You are on page 1of 42

GANGGUAN JIWA

MASA NIFAS
Nurifna Angella 1210070100058
Kurnia Hernolingga 1210070100051
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas
persaan dan depresi pada ibu atau sebagai suatu sindroma
gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan.

Depresi postpartum adalah salah satu bentuk depresi


yang timbul setelah ibu melahirkan bayi dan berlangsung
pada tahun pertama setelah kelahiran bayi. Depresi post
partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih
ringan

Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang


berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan
kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi
kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan
ADAPTASI PSIKOLOGIS POSTPARTUM
Penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua, (Lubis, 2010):
1. Fase taking in
 Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada
saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
 Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

 Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan


tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,
jenis rambut dan lain-lain.
 Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi
untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri
luka jahitan.
 Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
 Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayinya dan cenderung melihat tanpa membantu.
2. Fase Taking Hold
 Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain
itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh
karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merasakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3. Fase Letting Go
 Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri
dan bayinya meningkat pada fase ini.
JENIS GANGGUAN PSIKOLOGIS IBU POSTPARTUM
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder
(American Psychiatric Association, 2000), gangguan yang
dikenali selama postpartum adalah :

1. Postpartum Blues
 Fenomena pasca postpartum awal atau baby blues terjadi
hingga 70% wanita. Postpartum blues, maternity blues atau
baby blues merupakan gangguan mood/efek ringan
sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10
setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat,
perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah,
letih, pelupa dan tidak dapat tidur.
 Postpartum blues adalah perubahan mood pada ibu
postpartum yang terjadi setiap waktu setelah ibu
melahirkan tetapi seringkali terjadi pada hari ketiga atau
keempat postpartum dan memuncak antara hari kelima
dan ke-14 postpartum yang ditandai dengan tangisan
singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung,
gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.
 Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues
mempunyai gejala antara lain rasa marah, murung,
cemas, kurang konsentrasi, mudah menangis
(tearfulness), sedih (sadness), nafsu makan menurun
(appetite), sulit tidur. Keadaan ini akan terjadi beberapa
hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan
berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari dan
masih dianggap sebagai suatu kondisi yang normal terkait
dengan adaptasi psikologis postpartum. Apabila memiliki
faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat
berlanjut menjadi depresi postpartum.
2. Depresi Postpartum
 Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan,
kesedihan, mudah menangis, tersinggung, mudah marah,
menyalahkan diri sendiri, kehilangan energi, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, insomnia, selalu
dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit kepala
yang hebat, kehilangan minat untuk melakukan
hubungan seksual dan ada ide untuk bunuh diri.

3. Postpartum Psikosis
 Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami
penderita depresi postpartum ditambah adanya gejala
proses pikir (delusion, hallucinations and incoherence of
association) yang dapat mengancam dan membahayakan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat
memerlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu
psikiater dan pemberian obat.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
 Nama : Ny. Y
 Jenis kelamin : Perempuan
 Usia : 24 tahun
 Agama : Islam
 Pendidikan terakhir : SD
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Sattus perkawinan : Menikah
 Alamat : Lubuk Tarok
 Tanggal diperiksa : 27 Februari 2017
KELUHAN
UTAMA

Pasien rujukan dari RSUD Sijunjung karena


pasien mengamuk dan melemparkan kedua
anak kembarnya yang berumur 11 bulan ke
dalam sumur.
RIWAYAT
GANGGUAN
SEKARANG
Pasien rujukan dari RSUD Sijunjung karena pasien
mengamuk dan melemparkan kedua anak kembarnya
yang berumur 11 bulan ke dalam sumur. Awalnya pasien
juga pernah mengamuk 10 bulan yang lalu setelah 1 bulan
pasien melahirkan. Saat 10 hari setelah melahirkan
pasien ingin pulang ke rumahnya sendiri tapi keluarga
melarangnya. Sejak itu pasien mulai marah-marah dan
psien mulai tidak tahu dengan kebersihan dirinya
misalnya BAK, BAB mulai tidak tahu dan sembarangan.
Pasien juga bicara sendiri dan jalan-jalan sendiri yang
tidak tahu tujuannya, sampai pasien mengambil barang-
barang orang lain dengan cara masuk kerumah orang
tanpa permisi bahkan pasien sampai merusak pintu
rumah orang. Barang-barang yang diambil pasien seperti
panci, sendok dan barang peralatan dapur lainnya.
Sebelumnya pasien mengalami keluhan yang sama
pertama kali saat pasien berusia 18 tahun (tahun 2009).
Pada saat itu pasien marah-marah ke keluarga dan ADL
di kamar atau sembarangan. Selama 7 bulan pasien
mengalami hal seperti ini dan baru di bawa berobat oleh
keluarga ke RS Sawahlunto. Pasien diberi obat makan
selama 3 hari dan pasien disuruh untuk dirujuk ke RSJ
Padang tapi keluarga menolak. Selama 3 hari pasien
minum obat tidak ada angsurannya dan pasien dibawa
untuk melanjutkan dengan obat kampung. Selama 9 bulan
pasien dibawa berobat kampung dan sudah mulai ada
angsurannya. Setelah sembuh tahun 2011, pasien juga
sempat bekerja sebagai pengasuh anak-anak usia ± 2
tahun selama 1 tahun dan pasien berhenti karena pasien
mengeluhkan capek.
Pada tahun 2012 pasien menikah, yang pekerjaan
suaminya serabutan, dengan masa mengenalan selama 1
bulan dan menikah atas keinginan berdua. Pada saat
menikah pasien tinggal di rumah sendiri dan tinggal
dengan suami. Sebelumnya suami pasien tidak
mengetahui informasi tentang penyakit pasien. Setelah 2
tahun menikah suami baru diberi tahu oleh keluarga,
bahwa pasien ada gangguan jiwa yang terjadi saat pasien
masih gadis. Saat melahirkan anak pertama pasien tidak
berprilaku yang berbeda dan selama kehamilannya pasien
tidak ada keluhan. Anak pertama diberi ASI selama 2
tahun. Dalam rumah tangga pasien menjalankan tugasnya
sebagai seorang istri dan ibu yang baik.
Pada tahun 2016 pasien hamil anak ke 2 dengan
kehamilan yang normal tidak ada keluhan selama
kehamilan dan pasien pun melakukan kontrol selama
kehamilannya. Pada saat pasien melahirkan anak ke 2
ternyata anaknya kembar dengan jenis kelamin
perempuan keduanya. Namun perasaan pasien saat
mengetahui bahwa anaknya kembar biasa saja, tidak ada
menunjukkan rasa senang dengan mempunyai anak
kembar. Sebelumnya selama kehamilan pasien tidak
mengetahui bahwa anaknya kembar, karena pasien hanya
melakukan kontrol selama kehamilan ke puskesmas dan
posyandu. Sejak lahir anak ke 2 ini pasien tidak mau
memberi ASI kepada anaknya. Pasien mulai menunjukkan
tingkah laku yang berbeda lebih banyak diam. Pandangan
pasien terhadap bayinya benci dan tidak mau memegang
bayinya.
Sejak 1 bulan terakhir ini pasien pindah rumah ke dekat
rumah orang tua pasien, dimana pasien hanya tinggal
berdua dengan suami dan anak-anaknya tinggal bersama
orang tua dan kakak pasien. Namun sejak pindah rumah
ini pasien merasa suaminya sering marah-marah. Selama
± 10 bulan ini pasien sudah tidak mau atau menolak
dalam berhubungan biologis. Diberi uang oleh suami
pasien tidak tahu beli apa selama ± 10 bulan ini. Dan
suami sudah menganjurkan pada keluarga untuk berobat
ke puskesmas. Tapi sejak 1 minggu ini pasien kembali
lagi ke rumah orang tuanya, dimana pasien sudah marah-
marah yang tidak jelas alasannya. Saat kakak pasein
mencoba minta uang ke pasien untuk membeli susu
anaknya, pasien marah-marah dan tidak mau mengurus
anak-anak lagi. Saat itu suami tidak berada di rumah,
suami pamit untuk pergi kerja ke pasien namun jawaban
pasien hanya diam, jarak ke tempat kerja ± 20 Km dari
rumahnya.
Pada hari jumat dini hari saat semua orang tertidur lelap
dirumah dan bayi kembar pasien pun sedang tidur diatas
ayunan di ruang keluarga bersama ibu pasien. Menurut
ibunya sekitar jam 3 pagi salah satu bayi ada yang bangun
namun ibu pasien tidak melihat dan terus saja mengayun
ayunkan bayi sambil tidur dan suara bayi tadi tidak
terdengar lagi. Paginya saat ibu pasien bangun dan
melihat ke ayunan bayi kembar sudah tidak ada. Ibu
pasien berteriak dan langsung mencari bayinya ternyata di
temukan di dalam sumur dalam keadaan yang sudah tidak
bernyawa.
RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA :

 Gangguan psikiatri :
 Ada riawayat dengan keluhan pasien
mengamuk-ngamuk pada tahun 2009, saat
pasien berusia 18 tahun.

 Gangguan medis :
 Tidak ada riwayat penyakit medis
sebelumnya.
RIWAYAT PSIKOSEKSUAL :

 Pasien menyukai lawan jenis, dan sudah


menikah selama 5 tahun.

 Pasien tidak mau berhubungan biologis


lagi dengan suami selama ± 10 bulan ini.

 Pasien tidak mau lagi punya anak, dengan


alas an sakit saat melahirkan.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol :
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol.

Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang
sama dengan pasien.

Riwayat Pekerjaan :
Pernah bekerja sebagai pengasuh anak-anak usia 2 tahun
selama 1 tahun

Riwayat Hidup :
SD : tidak tamat, hanya sampai kelas 4 SD

Riwayat Hukum :
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan
terlibat dalam masalah hukum.
GENOGRAM

Perempuan Pasien

Laki-laki
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
(TANGGAL : 21 FEBRUARI 2017)
1. Deskripsi Umum
 Penampilan : seorang perempuan berpenampilan
sesuai usianya, penampilan cukup rapi.
 Perilaku dan Aktifitas Motorik : perilaku dan
aktifitas motorik pasien lebih banyak diam
selama proses wawancara.
 Sikap terhadap Pemeriksa : pasien kurang
kooperatif terhadap pemeriksa selama
wawancara, pembicaraan tidak nyambung dan
intonasi kurang jelas.
2. Mood dan Afek

 Mood : disforia

 Afek : menyempit

3. Pembicaraan

 Pembicaraan : Tidak nyambung

 Volume : Pelan

 Artikulasi : Kurang jelas


4. Gangguan Persepsi
 Derealisasi : Tidak ada
 Ilusi : Tidak ada
 Halusinasi
 Visual : Tidak ada
 Auditorik : Tidak ada
 Taktil : Tidak ada
 Penciuman : Tidak ada
 Pengecapan : Tidak ada

5. Pikiran
 Proses dan Bentuk Pikir : Asosiasi Longgar
 Isi Pikir : Miskin Isi Pikir
6. Sensorium dan Kognisi
 Kesadaran : Kompos Mentis

 Orientasi :
 Waktu : Terganggu
 Tempat : Terganggu
 Orang : Tidak terganggu
 Daya ingat :
 Jangka panjang : Terganggu (pasien tidak ingat tahun lahir)
 Jangka sedang : Terganggu (pasien kurang dapat mengingat kejadian
sebelumnya)
 Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat apa sarapan tadi pagi)
 Jangka segera : Baik (pasien bisa mengingat 3 benda yang disebut
pemeriksa)
 Konsentrasi dan perhatian : Konsentrasi dan perhatian pasien
mudah dialihkan.
 Kemampuan membaca dan menulis : Tidak dilakukan.
 Pikiran abstrak : Tidak diperiksa.
 Intelegensi dan kemampuan informasi : Tidak diperiksa.
7. Daya Nilai dan Tilikan

 Daya nilai realita : Tidak terganggu

 Daya nilai sosial : Tidak terganggu

 Tilikan : Derajat 1 (penyangkalan total


terhadap penyakitnya)

8. Taraf dapat dipercaya

Kemampuan kurang dapat dipercaya karena pasien


masih banyak menyangkal saat wawancara.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Status Internus

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : CMC

 Status gizi : Baik

 Tanda vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg

 Frekuensi nadi : 80 x/menit

 Frekuensi nafas : 20 x/menit

 Suhu : 36,5 ºC
Status Neurologis
 Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), Bruzinki (-), Kernig Sign (-).
 Nervus I-XII : Tidak ada kelainan
 Peningkatan TIK : Tidak ada
 Refleks Fisiologis
 KPR : (++)
 APR : (++)
 Bisep : (++)
 Trisep : (++)
 Refleks Patologis
 Babinski : (-)
 Gordon : (-)
 Chaddok : (-)
 Schefner : (-)
 Hofman : (-)
 Tanda efek Ekstrapiramidal
 Tremor : Tidak ada
 Akatisia : Tidak ada
 Bradikinesia : Tidak ada
 Cara berjalan : Normal
 Keseimbangan : Normal
 Rigiditas : Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium : Tidak ada
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
 Aksis I : F 52.9 Gangguan Jiwa Masa Nifas
 Aksis II : Belum ada diagnosa
 Aksis III : Tidak ada diagnosa

 Aksis IV : Masalah dengan “primary support group”


(keluarga) : karena keluarga kurang perhatian
dalam mengobati pasien, mulai dari pertama kali
pasien sakit umur 18 tahun, keluarga baru membawa
pasien berobat ke RS Sawahlunto setelah 7 bulan sakit.
Dan pada saat pasien melahirkan anak kedua pasien
sakit kembali, namun keluarga tidak langsung tanggap
mengobati pasien. Setelah 11 bulan dan terjadi
musibah, baru keluarga membawa pasien berobat.
 Aksis V : GAF Scale 20-11 (bahay mencederai diri / orang
lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri)
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam

 Quo ad fungsionam: dubia ad malam

 Quo ad sanation : dubia ad malam


PENATALAKSANAAN

 Inj. Lodomer (IM)

 Trihexypenidile 3 x 2 mg

 Nopres 1 x 10 mg

 Risperidone 2 x 2 mg

 Clobazam 1 x 100 mg
ANALISA KASUS
Pasien rujukan dari RSUD Sijunjung karena pasien
mengamuk dan melemparkan kedua anak kembarnya
yang berumur 11 bulan ke dalam sumur. Awalnya pasien
juga pernah mengamuk 10 bulan yang lalu setelah 1 bulan
pasien melahirkan. Saat 10 hari setelah melahirkan
pasien ingin pulang ke rumahnya sendiri tapi keluarga
melarangnya. Sejak itu pasien mulai marah-marah dan
psien mulai tidak tahu dengan kebersihan dirinya
misalnya BAK, BAB mulai tidak tahu dan sembarangan.
Pasien juga bicara sendiri dan jalan-jalan sendiri yang
tidak tahu tujuannya, sampai pasien mengambil barang-
barang orang lain dengan cara masuk kerumah orang
tanpa permisi bahkan pasien sampai merusak pintu
rumah orang. Barang-barang yang diambil pasien seperti
panci, sendok dan barang peralatan dapur lainnya.
Sebelumnya pasien mengalami keluhan yang sama
pertama kali saat pasien berusia 18 tahun (tahun 2009).
Pada saat itu pasien marah-marah ke keluarga dan ADL
di kamar atau sembarangan. Selama 7 bulan pasien
mengalami hal seperti ini dan baru di bawa berobat oleh
keluarga ke RS Sawahlunto. Pasien diberi obat makan
selama 3 hari dan pasien disuruh untuk dirujuk ke RSJ
Padang tapi keluarga menolak. Selama 3 hari pasien
minum obat tidak ada angsurannya dan pasien dibawa
untuk melanjutkan dengan obat kampung. Selama 9 bulan
pasien dibawa berobat kampung dan sudah mulai ada
angsurannya. Setelah sembuh tahun 2011, pasien juga
sempat bekerja sebagai pengasuh anak-anak usia ± 2
tahun selama 1 tahun dan pasien berhenti karena pasien
mengeluhkan capek.
Pada tahun 2012 pasien menikah, yang pekerjaan
suaminya serabutan, dengan masa mengenalan selama 1
bulan dan menikah atas keinginan berdua. Pada saat
menikah pasien tinggal di rumah sendiri dan tinggal
dengan suami. Sebelumnya suami pasien tidak
mengetahui informasi tentang penyakit pasien. Setelah 2
tahun menikah suami baru diberi tahu oleh keluarga,
bahwa pasien ada gangguan jiwa yang terjadi saat pasien
masih gadis. Saat melahirkan anak pertama pasien tidak
berprilaku yang berbeda dan selama kehamilannya pasien
tidak ada keluhan. Anak pertama diberi ASI selama 2
tahun. Dalam rumah tangga pasien menjalankan tugasnya
sebagai seorang istri dan ibu yang baik.
Pada tahun 2016 pasien hamil anak ke 2 dengan
kehamilan yang normal tidak ada keluhan selama
kehamilan dan pasien pun melakukan kontrol selama
kehamilannya. Pada saat pasien melahirkan anak ke 2
ternyata anaknya kembar dengan jenis kelamin
perempuan keduanya. Namun perasaan pasien saat
mengetahui bahwa anaknya kembar biasa saja, tidak ada
menunjukkan rasa senang dengan mempunyai anak
kembar. Sebelumnya selama kehamilan pasien tidak
mengetahui bahwa anaknya kembar, karena pasien hanya
melakukan kontrol selama kehamilan ke puskesmas dan
posyandu. Sejak lahir anak ke 2 ini pasien tidak mau
memberi ASI kepada anaknya. Pasien mulai menunjukkan
tingkah laku yang berbeda lebih banyak diam. Pandangan
pasien terhadap bayinya benci dan tidak mau memegang
bayinya.
Sejak 1 bulan terakhir ini pasien pindah rumah ke dekat
rumah orang tua pasien, dimana pasien hanya tinggal
berdua dengan suami dan anak-anaknya tinggal bersama
orang tua dan kakak pasien. Namun sejak pindah rumah
ini pasien merasa suaminya sering marah-marah. Selama
± 10 bulan ini pasien sudah tidak mau atau menolak
dalam berhubungan biologis. Diberi uang oleh suami
pasien tidak tahu beli apa selama ± 10 bulan ini. Dan
suami sudah menganjurkan pada keluarga untuk berobat
ke puskesmas. Tapi sejak 1 minggu ini pasien kembali
lagi ke rumah orang tuanya, dimana pasien sudah marah-
marah yang tidak jelas alasannya. Saat kakak pasein
mencoba minta uang ke pasien untuk membeli susu
anaknya, pasien marah-marah dan tidak mau mengurus
anak-anak lagi. Saat itu suami tidak berada di rumah,
suami pamit untuk pergi kerja ke pasien namun jawaban
pasien hanya diam, jarak ke tempat kerja ± 20 Km dari
rumahnya.
Pada hari jumat dini hari saat semua orang tertidur lelap
dirumah dan bayi kembar pasien pun sedang tidur diatas
ayunan di ruang keluarga bersama ibu pasien. Menurut
ibunya sekitar jam 3 pagi salah satu bayi ada yang bangun
namun ibu pasien tidak melihat dan terus saja mengayun
ayunkan bayi sambil tidur dan suara bayi tadi tidak
terdengar lagi. Paginya saat ibu pasien bangun dan
melihat ke ayunan bayi kembar sudah tidak ada. Ibu
pasien berteriak dan langsung mencari bayinya ternyata di
temukan di dalam sumur dalam keadaan yang sudah tidak
bernyawa.
Berdasarkan PPDGJ-III, gejala klinis yang ditemukan
pada pasien mengarah ke gangguan jiwa masa nifas.
Dikarenakan terdapat perubahan mood secara drastis,
kehilangan dan kenyamanan dalam beraktifitas,
sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga
(awitan berlangsung selama 2 minggu dari keadaan
premorbid yang normal). Aksis II belum ditemukan
diagnosa, dan aksis III tidak ada diagnosa, aksis IV
masalah primary support group (keluarga), dan aksis
V GAF Scale 20-11 bahaya mencederai diri / orang
lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri.
KESIMPULAN
 Proses adapatasi psikologi sudah terjadi selama
kehamilan, menjelang proses kehamilan maupun setelah
persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah.

 Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post


parum, post partum blues, dan post partum psikosa. Post
Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan.
 Depresi post partum adalah tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak
berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban
tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa
melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.
Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau
lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau
lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu
mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.

 Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang


ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu
pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang
timbul akibat penyebab organik maupun emosional (fungsional)
dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi
secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan, sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Psikiatri FKUI. Buku Ajar Psikiatri.


Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2010.

 Kaplan & Sadock. Synopsis of Psychiatry. 8th


edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia:1998.

 Maslim, Rasdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan


Jiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Cetakan
Pertama.

You might also like