan tndakan keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny.B

Ruangan : VK

NO

TANGGAL

DIANGNOSA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN

PARAF

7 November 2012

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan konstruksi uterus

S : klien mengatakan nyeri pada bagian perut

O : ekspresi wajah tampak meringis, klien merasa sakit, keadaan umum lemah

A : gangguan rasa nyaman nyeri

P:

- kaji tngkat nyeri

- beri tahu klien penyebab rasa nyeri

ix. atur posisi yang menyenangkan

x. kolaborasi dengan dokter pemberian

obat

I:

- mengkaji tngkat nyeri

- memberi tahu klien penyebab rasa nyeri

xi. mengatur posisi yang menyenangkan

xii. berkolaborasi dengan dokter pemberi

an obat ant biotk

E : masalah belum teratasi

R : lanjutkan tndakan keperawatan


2

7 november 2012

Intoleransi aktfitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik ditandai dengan klien mengatakan
tdak dapat turun dari tempat tdur, aktvitas kebutuhan sehari-hari dibantu orang lain, klien merasakan
nyeri yang hilang tmbul,cairan pervagina masih keluar

S:

- klien mengatakan tdak dapat turun

dari tempat tdur

- klien mengatakan tdak dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari

- klien merasa nyeri yang hilang tmbul

O:

- aktfitas kebutuhan sehari-hari ibantu

orang lain

- klien tdak dapat melakukan aktfitas

tanpa bantuan orang lain.

A. intoleransi aktfitas

P:

- Observasi tngkat kemampuan

mobilitas

- Bantu klien dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

-Motvasi keluarga untuk selalu membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan klien.

I:

- mengbservasi tngkat kemampuan


mobilitas

- membantu klien dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

- memotvasi keluarga untuk selalu

membantu klien dalam pemenuhan

kebutuhan klien.

thynha Aisyah Elzahra di 17.34

Berbagi

5 komentar:

thynha Aisyah Elzahra16 Desember 2012 18.00

silahkan kunjungi blogg nya

Balas

i nengah restu adi negara15 April 2013 23.13

mbak tlg sisipkan dibelakang daftar pustaka untuk tnjauan pustakanya yao mbak

Balas
beta onthel20 September 2013 20.52

manteb,mirip cewekq

Balas

Unknown22 Juli 2016 09.21

mau tanya untuk definisi KPD itu sendiri literaturnya dari buku apa sumber internet??

Balas

Sharihul Iman16 Oktober 2017 15.59

Maaf mbak Implementasinya mana mbak?

Balas

Beranda

Lihat versi web

CAHAYA HATI

Foto saya

thynha Aisyah Elzahra

JAMBI, Indonesia

HAY...guyss ..aq thynha aisyah elzahra...biasa nya sih di panggil aisyah...saya mahasisiwi AKPER GARUDA
PUTIH (KESDAM II SRIWIJAYA)JAMBI...hobby aq nonton dan berpetualang (mencari ilmu gitu
hahahahah)...aNAK KE 3 dari 3 bersaudara... tnggal di kota jambi... dan... aq syang bangett sama
keluarga ku...hahay :) kunjungi blogger aq yeahh...q!!

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

mikimikiku

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

mikimikiku

5 tahun yang lalu

Iklan

BAB I

TINJAUAN TEORI

Anatomi Fisiologi

Lapisan-lapisan selaput ketuban :


AMNION : membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup pars fetal
plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut.
Histologi : Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan

Lapisan seluler

Membrana basalis

Stratum kompaktum

Stratum fibroblas

Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion

KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel pada tepi
plasenta Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan

Lapisan seluler

Lapisan retkuler padat

Pseudo-basement membrane

Trofoblas

CAIRAN AMNION

Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 )

Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36 – 38 minggu mencapai
1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur.

Komposisi :

Air ( 98 – 99% )

Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein ( albumin dan globulin ), lemak, hormon (sterogen dan
progesteron ) , enzym ( alkali fosfatase )

Mineral ( natrium, kalium dan klorida )


Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan mekonium )

Sirkulasi :

Cairan amnion bersifat dinamik dan senantasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setap jamnya.

Asal :

Janin ( produksi utama )

a) Sekresi aktf dari epiteo amnion

b) Transudasi sirkulasi janin

c) Air seni janin

Maternal

1) Transudasi dari sirkulasi maternal

Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui gastrointestnal janin
(proses menelan pada janin.

Fungsi :
Selama kehamilan

1) Melindungi janin terhadap trauma

2) Medium bagi gerakan janin

3) Mempertahankan suhu tubuh janin

4) Sumber nutrisi janin

5) Medium eksresi janin

Selama persalinan

“Fore water” ( cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin ) membantu proses dilatasi
servik.

Antseptk jalan lahir setelah ketuban pecah.

Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. (Mansjoer,
Arif, dkk.2002)

ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes(PROM) adalah pecahnya kantung
ketuban dan kebocoran dari cairan ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada setap
usia kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000)
Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya kantung
ketuban sebelum onset persalinan yang benar, terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray , Sharon Smith,
dkk . 2002)

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai
kontribusi yang besar pada angka kematan perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD
pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya prematuritas dan RDS (Respiraton Dystress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy
Kurniawat. 2009)

Etologi dan factor resiko

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tdak dapat ditentukan secara past. Beberapa laporan
menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan KPD, namun faktor mana yang lebih
berperan sulit di ketahui.

Kemungkinan yang menjadi factor predisposisinya adalah :

Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun senderen dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri
(akibat persalinan, curettage).

Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidramnion, gamelli.

Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis
menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai infeksi.

Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tdak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.

Keadaan social ekonomi

Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tdak seuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit ketuban.

Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.

Faktor mult gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawat. 2009)

Etologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi genitalia
, serviks inkompeten ,gemeli , hidramnion , kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik. (Mansjoer, Arif,
dkk.2002)

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab past masih belum
jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

Infeksi pada vagina atau leher rahim, sepert streptokokus grup B dan bakteri vaginosis

Korioamnionits, terutama masalah dengan PPROM

Kelainan janin atau malpresentaton

Hydraminos
Kantung ketuban dengan struktur yang lemah

Prosedur terakhir sepert amniocentesis atau cerclage

Antercourse sexsual

Kekurangan gizi

Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM

Positf hasil fibronektn janin

(Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)

Beberapa factor resiko dari KPD :

a) Inkompetensi serviks (leher rahimm)

b) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

c) Riwayat KPD sebelumnya

d) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e) Kehamilan kembar

f) Trauma

g) Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23 minggu.
h) Infeksi pada kehamilan sepert bacterial vagosis

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Patofisiologi dan pathway

Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan
atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga
dihasilkan produk sekresi akibat aktvitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis
tumor dan interleukin 6. Platelet actvatng factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktfasi pembentukan sitokin.
Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah
dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat
memecah kolagen tpe III papa manusia, membuktkan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang
terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tpe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitk lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan
makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktfator
plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab
ketuban pecah dini.

(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)

Manifestasi klinis :

a) Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

b) Aroma air ketuban berbau manis dan tdak sepert bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.

c) Cairan ini tdak akan berhent atu kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawa biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.

d) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin beramba cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Maniestasi klinis:

Keluar air ketuban warna puth keruh ,jernih ,kuning , hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus
banyak.

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

Janin mudah diraba.

Pada periksa dalam selaput ketuban tdak ada , air ketuban sudah kering.

Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tdak ada dan air ketuban sudah kering

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

Komplikasi

1) Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom
distress pernapasan ( RDS = Respiratory Distress Syndrome) , yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.

2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD .

3) Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionits ( radang pada korio dan amnion).
4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.

5) Resiko kecacatan dan kematan janin meningkat pada KPD preterm.

6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm . kejadianya
mencapai hamper 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Komplikasi :

Infeksi , parts preterm, prolaps talli pusat, distosia(partus kering)

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

Pemeriksaan diagnostc

Pemeriksaan laboratorium :

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau , PH nya

Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine atau secret vagina.

Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tdak berubah warna , tetap kuning.

Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positf palsu.

Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :


a) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidramnion.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Penatalaksanaan medis

Dirawat di Rumah Sakit

Jika ada nyeri perdarahan dan nyeri perut pikirkan solusio plasenta

Jika ada tanda-tanda infeksi (demam. Cairan vagina berbau) berikan antbiotc seperi pada amnionits

Jika tdak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu :

a) Berikan antbiotc untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.

b) Berikan kortkosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.

c) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu

d) Jika terdapat his dan lendir darah kemungkinn terjadi persalinan preterm

Jika tdak ada tanda infksi dan kehamilan >37 minggu :


a) Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antbiotc profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi
streptokokus gru B.

b) Nilai serviks, jika sudah matang induksi persalinan dengan ositosin, jika servik belum matang,
matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin.

(obgynacea, obstetri&ginekologi)

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawat. 2009)

Asuhan keperawatan

1. PENGKAJIAN

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan
informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon
kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )

Identtas atau biodata klien

Meliput, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.

Keluhan utama

Riwayat kesehatan

– riwayat kesehatan dahulu


penyakit kronis atau menular dan menurun sepert jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatts, penyakit
kelamin atau abortus.

– Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tdak di ikut tanda-tanda persalinan.

– Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga sepert jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)

– Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga diri rendah.

Pola-pola fungsi kesehatan

– pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan,
dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya

– Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.

– Pola aktfitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktvitas sepert biasanya, terbatas pada aktfitas ringan,
tdak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktvitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.

– Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang
ditmbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstpasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

– Pla istrahat dan tdur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istrahat dan tdur karena adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri epis setelah persalinan

– Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliput hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

– Pola penagulangan sters


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

– Pola sensori dan kognitf

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi
uteri, pada pola kognitf klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

– Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

– Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tdak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)

– Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal
ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktfitas klien dibantu oleh keluarganya.

Pemeriksaan fisik

– kepala

bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan
– Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar toroid, karena adanya proses menerang yang
salah

– Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtva, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing

– Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tdak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari
telinga.

– Hidung

Adanya polip atau tdak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping
hidung

– Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae

– Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.
– Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu
feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.( cristna ibrahim,
1993: 50)

– Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

– Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia
atau karena penyakit jantung atau ginjal.

– Muskulis skeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi

– Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat,
suhu tubuh turun.
Diagnose keperawatan

Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.

Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.

Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir premature.
Intervensi

No

Diagnose keperawatan

Tujuan dan criteria hasil

Intervensi

Rasional

Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3×24 jam di harapkan pasien tdak menunjukan tanda-
tanda infeksi . dengan criteria hasil :
– Tanda-tanda infeksi tdak tdak ada.

– Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.

– DJJ normal

– Leukosit pasien kembali normal

– Suhu 36-37

Kaji tanda-tanda infeksi .

Pantau keadaan umum pasien

Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutc.

Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien.


Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antseptk sesuai terapi.

Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi yang muncul.

Untuk melihat perkembangan kesehatan pasien.

Untuk memudahkan perawat melakukan tndakan.

Agar istrahat pasien terpenuhi.

Untuk proses penyembuhan pasien


2

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan otot rahim.

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3×24 jam di harapkan nyeri berkurang / nyeri hilang .
dengan criteria hasil :

– Tanda-tanda vital dalam batas normal.

TD :120/80 mm Hg

N : 60-120 X/ menit.

– Pasien tampak tenang/rileks.

– Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang.

Kali tanda-tanda Vital pasien.

Kaji skala nyeri (1-10)


Ajarkan pasien teknik relaksasi

Atur posisi pasien

Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.

Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan menentukan tndakan yang akan dilakukan.
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

Untuk memberikan rasa nyaman.

Untuk mengurangi tngkat stress pasien dan pasien dapat beristrahat.

Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3×24 jam di harapkan pasien memahami pengetahuan
tentang penyakitnya . dengan criteria hasil :

– Pasien terlihat tdak bingung lagi.

– Pasien

Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama kehamilan.
Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda KPD muncul kembali.

Libatkan keluarga agar memantau kondisi pasien .

Untuk mengetahui tentang pemahaman pasien untuk tndakan selanjutnya.

Mencegah terjadinya hal-hal yang tdak diinginkan terjadi yang bisa membahayakan ibu-janin.

Untuk membantu merencanakan tndakan berikutnya.

Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir premature

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3×24 jam di harapkan ansietas pasien teratasi. dengan
criteria hasil :

– Pasien tdak cemas lagi

– Pasien sudah mengetahui tentang penyakit


Kaji tngkat kecemasan pasien.

Dorong pasien untuk istrahat total.

Berikan suasana yang tenang dan ajarkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional pasien.

Mengetahui tngkatan kecemasan yang dialami pasien.

Untuk mempercepat proses penyembuhan

Untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan kecemasan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika.

Mirzanie, Hanifah dan Desy Kurniawat.2009 .Obgynacea obstetric & ginekologi.Yogjakarta:TOSCA


Enterprise.

Lowdermilk ,Deitra Leonard.2000.Maternity & Women’s Health Care seventh editon.Sydney : Mosby.

Mansjoer, Arif , dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketga jilid I.Jakarta : Media Aesculapius.

(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
(http://www.scribd.com/doc/94946818/Pathway-KPD)

Iklan

Kategori: Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

mikimikiku

Blog di WordPress.com.

Kembali ke atas

Iklan

You might also like