You are on page 1of 9

IDENTIFIKASI SISA MATERIAL KONSTRUKSI DALAM UPAYA

MEMENUHI BANGUNAN BERKELANJUTAN


(Construction Waste Identification For Complying Sustainable Building)

Y.P Devia, S.E Unas, R.W Safrianto, W. Nariswari


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : yatnanta@yahoo.com

ABSTRAK

Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu
berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan
lagi sesuai fungsinya. Selain pengaruhnya terhadap biaya, sisa material konstruksi ini juga berdampak terhadap
lingkungan. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan untuk sustainable building, harus ada integrasi
lingkungan, ekonomi dan sosial saat proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan operasi pemeliharaan
suatu lingkungan terbangun dimana salah satunya adalah manajemen dari sumber material dan sampah/sisa
material konstruksi (construction waste). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis dan kuantitas sisa
material konstruksi dominan yang timbul di proyek konstruksi dan mengkaji dampak sisa material konstruksi
dominan tersebut terhadap lingkungan. Sampel penelitian adalah consumable material proyek perumahan dan
hotel di kota Malang- Jawa Timur. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah pengamatan
lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk
mengetahui jenis dan kuantitas sisa material konstruksi yang diuji dengan metode regresi untuk mendapatkan
sisa material kontruksi dominan. Selanjutnya sisa material konstruksi dominan dikaji secara deskriptif mengenai
dampaknya terhadap lingkungan. Hasil yang diperoleh adalah sisa material konstruksi terbesar di proyek
perumahan dan hotel di Kota Malang adalah batu bata berkisar 13,4 – 13,5 % untuk proyek perumahan dan
hotel. Sisa material konstruksi batu bata murni tidak berdampak terhadap lingkungan dan termasuk material
yang bisa dipakai kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle).

Kata kunci : bangunan berkelanjutan, sisa material konstruksi

PENDAHULUAN dengan adanya sisa material konstruksi


Pada pelaksanaan sebuah proyek yang cukup besar dapat dipastikan terjadi
konstruksi bangunan, tidak akan dapat pembengkakan pada sektor pembiayaan.
dihindari munculnya sisa material Di samping itu, sisa material konstruksi
konstruksi atau biasa disebut dengan juga berpengaruh kepada lingkungan. Sisa
Construction Waste. Sisa material material konstruksi dapat menambah
konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu kuantitas dari sampah kota yang notabene
yang sifatnya berlebih dari yang tempat pembuangan (landfill) yang
disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan tersedia tidak cukup bagi kota-kota besar.
maupun material konstruksi yang Akibatnya beban lingkungan semakin
tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat bertambah. Hal ini diperparah apabila sisa
digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R. material konstruksi merupakan
Illingworth, 1998). Banyak faktor yang mengandung bahan yang berbahaya bagi
menjadi sumber terjadinya sisa material lingkungan misal logam berat, poli
konstruksi, antara lain desain, pengadaan aromatik hidrokarbon (PAH), dsb.
material, penanganan material, Terkait dengan lingkungan, konsep
pelaksanaan, residul dan lain-lain misal berkelanjutan atau sustainability menjadi
pencurian (Gavilan dan Bemold, 1994). pertimbangan dalam bidang konstruksi.
Material sebagai salah satu komponen Menurut World Commission on
penting yang memiliki pengaruh cukup Environment and Development (1987)
erat dengan biaya suatu proyek, sehingga definisi keberlanjutan (sustainability)
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 195
adalah kepastian manusia dalam TINJAUAN PUSTAKA
memenuhi kebutuhan saat ini dengan Material yang digunakan dalam
mempertimbangkan kemampuan generasi konstruksi dapat digolongkan dalam dua
mendatang untuk memenuhi kebutuhan bagian besar (Gavilan dan Bemold, 1994),
mereka. Salah satunya implementasinya yaitu:
adalah sustainable building dimana dalam 1. Consumable material, merupakan
penerapan kebijakannya berintegrasi material yang pada akhirnya akan
dengan lingkungan, ekonomi dan sosial. menjadi bagian dari struktur fisik
Integrasi ketiganya terjadi saat proses bangunan, misalnya: semen, pasir,
perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan kerikil, batu bata, besi tulangan, baja,
operasi pemeliharaan suatu lingkungan dan lain-lain.
terbangun (Y. Putra, 2004). Pokok-pokok 2. Non-consumable material, merupakan
proses di atas meliputi manajemen yang material penunjang dalam proses
efisien terhadap energi dan sumber air, konstruksi, dan bukan merupakan
manajemen dari sumber material dan bagian fisik dari bangunan setelah
sampah material (construction waste), bangunan tersebut selesai, misalnya:
perlindungan terhadap kualitas lingkungan perancah, bekisting, dan dinding
dan kualitas kesehatan komunitas. penahan sementara.
Berdasarkan hal tersebut, maka nampak Menurut Tchobanoglous et al,
jelas bahwa penanganan sisa material 1976, sisa material konstruksi yang timbul
konstruksi atau sampah material selama pelaksanaan konstruksi dapat
konstruksi merupakan upaya pencapaian dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:
sustainable building dalam rangka 1. Demolition waste adalah sisa material
pembangunan berkelanjutan. yang timbul dari hasil pembongkaran atau
Untuk itu sebagai langkah awal perlu penghancuran bangunan lama.
dilakukan penelitian pendahuluan yang 2. Construction waste adalah sisa material
berkaitan dengan sisa material konstruksi konstruksi yang berasal dari
terkait dengan identifikasi dan kuantifikasi pembangunan atau renovasi bangunan
sisa material konstruksi yang dominan milik pribadi, komersil dan struktur
pada suatu proyek konstruksi. Selanjutnya lainnya. Sisa material tersebut berupa
sisa material konstruksi yang dominan ini sampah yang terdiri dari beton, batu
akan dikaji dampaknya terhadap bata, plesteran, kayu, sirap, pipa dan
lingkungan. komponen listrik.
Terjadinya sisa material konstruksi
TUJUAN dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi
Penelitian ini bertujuan untuk dari beberapa sumber dan penyebab.
mengetahui jenis dan kuantitas sisa Gavilan dan Bemold (1994), membedakan
material konstruksi dominan yang timbul sumber-sumber sisa material konstruksi
di proyek konstruksi. Selanjutnya akan atas enam kategori: (1) desain; (2)
dikaji dampak sisa material konstruksi pengadaan material; (3) penanganan
dominan terhadap lingkungan. material; (4) pelaksanaan; (5) residual; (6)
Sampel penelitian adalah satu proyek lain-lain. Hasil penelitian Bossink dan
pembangunan perumahan dan satu proyek Browers (1996) di Belanda,
hotel di kota Malang dimana material yang menyimpulkan sumber dan
diteliti adalah bagian dari struktur penyebab terjadinya sisa material
bangunan consumable material. konstruksi berdasarkan kategori yang telah
dibuat oleh Gavilan dan Bemold (1994)
adalah seperti tercantum pada Tabel 1 di
bawah ini.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 196
Tabel 1. Sumber dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi
Sumber Penyebab
Desain § Kesalahan dalam dokumen kontrak
§ Ketidaklengkapan dokumen kontrak
§ Perubahan desain
§ Memilih spesifikasi produk
§ Memilih produk yang berkualitas rendah
§ Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan
§ Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain
§ Pendetailan gambar yang rumit
§ Informasi gambar yang kurang
§ Kurang berkoordinasi dengan kontraktor & kurang berpengetahuan
tentang konstruksi
Pengadaan § Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb.
§ Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
§ Pembelian material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
§ Pemasok mengirim barang tidak sesuai dengan spesifikasi
§ Kemasan kurang baik, menyebabkan terjadi kerusakan dalam
perjalanan
Penanganan § Material yang tidak dikemas dengan baik
§ Material yang terkirim dalam keadaan tidak padat/ kurang
§ Membuang atau melempar material
§ Penanganan material yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran
untuk dimasukkan ke dalam gudang
§ Penyimpanan material yang tidak benar menyebabkan kerusakan
§ Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi proyek
Pelaksanaan § Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga kerja
§ Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik
§ Cuaca yang buruk
§ Kecelakaan pekerja di lapangan
§ Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti
§ Metode untuk menempatkan pondasi
§ Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan
yang tidak sempurna
§ Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat
disampaikan kepada kontraktor
§ Kecerobohan dalam mencampur, mengolah dan kesalahan dalam
penggunaan material sehingga perlu diganti.
§ Pengukuran di lapangan tidak akurat sehingga terjadi kelebihan
volume
Residual § Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi
§ Kesalahan pada saat memotong material
§ Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi
§ Kemasan
§ Sisa material karena proses pemakaian
Lain-lain § Kehilangan akibat pencurian
§ Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanaan
manajemen terhadap sisa material
Sumber : Bossink dan Browers, 1996
material konstruksi yang terjadi di
Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa negara adalah sebagai berikut :
oleh para peneliti mengenai kuantitas sisa 1. Amerika Serikat

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 197
Gavilan dan Bernold (1994) menyajikan kasus pada proyek apartemen. Dari 10
suatu studi empiris dengan meneliti 5 jenis material bangunan yang diteliti
rumah di empat lokasi yang berbeda diperoleh total sisa material konstruksi
pada bulan Juni sampai Agustus 1992. yang terjadi sebesar 18 % berat
Tiga jenis material bangunan yang terhadap jumlah seluruh material. Hasil
diteliti adalah batu bata, kayu dan batu penelitian antara tahun 1986 sampai
pecah. Data yang diperoleh menunjukan 1987 pada 3 bangunan rumah tinggal,
sisa material konstruksi yang terjadi mencatat sisa material konstruksi yang
pada proyek bangunan rumah, terjadi relatif kecil, yaitu antara 11 %
disebabkan oleh sisa-sisa pemotongan sampai 17% dari berat gedung atau
material. Hal ini diduga ada hubungan sebesar 0,095 t/m2 sampai 0,145 t/m2.
yang kuat antara produktifitas yang 5. Indonesia
rendah dengan besamya sisa material Penelitian sisa material konstruksi
konstruksi yang terjadi. dilakukan oleh S. Intan, dkk. (2005),
2. Belanda merupakan studi kasus pembangunan
Bossink dan Browers (1996) di Belanda sebuah komplek ruko di Surabaya. Dari
mengadakan penelitian yang 8 jenis material yang diteliti, serta dari
menitikberatkan pada pengukuran dan hasil penyebaran kuesioner pada 13
pencegahan sisa material konstruksi. proyek ruko di Surabaya dengan
Penelitian dilakukan pada 7 jenis responden manajer lapangan, pengawas
material bangunan pada 5 bangunan lapangan, pelaksana lapangan, dan
rumah sejak April 1993 sampai Juni mandor pada masing-masing proyek
1994. Diperoleh jumlah berat sisa diperoleh kuantitas sisa material
material konstruksi antara 1 % sampai terbesar yaitu 12,51% berupa batu bata
10% terhadap berat material konstruksi. dan 11,39% berupa pasir.
Sumbang saran para wakil kontraktor Hasil penelitian lainnya oleh I.R Rahim,
menyimpulkan bahwa penyebab utama 2006 untuk pembangunan rumah tipe 36
terjadinya sisa material konstruksi, di Makassar menunjukkan semen
berhubungan dengan tahap desain, menjadi sisa material terbesar dengan
suplai material, penanganan dan penyebab utama sisa pekerjaan
penyimpanan yang kurang baik. plesteran. Selain itu ada pula sisa kayu
3. Australia (pekerjaan bekisting), keramik
Forsythe dan Marsden (1999) dalam S. (pemasangan), batubata (kesalahan
Intan, dkk. (2005), mengajukan suatu dalam pembuatan dinding), cat
model analisa pengaruh sisa material (kesalahan dalam pengecatan
konstruksi terhadap biaya proyek, dasar/meni), dan besi (kesalahan
termasuk pemindahan dan pembuangan. pengukuran).
Penelitian ini menganalisis 6 jenis
bahan bangunan pada 15 rumah. Sisa METODE
material konstruksi yang terjadi antara Penelitian sisa material konstruksi
2,5 % sampai 22 % terhadap jumlah ini dilakukan di kota Malang, Jawa Timur
berat seluruh material. dengan mengambil lokasi proyek di
4. Brazil sebuah perumahan dan sebuah hotel tiga
Penelitian sisa material konstruksi yang lantai. Adapun lokasi studi dapat dilihat
dilakukan oleh Pinto (1989) dalam pada Gambar 1 berikut ini.
S.Intan, dkk. (2005), merupakan studi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 198
Gambar 1. Lokasi studi

Penelitian diawali dengan konsep Pareto’s Law 20 – 80 diterapkan,


pengumpulan data melalui pengamatan di yakni menetapkan jenis material yang akan
lapangan, wawancara dan penyebaran diteliti yaitu 20% jenis material yang
kuisioner. Data yang diperlukan antara lain memiliki nilai sebesar 80% dari total nilai
harga material, gambar rencana proyek, material rencana. Selanjutnya dilakukan
Bill of Quantity (BOQ). Untuk kuisioner, analisis kuantitatif data untuk
responden meliputi manajer lapangan, mendapatkan kuantitas sisa material
pengawas lapangan, pelaksana lapangan, dan konstruksi secara nyata di lapangan. Sisa
mandor. Adapun secara garis besar isi material ini diperoleh dari perhitungan
kuisioner adalah : volume material siap pakai di lapangan
· Data responden dikurangi dengan volume material desain
Meliputi identitas responden seperti berdasarkan gambar rencana proyek dan
nama, status di lapangan, lamanya Bill Of Quantity (BOQ), kemudian
bekerja, dan nama perusahaan. dikurangi dengan material sisa di lapangan
· Bahan material yang masih bisa digunakan jika ada.
Pertanyaan mengenai bahan Selanjutnya data diuji secara
material apa saja yang dominan statistik dengan menggunakan analisis
menghasilkan sisa material regresi untuk mengetahui pengaruh
konstruksi yang ditentukan dalam variabel dependen (total sisa material
bentuk prosentase untuk masing- konstruksi, Y) dengan satu atau beberapa
masing jenis material yang diteliti variabel independen jenis material X1 – Xn
selama kegiatan konstruksi untuk mendapatkan variabel yang paling
berlangsung. dominan (sisa material konstruksi yang
Selain itu adapula pertanyaan tentang paling dominan terhadap total sisa material
sumber dan faktor penyebab sisa material konstruksi).
konstruksi dan manajemen material/ Dari hasil tersebut di atas,
minimisasi sisa material konstruksi yang diperoleh sisa material konstruksi yang
tidak dibahas dalam jurnal ini. dominan dan akan dianalisis secara
Untuk menetapkan jenis deskriptif tentang dampaknya terhadap
consumable material yang akan diteliti, lingkungan.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 199
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan jalan perhitungan volume material
siap pakai di lapangan dikurangi dengan
Jenis sisa material konstruksi dominan volume material desain berdasarkan
Untuk menetapkan jenis material gambar rencana proyek dan Bill Of
yang akan diteliti berdasarkan konsep Quantity (BOQ), kemudian dikurangi
Pareto’s Law, diperoleh 7 jenis material dengan material sisa di lapangan yang
untuk perumahan : batu bata, pasir, kayu, masih bisa digunakan jika ada. Hasil yang
genteng, besi, keramik dan semen. Untuk diperoleh adalah untuk perumahan dan
hotel diperoleh 11 jenis material yakni hotel yang paling tinggi adalah batu bata
batu bata, pasir, strouss pile, triplek, beton dengan sisa material konstruksi berkisar
ready mix, kayu meranti, semen, granit, 13,4 – 13,5 % sebagaimana ditabelkan
besin beton, keramik dan pipa PVC. pada Tabel 2 berikut ini
Dari hasil tersebut di atas,
dilakukan analisis kuantitatif sisa material

Tabel 2. Prosentase Kuantitas Sisa Material Konstruksi


No Jenis Satuan Volume material Volume Sisa
Material Siap Sisa Desain Sisa Material
Pakai Stock Material (%)
PERUMAHAN
1 Batu bata Biji 570.163 876 501.655 67.632 13,482
2 Pasir m3 2.900 2 2.580 318 12,326
pasang
3 Kayu m3 2.492 4,5 2.267 221 9,727
4 Genteng Biji 38.340 163 34.875 3.392 9,726
5 Besi Ljr 244 53,95 173,25 17 9,697
2
6 Keramik m 2.677,5 4,75 2.448 225 9,181
7 Semen zak 1.500 83 1.323 94 7,105
HOTEL
1 Batu bata Biji 952.348 41.484 803.231 107.633 13,400
2 Pasir m3 4.018 93 3.534 391 11,064
3
3 Strouss pile m 196 4 172 19 11,046
4 Triplek Pcs 1.677 54 1.505 117 7,774
3
5 Beton m 1.929 36 1.784 109 6,110
Ready Mix
6 Kayu m3 237 5 221 12 5,430
meranti
7 Semen zak 11.806 231 11.044 530 4,799
2
8 Granit m 72 1 68 3 4,412
9 Besi beton Kg 295.520 6.335 278.304 10.882 3,910
2
10 Keramik m 19.790 381 18.767 642 3,421
11 Pipa PVC m 10.688 203 10.174 310 3,047

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 200
Nampak dari Tabel 2 diatas batu konstruksi, Y dan variabel independen :
bata memiliki sisa konstruksi yang paling batu bata (X1), keramik (X2), kayu (X3),
besar. Untuk menguji sisa material besi (X4), pasir (X5), semen (X6) dan
konstruksi yang paling dominan genteng (X7). Hasil yang diperoleh
digunakan analisis regresi. Sebagai ditabelkan pada Tabel 3 dan Tabel 4
contoh proyek perumahan dengan berikut ini:
variabel dependen : total sisa material

Tabel 3. Hasil analisis regresi pada proyek perumahan secara simultan


Model Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Sig F
bebas kuadrat tengah
Regresi 7 109070,344 15581,478 44,817 2,084 0,000
Residual 124 43110,898 347,669
Total 131 152181,242

Tabel 4. Hasil analisis regresi pada proyek perumahan secara parsial


Variabel B Beta t hitung Sig t Keterangan
Konstanta 34,204 1,720 0,088
Batu bata (X1) 2,292 0,470 8,181 0,000 Signifikan
Keramik (X2) 1,209 0,190 2,296 0,041 Signifikan
Kayu (X3) 1,391 0,194 2,298 0,023 Signifikan
Besi (X4) 1,564 0,254 2,875 0,033 Signifikan
Pasir (X5) 1,781 0,345 3,538 0,001 Signifikan
Semen (X6) 1,205 0,186 2,269 0,043 Signifikan
Genteng (X7) 1,536 0,250 2,845 0,036
t tabel = 1,978
R = 0,847

Intrepretasi data : c. Persamaan regresi: Y = 34,204+ 2,292X1


a. Dari nilai Fhitung menunjukkan nilai + 1,209X2 + 1,391X3 + 1,564X4 +
sebesar 44,817 (signifikansi F= 0,000). 1,781X5 + 1,205X6 + 1,536X7
Jadi Fhitung > Ftabel (44,817>2,084) dan d. Dari nilai thitung menunjukkan bahwa
tingkat signifikansi Sig F < 5% variabel batu-bata nilai t hitung sebesar
(0,000<0,05). Artinya bahwa secara 8,181 dengan probabilitas sebesar 0,000.
bersama-sama ketujuh variabel bebas Karena nilai t hitung > t tabel 8,181>1,987)
yang meliputi batu-bata, keramik, kayu, dan tingkat signifikansi sig t < 5%
besi, pasir, semen dan genteng (0,000<0,05) maka secara parsial batu-
berpengaruh signifikan terhadap sisa bata berpengaruh signifikan terhadap
total bahan bangunan. sisa total bahan bangunan. Karena
b. Dari nilai R menunjukkan nilai sebesar koefisien regresi bertanda positif (2,292)
0,847atau 84,7%. Artinya bahwa sisa mengindikasikan hubungan keduanya
total bahan bangunan dipengaruhi positif atau searah. Artinya, semakin
sebesar 84,7% oleh ketujuh variabel tinggi nilai batu-bata akan
bebas yang meliputi batu-bata, keramik, mengakibatkan semakin tinggi pula sisa
kayu, besi, pasir, semen dan genteng total bahan bangunan.
sedangkan sisanya 15,3% dipengaruhi e. Pengujian variabel independen yang
oleh variabel lain di luar kelima variabel paling dominan mempengaruhi variabel
bebas tersebut. dependen dapat dilihat dari nilai
koefisien regresi standar (koefisien
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 201
beta). Dari nilai beta diperoleh bahwa umumnya material tidak
nilai tertinggi adalah nilai beta untuk dihancurkan terlebih dahulu.
batu-bata sebesar 0,470. Hal ini Material ini menggantikan
mengindikasikan bahwa variabel batu- material alami seperti pasir dan
bata berpengaruh paling dominan kerikil. Satu hal yang perlu
terhadap sisa total bahan bangunan. diperhatikan adalah material harus
Demikian pula untuk proyek hotel, sisa bebas dari kontaminan yang mana
material konstruksi yang dominan adalah melalui air lindi dapat
batu bata. menyebabkan polusi.
b. Campuran untuk in-situ, beton pra
Penanganan dampak sisa material cetak dan mortar.
konstruksi dalam rangka mencapai Batu bata yang sudah dihancurkan
sustainable building dapat juga digunakan untuk
Berdasarkan hasil penelitian, sisa menaikkan dan mengisi timbunan.
material konstruksi yang dominan adalah Material ini dapat menggantikan
batu bata. Pada proyek lokasi penelitian material alami seperti pasir dan
sisa material konstruksi batu bata ini beban terhadap lingkungan akibat
digunakan untuk menimbun ruangan sisa konstruksi ini akan
pada lantai basement hotel. Batu bata berkurang.Ukuran yang halus (0-4
adalah material dengan durabilitas yang mm) umumnya digunakan untuk
tinggi sehingga dapat digunakan kembali timbunan dan ukuran yang lebih
(reuse) setelah ada penghancuran kasar untuk penggunaan yang lain
bangunan (demolition). Namun misal campuran beton dan mortar.
penggunaan kembali dari batu bata bekas c. Campuran untuk batu bata
penghancuran relatif sulit karena sudah kalsium silikat.
terkontaminasi dengan beton, mortar, Batu bata yang sudah dihancurkan
plaster dan material lain seperti logam dapat digunakan untuk beton
berat dan poli aromatik hidrokarbon cetak sebagai pengganti pasir.
(PAH). Pembuangan material ini ke Dampak lingkungan yang terjadi
landfill juga dapat menimbulkan dalam proses ini adalah produksi
kontaminasi ke tanah, air tanah dan air debu selama penghancuran dan
permukaan. Menurut European pengayakan. Problem ini dapat
Commission, untuk batu bata yang murni diminimalkan dengan penyiraman
tidak berdampak signifikan terhadap air.
lingkungan bila dibuang ke landfill d. Media tanaman.
karena tidak mengkontaminasi tanah, air Batu bata ini dapat digunakan
tanah dan air permukaan. Sisa yang sebagai media pertumbuhan
dominan ini masih memungkinkan untuk tanaman. Batu bata dapat
digunakan kembali (reuse) dan didaur dicampur dengan bahan lain misal
ulang (recycle). Beberapa pilihan kompos organik untuk produksi
penggunaan batu bata: tanaman. Salah satu contoh yang
a. Mengisi dan menstabilkan cocok untuk penggunaan media
material untuk infrastruktur. ini adalah green roof. Atap
Batu bata dapat digunakan untuk ditutup dengan membran polimer
mengisi dan menstabilkan jalan dan ditimbun dengan batu bata ini
kecil bahkan utama namun 10 – 30 cm. Porositas yang ada
dengan lalu lintas yang tidak akan menahan air dimana
terlalu padat. Material ini cocok tanaman dapat tumbuh dalam
untuk daerah yang basah dan musim kemarau. Penggunaan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 202
warna yang terang akan KESIMPULAN
menurunkan evaporasi dan 1. Sisa material konstruksi yang
meningkatkan kelembapan tanah. dominan adalah batu bata dimana
Kemungkinan penggunaan yang untuk proyek perumahan sebesar
lain adalah mengisi material di 13,48% dan untuk proyek hotel
sekitar akar pohon dimana akan sebesar 13,4%.
memadatkan tanah dan 2. Batu bata murni tidak berdampak
menghalangi kemampuannya terhadap lingkungan, dimana sisa
untuk mengabsorbsi udara dan air. material konstruksi jenis ini masih
e. Penggunaan lain. dapat digunakan dan didaur ulang
Sisa batu bata dapat digunakan kembali.
untuk bangunan baru yang lain.
Efek pozzolan yang dimiliki DAFTAR PUSTAKA
yakni keberadaan silika reaktif Bossink, B.A.G., H.J.H Brouwers. 1996.
membuat batu bata dapat Construction waste : quantification and
source evaluation. Journal of Construction
membentuk campuran mengikat Engineering and Management. pp 55-60
jika dicampur dengan kapur atau Anonymous. http:www.staywithclay.com. The
bahan yang mengandung kapur clay life cycle – demolition and recycling.
misal semen. Efek ini dapat Tiles and Bricks of Europe (TBE)
digunakan di mortar dan beton. Farmoso, C.T. et al. 2002. Material waste in
building industry : main causes and
Menurut Farmoso et al, 2002, prevention. Journal of Construction
untuk faktor penyebab sisa material Engineering and Management. pp 316-325
konstruksi berupa batu bata adalah Gavilan, R.M., L.E Bernold. 1994. Source
volume bata yang kurang dan rusak pada evaluation of solid waste in building
saat menerima barang dan sisa construction. Journal of Construction
Engineering and Management. pp 536-552
pemotongan di lapangan. Selain Illingworth, J.R. 1998. Waste in the construction
penyebab lain dari sisa material process.
konstruksi batu bata adalah sisa Intan, S. R.S Alifen, L. Arijanto. 2005. Analisa
pemotongan, kerusakan akibat dan evaluasi sisa material konstruksi :
penempatan sementara yang tidak layak, sumber penyebab, kuantitas dan biaya.
Jurnal Dimensi Teknik Sipil Vol 7 no 1 hal
kerusakan akibat kelalaian pekerja selama 36-45
pelaksanaan pekerjaan dan kegagalan Poon, C.S., A.T Wan Yu., S.W. Wong, E.
proyek (Poon et al, 2004). Cara Cheung. 2004. Management of
meminimalisasi yang dapat dilakukan construction waste in public housing
adalah meningkatkan sistem projects in Hong Kong. Journal
Construction Management and Economics.
pengontrolan, mengurangi jumlah stok, 22. pp 675-689
merencanakan operasi pemotongan bata Putra, Y. 2004. Perencanaan dengan konsep
dan mengkoordinasikan model dalam sustainable building (faktor penting dalam
desain (Farmoso et al, 2002). Sedangkan penerapan sustainable development). USU
menurut Poon et al (2004), cara preventif Repository 2006.
Rahim, I.R. 2006. Penilaian waste material pada
mengurangi sisa material konstruksi batu pelaksanaan proyek perumahan Tanjung
bata adalah menginstruksikan pekerja Bunga Makasar. Tesis Pasca Sarjana- ITS,
tentang penanganan dan penyimpanan Surabaya
batu bata secara layak misal tinggi Tchobanoglous, G. H. Theisen., S.A. Vigil. 1993.
maksimum penyimpanan batu bata, Integrated solid waste. McGraw-Hill. Inc,
New Jersey
pekerjaan dan lingkungan penyimpanan World Commission on Environment and
yang rapi. Development. 1987. Our common future.
Oxford University Press, Oxford

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.3 – 2010 ISSN 1978 – 5658 203

You might also like