You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Sampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan
perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka
kematiannya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan
umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut
serta dalam menentukan prognosis penderita.
Kanker serviks diperkirakan disebabkan oleh HPV (Human Papilloma
Virus), biasanya terjadi pada wanita berumur 31-60 tahun, akan tetapi bukti
terkini menunjukan bahwa kanker serviks juga telah menyerang wanita berusia
antara 20 – 30 tahun. Untuk itu meskipun masih menjadi kontroversi, di beberapa
negara berkembang telah diberikan imunisasi HPV kepada remaja, di
negaranegara yang sumber daya kesehatannya rendah, pemberian vaksin secara
massal belum diberikan, salah satu alasannya karena harganya sangat mahal.
Kanker mulut rahim adalah kanker terbanyak kelima pada wanita di
seluruh dunia. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika,
dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Pada wanita-
wanita Suriname keturanan Jawa, terdapat insidensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keturunan etnis lainnya. Kanker mulut rahim di negara-
negara maju menempati urutan keempat setelah kanker payudara, kolorektum, dan
endometrium. Sedangkan di negara-negara sedang berkembang menempati urutan
pertama. Di negara Amerika Serikat, kanker mulut rahim memiliki Age Specific
Incidence Rate (ASR) yang khas, kurang lebih 20 kasus per 100.000 penduduk
wanita per tahun.
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke-6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara

1
maju. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini
sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Kanker serviks atau
biasa dikenal kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang disebabkan
perkembangan sel-sel abnormal pada jaringan serviks yang mengenai dari epitel
leher rahim.

1.2. Klasifikasi
Klasifikasi kanker serviks berdasarkan histologi dan stadium :
Klasifikasi Stadium menurut FIGO
0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus
uterus dapat diabaikan)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop.
Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun
invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm
atau kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding

3
panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
cm atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar
lebih dari 4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah
vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau gangguan fungsi
ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai
dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau
menimbulkan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum
dan/atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal,
keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula,
mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)

Tabel 1.1 Klasifikasi kanker serviks berdasarkan histologi dan stadium

Klasifikasi lesi prakanker hingga karsinoma invasif serviks uteri :

Klasifikasi Sitologi Klasifikasi Histopatologi


Bethesda5 classification, 2015 WHO6 classification, 2014
Squamous Lession Squamous Cell Tumors and
A.Atypical Squamous Ceslls (ASC) Precursor
 Atypical Squamous Cells- A. Squamous Intraepithelial
Undetermined Significance Lessions
(ASC-US) B. Squamous Cell Carcinoma

4
 Atypical Squamous Cells-
Cannot Exclude a high-grade
squamous intraepithelial
lesion (ASC-H)
B. Squamous Intraepithelial Lesion
(SIL)
 Low-Grade Squamous
Intraepithelial Lession (LSIL)
 High Grade Squamous
Intraepithelial Lession
(HSIL)
C. Squamous Cell Carcinoma
Glandular Lesion Glandular Tumors and Precursor
A. Atypical A. Adenocarcinoma In Situ
 Endocervical cells B. Adenocarcinoma
 Endometrial cells
 Glandular cells
B. Endocervical Adeno Carcinoma
In Situ (AIS)
C. Adenocarcinoma
 Endocervical
 Endometrial
 Extrauterine
Other epithelial tumors
A. Adenosquamous Carcinoma
B. Adenoid Basal Carcinoma
C. Adenoid Cystic Carcinoma
D. Undifferentiated Carcinoma
Neuroendocrine tumors
A. Low-grade

5
neuroendocrine tumor
B. High-grade neuroendocrine
carcinoma

Tabel 1.2 klasifikasi lesi prakanker hingga karsinoma invasif serviks uteri

1.3. Etiologi
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model
karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis
awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif.
Studi-studi epidemiologi menunjukkan lebih dari 90% kanker serviks
dihubungkan dengan jenis Human Papiloma Virus (HPV). Beberapa bukti
menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua
dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV merupakan penyebab terjadinya
degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat gen P53 sehingga TS
(Tumor Supresor Gen) P53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan Onkoprotein
E7 yang merupakan transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol.
Beberapa Faktor Resiko yang dapat menjadi penyebab kanker servik,
diantaranya :
A. Usia
Saat ini diketahui dibeberapa negara bahwa puncak insidensi lesi
prakanker serviks terjadi pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan
kejadian kanker serviks terjadi pada usia diatas 60 tahun. Menurut Benson,
KL bahwa 20% wanita berusia 40 tahun akan menderita kanker serviks
dalam hidupnya, mungkin karena perjalanan penyakit ini memerlukan
waktu lama untuk terjadinya kanker invasif sehingga besar terjadinya atau
diketahuinya setelah berusia lanjut.
B. Hubungan Seksual
Usia kawin muda menurut Rotkin, Christoperson dan Parker serta
Barron dan Richart jelas berpengaruh. Rotkin menghubungkan kejadian
kanker serviks dengan usia saat seorang wanita mulai aktif berhubungan

6
seksual, dikatakan pula kanker serviks cenderung timbul bila mulai aktif
berhubungan seksual pada usia kurang dari 17 tahun. Lebih dijelaskan
bahwa umur antara 15-20 tahun merupakan periode rentan. Periode ini
berhubungan dengan kiatnya proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga
bila ada yang menggangu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan
memudahkan beralihnya proses menjadi displasia yang lebih berpotensi
menjadi keganasan.
Wanita dengan partner seksual yang banyak juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya kanker serviks, karena salah satu etiologi penularannya
melalui infeksi secara berhubungan seksual. Ini lebih beresiko besar dapat
terjadi.
C. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic
aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok
konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di
dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
D. Genetik
Bila seorang wanita mempunyai riwayat keluarga kanker serviks baik
dari ibunya atau saudaranya, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali
lebih besar untuk juga terkena kanker serviks dibandingankan dengan orang
normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan
berkurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV.
E. Virus Human Papiloma (HPV)
Terdapat sejumlah bukti menunjukkan bahwa Human Papiloma Virus
(HPV) sebagai penyebab neoplasia servikal. Karsinogenesis pada kanker
serviks sudah dimulai sejak seseorang terinfeksi HPV yang merupakan
faktor inisiator dari kanker serviks yang menyebabkan terjadinya gangguan
sel serviks.

7
Seorang wanita dengan seksual aktif dapat terinfeksi oleg HPV risiko-
tinggi 80%. Oncoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan
penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat
gen P53 sehingga TS (Tumor Supresor Gen) P53 akan kehilangan
fungsinya. Sedangkan Onkoprotein E7 yang merupakan transkripsi sehingga
siklus sel berjalan tanpa kontrol.

1.4. Patofisiologi
Krsinoma serviks biasa timbul didaerah yang disebut Squamo-columnar
Junction(SCJ), yaitu antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologi terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. SCJ dipengaruhi oleh faktor usia,
aktivitas seksual dan paritas.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada eipitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering terjadi pada masa pubertas.
Bila terjadinya infeksi pada wanita masa pubertas, metaplasia sel ini akan
terpengaruh lama kelamaan akan terjadi displasia jaringan menyebabkan
terjadinya perkembangan sel tidak terkontrol hingga terjadi tumor ganas.

1.5. Gejala Klinis


Lesi prakanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya
dapat terdeteksi dengan perkembangan sitologi. Gejala yang timbul stadium lanjut
dapat berupa perdarahan pasca senggama atau dapat juga perdarahan diluar masa
haid dan pasca menopause. Jika perkembangan kanker meluas, dapat terjadi
infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang mengalir keluar melalui vagina. Bila
penyakit sudah lanjut, akan timbul nyeri panggul dan beberapa gejala yang
berkaitan dengan kandung kemih.

8
1.6. Diagnosa Klinis
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.
A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah
menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact
bleeding, perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut,
gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena
desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan
sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi
tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal,
edema tungkai.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,
sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP. Kecurigaan metastasis ke kandung
kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan
amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan
sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau
lebih.
Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu
pemeriksaan harus cermat kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik
ini tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam
penentuan maka dipilih stadium yang lebih rendah.
 Pap Smear
Metode tes Pap Smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik
atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher
rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu
dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang atau sel-sel abnormal.
Ketelitian pemeriksaan ini mencapai 90% bila dilakukan dengan baik,
yang membiaskan pemeriksaan adalah karena saat proses peletakan dan
meratakan pada preparat kaca menyebabkan adanya lapisan-lapisan

9
tidak merata dan penumpukan sel sehingga meyulitkan pengatamatan
terhadap keseluruhan sel tersebut.
 Thin Prep
Jika pap smear hanya mengambil sebagian sel-sel di servik, pada Thin
Prep akan memeriksa selurug bagian serviks. Tentunya ini akan
menjadi lebih akurat. Thin prep, sel-sel tidak diletakkan di diatas
preparat kaca, namun dimasukkan kedalam tabung yang berisi cairan
yang berfungsi menstabilkan dan menjaga kondisi sel-sel tersebut agar
saat diperiksa akan tetap sam dengan kondisi saat diambil
 IVA
Infeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks menggunakan asam asetat. Jika
terjadi perubahan warna maka dianggap tidak terjadi infeksi pada
serviks.
 Uji Colposcopy
Jika didapatkan ketidak normalan pada pemeriksaan pap smear, maka
langkah selanjutnya adalah pemeriksaan colposcopy yang dapat melihat
kondisi dalam rahim.
 Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut dengan
kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnosis,
tindakan ini harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang
dikeluarkan diamati dengan kolposkopi.

1.7. Diagnosa Banding


A. Adenokarsinoma Endometrial
B. Polip Endoservikal.
C. Chlamydia trachomatis atau infeksi menular seksual lainnya pada wanita
dengan:

10
 Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri
pelvis.
 Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama
setelah berhubungan seksual).

1.8. Penatalaksanaan
 Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ)
Konisasi (Cold knife conization).
- Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih
memerlukan fertilitas.
- Bila tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi.
- Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total
- Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai tatalaksana kanker
invasif.
 Stadium IA1 (LVSI negatif)
Konisasi (Cold Knife)
- Bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan.(Tingkat evidens B)
- Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi.
- Histerektomi Total apabila fertilitas tidak dipertahankan.
 Stadium IA1 (LVSI positif)
- Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan.
- Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat
dilakukan Brakhiterapi.
 Stadium IA2,IB1,IIA1
Pilihan :
- Operatif.
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik. (Tingkat evidens 1
/ Rekomendasi A).
- Non operatif

11
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan
brakiterapi).
 Stadium IB 2 dan IIA2
Pilihan :
- Operatif (Rekomendasi A)
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi
anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
- Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa
tumor primer dan mengurangi risiko komplikasi operasi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi
anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
 Stadium IIB
Pilihan :
- Kemoradiasi (Rekomendasi A).
- Radiasi (Rekomendasi B).
- Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C).
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik
limfadenektomi.
- Histerektomi ultradikal, laterally extended parametrectomy (dalam
penelitian) .
 Stadium III A III B
- Kemoradiasi (Rekomendasi A)
- Radiasi (Rekomendasi B)
 Stadium IIIB dengan CKD
- Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
- Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
- Radiasi

12
 Stadium IV A tanpa CKD
- Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih
dahulu dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
- Kemoradiasi Paliatif, atau
- Radiasi Paliatif
 Stadium IV A dengan CKD, IVB
- Paliatif
- Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif dapat
dipertimbangkan.

1.9. Komplikasi
Beberapa komplikasi terjadi akibat kanker serviks. Kejadian gagal ginjal
disebabkan sel kanker menekan ureter sehingga mengganggu aliran urin dari
ginjal. Urin yang terganggu penyalurannya akan menumpuk dalam ginjal
menyebabkan hidronefrosis, ginjal membengkak dan membesar. Kemudian
komplikasi perdarahan merupakan hal yang dikhawatirkan, karena terkadang
perdarahan sulit berhenti bila penanganan tidak segera dilakukan. Jika tidak cepat
ditangani maka pasien dapat mengalami syok hipovolemik. Keluar cairan yang
bau dari vagina juga sering terjadi
Bila penjalaran dari kanker serviks sudah meluas, biasanya cerviks dan
organ reproduksi yang terkena akan diangkat. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya menopause dini bila yang diangkat ovarium. Ini disebabkan karena
hormon estrogen dan progesteron tidak lagi di produksi.

1.10. Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-
years survival rate untuk diagnosis I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%,
stadium III kira-kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.
1. Stadium 0
100% penderita dalam stadium ini akan sembuh.

13
2. Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. Dari
semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years
survival rute sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate
sebesar 70-90%.
3. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 sering dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari
semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years
survival rate sebesar 70-90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate
sebesar 60-65%.
4. Stadium 3
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.
5. Stadium 4
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%.

14
BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT


I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Denai No.23 Medan
No. RM : 44-17-51
Tgl. masuk : 25-09-2017
Pukul : 11.30 WIB

IDENTITAS SUAMI
Nama suami : Tn. H
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : DIII
Alamat : Jl. Denai No.23 Medan

II. ANAMNESA
Identitas
Ny.E, 34 tahun, Islam, Melayu, SMA, IRT, P3A0, i/d Tn. H, 38 tahun,
Jawa, Islam, DIII, Wiraswasta. Datang ke RS. Haji Medan dengan:

15
Keluhan Utama : Merasakan adanya benjolan pada perut kiri bawah
Telaah : Hal ini baru dirasakan os sejak ± 3 bulan SMRS, benjolan
dirasakan semakin lama semakin membesar, benjolan dirasakan sebesar kepalan
tangan dewasa dan perut terasa penuh, siklus haid memanjang yang disertai nyeri
saat haid, keputihan dialami sesekali dengan warna jernih, tidak gatal dan berbau,
perdarahan dari kemaluan disangkal, riwayat keluar darah setelah senggama
disangkal, berat badan turun dan penurunan nafsu makan di sangkal, mual muntah
disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan dan dalam batas normal.

Riwayat Penyakit yang Pernah diderita :


Anemia : (-) Tuberculosis : (-)
Hipertensi : (-) Penyakit jantung : (-)
Penyakit Ginjal : (-) Penyakit lain : (-)
Reumatik : (-) Veneral diseases : (-)
Diabetes : (-) Operasi : (-)

Riwayat Penggunaan obat : (-)


Pengobatan penyinaran : (-)
Lokalisasi : (-) Lama penyinaran : (-)
Operasi-operasi terdahulu : (-)
Riwayat Alergi : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

Riwayat Haid:
Menarche : Umur 12 tahun
Siklus : Memanjang, >28 hari
Lama : ± 5-7 hari.
Banyak darah : 2-3 kali ganti duk/ hari
Dysmenorrhoea : (+)
Darah beku :-
Metrorrhagia :- Contact bleeding : -

16
Menorrhagia :- Climacterium : -
Spotting :- Menopause : -

Riwayat Keputihan :
Jumlah : Sedikit
Warna : Jernih
Bau : Tidak
Konsistensi : Encer
Gatal (pruritus vulvae) : Tidak

Riwayat Pernikahan dan seksual :


Umur Kawin : Istri : 21 tahun Suami : 25 tahun
Lama Kawin : 13 tahun
Kemandulan :-
Frigiditas / Vaginismus : -
Libido : kurang / sedang / kuat / hiperseksual.
Frekuensi koitus : 2-3 kali/minggu
Orgasmus : Tidak di tanya
Dispareuni :-

Riwayat Kontrasepsi/KB : Suntikan kombinasi, kondom, senggama terputus


Cara dan lamanya : ( Suntikan) tiap 1 bulan, ( kondom dan senggama
terputus) digunakan saat awal pernikhanan

Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu: P3A0


1. Laki-laki, BBL 3000 gram, aterm, PSP, Klinik, Bidan, sehat, US 12 tahun
2. Laki-laki, BBL 3050 gram, aterm, PSP, Klinik, Bidan, sehat, US 8 tahun
3. Laki-laki, BBL 2800 gram, aterm, PSP, Klinik, Bidan, sehat, US 6 tahun

17
Gizi dan Kebiasaan :
Nafsu makan : Baik
Perubahan berat badan: -
Merokok :-
Alkohol :-
Kebiasaan makan obat : -
Obat yang dimasukkan ke dalam vagina : -

III. PEMERIKSAAN FISIK:


A. Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Tekanan darah: 120/70mmHg
Heart rate : 82 x/i Respirasi Rate : 20 x/i
Temperatur : 36,90 C

B. Kesan Umum:
Edema :- Anemis :- Ikterik : -
Cyanose :- Dyspnoe :-
Keadaan Gizi : TB: 159 cm, BB : 63 kg , IMT :25,2, kesan: overweight

Keadaan penyakit : - bisa jalan sendiri


- bisa duduk sendiri √
- hanya berbaring saja

C. PEMERIKSAAN GENERALISATA :
Kepala : Konjungtiva Anemis : (-/-), Sklera ikterik : (-/-),
wajah sembab :(-), T.H.T : DBN
Leher : Benjolan (-), TVJ R-2 cm H2O, Trakea medial.
Thorak : Cor : DBN
Pulmo : DBN
Kelenjar supra/infra clavicula: DBN
Mammae : DBN

18
- Membesar : - - Sekret : -
- Hyperpigmentasi : - - Tumor-tumor: -
- Colostrum : - - Tegang : -

Abdomen :
- Membesar : (+) Shifting Dulness :-
- Simetris / asimetris : Asimetris Meteorismus :-
- Soepel : (+) Ascites :-
- Defense musculare : (-) Peristaltik : (+) normal
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Tumor : Teraba benjolan pada perut kiri bawah
- Besarnya : Kepalan tangan dewasa
- Konsitensi : Kenyal/kistik, dapat digerakkan, batas tegas
- Permukaan : Berbenjol
- Nyeri tekan : (-)

Extremitas : akral hangat, edema (-), CRT <2 detik

D. PEMERIKSAAN GENIKOLOGI:
PEMERIKSAAN LUAR
- Mons pubis : Tidak ditemukan kelainan
- Klitoridis : Tidak ditemukan kelainan
- Vulva vagina : Tidak ditemukan kelainan
- Perineum : Tampak bekas jahitan
- Orifisium uretra eksterna : Tidak ditemukan kelainan
- Struktur himen : Complete absence of hymen
- Glandula bartholini : Tidak ditemukan kelainan

19
PEMERIKSAAN DALAM
Inspekulo :
Introitus vagina :
- Tidak tampak darah, benjolan, peradangan, dan ditemukan sekret putih jernih
- Pemeriksaan Swab vagina: Tidak dilakukan
Orifisium uterus eksternum : Bulat terbelah melintang
Portio vaginalis services : licin
- Erosi :- - Polip :-
- Ectropion :- - Bunga kol (exophytik) :-
- Laserasi :- - Leukoplakia :-
- Ovula naboti :- - Schiller test :-
- Pemeriksaan sitologi: Tidak dilakukan
Vagina Toucher :
Introitus vagina : Longgar, Tidak teraba benjolan abnormal
Serviks :
- Arah : Sakral - Konsistensi : kenyal
- OUE : Tidak dapat dilalui jari - Permukaan : rata
- Bentuk portio : Bulat licin - Sakit waktu digerakkan: -
- Contact Bleeding : ( -)

Uterus :
- Posisi : Antefleksi
- Besarnya : Biasa Permukaan : Rata
- Mobilitas : Mobile Contact Bleeding : (-)
- Konsistensi : kenyal Sakit waktu digerakkan: (-)

Cavum Douglas :
- Douglas crise : (-)
- Menonjol / tidak : Tidak

20
Parametrium:
- Parametrium kiri : Terdesak oleh benjolan sebesar kepalan tangan dewasa
- Parametrium kanan : Tidak ditemukan kelainan

Adnexa :
- Adnexa kiri : Teraba benjolan sebesar kepalan tangan dewasa, dapat
digerakkan, kenyal/kistik, tidak nyeri, dengan permukaan
berbenjol
- Adenexa kanan : Tidak teraba/tidak ditemukan kelainan

Rektovaginal : Tidak dilakukan

IV. DIAGNOSA BANDING


1) Kista Ovarium Sinistra
2) Karsinoma Ovarium
3) Mioma Uteri
4) Endometriosis
5) Tumor Abdomen

V. TERAPI AWAL DAN ANJURAN


Terapi:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ranitidine 50 mg
Anjuran:
- Cek darah rutin - Foto thorak
- Foto Abdomen - Skrining kanker Ca125
- USG TAS/TVS

21
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS :
- Kandung Kemih : terisi baik
- Uterus: Antefleksi, besar biasa, ukuran 6,3 x 4,51 x 3 cm
- Adnexa : Tampak gambaran hipoecoid pada adnexa kiri dengan ukuran
9,8 x 6,1 x 3,1 cm, adnexa kanan dalam batas normal
- Cairan bebas: (-)
Kesan : Kista Ovarium Sinistra

Ro Foto / Sinar tembus :


Thorax : - Sinus costoprenicus normal, diapraghma normal
- Jantung besar dan bentuk normal
- Paru corakan brokovaskular normal, tak tampak kelainan aktif
spesifik dan patologik
- Kesan: Cor,Pul dalam batas normal
Abdomen : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
BNO-IVP : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 25-09-2017 pukul 16:35 WIB
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 13,1 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,5 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 10.200 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 42,1 36-47 %
Hitung trombosit 286.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV 91,1 80 – 96 fL
MCH 28,5 27 – 31 pg
MCHC 33 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 1 1–3 %

22
Basofil 1 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 71 53–75 %
Limfosit 22 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
LED 11 0-20 mm/jam

ogi
Hasil pemeriksaan Skrining Kanker
Hasil : 8,7 u/ml

VII. DIAGNOSA
Kista Ovarium Sinistra

VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ranitidine 50 mg
Operasi: Kistektomi Sinistra

IX. PERSIAPAN PREOPERASI


- Surat izin operasi
- Konsul dokter anestesi dan persiapan anestesi, IVFD RL terpasang
abocath no.18, kateter urine terpasang, pasien tidak makan dan minum 8
jam pre-op serta berdoa.
- Sterilisasi kamar operasi dan alat bahan operasi
- Pemeriksaan penunjang medis
- Persiapan team operasi
- Persiapan darah WB 2 bag
-
X. OPERASI
Kistektomi Sinistra

23
Uraian pembedahan
Supervisor : Dr. H. M. Haidir, Sp.OG, MHA
Tanggal : 27/09/2017
Jam : 07.30 WIB s.d. 09.00 WIB
- Ibu dibaringkan di meja operasi posisi supine, dengan infuse dan keteter
terpasang baik.
- Dilakukan spinas anestesi, kemudian aspetik dengan povidon iodine
dan alcohol 70% pada dinding abdomen, kemudian di tutup dengan duk
steril kecuali lapang operasi.
- Dibawah spinal anestesi dilakukan insisi midline mulai dari kutis
sampai subkutis.
- Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia di gunting
kekanan dan ke kiri, otot di lakukan secara tumpul.
- Peritonium di jepit dengan klem, di angkat lalu di gunting ke atas dan
kebawah, evaluasi cavum abdomen, tampak kista ovarium sinistra
sebesar kepalan tangan dewasa, kemudian dilakukan kistektomi
unilateral.
- Tampak uterus dan ovarium kanan dalam batas normal.
- Evaluasi perdarahan, kesan perdarahan terkontrol.
- Kavum abdomen dibersihkan dengan Nacl dan dengan kassa steril,
kemudian dinding abdomen di jahit lapis demi lapis.
- Luka operasi dibersihkan dan di tutup supratool, kassa steril dan
hypapic.
- Operasi selesai, keadaan umum pasien post-op stabil.

XI. TERAPI DAN RENCANA POST OPERASI


Tanggal 27/09/2017
- IVFD RL 30 gtt/i
- Urine dengan via kateter terpasang
- Inj. Cetriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg drip/8 jam

24
- Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam
Rencana:
- Periksa PA jaringan
- Cek darah rutin

XII. PEMANTAUAN POST-OPERASI (27/09/2017)


Jam HR TD /mmHg RR Perdarahan
JAM HR TD (mmHg) RR PERDARAHAN
09:00 79X/i 110/70 20x/i -
09:15 77x/i 110/70 20x/i -
09:30 81x/i 120/70 20x/i -
09:45 80x/i 120/80 18x/i -
10:00 78x/i 120/70 18x/i -
10:30 74x/i 120/70 18x/i -
11:00 78x/i 120/80 18x/i -

XIII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG POST-OPERASI


Pemeriksaan Patologi Anatomi
- Makroskopi:
Diterima jaringan kista dengan ukuran 10,5 x 36,2 x 3,8 cm warna putih
keabuan, permukaan berbenjol, kenyal, pada pemotongan melintang
tampak warna cairan kuning keruh .
- Mikroskopi:
Sedian jaringan tersebut, tampak gambaran kista yang dilapisi oleh
epitel torak dengan inti dan kromatin masih dalam batas normal, stroma
terdiri dari jaringan ikat.
- Kesan: Suatu Cysta Adenoma Musinosum Ovarii

25
Pemeriksaan Hematologi Post-OPerasi
Hasil 28/09/2017
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 12,2 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,1 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 11.400 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 39,5 36-47 %
Hitung trombosit 290.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV 89,1 80 – 96 fL
MCH 27,5 27 – 31 pg
MCHC 32 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 1 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 73 53–75 %
Limfosit 21 20–45 %
Monosit 5 4–8 %
LED 14 0-20 mm/jam

26
FOLLOW UP

Kesan keadaan sakit: tampak sakit


sedang
S = Nyeri luka operasi
O = Sensorium: CM
TD : 120/70 Hb: 12,2
HR : 78 x/i Ht: 39,5
RR : 16 x/i Leukosit: 11.400
T : 36,80 Trombosit: 290.000
L/O: tertutup pervan, P/O: -, Peristaltik
usus (+) normal
28/09/2017 BAK (+) kateter, BAB (+), Flatus (+)
A = Post Kistektomi a/I Kista Ovarium
Sinistra + H1
P = - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cetriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg drip/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Asam Traneksamat 500 mg/8 jam
- Aff urine Kateter
- Aff IV line
S = Tidak ada keluhan
O = Sensorium: CM
TD : 120/80
HR : 76 x/i
29/09/2017
RR : 18 x/i
T : 36,70
L/O: tertutup pervan, P/O: -, Peristaltik
usus (+) normal

27
BAK (+), BAB (+) , Flatus (+)
A = Post Kistektomi a/I Kista Ovarium
Sinistra + H2
P = - Cefadroxyl tab 2x500 mg/oral
- Asam Mefenamat Tab 3 x 500
mg/oral
- Grahabion Tab 2x1/oral
- Rencana PBJ tanggal 30/09/2017
S = Tidak ada keluhan
O = Sensorium: CM
TD : 120/80
HR : 72 x/i
RR : 18 x/i
T : 36,60
L/O: tertutup pervan, P/O: -, Peristaltik
usus (+) normal
30/09/2017
BAK (+), BAB (+) , Flatus (+)
A = Post Kistektomi a/I Kista Ovarium
Sinistra + H3
P = - Cefadroxyl tab 2x500 mg/oral
- Asam Mefenamat Tab 3 x 500
mg/oral
- Grahabion Tab 2x1/oral
- PBJ, kontrol ulang poliklinik Obgyn

28
BAB IV

KESIMPULAN

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyebab
kematian tertinggi di dunia yang terjadi pada wanita. Kanker serviks menjadi
penyebab kematian pada peringkat kelima di dunia. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks, seperti usia lanjut, pasangan seks yang
terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV), genetik, merokok dll. Untuk itu deteksi
dini untuk pencegahan kanker serviks sangat dianjurkan.

29

You might also like