Professional Documents
Culture Documents
80-88
ISSN: 0853-5167
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari masih bekerjasama didapatkan dari informan
kerjasama telah tercapai sesuai dengan yang yaitu bagian procurement dan keseluruhan
diinginkan perusahaan. Selain itu, tujuan lain pemasok jagung berjumlah 14 pemasok yang
untuk mengetahui tingkat prestasi kerja pemasok aktif mengirimkan pada periode September 2013-
yaitu agar dilakukan perbaikan untuk menjalin Agustus 2014. Teknik pengumpulan data dalam
kerjasama. Permasalahan di PT. JCI unit melaksanakan penelitian ini yaitu dengan
Gedangan yaitu “menurunnya komitmen kinerja wawancara terstruktur, kuesioner tertutup, dan
pemasok jagung dalam memenuhi permintaan dokumentasi berupa laporan bulanan dan
perusahaan”. Untuk menjawab pertanyaan tahunan. Metode analisis data yang digunakan
tersebut, secara rinci disajikan dalam bentuk untuk menjawab tujuan penelitian, 1) menyususn
pertanyaan penelitian: 1) Apa saja kriteria matriks perbandingan berpasangan dan dilakukan
penilaian yang digunakan perusahaan untuk uji konsistensi tiap matriks, 2)
menilai kinerja pemasok? 2) Bagaimana urutan mentransformasikan matriks perbandingan
kriteria yang menjadi prioritas kinerja pemasok berpasangan ke dalam himpunan fuzzy, 3)
jagung? 3) Manakah pemasok jagung yang Mencari nilai bobot vektor sebagai urutan
menjadi prioritas utama dan yang patut prioritas dengan metode Fuzzy AHP dengan
dipertahankan dalam menjalin kerjasama? menggunakan Microsoft Excel.
Tujuan penelitian dirumuskan: 1) Metode analisis data untuk masing-masing
Mengidentifikasi kriteria penilaian yang tujuan dalam penelitian sebagai berikut:
digunakan perusahaan untuk menilai kinerja Tujuan 1: Menganalisis kriteria yang Digunakan
pemasok 2) Mengidentifikasi urutan kriteria yang PT. JCI unit Gedangan untuk Menilai Kinerja
menjadi prioritas kinerja pemasok jagung 3) Pemasok. Analisis yang digunakan yaitu dengan
Menganalisis pemasok jagung yang menjadi menyusun matriks perbandingan berpasangan
prioritas utama dan yang patut dipertahankan dari hasil kuesioner dari 22 kriteria hingga
dalam menjalin kerjasama. didapatkan tiga kriteria terpilih dan dilakukan uji
konsistensi untuk masing-masing matriks.
2. Metode Penelitian Tujuan 2: Menganalisis urutan kriteria yang
Pemilihan lokasi dilakukan secara menjadi prioritas untuk digunakan dalam menilai
purposive yaitu di PT. Japfa Comfeed Indonesia, kinerja pemasok. Analisis yang digunakan yaitu
divisi pakan ternak unit Gedangan. Pemilihan dengan menyusun matriks perbandingan
lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa berpasangan dari tiga kriteria terpilih, lalu
(1) perusahaan ini merupakan salah satu dilakukan transformasi matriks perbandingan
produsen pakan ternak besar di Indonesia yang berpasangan ke dalam himpunan fuzzy dan
salah satu tempat produksinya terdapat di mencari nilai bobot lokal masing-masing kriteria.
Sidoarjo, (2) komoditi yang dipasok adalah Tujuan 3: Menganalisis pemasok jagung yang
jagung, karena jagung bahan baku utama dalam menjadi prioritas utama Analisis yang digunakan
pembuatan pakan, dan (3) belum pernah yaitu dengan menyusun matriks perbandingan
dilakukan penelitian mengenai evaluasi kinerja berpasangan dari 14 pemasok jagung dilihat
pemasok jagung di PT. JCI unit Gedangan, berdasarkan tiga kriteria yang digunakan.
Sidoarjo. Pemilihan responden dilakukan dengan Kemudian matriks perbandingan berpasangan
cara purposive dengan pertimbangan responden ditransformasikan ke dalam himpunan fuzzy, dan
adalah orang yang mewakili kepentingan pada dicari nilai bobot vektor sebagai urutan prioritas
proses dalam memasok bahan baku sesuai dengan metode Fuzzy AHP. Menentukan
dengan kriteria yang ditetapkan, dan terdapat konsistensi matriks:
tiga orang yaitu kepala departemen procurement, CI = ...................................................(1)
staf procurement, serta bagian staf pergudangan.
Metode penentuan pemasok jagung yang dinilai Dimana,
kinerjanya dilakukan secara purposive atas dasar
n = jumlah ordo kriteria, subkriteria, dan
bahwa jagung merupakan bahan baku utama
alternatif pemasok yang digunakan.
dalam pembuatan pakan ternak, dan jagung
CI = Consistency Indeks pengisian kuesioner oleh
merupakan salah satu komoditas yang banyak
pakar.
dibudidayakan di Indonesia. Pemilihan nama
λ maksimum diperoleh dari nilai terbesar eigen
pemasok jagung dilakukan dengan snowball
bobot prioritas dari kriteria, subkriteria, dan
sampling, dimana data pemasok jagung yang
alternatif pemasok.
Suatu matriks perbandingan berpasangan Fuzzy AHP menurut Chang (1996) adalah
dinyatakan konsisten apabila nilai CR ≤ 10%. CR seperti berikut :
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
1) Membuat struktur hirarki masalah yang
berikut:
akan diselesaikan yang diawali dengan
CR = ............................................................(2) tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria,
subkriteria, dan alternatif, dan menentukan
Keterangan : perbandingan matriks berpasangan antar
kriteria dan subkriteria dengan
CI = nilai consistency indeks pengisian kuesioner
menggunakan skala Triangular Fuzzy
oleh pakar.
Number (TFN) seperti pada Tabel 1.
RI = nilai random index dari ordo kriteria,
subkriteria, dan alternatif pemasok yang
digunakan.
Tabel 1. Perhitungan skala nilai TFN (Chang, 1996)
Intensitas Triangular Fuzzy Reciprocal
Himpunan Linguistik
Kepentingan AHP Number (TFN) (kebalikan)
1 Perbandingan elemen yang sama (Just (1, 1, 1) (1, 1, 1)
Equal)
2 Pertengahan (Intermediate) (1/2, 1, 3/2) (2/3, 1, 2)
3 Elemen satu cukup penting dari yang (1, 3/2, 2) (1/2, 2/3, 1)
lainnya (Moderately Important)
4 Pertengahan (Intermediate) (3/2, 2, 5/2) (2/5, 1/2, 2/3)
5 Elemen satu kuat pentingnya dari yang (2, 5/2, 3) (1/3, 2/5, 1/2)
lain (Strongly Important)
6 Pertengahan (Intermediate) (5/2, 3, 7/2) (2/7, 1/3, 2/5)
7 Elemen satu lebih kuat pentingnya dari (3, 7/2, 4) (1/4, 2/7, 1/3)
yang lain (Very Strong)
8 Pertengahan (Intermediate) (7/2, 4, 9/2) (2/9, 1/4, 2/7)
9 Elemen satu mutlak lebihpenting dari (4, 9/2, 9/2) (2/9, 2/9, 1/4)
yang lainnya (Extremely Strong)
3) Menentukan nilai vektor (V) dan nilai peran dan kontribusi industri perunggasan akan
defuzzifikasi (d’) semakin signifikan dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Salah satu industri perunggasan terbesar
Membandingkan M1 dan M2, maka
dan terintegritas adalah PT. Japfa Comfeed
dibutuhkan nilai dari V(M1 ≥ M2) dan V(M2 ≥
Indonesia. Tidak hanya terintegritas, PT. Japfa
M1). Tingkat kemungkinan dari M2 = (l2, m2, u2)
Comfeed Indonesia juga memiliki kontribusi
≥ M1 (l1, m1, u1) didefinisikan sebagai V(M2 ≥
besar dalam perekonomian nasional. Unit bisnis
M1) = sup [min (µ M2 ((x), (y))] dan setara dengan:
utama perusahaan ini yakni pembuatan pakan
V= (M2 ≥ M1) = hgt (M1 ∩ M2) ternak, pembibitan ayam, pengolahan unggas
=(d) serta pembudidayaan pertanian. Perusahaan ini
1, ≥ , tersebar di seluruh wilayah Indonesia (salah
= 0, ≥ , ................(7) satunya terletak di Gedangan Sidoarjo), sehingga
, ℎ sudah dapat dipastikan mampu menyerap tenaga
( ) ( )
kerja dalam jumlah yang besar.
4) Normalisasi nilai bobot vektor fuzzy (W) Kondisi tersebut memperlihatkan luasnya
Mencari nilai minimum dari tingkat lapangan kerja yang dapat dimanfaatkan sejalan
kemungkinan sebuah bilangan convex fuzzy lebih dengan berkembangnya industri. Menurut data
besar dari bilangan k convex fuzzy Mi (i = 1,2,3, statistik tahunan perusahaan, karyawan di PT.
…k) dapat didefinisikan sebagai berikut Japfa Comfeed Indonesia pada tahun 2014
V(M ≥ M1,M2,…,Mk) mengalami peningkatan 14.7% dari tahun
= V [(M ≥ M 1) dan (M ≥ M 2) dan (M ≥ Mk)] sebelumnya yang tercatat sejumlah 16.588 orang,
= min V(M Mi), i = 1,2,3,..,k hal ini juga disebabkan karena adanya ekspansi
Diasumsikan bahwa: dan penambahan kapasitas produksi juga
d’ (Ai) = min V(Si ≥ Sk) untuk k = 1,2,3,..n ; k ≠ membutuhkan jumlah tenaga kerja baru. Tidak
0 .....................................................................(8) hanya tenaga kerja, dengan bertumbuhnya
maka vektor bobot didefinisikan sebagai berikut: industri perunggasan juga berfungsi sebagai
W’ = (d’(A1), d’(A2), …, d’(An))T ...............(9) faktor penggerak industri pertanian terkait
Setelah dilakukan normalisasi dari persamaan (9) lainnya, seperti budidaya jagung.
maka nilai bobot vektor yang dinormalisasikan 1. Penentuan Kriteria Kinerja Pemasok yang
adalah seperti rumus berikut: Digunakan
W’ = (d’(A1), d’(A2), …, d’(An))T
Evaluasi kinerja pemasok menurut
menjadi
Pujawan (2005) sangat diperlukan terutama bila
W = (d(A1), d(A2), .., d(An))T ................... (10)
pemasok akan memasok dalam jangka panjang.
dimana W bukan merupakan bilangan fuzzy.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan dan
Menentukan bobot akhir pemasok diperoleh dari
evaluasi harus mencerminkan strategi kegiatan
jumlah perkalian antara bobot prioritas alternatif
persediaan dari item yang akan dipasok. Perlu
tiap pemasok dengan bobot kriteria. Adapun
dilakukan penyesuaian kriteria yang digunakan
bobot prioritas alternatif tiap pemasok diperoleh
dalam melakukan evaluasi kinerja pemasok
dari jumlah perkalian antara bobot alternatif
sesuai dengan karakteristik yang berkaitan
dengan bobot kriteria. Setelah didapatkan bobot
dengan pemasokan biji jagung ke pabrikan, agar
akhir pemasok maka dilakukan peringkat kinerja
tidak ada ketimpangan pendapat antar evaluator.
pemasok. Perumusan normalisasinya adalah,
Penentuan kriteria yang digunakan dalam
( ) menilai kinerja pemasok dilakukan setelah
d(An) = ∑ ........................................ (11)
( )
melakukan penyusunan struktur hierarki yang
Normalisasi bobot ini akan dilakukan agar dalam penelitian ini terdapat empat tingkat.
nilai dalam vektor diperbolehkan menjadi analog Tingkat pertama merupakan goal yang akan
bobot dan terdiri dari bilangan yang non-fuzzy. dicapai, tingkat selanjutnya adalah kriteria yang
digunakan untuk menilai kinerja, berikutnya
3. Hasil Dan Pembahasan adalah subkriteria pada masing-masing kriteria,
dan yang terakhir adalah pemasok alternatif yang
Hingga saat ini, industri perunggasan kemudian akan dipilih menjadi pemasok yang
Indonesia merupakan salah satu penyumbang
diprioritaskan berdasarkan dengan kriteria yang
terbesar terhadap PDB dari sektor pertanian, digunakan untuk melakukan penilaian kinerja
selain kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa pemasok. Pada tingkat kedua, penetapan kriteria
yang dapat dilakukan dengan studi literatur dan seleksi pengisian kuesioner dengan matriks
melalui wawancara dengan pakar/evaluator yang perbandingan berpasangan dari 22 kriteria VPI
dianggap expert dibidangnya, terutama dalam dari penelitian Dickson. Pada kriteria kualitas,
Departemen Procurement, karena kegiatan PT. JCI unit Gedangan menggunakan subkriteria
pemilihan pemasok merupakan tugas dari sesuai dengan kriteria kualitas bahan baku yang
Departemen Procurement (pembelian). Dalam dikirim, yakni kemampuan pemasok membatasi
melakukan evaluasi kinerja pemasok yang adanya aflatoxin 150 part per billion,
berkaitan dengan pasokan jagung di PT. JCI unit kemampuan pemasok membatasi adanya jamur
Gedangan sudah berdasarkan ISO 2008:9001 dan maksimal 4 persen dari total keseluruhan jagung
sesuai dengan SOP yang berlaku sejak tahun yang dikirim, kesesuaian kadar air jagung
2007. Kriteria yang sudah ditetapkan ini antara maksimal 15 persen dari total keseluruhan jagung
lain kriteria kualitas produk, kuantitas produk, yang dikirim, kesesuaian aroma harus fresh,
dan pengiriman produk pada perusahaan, dimana kemampuan pemasok membatasi biji pecah
prioritas dari kriteria terpilih tersebut akan maksimal 5 persen dari total keseluruhan jagung
menentukan pemasok mana yang memiliki yang dikirim, dan kemampuan pemasok
prioritas utama dalam memasok jagung di PT. membatasi biji mati maksimal 8 persen dari total
JCI unit Gedangan. Penentuan ketiga kriteria keseluruhan jagung yang dikirim. Kriteria
tersebut didasarkan adanya keterkaitan dan saling kuantitas dengan subkriteria pemasok harus
mempengaruhi antar kriteria-kriteria tersebut. memiliki cadangan pasokan yang berkelanjutan,
Selain itu, penentuan kriteria juga didasarkan dan tepat jumlah sesuai yang diminta saat bahan
pada item yang dipasok oleh pemasok. Skema baku tiba di perusahaan. Kriteria pengiriman
untuk AHP seperti pada Gambar 1. dengan subkriteria kondisi bahan baku yang
Kriteria yang digunakan dalam menilai aman dalam packaging selama perjalanan, cepat
kinerja pemasok diantaranya kualitas, kuantitas, sampai di perusahaan, dan tepat sampai di
dan pengiriman. Kriteria ini merupakan hasil perusahaan.
A
Aflatoxin
B
Jamur
C
Kadar Air
Quality D
Bj. Pecah
E
Bj. Mati
F
Supplier Aroma
G
Selection
Tepat H
Jumlah
Quantity I
Continue
J
Aman K
Delivery Cepat L
Tepat M
Gambar 1. Skema Model Hierarki Pengukuran Kinerja Pemasok di PT. Japfa Comfeed Indonesia unit
Gedangan
2. Menentukan Urutan Kriteria Kinerja menggunakan metode fuzzy AHP. Kriteria yang
paling menentukan dalam penilaian kinerja
Perhitungan bobot prioritas untuk urutan
pemasok bahan baku jagung adalah kualitas
kriteria dihitung dengan tahap awal yaitu
dengan nilai 0.590. Urutan kriteria dari yang
mengkonsistensikan matriks perbandingan
memiliki bobot tertinggi hingga terendah secara
berpasangan. Dengan melakukan uji konsistensi
berurutan dalam evaluasi kinerja pemasok yakni
ini akan diketahui apakah hasil kuesioner telah
(1) kualitas; (2) kuantitas; dan (3) pengiriman
valid. Dari keseluruhan kriteria, perhitungan
dengan bobot masing-masing adalah 0.590,
konsistensi menunjukkan nilai < 10%, yang
0.212, dan 0.198. Dengan begitu kriteria kualitas
berarti pengisian kuesioner telah valid dilakukan
merupakan kriteria yang dianggap paling
oleh para pakar sebagai responden. Selanjutnya
diprioritaskan diantara kriteria yang lain.
kriteria dilakukan perhitungan bobot dengan
0.7
0.5905
0.6
0.5
0.5
0.4
0.3
0.3 0.212 0.2 0.198
0.2
0.1
0
Quality Quantity Delivery
Gambar 2. Diagram Perbandingan Pembobotan Kriteria Utama menggunakan Metode Evaluasi Supplier
dan Fuzzy AHP
Dilihat dari penilaian bobot prioritas secara Sedangkan penilaian bobot prioritas
lokal adalah pemasok pada kriteria kualitas alternatif supplier secara global pada periode
dengan bobot prioritas tertinggi adalah pemasok September 2013-Agustus 2014 pada unit
K, dan yang terendah adalah pemasok A. Jika Gedangan dengan nilai tertinggi adalah pemasok
dilihat dari kriteria kuantitas, maka tingkat N, dan alternatif supplier dengan nilai bobot
kinerja pemasok yang memiliki bobot tertinggi global terendah adalah pemasok L. Akan tetapi,
pemasok N, dan yang terendah adalah pemasok hasil penelitian ini hanya sebagai rekomendasi
E. Prioritas lokal pemasok dari kriteria dalam mengambil suatu keputusan. Hasil
pengiriman, maka pemasok dengan bobot perhitungan bobot global dapat dilihat pada Tabel
prioritas tertinggi adalah pemasok A, dan yang 2. berikut ini.
terendah adalah pemasok G.
Tabel 2. Ranking Pembobotan Kinerja Pemasok Jagung di JCI unit Gedangan
Supplier Quality Quantity Delivery Global Weight Ranking
A 0.0492 0.061 0.0877 0.059413 6
B 0.0492 0.061 0.0877 0.059413 7
C 0.0489 0.068 0.0669 0.056516 10
D 0.0489 0.069 0.0638 0.056136 12
E 0.0489 0.069 0.0638 0.056136 13
F 0.0818 0.083 0.0655 0.078932 4
G 0.0489 0.074 0.0629 0.05706 9
H 0.0489 0.068 0.0669 0.056516 11
I 0.0489 0.083 0.0701 0.060415 5
J 0.0489 0.075 0.0648 0.057691 8
K 0.143 0.086 0.0746 0.11736 2
L 0.0492 0.051 0.0662 0.052887 14
M 0.1421 0.083 0.0784 0.117093 3
N 0.143 0.093 0.0784 0.119744 1