You are on page 1of 8

Inilah games yang akan membantu

meningkatkan kemampuan softskill Anda


di kantor
By Nugraha Prakosa on September 5, 2012

Tak terasa sudah memasuki bulan September. Sebelumnya, saya ucapkan minal ‘aidzin
wal faidzin kepada kolega, customer, rekan, relasi, sahabat, saudara, serta onliners yang
mungkin kita belum pernah saling kopdar satu sama lain (saya mempunyai banyak
kenalan dalam 2-3 tahun ini yang belum sempat kopdar hingga sekarang)

Bulan Agustus lalu saya putuskan untuk puasa nge-blog, agar bisa konsen, melaksanakan ibadah
puasa Ramadhan. Rangkaian kegiatan yang saya lakukan pun juga sebarek, nantinya akan saya
posting di blog ini juga.
Mengawali tulisan di bulan yang katanya ceria ini-September ceria, begitu kata orang-saya akan
menulis tentang permainan atau games, pasti sudah tidak asing lagi bagi Anda. Bukan games
Playstation yang saya bicarakan disini, melainkan games-games kecil yang mengajarkan nilai
kehidupan dan hikmah, misalnya permainan gobak sodor. Pasti Anda sudah pernah memainkan
permainan ini semasa kecil.

Awal bulan ini dalam acara outdoor di kantor saya di Sukabumi, disela-sela acara panitia
menyuguhkan games yang maknyus, dimana akan membantu kemampuan Anda di sisi
managerial. Permainan dilakukan secara berkelompok, masing-masing kelompok kurang lebih
berisi 7-8 orang. Hanya 1 permainan saja yang dilakukan secara individu. Mungkin beberapa
permainan ini sudah lazim Anda temui, tapi mungkin ada beberapa yang baru bagi Anda. Apa
saja permainan itu? Mari kita simak :

1. Bos Berkata
Dalam permainan ini, semua peserta membentuk lingkaran besar. Lalu, 1 orang instruktur berada
di tengah-tengah lingkaran tersebut. Intruksinya begini : ketika instruktur memberikan perintah
yang diawali dengan kata “bos berkata”, maka peserta harus menuruti perintahnya. Jika perintah
tersebut diberikan tanpa kata “bos berkata”, tetapi peserta melaksanakan perintah tersebut maka
peserta mendapat hukuman. Hukumannya pun lucu : yakni diberi garis loreng biru.

Contohnya begini, jika instruktur mengatakan : “bos berkata, jongkok sekarang”, maka peserta
harus langsung jongkok.
Permainan ini mencerminkan leadership. Dalam prakteknya lebih seperti militerisme banget,
yakni top-down management. Perintah komandan kepada prajuritnya harus dipatuhi dan
dilaksanakan, sesuai instruksinya. Selain itu, dalam game ini juga mengajarkan tentang
kewaspadaan dan konsentrasi. Terbukti beberapa peserta mendapat hukuman berupa clorengan di
mukanya, termasuk saya. He..he..he..

2. Tepuk Tangan Angka

Sesuai dengan namanya, tepuk tangan ini disertai hitungan angka. Saya yakin semua juga bisa.
Akan tetapi, perhatikan rule nya. Yang pertama Anda akan diminta berpasangan dengan peserta
yang ada didepan atau dibelakang Anda. Yang kedua, semua anggota kelompok membentuk
lingkaran dan tangan kita berpasangan dengan tangan disebelah kiri dan kanan kita. Lalu kita
diminta bertepuk tangan dengan berurutan dengan model hitung mundur, disertai irama tepukan
yang harus sama dengan angka hitungannya. Misal tepuk angka 2, maka Anda harus bertepuk
tangan sebanyak 2 kali. Begitu pula saat hitungan 3, maka Anda harus bertepuk tangan sebanyak
3 kali pula. Urutannya adalah 1-2-3-2-1-2-3 dst. Kelompok yang paling kompak dipastikan akan
bertahan paling lama dan menjadi pemenangnya.

Permainan ini mengajarkan tentang harmoni. Layaknya lagu yang disertai dengan nada-nada
indah yang dipandu dengan suara merdu sang vokalis. Jika tepuk angka ini dilaksanakan dengan
baik, maka alunan suara angka dari peserta dipadukan dengan tepuk tangannya akan
menghasilkan nada yang enak didengar.

3. Berjalan kelompok

Maksudnya bukan berarti berjalan sendiri-sendiri secara bersama. Dalam praktiknya, ke 7-8
orang kesemua kakinya diikat secara berdampingan. Jadi misalnya saya berada di sebelah kanan
Anda, maka kaki kanan Anda diikat dengan kaki kiri saya, dan seterusnya. Setelah kesemuanya
diikat, intruksinya adalah kita diperintahkan untuk mencapai titik tertentu bagaimanapun
caranya. Jangan bayangkan medan yang dilalui hanyalah tanah datar, tetapi kita musti melewati
beberapa halangan seperti anak tangga, jalan berkelok, seta jalan sempit. Lucu juga saat saya
menonton video semua kelompok peserta. Ada yang serempak jatuh, ada yang kompak, ada pula
yang berjalan hati-hati yang penting sampai tujuan.
Tetapi, kompetisi ini juga memperhitungkan waktu yang ditempuh. Semakin kelompok Anda
finish lebih cepat, berarti kelompok Andalah yang memenagkan permainan ini.

Permainan ini mengajarkan tentang kekompakan. Jika salah satu anggota salah melangkah,
dipastikan semua anggota kelompok tersebut terhambat langkahnya. Bahkan jika salah satu
anggota kelompok jatuh, bisa saja semua anggota kelompok kita jatuh semua.
4. Tandu Sudirman

Permainan ini menginspirasi dari perjuangan pahlawan kita, yakni Jenderal Besar Sudirman,
dalam berjuang dimasa penjajahan. Salah satu orang “berperan” sebagai sang Jenderal, yang
ditandu oleh rekan-rekan lainnya. Uniknya, para penandu ini matanya ditutup. Jadi, komando
total ada pada diri sang Jenderal. Perintahnya adalah meraih sebanyak-banyak poin yang
dikonversi dalam bentuk angpau, yang digantungkan ditempat-tempat seperti pohon atau tangga.

Sebelumnya, kita diberi 2 bilah bambu panjang sebagai sarana alat pandu, lalu 2 bambu kecil
sebagai tempat untuk membentuk alas bagi sang Jenderal, serta seutas tali untuk merangkai
kesemua bambu tersebut agar dapat digunakan sebagai tandu.
Nah, masing-masing kelompok saling beradu untuk medapatkan sebanyak mungkin poin. Oh iya,
perwujudan angpau ini adalah berupa wafer Top yang diklasifikasikan berdasarkan warna
bungkusnya. Misal wafer Top warna emas, maka nilai poinnya adalah 100.
Dalam mengarahkan anggotanya pun, sang Jenderal dilarang memberikan intruksi langsung,
seperti lurus, belok kiri, dsb. Tetapi harus menggunakaan kata sandi yang sudah disepakati, yakni
untuk maju sandinya adalah “kodok”, kiri adalah “kadal”, kanan adalah “kambing”, mundur
adalah “kuda”, serta diam ditempat adalah “kucing”. Semua peserta harus mengingat dan
menghapal kode sandi ini. Jadi jika ingin berjalan lurus, sang Jenderal cukup mengucapkan
“kodok”. Tak ayal, di awal permainan kami sempat kikuk, saat satu anggota membelokkan tandu
ke arah kiri, padahal kode sandinya adalah “kambing”.

Permainan ini mengajarkan nilai kepercayaan kepada sang pemimpin. Para peserta memberikan
seluruh kepercayaannya kepada sang Jenderal, untuk memimpin kelompoknya meraih
kemenangan. Goalnya jelas : yakni meraih poin sebanyak mungkin. Sang pemimpin harus
memandang sejauh cakrawala, yang artinya sebelum mengambil angpao pertama, dia harus
sudah mengetahui angpao kedua yang akan diambilnya. Meski dasar awalnya adalah
kepercayaan, kami sepakat memilih rekan kami, Tomi Nanda Aditias, sebagai “Jenderal
Sudirman” dikarenakan faktor tubuhnya yang mungil, yang hanya sekitar 55 kg saja. Coba
bayangkan jika saya, yang berbobot sekitar 88 kg, menjadi sang Jenderal. Sudah pasti hancur
tandunya :)
5. Perang Air

Dalam perang ini, tidak menggunakan senjata macam AK-47 atau senapan sniper. Tetapi
menggunakan air yang dibungkus plastik sebagai pelurunya. Empat kelompok dibagi dalam
empat wilayah lapangan yang sudah dibagi sama luasnya. Di empat titik dibuah kotak persegi
ditengah lapangan, disediakan obor kecil yang harus dinyalakan dengan lilin yang diletakkan
diujung sudut lapangan masing-masing kelompok. Nah, masing-masing kelompok beradu cepat
untuk menjadi yang pertama dalam menyalakan obor kecil ini. Sebagian kecil anggota
membentuk formasi sedemikian rupa untuk membawa lilin dari ujung ke tengah, sebagian lagi
melindungi dari “serangan” kelompok lain yang berupaya mematikan lilin kami dengan cara
melempari dengan air. Sisanya juga melakukan hal yang sama, yakni melempari kelompok lain
dengan air yang sudah dibungkus plastik tadi, agar lilin mereka padam. Anda pasti akan
flashback ke masa kecil Anda, dimana dimasa kecil biasanya kita sering bermain air, entah
lempar air yang diplastik, main pistol air, maupun lomba kemerdekaan 17 Agustus dikampung.

Setelah semua kelompok berhasil menyalakan obor kecilnya, sebenarnya ini bukanlah misi yang
utama. Misi utamanya adalah menyalakan sebuah obor besar yang diletakkan diatas tiang
setinggi kurang lebih 4 meter. Masing-masing kelompok diberi seutas tali sebagai modal. Semua
peserta, tak terkecuali saya sendiri pun bengong memikirkan caranya. Ada yang berinisiatif
untuk mengikat lilin dan ditali simpul serta dilempar layaknya koboi Amerika dalam iklan rokok
Marlboro yang legendaris itu, dengan harapan lilin dapat menyangkut pada titik sumbu obor dan
menyalakan obornya (Ah kawan, kita ini hanya karyawan, bukan koboi layaknya yang ada di
iklan rokok itu)
Karena kami semua bingung apa yang harus kami lakukan, akhirnya panitia memberikan kata
kunci. Kata kuncinya adalah, masing-masing lilin harus diikat diujung tali. Akhirnya, semua
kelompok dapat menangkap maksud panitia. Jadilah ke-4 lilin semua kelompok diikat dijadikan
satu, kemudian ujung tali yang lain berada di kontrol kelompok masing-masing. Nah, karena
ketinggian sumbu obor tersebut, maka mau tak mau tak mau tiap orang ditiap kelompok tersebut
harus rela menjadi “kursi”, dan seorang lainnya memanjat dan mengendalikan tali tersebut.
Dalam tiap kelompok, meski terlihat hanya 2 orang saja yang aktif bekerja (satu sebagai pijakan
teman yang sedang memanjat, dan satunya sebagai pengendali talii), tetapi sebenarnya anggota
lainnya juga bekerja aktif, yakni membantu memegangi tubuh 2 orang tersebut agar bisa stabil
berdiri. Kebetulan saya kebagian jatah sebagai “kursi”. Teman saya, Mohamad Ginanjar yang
mempunyai berat kurang lebih 55 kg, bisa dengan nyaman berdiri di kedua bahu saya, dibantu
teman yang memngangi kami tentunya.
Permainan ini menurut saya mengajarkan sinergi dengan yang lain. Memang pada awalnya kami
berkompetisi dengan kelompok lain, tetapi karena goal para peserta adalah menyalakan obor
besar, maka mau tak mau kami harus bersinergi dengan mereka. Dalam dunia bisnis, kita
mengenal istilah merger antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, yang dilebur
menjadi satu, meski sebelumnya saling berkompetisi. Kalau Anda ingat, dulu ada Lippobank
yang merger dengan bank Niaga menjadi bank CIMB Niaga. Atau juga bagaimana Astra
International bersinergi dengan Toyota Motor Corp dan membentuk Toyota Astra Motor di
Indonesia. Nilai perjuangan sangat berarti disini. Bukan pekerjaan mudah, terutama bagi teman-
teman wanita, yang berkali-kali jatuh saat pundak mereka tak kuat menjadi pijakan bagi
temannya yang lain.

Itulah lima jenis permainan yang akan membantu meningkatkan kemampuan softskill Anda
dikantor. Bisa pula Anda praktekkan untuk mendidik buah hati Anda.

Hukuman :

 wajah di coret lipstik, spidol, pinsil alis atau tepung

 minum air
 makan garam

 bergaya seperti bintang film laga atau girl band, secara berkelompok

 Menjepit Sesuatu di leher atau hidung

You might also like