You are on page 1of 8

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR

“Aborsi ditinjau secara Etika, Agama dan Ilmu Pengetahuan”

Dosen Pembimbing :

Yanik Purwanti, M.Keb.

Disusun Oleh :

1. Yuni Tanti Islamiyah (152040100003)


2. Alfiona Ninar Rachmatika (152040100004)
3. Adhen Cheisar A (152040100056)
4. Widodo Pratama (152040100020)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

2018
ISI PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi

Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia ke 20 minggu yang mengakibatkan


kematian janin. Abortus atau keguguran sendiri yang artinya suatu ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat anak kurang dari 500 gram.

Jenis-jenis Aborsi :

a. Abortus Spontan
 Abortus Imminens
Terjadi pendarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan.
 Abrotus Insipiens
Pendarahan ringan hingga pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih
berada dalam kavum uteri.
 Abortus Inkomplit
Pendarahan pada kehamilan muda dimana sebagai dari hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
 Abortus Komplit
Pendarahan pada kelamin muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.
b. Abortus Buatan
Merupakan abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan.
c. Abortus Tidak Aman (Unsafe abortion)
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur standart yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
d. Abortus Infeksiosa
Merupakan abortus yang disertai kompilasi infeksi.
e. Retensi Janin Mati (Misses Abortion)
Pendarahan pada kehamailan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah
mati hingga 8 minggu atau lebih.

2
B. Aborsi Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang

a. Sudut Pandang Etika

ABORSI DIPANDANG DARI SUDUT ETIKA

Di dalam kode etik kedokteran Indonesia Pasal 7d, tertulis:

“Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani”.

Penjelasan dari pasal tersebut menyatakan bahwa dokter harus berusaha memelihara dan
mempertahankan hidup setiap makhluk insani yang berarti bahwa menurut agama, Undang –
Undang Negara, maupun Etik Kedokteran seorang dokter tidak diperbolekan untuk
menggugurkan kandungan (abortus provokatus). Abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai
pengobatan, apabila merupakan satu – satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut
(abortus provocatus therapeuticus). Dalam Undang – Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, pasal 15, diperjelas tentang hal ini.

Indikasi medik ini dapat berubah – ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran. Beberapa
penyakit seperti hipertensi, tuberkulosis, dan sebagainya tidak lagi dijadikan indikasi untuk
melakukan abortus.

Keputusan untuk melakukan abortus provocatus therapeuticus harus dibuat oleh sekurang –
kurangna dua dokter dengan persetujuan tertulis dari wanita hamil yang bersangkutan,
suaminya, dan atau keluarganya yang terdekat.

Penjelasan mengenai persetujuan tertulis (informed consent) adalah demikian: “Kadang –


kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu yang
membahayakan. Hal ini dapat dilakuan asal tindakan ini diambil setelah mempertimbangkan
masak – masak bahwa tidak ada jalan atau cara lain untuk menyelamatkan jiwa selain
pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu atau dari
keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan tentang informed consent,
batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun”.

b. Sudut Pandang Agama


 Islam

Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :

3
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi). Sebagaimana tercantum dalam AlQur’an :

ِ ‫اْل َ ْر‬
‫ض‬ ْ ‫ك كَ ت َبْ ن َا ع َ ل َ َٰى ب َ ن ِ ي إ ِ سْ َر ا ئ ِ ي َل أ َن َّ ه ُ َم ْن ق َ ت َ َل ن َ فْ س ً ا ب ِ غ َ ي ِْر ن َ فْ ٍس أ َ ْو ف َ سَ ا ٍد ف ِ ي‬ َ ِ ‫ِم ْن أ َ ْج ِل ذَٰ َ ل‬
‫اس َج ِم ي ع ً ا ۚ َو ل َ ق َ د ْ َج ا َء ت ْ هُ ْم ُر س ُ ل ُ ن َ ا‬ َ َّ ‫اس َج ِم ي ع ً ا َو َم ْن أ َ ْح ي َ ا هَا ف َ كَ أ َن َّ َم ا أ َ ْح ي َ ا ال ن‬ َ َّ ‫ف َ كَ أ َن َّ َم ا ق َ ت َ َل ال ن‬
‫ض ل َ ُم سْ ِر ف ُ و َن‬ ِ ‫اْل َ ْر‬ْ ‫ك فِي‬ َ ِ ‫ت ث ُمَّ إ ِ َّن كَ ث ِ ي ًر ا ِم نْ هُ ْم ب َ ع ْ د َ ذَٰ َ ل‬ ِ ‫ب ِ الْ ب َ ي ِ ن َا‬
"Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya." (QS Al-Maidah:32)
a. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur (berpenyakitan), baik yang bersifat darurat
ataupun hajat.
b. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan aborsi adalah:
i. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC
dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan
oleh Tim Dokter.
ii. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
c. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi
adalah:
i. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan.
ii. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang
didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
d. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat
zina.
 Kristen
Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk dan alasan
apapun dilarang karena :
a. Apabila ada sperma dan ovum telah bertwmu maka unsure kehidupan telah ada.
b. Abortus pada janin yang cacat tidak diperbolehkan karena Tuhan mempunyai rencana
lain pada hidup seorang manusia

4
c. Anak adalah pemberian Tuhan.
d. Bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orang-orang terdekat dapat
memberi semangat.
e. Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan.
 Katolik
Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi juga
dilarang.
 Hindu
Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut "Himsa karma"
yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi
dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.
 Budha
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus
diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.

c. Ilmu Pengetahuan

Pantaskah tindakan aborsi? Di Indonesia sempat muncul gerakan Keluarga Berencana (KB).
Apa hubungannya KB dengan filsafat? Berikut bagian kedua dari tulisan terdulu mengenai
eugenika. Gerakan kontrol populasi, dan promosi terorganisasi dari aborsi, tumbuh dari
gerakan eugenika pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20. Eugenika berasal dari kata Yunani
yang berarti kelahiran yang baik.

Profesor Jacqueline Kasun, ekonom pro-life, mengatakan bahwa eugenika telah


menumbuhkan sifat khas “memandang individu manusia tidak sebagai makhluk dengan hak-
haknya maupun martabatnya, terlepas dari kondisi duniawi mereka, namun hanya sebagai
faktor dalam skala nilai sosial”. Prinsip Eugenika menegaskan bahwa tidak semua manusia
memiliki nilai yang sama. Mentalitas eugenika menghakimi orang tertentu sebagai inferior
karena ras, fisik, mental atau kondisi sosial mereka.

Mereka menghakimi kelompok inferior sebagai pantas diperlakukan lebih rendah daripada
manusia. Eugenika mengambil teori dari Charles Darwin (1809 – 1882) mengenai evolusi dan
”survival of the fittest”, dan mengaplikasikannya pada manusia. Ini dikenal sebagai

5
Darwinisme sosial. Francis Galton (1822 – 1911), saudara sepupu Darwin dan pendiri dari
komunitas eugenika pada 1907, menganjurkan “ ilmu untuk meningkatkan kualitas stok, untuk
memberikan ras yang superior, suatu kesempatan yang lebih baik untuk mengungguli ras yang
inferior”.

Pakar eugenika telah mengetahui, bahwa untuk mendapatkan penerimaan publik, kebijakan
mereka harus disajikan dalam bentuk belas kasih sosial. Galton yakin bahwa prinsip eugenik
“harus menjadi salah satu motif dominan pada bangsa yang berbudaya, sama seperti bila ia
dianggap sebagai salah satu dogma agama”.

Dr.Ernst Haeckel (1834-1919), seorang profesor perbandingan anatomi, meringkas


mentalitas eugenika sebagai: “Apa gunanya untuk kemanusiaan bila orang-orang yang
keterbelakang mental, tuli, bisu, dan idiot dibiarkan hidup? Bukankah lebih baik dan lebih
rasional untuk mencabut pertama kalinya penderitaan tak terhidar ini, dimana hidup sengsara
mereka akan menyelubungi hidup mereka sendiri dan keluarga mereka?”.

Dr. Haeckel adalah pahlawan dari Nazi Jerman dan kebijakan seperti itu selalu identik
dengan Nazi. Namun, aborsi eugenika menurut pandangan Dr.Haeckel, sekarang sudah
menjadi umum. Salah satu dari dasar hukum untuk aborsi di Inggris adalah bahwa anak “yang
diduga akan menderita dari keabnormalan mental dan fisik, yang mengakibatkan
keterbelakangan permanen yang serius”.

Walaupun aborsi pada umumnya dibatasi pada 24 minggu pertama kehamilan, namun bayi
dengan anomali perkembangan yang minor dapat diaborsi menjelang kelahirannya. Madeleine
Simms, peneliti pada komunitas Eugenika, membuka alasan dibalik aborsi eugenika ketika dia
menulis pada Keith Hindell: “Suatu fetus abnormal tidak diaborsi karena ia akan meninggal,
namun sebaliknya karena ia bisa cukup sehat untuk hidup sebagai makhluk setengah manusia.

Pada dasarnya, untuk alasan sosial, etis, dan estetis, sebagian orang menarik diri untuk
melihat bertahan hidupnya makhluk setengah manusia, dan lebih suka melihat mereka
diaborsi”. Penganjur aborsi telah menghaluskan bahasanya dalam beberapa tahun terakhir ini,
namun upaya untuk membenarkan pembunuhan bayi yang dianggap inferior terus berlanjut.

Di website pelayanan penasihat kehamilan Inggris, perusahaan penyedia layanan aborsi


terbesar, David Paintin menulis: “Menguji ketidaknormalan fetus dimotivasi dengan semangat

6
yang sama, yang membawa kemanusiaan untuk mencoba menyembuhkan penyakit. Beban
untuk merawat dari anak yang sangat terbelakang jatuh pada ibunya, dan dapat mengganggu
secara total jalan hidupnya”.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Aborsi Secara Medis dan Moral.. http://stupidforwriting.


blogspot.com/2009/11/aborsi-secara-medis-dan-moral.html.
Anonymous. 2008. Hukum Aborsi Dalam Islam. http://www.ahmadzain. com/read/karya-
tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam.
Billy N. 2010. Hukum Aborsi Di Indonesia. http://hukumkes.wordpress.
com/2010/12/16/aborsi menurut hukum di indonesia
K. Bertens. Aborsi Sebagai Masalah Etika. 2003. Jakarta: Grasindo
Shannon, Thomas. A. Pengantar Bioetika. 1995. Jakarta: Gramedia
Borem. Aluzio, et al. Understanding Biotechnology. Pearson Education Inc. 2003.
Darwin, Charles. On Natural Selection. Penguins Books Great Ideas. 2004.
Hasan, Fuad. Berkenalan dengan Eksistensialisme. Pustaka Jaya. 1992.
Hitler, Adolf. Mein Kampf (terjemahan). Penerbit Narasi. 2007.
Horvitz, Leslie Alan. The Complete Idiot’s Guide to Evolution. Alpha. 2002.

You might also like