You are on page 1of 20

PERBEDAAN Ig E DAN Ig G ALERGI MAKANAN

Oleh dr. Evi Haryanti Damanik


Pembimbing :
Dr. Zuhrial zubir, sp.pd-kai

Divisi Pulmo Alergi Immunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP Haji Adam Malik Medan 2018
PENDAHULUAN
• Alergi makanan adalah respons abnormal terhadap makanan
yang diperantarai oleh reaksi alergi imunologis.

• Secara garis besar reaksi alergi dapat dibagi menjadi dua


golongan yaitu :
 reaksi tipe cepat ( immediate hipersensitivity )
sistem imun humoral ( humoral-mediated )
 Reaksi tipe lambat ( delayed type hipersensitivity )
sel ( cell-mediated )
alergi

1. tipe I ( Ig E mediated hipersensitivity )


2. tipe II ( Antibodi mediated cytotoxic
hipersensitivity )
3. tipe III ( Imune complex-mediated
hipersensitivity )
4. tipe IV ( Delayed type hipersensitivity )
MEKANISME

• Saluran pencernaan merupakan organ imunologik terbesar


dalam tubuh yang terus-menerus terkena serangkaian besar
paparan antigen eksogen termasuk bakteri komensal dan
protein tertelan.
• Mekanisme alergi makanan dipengaruhi oleh :
 Toleransi secara oral tergantung dari utuhnya jaringan dan
aktivitas barier sistem gastrointesitinal.
 Faktor host  menunjukkan pengaruh genetik yang kuat
 Proses perkembangan saluran gastrointestinal
 Variasi makanan yang diperkenalakan
 Peningkatan permeabilitas usus
Reaksi Hipersenstivitas Ig E

A. Patofisiologi

Gambar 1. Mekanisme umum reaksi


hipersensitif tipe I
B. Alergen dalam makanan

• Alergen yang utama dalam makanan merupakan protein,


glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul yang
berkisar dari 10.000 dan 60.000 D, larut air, tahan panas
dan tahan enzim proteolitik (Adelman et al. 2002).
• Protein alergen pada tiap individu berbeda-beda.
Perbedaan ini disebabkan karena reaksi alergi merupakan
interaksi antara protein dan sistem imun yang sulit untuk
diprediksi.
• Alergenisitas suatu protein ditentukan oleh epitop yang
dimilikinya  suatu alergen sedikitnya harus memiliki 2
epitop, yang masing-masing memiliki sekitar 15 residu
asam amino.
• Klasifikasi alergen :
1. alergen mayor, contohnya β-laktalbumin, kasein, α-
laktalbumin susu dan antigen I, antigen II pada udang.
2. alergen minor, contohnya Laktoferin, laktoperoksidase,
alkalifosfatase dan katalase susu.

• Alergen dapat terserap jika pada dinding usus halus


seseorang terdapat lubang yang memungkinkan alergen
masuk, sehingga faktor lingkungan juga mempunyai
pengaruh penting dalam reaksi hipersensitivitas terhadap
protein alergen.
C. Deteksi Ig E Alergi Makanan
1. Uji tusuk kulit
2. Uji oral doubleblind challange
3. Pemeriksaan Ig E total
4. Pemeriksaan Ig E spesifik terdiri dari :
a. RAST ( radio allergosorbent test )
b. ELISA ( enzyme-linked immunosorbent assay )
c. RAST enzim
d. CAST
Reaksi Hipersensitivitas Ig G

Gambar berikut ini menunjukkan mekanisme respons alergi tipe III


Secara ringkas dirangkum reaksi alergi tipe 3 seperti pada gambar
Gambar 4.Reaksi Alergi tipe III
a. Kontak antara allergen makanan dan sistem imun
• Ada tiga jalur antigen makanan untuk menembus epitel
saluran. Yang pertama melibatkan penangkapan antigen oleh
sel M patch Peyer, Yang kedua melibatkan penangkapan
antigen dari saluran pencernaan oleh proses sel dendritik
yang terdapat di antara enterosit, Yang ketiga melibatkan
penangkapan antigen oleh enterosit.
• Setelah menembus epitel saluran pencernaan, antigen
makanan akan bertemu dengan sel-sel sistem, yaitu jaringan
limfoid yang berhubungan dengan usus GALT (gut-associated
lymphoid tissue).
• allergen makanan akan dikenali dengan GALT baik sebagai
antigen yang tidak berbahaya dan menimbulkan toleransi,
atau sebagai pathogen dan kemudian menyebabkan reaksi
pertahanan atau reaksi defensif yang berlebihan, yaitu
hipersensitivitas
b. Peran IgG dalam merangsang dan mempertahankan
toleransi terhadap antigen makanan

Sel dendritic khusus (Sel CD103+)  menginduksi


deferensiasi dari sel T naif menjadi iTreg  iTreg akan
bermigrasi ke lamina propria pada epithelium usus dan
akan bereaksi dengan sel dendritic CX3CR1+  supresi
respon alergi yang melibatkan supresi keseimbangan
Th1/Th2, pelepasan IL10, supresi sel efektor (mastosit,
eosinophil dan basophil) dan supresi sintesa IgE sambil
menginduksi produksi IgG4 dan IgA
(peningkatan antigen-spesifik IgG4 yang ditujukan
terhadap antigen makanan dikaitkan dengan proses
toleransi imun terhadap makanan)
c. Peran sel IgG dalam memicu pertahanan reaksi
terhadap allergen makanan
epithelium rusak karena proses inflamasi 
penetrasi antigen  produksi IgG defensif yang
spesifik  pembentukan komplek imun antigen-
antibodi, aktivasi kaskade komplemen protein dan
sel efector seperti neutrophil, limfosit, makrofag,
esosinofil dan platelet  imun kompleks akan
difagositosis dan dihancurkan oleh sistem
reticuloendotel  terbentuknya IgG spesifik yang
ditujukan terhadap allergen makanan
mencerminkan reaksi pertahanan tubuh alami
terhadap allergen yang mempenetrasi karena
kerusakan pertahanan epithelium
Zuo et al yang meneliti konsentrasi sIgG
terhadap 14 alergen makanan pada pasien
dengan irritable bowel syndrome dan dyspepsia
fungsional, dibandingkan dengan kelompok
pasien yang sehat. Secara statistik, tingkat
signifikan yang lebih tinggi diamati pada pasien
dengan irritable bowel syndrome dan dyspepsia
fungsional dibanding pada kontrol.
d. Peran antibody IgG pada alergi makanan

• Reaksi yang dimediasi oleh antibody IgG spesifik yang


ditujukan terhadap antigen makanan adalah reaksi imun
alami dan merupakan reaksi normal yang berhubungan
dengan paparan terhadap allergen makanan.
• Kehadiran antibody sIgG sebagai penanda toleransi imun
yang berhubungan dengan aktivasi sel T regulatori.
• Antico et al. memeriksa 73 pasien yang mengeluh masalah
kulit yang berhubungan dengan konsumsi makanan dan
didapati kesimpulan bahwa mentitrasi sIgG4 pada pasien
dewasa tidak berguna secara klinis dalam mendiagnosis
alergi makanan atau intoleransi sehingga titrasi sIgG4 tidak
bisa dijadikan bagian dari diagnosis dan terapi pasien
dewasa dengan alergi yang berhubungan dengan gangguan
kulit.
e. Peran antibody menurut ahli

 The European Academy of Allergology and


Clinical Immunology (EACCI), American Academy
of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI) dan
the Joint Council of Allergy, Asthma &
Immunology (JCAAI) telah mengeluarkan sebuah
pernyataan tentang alergi makanan, yang
menyatakan bahwa titrasi IgG4 terhadap
makanan tidak dianjurkan sebagai alat diagnostik
 Antibodi IgG4 yang spesifik tidak menunjukkan
alergi makanan atau intoleransi tapi respon
fisiologis terhadap paparan makanan.
dalam penelitian yang dilakukan oleh W Atkinson
dkk dimana digunakan sampel  150 orang
ditemukan bahwa pada pasien dalam kelompok
diet benar (true diet) mengalami penurunan
keluhan sebesar 10% lebih besar daripada yang
mengkonsumsi diet palsu ( sham diet), dan dari 24
sampel yang benar-benar mengikuti aturan diet
tersebut selama 12 minggu, Pada pasien dengan
True diet mengalami perbaikan signifikan sebanyak
13 sampel, tidak ada perubahan signifikan 10
sampel sedangkan yang dengan diet palsu ( sham
diet ) mengalami perbaikan signifikan sebanyak 6
sampel, tidak ada perubahan signifikan 29 sampel.
|Tabel Perbandingan Cepat : Alergi makanan Ig E dan Alergi makanan Ig G

Perbedaan Alergi makanan Ig E Alergi makanan Ig G

( tipe I ) ( tipe III )


Respon Imun Memproduksi antibodi Ig E Memproduksi antibodi Ig G

pelepasan mediator histamin oleh antibodi IgE Pelepasan mediator inflamasi yang disebabkam
terbentuknya kompleks antibodi Ig G

Antibodi IgG4 yang spesifik tidak menunjukkan alergi


makanan atau intoleransi tapi respon fisiologis
terhadap paparan makanan.

Simptom alergi makanan Seperti gatal, kulit merah, anafilaksis, Penyakit inflamasi kronik seperti konstipasi, crohn’s
bengkaknya mukosa membran disease, diare, eksema, flatus, irritable bowel syndrom
(IBS), migrane, obesitas, psoriasis

Gejala Onset Reaksi cepat dalam beberapa menit Setelah beberapa jam sampai tiga hari

Diagnosis Skin prick test, pemeriksaan Ig E darah + food Pemeriksaan Ig G darah + food chalenge test
chalenge test
TERIMA KASIH

You might also like